Anda di halaman 1dari 32

MORFIN DAN HEROIN

Team Dosen Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA


2020
MORFIN
• Sejarah
Ilmuwan Jerman Friedrich Serturner
awalnya pertamakali mengisolasi dari
opium yang berasal dari biji dan buah
tumbuhan Papaver somniferum pada
tahun 1803

• Proses terbentuknya morfin :


Opium  Morfin  Heroin

• Bentuk sediaan morfin : tablet 30-60 mg,


injeksi s.c./i.m 10 mg.
PENGGOLONGAN
MORFIN
Morfin masuk kedalam golongan II yang mempunyai potensi tinggi
menyebabkan ketergantungan (Undang-undang no.35 tahun 2009
tentang Narkotika dan Permenkes No. 50 tahun 2018 tentang
Perubahan Penggolongan Narkotika).
• Terjadi perubahan karena adanya peningkatan penyalahgunaan
zat psikoaktif yang memiliki potensi sangat tinggi menyebabkan
ketergantungan dan membahayakan kesehatan masyarakat
• Pada lampiran Permenkes No.50 tahun 2018 ini, diatur jenis
Narkotika baru diantaranya FUB-AKB, nama lain FUB-Apinaca, UR-
144, Difenidin, dan lain sebagainya (Narkotika gol. I)
• Morfin adalah golongan obat pereda nyeri (seperti kanker, serangan jantung)
golongan opioid.
• Morfin bereaksi setelah 15 menit sejak pemakaian dan hilang setelah 2-7 jam
• Narkotika terbagi 4 kelompok :
1. Cannabis : marijuana/ganja dan hanish (getah ganja)
2. Amphetamin tipe stimulants (ATS) : amfetamin, ekstasi (metamfetamin),
katinon dan shabu.
3. Opioid : morfin, opium, heroin, pethidin, codein, subutek/subuxon dan
methadone.
4. Tranquilizer : luminal, pil koplo, mogadon, valium, dumolid, kokain dan ketamin.
• Morfin mengandung 2 kelompok alkaloid, yang secara kimia berlainan.
a. Kelompok fenantren meliputi : morfin, kodein, dan tebain
b. Kelompok isokinolin meliputi : papaverin, noskapin, dan narsein
ISTILAH-ISTILAH
• Opioda : adalah obat yang daya kerjanya meniru opioid endogen, yang
kerjanya memperpanjang aktifitas dari reseptor reseptor opioid.

• Opioid endogen / morfin endogen : adalah kelompok Seny. Perotein yang


terdiri dari puluhan asam amino, yang digunakan untuk men sintesa
neurotransmiter.
• Neurotransmiter : yaitu zat yang menghantarkan rangsangan dalam sel
saraf.
• Reseptor opioid : adalah ujung syaraf yang menerima rangsangan di sel
otak untuk menghasilkan suatu efek dari opioid.

• Opioid : adalah zat yang mempunyai khasiat seperti opium.


• Mekanisma kerja Morfin :
Morfin endogen bekerja dengan menduduki reseptor-reseptor di Susunan Saraf
Pusat (SSP), sehingga perasaan nyeri dapat diblokir. Khasiat analgetik narkotik
berdasarkan kemampuannya menduduki reseptor nyeri yang belum ditempati morfin
endogen. Tetapi bila analgetik digunakan terus menerus terjadi pembentukan
reseptor-reseptor baru yang distimulasi sehingga terjadi kebiasaan dan ketagihan.
• Penggunaan Morfin :
Menghilangkan rasa nyeri yang hebat seperti pada kanker. Banyak penyakit yang
disertai rasa nyeri seperti kejang-kejang pada otot, rhematoid artritis ( gangguan
pada sendi ) dan migrain. Tetapi yang paling hebat adalah rasa sakit pada Kanker. Oleh
karena itu terdapat prinsip-prinsip untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit,
yaitu dilihat dari apa penyebabnya dan obat apa yang layak digunakan untuk
pengendalian rasa sakit yang optimal.
EFEK SAMPING MORFIN

