Anda di halaman 1dari 3

Untuk mewujudkan pelayanan yang baik, Puskesmas dituntut menyelenggarakan pelayanan harus

berdasarkan kebutuhan dan harapan masyarakat yang tertuang kedalam perencanaan tingkat
Puskesmas. Sekaligus menyesuaikan dengan sumber daya yang ada di Puskesmas.
Seringkali, perencanaan di Puskesmas tidak berjalan mulus. Berikut ini tipe Puskesmas berdasarkan
gaya perencanaan yang dilakukan:

1. Puskesmas Tipe Copas


Puskesmas tipe ini cenderung meng-copy paste perencanaan tahun sebelumnya.
Hal ini terjadi salah satunya karena faktor SDM yang kurang mumpuni dalam perencanaan. Sehingga
yang terjadi yaitu menggunakan perencanaan di tahun-tahun sebelumnya. Ini terkesan “yang penting
diselesaikan dan disetor ke Dinas Kesehatan, tanpa melihat kualitas perencanaan.
Faktor lainnya yang melatarbelakangi hal ini yaitu “Kepala Puskesmas Centered”. Tipe Kepala
Puskesmas yang mengendalikan segalanya tak bisa dipungkiri itu masih ada, bahkan urusan
perencanaan pun Kepala Puskesmas mengambil alih. Hasilnya bisa saja kurang tepat sasaran, atau
bisa juga karena faktor trust/ kepercayaan internal terhadap Kepala Puskesmas.
Selain itu, perencanaan Puskesmas model copas ini terjadi juga karena kurangnya pembinaan Dinas
Kesehatan dalam memverifikasi perencanaan di Puskesmas. Ini menjadi hambatan tersendiri di
lapangan.

2. Puskesmas Tipe Asal Susun


Disini pegawai Puskesmas telah melaksanakan proses penyusunan perencanaan lima tahunan, RUK
dan RPK melalui rapat/ lokakarya perencanaan. Namun, hanya sekedar menyusun perencanaan
dengan menerima usulan dari programmer, tanpa melalui proses identifikasi dan analisis masalah.
Hal ini terjadi dikarenakan Tim Perencanaan Tingkat Puskesmas belum dibentuk. Tugas tim ini
cukup vital karena mengkoordinir segala perencanaan tingkat Puskesmas.
Puskesmas Tipe Asal Susun ini, programernya tidak saling berkoordinasi dan tidak saling terintegrasi
satu sama lain dalam hal perencanaan. Sehingga perencanaan tingkat Puskesmas tidak efektif dan
efisien, bahkan tidak melibatkan masyarakat sama sekali dalam peencanaan. Yang terjadi adalah
program yang ada tidak sesuai dengan kondisi di lapangan bahkan kurang menyelesaikan
permasalahan yang ada.

3. Puskesmas Betulan
Puskesmas yang sudah menyelenggarakan perencanaan tingkat Puskesmas yang betul-betul sesuai
dengan permasalahan kesehatan, kebutuhan dan harapan masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas ini berhasil menangkap jenis pelayanan atau program apa yang mesti direncanakan untuk
mengatasi permasalahan kesehatan yang ada (evidance based).
Puskesmas mampu mengidentifikasi masalah, kemudian memprioritaskan, mencari akan masalahnya.
Menyusun alternatif pemecahan masalahnya bersama-sama lintas program, bahkan melibatkan
masyarakat dalam perencanaan melalui Survei Mawas diri, Musyawarah Masyarakat Desa,
Pertemuan Lintas sektoral, transect walk dan lain sebagainya.
Perencanaan seperti ini yang diharapkan terselenggara di tingkat Puskesmas agar program yang
disusun memang bersifat buttom up dan top down. Masyarakat pun diajak menjadi subjek/pelaku dan
terlibat dalam pembangunan bukan lagi sebagai objek pembangunan kesehatan itu sendiri.

