Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang
diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang OVERDOSIS yang akan sangat berguna terutama untuk mahasiswa.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali
kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis
yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

palu, Maret 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karena ingin cepat sembuh kadang kala orang yang sakit mengonsumsi obat
berlebih. Tentu saja ini berbahaya. Penggunaan obat secara berlebihan atau
melebihi dosis yang ditentukan tidak akan memberikan manfaat bagi kesehatan,
tapi justru memicu munculnya gangguan kesehatan yang lain.Hal ini karena obat
bisa menjadi racun jika digunakan secara tidak tepat.
Jika obat yang dikonsumsi tidak membuat penyakitnya sembuh atau membaik
setelah dikonsumsi beberapa kali, sebaiknya hentikan penggunaannya. Dan
sebaiknya tidak mencoba untuk menambahkan dosis sendiri tanpa adanya nasihat
dari dokter karena memicu terjadinya overdosis. Jadi overdosis terjadi ketika
seseorang menggunakan terlalu banyak obat (kombinasi dari sejumlah obat).
Overdosis mempengaruhi tubuh kita khususnya otak, hati, jantung, paru-paru dan
ginjal. Jika ini terjadi maka tubuh akan kehilangan kemampuan untuk
mengantisipasi obat yang bersangkutan.
Penggunaan obat secara overdosis umumnya ditemukan pada obat sakit
kepala. Gejala yang muncul termasuk pingsan, berhenti bernafas, atau kegagalan
jantung, semuanya bisa mengakibatkan kematian. Sedangkan jika overdosis yang
terjadi pada obat antibiotik maka bisa menyebabkan kuman menjadi kebal atau
resisten sehingga dibutuhkan obat antibiotik lainnya dengan dosis yang lebih
tinggi. Tapi kasus overdosis bisa terjadi pada obat apapun.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apakah yang dimaksud dengan Overdosis ?
2) Bagaimanakah Etiologi dari Overdosis ?
3) Bagaimana Gejala dari Overdosis ?
4) Jelaskan Patofisiologi dari Overdosis ?
5) Sebutkan Manifestasi Overdosis ?
6) Bagaimana Penatalaksanaan dari Klien yang mengalami Overdosis ?
7) Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Overdosis ?

1.3 Tujuan
1) Mengetahui Dan Memahami Definisi Dari Overdosis
2) Mengetahui Dan Memahami Etiologi dari Overdosis
3) Mengetahui Dan Memahami Patofisiologi dari Overdosis
4) Mengetahui Dan Memahami Manifestasi Overdosis
5) Mengetahui Dan Memahami Penatalaksanaan dari Klien yang
mengalami Overdosis
6) Mengetahui Dan Memahami Asuhan Keperawatan Pada Klien
Overdosis
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami


keracunan akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam
jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan
secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama alkohol.
Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat
penenang (valium, xanax, mogadon/BK).

1. Napza merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat / bahan


adiktif lainnya adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh
manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi
sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Kegawatdaruratan NAPZA adalah suatu keadaan yang mengancam
kehidupan seseorang akibat penggunaan zat/obat yang berlebihan
(intoksikasi/over dosis) sehingga dapat mengancam kehidupan, apabila
tidak dilakukan penanganan dengan segera
a. Jenis-jenis NAPZA
NAPZA dapat dibagi ke dalam beberapa golongan yaitu:
1. Narkotika
Narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun
sintetis yang dapat menyebabkan turunnya kesadaran,
menghilangkan atau mengurangi hilang rasa atau nyeri dan
perubahan kesadaran yang menimbulkan ketergantungna akan
zat tersebut secara terus menerus. Contoh narkotika yang terkenal
adalah seperti ganja, heroin, kokain, morfin, amfetamin, dan lain-
lain. Narkotika menurut UU No. 22 tahun 1997 adalah zat atau
obat berbahaya yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan
penurunan maupun perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan (Wresniwiro dkk. 1999).
Golongan narkotika berdasarkan bahan pembuatannya adalah:
a) Narkotika alami yaitu zat dan obat yang langsung dapat
dipakai sebagai narkotik tanpa perlu adanya proses fermentasi,
isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu karena bisa langsung
dipakai dengan sedikit proses sederhana. Bahan alami tersebut
umumnya tidak boleh digunakan untuk terapi pengobatan secara
langsung karena terlalu berisiko. Contoh narkotika alami yaitu
seperti ganja dan daun koka.
b) Narkotika sintetis adalah jenis narkotika yang memerlukan proses
yang bersifat sintesis untuk keperluan medis dan penelitian
sebagai penghilang rasasakit/analgesik.Contohnya yaitu seperti
amfetamin, metadon,dekstropropakasifen, deksamfetamin, dan
sebagainya. Narkotika sintetis dapat menimbulkan dampak sebagai
berikut:
2. Depresan = membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan
diri.
3. Stimulan = membuat pemakai bersemangat dalam
beraktivitas kerja danmerasa badan lebih segar.
4. Halusinogen = dapat membuat si pemakai jadi berhalusinasi
yang mengubah perasaan serta pikiran.
c) Narkotika semi sintetis yaitu zat/obat yang diproduksi dengan cara
isolasi,ekstraksi, dan lain sebagainya seperti heroin, morfin,
kodein, dan lain-lain.