1. Supressi SSP atau penekanan saraf pusat seperti : sedatif, menekan


pernafasan, batuk, miosis ( pengecilan pupil mata), hipotermia (suhu badan
renndah yang upnormal) dan perubahan jiwa (mood).
2. Pada saluran nafas : terjadi bronchokontriksi (penciutan broncus),
pernafasan jadi dangkal dan frekwensinya menurun.
3. Pada sistem sirkulasi darah : terjadi vasodilatasi perifer dan pada dosis tinggi
terjadi hypotensi dan bradycardia.
4. Pada saluran cerna : terjadi obstipasi, kolik batu empedu, sekresi pankreas,
empedu ( zat yang dihasilkan oleh hati untuk mencernakan lemak)
berkurang.
5. Kehamilan dan laktasi : zat ini dapat merusak janin dan memperlambat
persalinan dan mengurangi air susu ibu.
KEBIASAAN DAN
KETERGANTUNGAN MORFIN

Penggunaan dalam waktu jangka lama menimbulkan kebiasaan


dan ketergantungan. Penyebabnya adalah berkurangnya
reabsorbsi, bisa juga menurunnya kepekaaan jaringan, sehingga
obat menjadi kurang efektif maka diperlukan dosis yang lebih
tinggi untuk mencapai efek seperti semula. Peristiwa ini disebut
toleransi (menurunnya respons obat terhadap tubuh).
Disamping ketergantungan fisik juga ditemukan ketergantungan
pisikis yaitu kebutuhan mental akan efek psikis yaitu euforia dan
rasa nyaman. Bisa menjadi sangat kuat hingga pengguna terpaksa
melanjutkan penggunaan obat.
ANTAGONIS MORFIN

• Antagonis morfin adalah zat yang dapat melawan efek samping


morfin tanpa mengurangi kerja analgetiknya.

• Contohnya adalah : Nalokson, Naltrekson dan Nalorfin.


• Penggunaannya sebagai antidotum pada over dosis opium,
Pasca-bedah (sesudah operasi) untuk mengatasi
depresi pernapasan oleh morfin
SEJARAH PENEMUAN HEROIN

• Bayer pertama kali mengembangkan Heroin


pada tahun 1898 sebagai obat batuk sirup,
yang dikembangkan oleh Heinrich Dreser
(1860 - 1924) ilmuan dari Jerman.
• Nama heroin diambil dari bahasa Jerman
“heroisch” yang berarti heroik. Brand heroin
yang didengung-dengungkan waktu itu yakni:
“Heroin-sang penawar batuk”.
• Heroin pun kemudian berkembang secara luas di lingkungan
medis tanpa menyadari bagaimana efek ketergantungan yang
dihasilkan produk ini.
• Para dokter mulai mencatat banyak sekali permintaan pasien
akan obat batuk sirup ini meskipun para pasien itu tak memiliki
keluhan pada saluran pernapasannya.
•Heroin disintesis dari morfin atau kodein dan
mempunyai efek analgetik yang jauh lebih kuat
dibandingkan morfin atau kodein.

•Heroin berbentuk granul, warna putih, rasa pahit tebal


dan tidak berbau. Heroin tidak digunakan dalam medis
karena sangat cepat menimbulkan ketergantungan dan
euforia.
•Heroin (diasetilmorfin) termasuk golongan
opioid agonis dan merupakan derivat morfin
yang terbuat dari morfin yang mengalami
asetilasi pada gugus hidroksil pada ikatan C3 dan
C6.
•7,8-didehydro-4,5-epoxy-17-methylmorphinan-
3,6-diol diacetate
• Dalam perdagangan (ilegal) kemurnian
heroin sangat bervariasi, contohnya pada
putaw yang mengandung heroin dengan
kadar yang sangat bervariasi. Penggunaan
putaw dapat melalui injeksi, dihisap (rokok)
dan dihirup melalui hidung (snorted).
MEKANISME KERJA HEROIN

