Anda di halaman 1dari 6

PENYALAHGUNAAN OBAT ANALGESIK OPIOID (NARKOTIK)

Drugs didefinisikan sebagai zat-zat yang mempengaruhi keadaan jiwa (psyche ) dan
yg tidak digunakan untuk pengobatan.sejak dahulu manusia telah menggunakan obat-obatan
yang mempengaruhi suasana jiwa pikiran dan perasaan.masalah penyalahgunaan sama tuanya
seperti peradaban itu sendiri.pemicu penyalahgunaan obat yang mengakibatkan
ketergantungan terdiri dari 3 faktor bersamaan,yakni tersedi-nya obat-obat
tersebut,sifatkepribadian yang mudah terpengaruh dan tekanan-tekanan sosial.
Istilah Indonesia untuk drugs adalah obat bius atau narkotika namun bila ditinjau
dari sifat farmakologinya,yaitu sifat membiusnya,istilah ini hanya tepat untuk sutau
kelompok dari zat-zat ini (opioid).istilah drugs pada umunya tidak terbatas padaopiat-opiat
ini saja,tetapi terutama digunakan untuk zat-zat yang memiliki sifat merangsang terhadap
keadaan jiwa seseorang.misalnya marihuana dan wekamin yang kebanyakan
pada dosis tinggi bisa mengakibatkan pembiusan.
Dalam hal ini akan membahas tentang analgesik opioid dan penyalahgunaannya.
Definisi
Analgesik merupakan obat yang pada dasarnya digunakan untuk menghilangkan dan
penatalaksanaan nyeri,yang dapat diakibatkan oleh adanya suatu mediator inflamasi ataupun
suatu penyebab selain adanya suatu inflamasi,misalnya rangsangan pada pusat nyeri di sistem
saraf pusat (CNS).
Analgesik opioid (narkotik) adalah obat-obar yang daya kerjanya meniru (mimic) opioid
endogen dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor opioid.
penggunaan analgesik opioid ini pada umumnya yaitu untuk penatalaksanaan nyeri
hebat,misalnya rasa sakit yang ditimbulkan pada kanker.namun obat ini juga dapat
menyebabkan efek samping yang sering terjadi apabila obat ini digunakan tanpa ada indikasi
klinis yaitu ketergantungan karena dapat meyebabkan suatu sensasi euforia yaitu suatu rasa
puas dan rasa sehat yang kuat sehingga obat-obat jenis ini banyak disalahgunakan (drug
abuse)
Sebelum dilanjutkan dengan pembahasan penyalahgunaan obat(drug abuse) analgesik
opioid,terlebih dahulu akan diuraikan definisi beberapa istilah yang berhubungan dengan hal
ini.
Drug abuse (penyalahgunaan) berarti penggunaan berlebihan yang terus menerus ataupun
kadang-kadang dari suatu obat secara tidak layak,yakni menyimpang dari indikasi
pengobatan yang lazim.
Adiksi(ketagihan)dan Habituasi(kebiasaan)adalah istilah yang berhubungan dengan erat
dengan abuse.untuk kedua istilah ini,WHO dalam laporan ke18-nya (1970) menggunakan
istilah drug dependence(ketergantungan).namun dalam praktek masih sering digunakan
istilah adiksi untuk melukiskan ketergantungan yang sangat hebat.
Ketergantungan(drugs dependence) adalah suatu keadaan fisik dan atau psikis yang
diakibatkan oleh interaksi antara suatu makhluk hidup dan satu atau lebih obat.keadaan ini
ditandai oleh perilaku yang terus terdorong oleh hasrat kuat untuk terus menerusatau periodik
menggunakan obat tertentu.tujuannya adalah untuk menyelami efek-efek psikisnya atau
untuk menghindari gejala abstinensi,karena bila penggunaannya dihentikan segera akan
muncul efek withdrawl yang sangat tidak nyaman.hasrat ini menguasai seluruh pikiran dan
tingkah laku si pecandu dan keinginan untuk memperoleh obat tersebut sangat kuat sehingga
melebihi kebutuhan akan makan,tidur,seks dan membuatnya bertindak asosial dan
kriminal.kemungkinan timbulnya ketergantungan berdasarkan beberapa faktor seperti
sejenisnya obat/drug,cara penggunaan dan individunya.kecepatan absorbsi oleh tubuh
misalnya pemberian secara intravena atau menghisapnya sebagai rokok (kokain atau heroin)
meningkatkan potensi ketergantungan.berlainan dengan ketergantungan habituasi seseorang
dapat menghentikan kebiasaannya(misalnya minum kopi)tanpa menimbulkan konsekuensi
yang parah.
Ada dua jenis ketergantungan,yakni ketergantungan fisik dan ketergantungan psikis
juga fenomena ketergantungan silang.
a.ketergantungan fisik
bercirikan terjadinya gejala abstinensi bila penggunaan obat yang berulang kali dihentikan
dan yang kadang-kadang menimbulkan suatu efek rebound yang berlebihan.SSP
menggunakan zat sejenis morfin (endorfin) sebagai neurotransmitter yang produksinya oleh
tubuh dihentikan bila misalnya diberikan suatu opiat.bila kemudian pemberian opiat ini
mendadak dihentikan,segera timbul kekurangan endorfin tersebut dan terjadi gejala abstinensi
yang dapat berlangsung sampai berminggu-minggu pada dependence ini,terjadinya toleransi
berperan penting.
b.ketergantungan psikis
bercirikan terjadinya gejala abstinensi psikis bila pemberian obat dihentikan,karena terjalin
suatu ikatan psikis yang kuat antara si pemakai dan obat.penggunaan drugs dapat
menciptakan suatu keadaan seolah-seolah seseorang dapat melepaskan diri dari keadaan
konflik dan melarikan diri dari kesulitan.namun begitu penggunaannya dihentikan,segala
masalah dan kesulitan akan timbul kembali,sehingga untuk dapat melupakannya penggunaan
harus dilanjutkan terus.dengan perkataan lain secara mental ia tergantung dari penggunaan
drugs.hasrat kuat akan obat dapat menimbulkan gejala mudah teriritasi dan kegelisahan,tetapi
dapat pula meningkat menjadi kelakuan asosial dan tindakan kriminal untuk memperoleh
obat.pada drugs yang bersifat sangat adiktif,ikatan psikis demikian kuat sekali dan dapat
bertahan lama(sampai bertahun-tahun),juga setelah obat dihentikan.
Faktor-faktor penyebab.
Singkatnya,ketergantungan psikis didasarkan pada hasrat untuk terus menerus
menggunakan obat drug dengan tujuan kenikmatan atau guna menghilangkan ketegangan dan
perasaan tidak nyaman.obat-obat yang menimbulkan ketergantungan psikis pada umunya
bekerja pada otak dan antara lain menumbulkan efek sebagai berikut:
-menghilangkan /mengurangi ketegangan dan kecemasan
- memberikan perasaan nyaman (eufori) dan
- menimbulkan perasaan meningkatnya kemampuan fisik maupun mental.
Batasan antara ketergantungan fisik dan psikis tidak terlalau jelas,misalnya dihentikannya
merokok dapat mengakibatkan suatu beban mental bagi perokok berat yang dapat
menimbulkan gejala fisik,seperti gangguan pencernaan dan gemetar (tremor).
Isi
Analgesik opioid (narkotik) adalah obat-obar yang daya kerjanya meniru (mimic) opioid
endogen dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor opioid.digunakan untuk
pengatasn atau penatalaksanaan nyeri yang disebabkan bukan karena faktor-faktor atau ada
suatu inflamasi dan adanya rasa nyeri yang hebat.
a.Sejarah
Berasal dari Papaver somniverum. Dari bunga madat opium (opium poppy). Dikenal
ribuan tahun lalu. Catatan penggunaannya ditemukan dlm dokumen Mesir kuno, Yunani, dan
Romawi.
Serturner, Ahli farmasi Jerman, menginvasi substansi alkali aktif murni pd 1803. Dia
dkk memberi nama morphine untuk bahan tsb, berdasarkan nama dewa mimpi yunani,
Morpheus.
Sir William Osler menyebut morphine sbg Gods ownmedicine (obat milik
Tuhan). Opioid biasanya termasuk semua derivat (turunan) alkaloid alami dan semisintetis
opium.
b.Farmakologi Analgetik Opioid
Bekerja thd reseptor opioid khas di Sistem Saraf Pusat (SSP), hingga persepsi nyeri
dan respons emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi). Min. ada 3 reseptor: mu, delta,
kappa. Tubuh dpt mensintesa zat-zat opioidnya, yakni zat-zat endorfin, yg juga bekerja
melalui reseptor opioid tsb.
Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dibagi dlm 3 klp:
-Agonis Opioid
- Alkaloid candu: morfin, kodein, heroin, nicomorfin
- Zat-zat sintetis: metadon, petidin
-Antagonis Opioid: nalokson, nalorfin. Bila digunakan sebagai analgetik dapat menduduki
salah satu reseptor (ini bisa bikin ketagihan).
-Kombinasi: Tidak mengaktivasi kerjanya dengan sempurna.
Morfin bekerja dengan jalan menduduki reseptor2 nyeri di SSP, hingga perasaan
nyeri dapat diblokir. Khasiat analgetiknya berdasarkan kemampuan untuk menduduki
reseptor nyeri yang belum ditempati endorfin. Tp jika analgetik tsb digunakan terus,
reseptor2 baru dibentuk, dan produksi endorfin dirintangi, akibatnya terjadi kebiasaan
dan ketagihan.
c.Penggunaan
WHO telah menyusun suatu program penggunaan analgetika untuk nyeri hebat
(misalnya, pada kanker), yang menggolongkan obat dalam 3 kelas yaitu:
1. non-opioida: NSAIDs, termasuk asetosal dan kodein
2. opioida lemah: d-propoksifen, tramadol, dan kodein atau kombinasi parasetamol dengan
kodein.
3. oipioida kuat: morfin dan derivat-derivatnya serta zat-zat sintetis opioid.
-Menurut program ini, pertama-tama obat diberikan 4 x sehari 1 g paracetamol, bila
efeknya kurang, beralih ke 4-6 x sehari kodein 30-60 mg (bersama parasetamol). Baru bila
diberikan langkah ke-dua ini tidak menghasilkan analgesi yang memuaskan, dapat diberikan
opioid kuat. Pilihan pertama dalam hal ini adalah morfin (oral, SubCutan,
IntraVena). Tujuan utama dari program ini adalah untuk menghindarkan risiko kebisaan
dan adiksi untuk opioida, bila diberikan sembarangan.
d.Efek Samping Umum
Morfin dan opioida lainnya menimbulkan sejumlah besar ES yang tidak diinginkan,
yaitu:
- supresi SSP, misalnya sedasi, menekan pernafasan dan batuk, miosis, hipothermia, dan
perubahan suasana jiwa (mood). Akibat stimulasi langsung dari CTZ (Chemo Trigger Zone),
timbul mual dan muntah. Pada dosis lebih tinggi mengakibatkan menurunnya aktivitas mental
- saluran-cerna, motilitas berkurang (obstipasi), kostraksi sfingter kandung empedu (kolik
batu-empedu).
- saluran-urogenital, retensi urin, motilitas uterus berkurang (waktu persalinan
diperpanjang).
- saluran napas: bronkokonstriksi
- sistem sirkulasi: vasodilatasi, hipertensi, bradikardi
- kebiasaan: risiko adiksi
e.Kebiasaaan dan Ketergantungan
- ketergantungan fisik, Penggunaan untuk jangka panjang pada sebagian pemakai
menimbulkan kebiasaan danketergantungan. Penyebabnya mungkin karena berkurangnya
resorpsi opioid atau perombakan / eliminasinya yang dipercepat, atau karena penurunan
kepekaan jaringan. Obat menjadi kurang efektif, sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi
untuk mencapai efek semula. Peristiwa ini disebut toleransi.
-ketergantungan psikis, yaitu kebutuhan mental akan efek psikotrop (euforia, rasa nyaman
dan segar) yang dapat menajdi sangat kuat, hingga pasien seolah-olah terpaksa melanjutkan
penggunaan obat.
-Gejala abstinensi selalu timbul bila penggunaan obat dihentikan (dengan mendadak) dan
semula dapat berupa menguap, berkeringat hebat dan air mata mengalir, tidur gelisah, dan
merasa kedinginan. Lalu timbul muntah-munath, diare, tachycardia, mydriasis, tremor,
kejang otot, tekanan darah naik, yang dapat disertai dengan reaksi psikis yang hebat (gelisah,
mudah marah, kekhawatiran mati).
-Efek-efek ini menjadi penyebab mengapa penderita penderita yang sudah ketagihan sukar
sekali menhentikan menggunakan opiad. Guna menghindari efek-efek tak enak ini, mereka
terpaksa melanjutkan penggunaannya.
Ada indikasi kuat bahwa terjadinya toleransi dan ketergantungan berkaitan erat
dengan aktivasi dari sistem dopaminergik di otak. Semua zat yang bersifat adiksi berkhasiat
meningkatkan jumlah dopamin secara akut,yang dihubungkan dengan efek eufori,labilitas
emosional,kekacauan dan histeri,misalnya pada penyalahgunaan morfin.mencetuskan
pelepasan dopamin,sedangkan kokain menhambat reuptakenya.lebih dari sepuluh
neurotransmitter lain antaranya noradrenalin dan serotonin memegang peranan pula pada
adiksi tetapi pengaruhnya jauh lebih ringan.kadar dopamin yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan halusinasi dan psikosis akut.dimana halusinasi adalah suatu pengalaman panca
indera ( sensory perception ) tanpa adanya rangsangan sensorik (sensory stimulation ).dan
pada kasus penyalahgunaan analgetik opioid ( yg paling sering yaitu morfin) tubuh terbiasa
menerima suatu peptida eksogen (morfin) tanpa ada suatu indikasi klinis sehingga tubuh
merespon dengan tidak menghasilkan suatu peptida endogen (misalnya endorfin) sehingga
apabila penggunaan morfin dihentikan akan peptida endogen akan tidak terbentuk,karena
terbiasa disuplay dari luar tubuh,sehingga dapat terjadi ketergantungan.
Pengobatan ketagihan analgesik opioid terutama ditujukan pada dua aspek yaitu
penghentian penggunaan (withdrawal) dan rehabilitasi sosial pasien.pada pengobatan harus
diperhatikan beberapa faktor yaitu:
- Taraf ketergantungan fisik penderita
- Penderita harus diberikan drug lain (agonisnya,misalnya metadon) untuk menekan
gejala abstinensi serius sambil lambat laun mengurangi dosisnya (terapi substitusi)
Secara farmakotepeutis,suatu jenis pengobatan yang lebih spesifik untuk menghilangkan
ketagihan terhadap analgesik opiat didasarkan pada teori bahwa bila reseptornya dihambat
oleh zat-zat antagonis opioid,maka penggunaan opiat tidak akan menyebabkan suatu
ketergantungan fisik.dalam hal ini,antagonist opiat spesifik nalokson telah dicoba secara
klinis tetapi hasilnya jauh lebih kurang memuaskan dibandingkan terapi metadon.naltrekson
adalah suatu antagonis morfin murni (tanpa kerja agonist ) yang dapat menghindari efek
opioida,seperti euforia obat ini digunakan sebagai obat pembantu selama proses
menanggulangi adiksi guna mendukung,,to stay clean.hanya boleh digunakan pada pecandu
yang sudah tidak menggunakan drugs selama 7-10 hari.bila opiat digunakan lagi dalam waktu
15 menit akan muncul gejala abstinensi akut yang serius dan dapat bertahan 48 jam.daya
kerja naltrekson berlangsung selama 24-72 jam.dosisnya 50 mg tiap hari atau 3 kali
seminggu.Penanganan ketagihan adakala dilakukan dengan metode cold turkey dimana
pemberian zat narkotik kepada penderita dihentikan dengan sekaligus,walaupun timbul
gejala-gejala penarikan yang hebat seperti kejang-kejang perut,diare,muntah,sakit otot,hidung
meler,mata berair,berkeringat dingin dan merinding.
Oleh sebab itu, penggunaan obat ini harus berada dalam pengawasan dokter serta
apoteker. Jika tidak, Anda akan ketagihan dan akan disebut sebagai orang yang
menyalahgunakan Narkoba.
Kesimpulan
Analgesik opioid digunakan pada penanganan nyeri yang disebabkan karena
faktor-faktor selain adanya mediator inflamasi dan pada nyeri yang sangat hebat
yang tidak bisa ditanggulangin dengan analgesik non-opioid
Pemicu penyalahgunaan obat yang mengakibatkan ketergantungan terdiri dari 3
faktor bersamaan,yakni tersedi-nya obat-obat tersebut,sifat kepribadian yang
mudah terpengaruh dan tekanan-tekanan sosial.
Agonist opioid ( metadon ) merupakan terapi yang paling baik dalam penanganan
ketergantungan analgesik opioid.
Perlu adanya kesadaran dari semua pihak untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan obat-obatan opioid (narkotik) yang dapat menyebabkan
ketergantungan.

Anda mungkin juga menyukai