Pusat kesehatan masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan PUSKESMAS merupakan ujung
tombak kesehatan yang bertanggung jawab mewujudkan menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya serta mewujudkan masyarakat sehat level kecamatan melalui prinsip-prinsip
berupa paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan,
teknologi tepat guna, keterpaduan dan kesinambungan.
Hal ini sesuai dengan amanah Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 75 Tahun 2014.
Salah satu poin penting dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah oleh Puskesmas
adalah adanya Perencanaan (P1).
Luaran perencanaan puskesmas ini dapat berupa Renstra 5 tahunan, RUK Puskesmas, RKA, RPK
Puskesmas dan harus disinkronkan dengan pendanaan di PKM, baik itu JKN, BOK, Jampersal
maupun Dana Desa atau sumber lainnya (baik itu perencanaan kegiatan upaya kesehatan masyarakat,
upaya kesehatan perorangan maupun manajerial).
Namun, prakteknya di lapangan masih sering ditemui kendala dalam perencanaan, diantaranya:

1. Manusia
Pertama, Bendahara dan pegawai Puskesmas lainnya belum memahami tentang prosedur
perencanaan di Puskesmas dengan baik.
Kedua, Kepala Puskesmas kurang mengkontrol dalam hal perencanaan atau bahkan bisa jadi
mengambil alih peran Bendahara.

2. Lingkungan
Komunikasi antara Bendahara dan pegawai lainnya kurang harmonis. Hasilnya, perencanaan tidak
berdasarkan buttom up atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan yang telah digali oleh
pengelola program dan unit terkait di Puskesmas.

3. Metode
Pertama, Puskesmas belum menjalankan perencanaan sesuai dengan prosedur perencanaan yang
distandarkan (baca Permenkes 44 Tahun 2018 atau lihat Pedoman Manajemen Puskesmas Dengan
Pendekatan Keluarga).

Kedua, tidak adanya TRANSPARANSI dalam pengelolaan keuangan, sehingga berkurangnya rasa
percaya antar sesama pegawai Puskesmas.

Ketiga, lokmin tidak memfasilitasi perencanaan kegiatan bulanan.


Nah, 5 point berikut ini perlu kalian ketahui supaya kualitas perencanaan Puskesmas kalian bisa
diperbaiki:
1. Puskesmas harus berkomitment untuk TRANSPARANSI dalam pengelolaan keuangan dan
harus proaktif memperbaiki tahapan perencanaan sesuai dengan prosedural.
2. Bentuk Tim Perencanaan Tingkat Puskesmas (terdiri dari Bendahara dan Penanggung Jawab
Upaya serta Pelaksana Kegiatan) yang bertugas “mengkoordinir” Perencanaan Puskesmas.
3. Perencanaan di Puskesmas haruslah melalui tahapan yang sesuai prosedur. Adapun proses
perencanaan ditingkat Puskesmas yaitu:
 Puskesmas menyusun jenis kegiatan dan pelayanan berdasarkan kebutuhan dan harapan
masyarakat dan juga capaian yang ada di Puskesmas. Proses untuk mendapatkan data
tersebut diantaranya melalui pendataan keluarga sehat, survei SMD, hasil MMD, forum-
forum masyarakat atau lintas sektor, data-data epidemiologi, capaian kinerja, dan data-
data lainnya di Puskesmas.
 Mengidentifikasi masalah kesehatan dan potensi pemecahannya
 Melakukan prioritas masalah kesehatan
 Membuat rumusan masalah
 Mencari penyebab masalah kesehatan
 Menetapkan cara pemecahan masalah
 Memasukkan pemecahan masalah ke dalam rencana usulan kegiatan
 Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
4. Perlu penguatan dalam Pelaksanaan dan Penggerakkan (P2), Pengawasan, Pengendalian dan
Penilaian (P3).
5. Perkuat implementasi PERMENKES NO 44 Tahun 2016 dan Manajemen Puskesmas dengan
Pendekatan Keluarga Sehat.
Ahayyy…Puskesmas kalian jadi masuk tipe yang mana nih?

Anda mungkin juga menyukai