Heroin merupakan analgetik yang sangat kuat


dan mempunyai reseptor yang berlokasi di otak
dan medula spinalis yang dapat mempengaruhi
tranmisi dan modulasi nyeri.
Terdapat 3 reseptor tempat
kerja heroin
μ (mu),
δ (delta), dan
κ (kappa).
• Di dalam otak terdapat 3 jenis zat endogen yang
berpungsi sebagi NT yang aktivitasnya seperti heroin,
yaitu :
• Enkephalin yang berikatan dengan reseptor δ (delta),
• Endorfin dengan reseptor μ (mu), dan
• Dinorpin dengan reseptor κ (kappa).
• Reseptor μ merupakan reseptor heroin atau morfin.
Endorphin dan enkephalin disekresi oleh tubuh ketika kita
merasa senang (pleasure) dan menghambat timbulnya
nyeri, seperti saat ketawa, olah raga, “have sex”, bekerja
yang kita sukai atau ketika jatuh cinta.
Kesenangan tersebut bersifat alamiah, tidak harus
membeli, dan bebas efek samping.
Untuk itu orang-orang yang sudah ketergantungan
menggunakan zat-zat tertentu agar dapat merasa “normal”
dengan mengganti NT yang berkurang.
EFEK HEROIN PADA DOSIS NORMAL

Euforia  timbul pada pemakaian 3-4


kali
Menghilangkan nyeri daya
analgetiknya 100x morfin.
Kolinergik  merangsang sistem
parasimpatik  depresi pernapasan,
denyut jantung melemah, tek.darah
turun, menekan libido, miosis, mulut
kering, mual muntah dan konstipasi.
EFEK HEROIN DOSIS TINGGI

Tidak mampu berkonsentrasi


Tidur yang dalam (fall a sleep)
Pernapasan yang lambat dan dalam
Berkeringat, gatal dan jumlah air seni
meningkat.
EFEK HEROIN PADA OVER DOSIS

Efek yang timbul pada dosis tinggi akan meningkat


intensitasnya ditambah dengan penurunan suhu
tubuh dan denyut jantung tidak teratur. Kematian
dapat terjadi karena depresi pernapasan yang
berat. Efek seperti ini juga dapat terjadi pada
penggunaan dosis normal yang dikombinasikan
dengan benzodiasepin atau alkohol.
EFEK LAIN…
• Penularan Hepatitis B, C.
•H I V
• Menyumbat Vena  emboli
TANDA-TANDA
KETERGANTUNGAN OBAT

• BB turun drastis
• Mata terlihat cekung
• Tangan penuh bekas suntikan,
sayatan.
Emosi
•Sangat sensitif dan cepat bosan
•Bila ditegur/marahi menunjukan sikap
membangkang
•Emosinya naik turun, berbicara kasar
•Nafsu makan tidak menentu
Prilaku
Malas, melupakan tanggung jawab
Tidak peduli, jauh dari keluarga
Pergi tanpa pamit
Selalu kehabisan uang
Waktu dirumah kerap dihabiskan di
kamar, gudang / tempat sepi
Sikapnya cenderung manipulatif
Sering berbohong
Jantung berdebar-debar
Sering menguap
Sering mengalami mimpi buruk
Sering mengalami sakit kepala, sendi
Gejala Putus Obat (Withdrawel)

• Putus obat terjadi jika suatu obat yang sudah


merupakan bagian “normal” dari tubuh, contohnya
karena pemakaian heroin di atas tiba-tiba
dihentikan pemberiannya. Dalam situasi putus
obat, tubuh mencoba melompat ke keadaan
normal atau menseting ulang. Efek dari putus obat
adalah kebalikan dari efek obat yang dihentikan
tersebut.
Gejala Putus Obat (Withdrawel)

• Sakaw
• Nyeri
• Mual-mual muntah hungga sakit perut
• Nyeri otot tulang hingga seluruh tubuh
• Takut air sehingga tidak mau mandi
• Depresi (stress)
• Kejang
• Menggigil
PENUTUP

• Agama menjadi benteng pertama untuk menghindari diri


dari penyalahgunaan napza, oleh karena itu
Tingkatkan Iman dan Taqwa terhadap ALLAH
SWT
• Awal daripada pengguna napza sebagian besar berawal
dari coba-coba dan ikut-ikutan
• Jika sudah pernah mencoba sulit untuk melepaskan diri
dari napza, oleh karena itu Jangan pernah Mencoba-
coba!!
• Dalam menangani masalah napza harus ada kerjasama
yang baik antara orang tua, guru, masyarakat dan ulama,
serta pemerintah
• Masalah penyalahgunaan NAPZA bukan hanya
masalah departemen kesehatan, tapi masalah
seluruh bangsa Indonesia
• Pencegahan menjadi fokus utama dalam
penyebarluasan napza
• Kampanye dan seminar anti napza sangat
berperan dalam penyebaran informasi tentang
penyalahgunaan napza
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai