Anda di halaman 1dari 3

Morfina

Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang
ditemukan pada opium. Morfina bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan
rasa sakit. Efek samping morfina antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk,
lesu, dan penglihatan kabur. Morfina juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan
meyebabkan konstipasi. Morfina menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya.
Pasien ketergantungan morfina juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk.
Kata "morfina" berasal dari Morfeus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani.
Morfin (INN) (diucapkan / n mɔrfi ː / ) ( MS T'rusk, MSIR, Avinza, Kadian, Oramorph, Roxanol,
Kapanol ) adalah potensial candu analgesik obat dan dianggap sebagai prototipikal opioid. Hal ini
ditemukan pada 1804 oleh Friedrich Sertürner, dan pertama kali didistribusikan oleh Friedrich
Sertürner pada tahun 1817, dan komersial pertama dijual oleh Merck pada tahun 1827, yang pada
waktu itu sebuah toko kimia kecil. Morfin lebih banyak digunakan setelah penemuan jarum suntik
pada tahun 1857.
Morfin paling banyak mengandung alkaloid yang ditemukan di opium, getah kering (lateks) yang
berasal dari hasil getah irisan biji mentah opium, atau dinamakan, poppy (Papaver somniferum).
Morfin adalah pemurnian pertama dari sumber tanaman dan merupakan salah satu dari sedikitnya
yang mengandung 50 macam alkaloid dari beberapa jenis opium, Poppy Straw Konsentrat, dan
turunan opium lainnya.
Morfin umumnya 8 sampai 17 persen dari berat kering opium, walaupun khusus dibesarkan kultivar
mencapai 26 persen atau menghasilkan morfin sedikit sekali, di bawah 1 persen, mungkin turun
menjadi 0,04 persen. Varietas yang terakhir, termasuk 'Przemko' dan Norman 'kultivar' dari opium
poppy, digunakan untuk menghasilkan dua alkaloid lain, tebain dan oripavine, yang digunakan
dalam pembuatan-sintetik dan semi sintetik opioid seperti oxycodone dan etorphine dan beberapa
jenis obat.
P. bracteatum tidak mengandung morfin atau kodein, atau narkotika lainnya (alkaloid tipe
fenantrena). Spesies ini lebih merupakan sumber tebain. Terdapatnya morfin di lain papaverales
dan Papaveraceae, serta pada beberapa jenis hop dan murbei pohon belum dikonfirmasi. Morfin
diproduksi paling dominan di awal siklus hidup tanaman. Melewati titik optimum untuk ekstraksi,
berbagai proses di pabrik memproduksi kodein,tebain,dan dalam beberapa kasus jumlah
hidromorfon, dihydromorphine, dihydrocodeine, tetrahydrothebaine, dan xanax (senyawa ini agak
disintesis dari tebain dan oripavine) diabaikan. Tubuh manusia memproduksi endorphin yang
merupakan neuropeptida, dengan efek yang sama.
Dalam pengobatan klinis, morfin dianggap sebagai standar emas, atau patokan, dari analgesik
digunakan untuk meringankan penderitaan berat atau sakit dan penderitaan. Seperti opioid lain,
misalnya oksikodon (OxyContin, Percocet, Percodan), hidromorfon (Dilaudid, Palladone), dan
diacetylmorphine ( heroin ), morfin langsung mempengaruhi pada sistem saraf pusat (SSP) untuk
meringankan rasa sakit . Morfin memiliki potensi tinggi untuk kecanduan, toleransi dan psikologis
ketergantungan berkembang dengan cepat, meskipun ketergantungan psikologis mungkin
membutuhkan beberapa bulan untuk berkembang.

DAMPAK BAHAYA MORFINA

Morfin adalah sejenis obat yang termasuk ke dalam golongan analgesik opium atau narkotik.
Pengguanaan obat ini biasa digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang amat parah dan
berkepanjangan atau yang biasa di kenal dengan kronis. Ini di gunakan karena morfin langsung
bekerja pada saraf dan otak, sehingga tubuh yang mengkonsumsi morfin tidak merasakan rasa sakit.
Penggunaan morfin sendiri biasa berbentuk tablet, kapsul, cairan yang diminum, dan disuntik.

Bentuk morfin yakni alkaloid yang terdapat dalam opium, yang berupa serbuk berwarna putih.
Morfin sendiri adalah bahan analgesik yang kuat dqlam khasiatnya, tidak berbau, berbentuk kristal,
berwarna putih, yang berubah warna menjadi kecoklatan. Opium mentah mengandung 4% sampai
21% morfin. Morfin sendiri merupakan salah satu jenis opium atau obat obatan dengan tujuan untuk
penenang.

