berdasarkan kebutuhan dan harapan masyarakat yang tertuang kedalam perencanaan tingkat
Puskesmas. Sekaligus menyesuaikan dengan sumber daya yang ada di Puskesmas.
Seringkali, perencanaan di Puskesmas tidak berjalan mulus. Berikut ini tipe Puskesmas berdasarkan
gaya perencanaan yang dilakukan:
3. Puskesmas Betulan
Puskesmas yang sudah menyelenggarakan perencanaan tingkat Puskesmas yang betul-betul sesuai
dengan permasalahan kesehatan, kebutuhan dan harapan masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas ini berhasil menangkap jenis pelayanan atau program apa yang mesti direncanakan untuk
mengatasi permasalahan kesehatan yang ada (evidance based).
Puskesmas mampu mengidentifikasi masalah, kemudian memprioritaskan, mencari akan masalahnya.
Menyusun alternatif pemecahan masalahnya bersama-sama lintas program, bahkan melibatkan
masyarakat dalam perencanaan melalui Survei Mawas diri, Musyawarah Masyarakat Desa,
Pertemuan Lintas sektoral, transect walk dan lain sebagainya.
Perencanaan seperti ini yang diharapkan terselenggara di tingkat Puskesmas agar program yang
disusun memang bersifat buttom up dan top down. Masyarakat pun diajak menjadi subjek/pelaku dan
terlibat dalam pembangunan bukan lagi sebagai objek pembangunan kesehatan itu sendiri.
Pusat kesehatan masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan PUSKESMAS merupakan ujung
tombak kesehatan yang bertanggung jawab mewujudkan menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya serta mewujudkan masyarakat sehat level kecamatan melalui prinsip-prinsip
berupa paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan,
teknologi tepat guna, keterpaduan dan kesinambungan.
Hal ini sesuai dengan amanah Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 75 Tahun 2014.
Salah satu poin penting dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah oleh Puskesmas
adalah adanya Perencanaan (P1).
Luaran perencanaan puskesmas ini dapat berupa Renstra 5 tahunan, RUK Puskesmas, RKA, RPK
Puskesmas dan harus disinkronkan dengan pendanaan di PKM, baik itu JKN, BOK, Jampersal
maupun Dana Desa atau sumber lainnya (baik itu perencanaan kegiatan upaya kesehatan masyarakat,
upaya kesehatan perorangan maupun manajerial).
Namun, prakteknya di lapangan masih sering ditemui kendala dalam perencanaan, diantaranya:
1. Manusia
Pertama, Bendahara dan pegawai Puskesmas lainnya belum memahami tentang prosedur
perencanaan di Puskesmas dengan baik.
Kedua, Kepala Puskesmas kurang mengkontrol dalam hal perencanaan atau bahkan bisa jadi
mengambil alih peran Bendahara.
2. Lingkungan
Komunikasi antara Bendahara dan pegawai lainnya kurang harmonis. Hasilnya, perencanaan tidak
berdasarkan buttom up atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan yang telah digali oleh
pengelola program dan unit terkait di Puskesmas.
3. Metode
Pertama, Puskesmas belum menjalankan perencanaan sesuai dengan prosedur perencanaan yang
distandarkan (baca Permenkes 44 Tahun 2018 atau lihat Pedoman Manajemen Puskesmas Dengan
Pendekatan Keluarga).
Kedua, tidak adanya TRANSPARANSI dalam pengelolaan keuangan, sehingga berkurangnya rasa
percaya antar sesama pegawai Puskesmas.