Akan tetapi, meskipun memiliki manfaat besar untuk menghilangkan rasa sakit yang amat parah,
seseorang yang menggunakan morfin akan menyebabkan ketergantungan. Penggunaan morfin
memang sering digunakan di dunia kedokteran dengan tujuan untuk menghilangkan rasa sakit si
pasien. Namun, morfin di anggap berefek negatif jika di salahgunakan. Ketergantungan inilah yang
akan berdampak negatif dan sangat berbahaya terhadap tubuh yang mengkonsumsinya. Setelah
pengguna mengkonsumsi morfin, bahan bahan yang ada pada morfin akan langsung bereaksi dengan
cepat ke dalam tubuh pengguna.

Sama halnya dengan obat lainnya. Morfin sendiri memiliki efek samping dan bahaya.

Berikut bahaya atau efek samping dalam menyalahgunakan morfin :


 Efek samping yang ringan atau efek awal yang terjadi yakni rasa mengantuk yang sangat berat.
Dengan menggunakan obat morfin ini, pengguna akan merasakan rasa ngantuk yang amat berat.
 Rasa mual pada tubuh yang terus terusan dan tidak berhenti.
 Setelah merasakan mual yang terus-terusan, pengguna akan berkeringat secara berlebihan.
 Merasakan sakit kepala yang sangat. Ini di sebabkan karena morfin langsung menyerang saraf
otak.
 Mulut pengguna akan kering dan warna pada muka akan berubah.
 Perubahan suasana hati yang tidak nyaman.
 Rasa euphoria (rasa gembira yang luar biasa). Inilah tujuan yang biasa di cari para pengguna
morfin sendiri.
 Mudah tersinggung dan mudah pula merasakan marah terhadap sekelilingnya sebab perbedaan
suasana hati di dalam pengguna morfin.
 Timbulnya insomia dan mimpi buruk pada saat tidur.
 Otot-otot akan melemah, sehingga menimbulkan rasa malas bergerak terhadap pengguna morfin.
Selain malas bergerak, pengguna akan berbicara cadel.
 Meningkatkan rasa nyeri yang meningkat oleh pengguna yang mempunyai penyakit sebelumnya.
 Dapat meningkatkan produksi antidiuretik hormon. Ini dapat menyebabkan produk air seni
berkurang pada pengguna morfin.
 Morfin sendiri dapat mengurangi motilitas usus yang menghasilkan penyakit sembelit dan
menghambat generasi oksida nitrat yang dikenai oleh morfin. Itu disebabkan karena morfin
mengurangi sekresi pada usus dan meningkatkan penyerapan cairan pada usus, sehingga akan
menimbulkan rasa sembelit.
 Pada hati, morfin akan menyebabkan hepatitis C atau biasa di sebut dengan peradangan hati.
Sebab, morfin sendiri akan merumitkan hepatitis C dengan kekebalan yang menekan dan
meningkatkan replikasi virus pada hepatitis C. Hal ini akan mengarah pada perkembangan
penyakit yang terjadi.
 Seperti yang disebutkan di atas, menggunakan morfin akan menyebabkan rasa ketergantungan
atau kecanduan terhadap obat. Ini akan menyerang pada psikologis dan fisik si pengguna.
Terutama pada sistem otak.
Efek samping lainnya, yakni proses metabolisme tubuh yang lambat. Kadar gula darah yang
rendah sehingga menyebabkan tekanan darah rendah pada pengguna.
 Jika dilakukan terus dalam menggunakan morfin, akan menyebabkan infeksi pada rasa sakit
yang dirasakan pengguna. Selain itu pula, morfin akan menyebabkan lambatnya proses
penyembuhan penyakit atau luka yang dirasakan.
 Morfin akan menyerang pada proses psikomotorik seseorang yang menggunakannya.
Psikomotorik pengguna akan terserang dan mengakibatkan rasa depresi setelah pemakaian
morfin yang berlebih. Selain rasa depresi, kinerja si pengguna akan menjadi buruk dan hilangnya
konsentrasi sehingga selalu membuat kesalahan dan kurangnya rasa perhatian terhadap
sekelilingnya.
 Dalam jangka panjang, pengguna akan merasakan efek meurotoksik pada obat morfin ini. Sulit
untuk mencegah rasa kecanduan dalam menggunakan obat morfin.

Anda mungkin juga menyukai