2. Psikotropika
Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002,
psikotropika adalah zat atau obat, baik sintesis maupun semisintesis
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku. Zat yang tergolong dalam psikotropika (Hawari, 2006)
adalah: stimulansia yang membuat pusat syaraf menjadi sangat
aktif karena merangsang syaraf simpatis. Termasuk dalam golongan
stimulan adalah amphetamine, ektasy (metamfetamin), dan
fenfluramin. Amphetamine sering disebut dengan speed, shabu-shabu,
whiz, dan sulph. Golongan stimulan lainnya adalah halusinogen yang
dapat mengubah perasaan dan pikiran sehingga perasaan dapat
terganggu. Sedative dan hipnotika seperti barbiturat dan
benzodiazepine merupakan golongan stimulan yang dapat
mengakibatkan rusaknya daya ingat dan kesadaran, ketergantungan
secara fisik dan psikologis bila digunakan dalam waktu lama.

3. Zat Adiktif Lainnya

Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam
bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan
kesehatan lingkungan hidup secara langsung dan tidak langsung yang
mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan
iritasi. Bahan- bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan
termasuk ke dalam narkotika dan psikoropika, tetapi mempunyai
pengaruh dan efek merusak fisik seseorang jika disalahgunakan
(Wresniwiro dkk. 1999). Adapun yang termasuk zat adiktif ini
antara lain: minuman keras (minuman beralkohol) yang meliputi
minuman keras golongan A (kadar ethanol 1% sampai 5%) seperti bir,
green sand; minuman keras golongan B (kadar ethanol lebih dari 5%
sampai 20%) seperti anggur malaga; dan minuman keras golongan C
(kadar ethanol lebih dari 20% sampai 55%) seperti brandy, wine,
whisky. Zat dalam alkohol dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bila
kadarnya dalam darah mencapai 0,5% dan hampir semua akan
mengalami gangguan koordinasi bila kadarnya dalam darah 0,10%
(Marviana dkk. 2000). Zat adiktif lainnya adalah nikotin, votaile, dan
solvent/inhalasia.
b. Jenis-jenis kegawatdaruratan NAPZA
Berikut ini adalah jenis-jenis kegawatdaruratan NAPZA :Yang
dimaksud dengan intoksikasi (Over Dosis) adalah kondisi fisik dan
prilaku abnormal akibat penggunaan zat yang dosisnya melebihi batas
toleransi tubuh.
1. Intoksikasi/Over Dosis
a. Intoksokasi Opioida
Intoksikasi opioida ditunjukkan dengan adanya tanda dan gejala
penurunan kesadaran, (stupor sampai koma), pupil pinpoint (dilatasi pupil
karena anoksia akibat overdosis), pernapasan kurang dari 12x/menit
sampai henti napas, ada riwayat pemakaian opioida (needle track sign),
bicara cadel, dan gangguan atensi atau daya ingat. Perilaku mal adaptif
atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya euforia
awal yang diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor
atau gangguan fungsi sosial dan fungsi pekerjaan selama atau segera
setelah pemakaian opioid.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.
2. Ketergantungan NAPZA (Withdrawl/ Sindrome Putus Zat)
Ketergantungan atau yang disebut dengan withdrawl adalah suatu
kondisi cukup berat yang ditandai dengan adanya ketergantungan fisik yaitu
toleransi dan sindrome putus zat.
Sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang biasa
menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau
menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan gejala
pemutusan zat.
2. IFO (Insektida fosfat organik)
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa
kimia dalamtubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua
bahan yang dipakaimanusia untuk membasmi hama yang merugikan
manusia.Termasuk peptisida iniadalah insektisida. Ada 2 macam
insektisida yang paling benyak digunakan dalampertanian :
 Insektisida hidrokarbon khlorin ( IHK=Chlorinated Hydrocarbon )
 Insektida fosfat organik ( IFO =Organo Phosphatase insectisida )
Yang paling sering digunakan adalah IFO yang pemakaiannya terus
menerusmeningkat. Sifat dari IFO adalah insektisida poten yang paling
banyak digunakandalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah
satu derivatnya adalah Tabundan Sarin. Bahan ini dapat menembusi kulit
yang normal (intact) juga dapaat diserapdiparu dan saluran
makanan,namun tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh sepertigolongan
IHK.Macam-macam IFO adalah malathion (Tolly) Paraathion, diazinon,
Basudin,Paraoxon dan lain-lain. IFO ada 2 macam adalah IFO Murni dan
golongancarbamate.Salah satu contoh golongan carbamate adalah baygon.

2.2 Etiologi
OD ( overdosis) atau kelebihan dosis terjadi karena beberapa hal:
1) Mengkonsumsi lebih dari satu jenis narkoba misalnya mengkonsumsi
putaw hamper bersamaan dengan alcohol atau obat tidur seperti valium,
megadom/ BK, dll.
2) Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya,
misalnya jika seseorang memakai narkoba walaupun hanya seminggu,
tetapi apabilah dia memakai lagi dengan takaran yang sama seperti
biasanya kemungkinan besar terjadi OD.
3) Kualitas barang dikonsumsi berbeda.
2.4 Patofisiologi
IFO(Organo Phosphatase insectisida) bekerja dengan cara
menghambat (inaktivasi) enzim asetikolinesterase tubuh (KhE).Dalam
keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis
arakhnoid(AKH) dengan jalan mengikat Akh –KhE yang bersifat
inaktif.Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO- KhE lebih
banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-tempat
tertentu, sehingga timbul gejala gejala rangsangan Akh
yang berlebihan,yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan
SSP (menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP ) Pada keracunan
IFO,Ikatan IFO – KhE bersifat menetap (ireversibel),sedangkan
keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara (reversible).
Secara farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan :
1. Muskarini,terutama pada saluran pencernaan,kelenjar ludah dan
keringat,pupil,bronkus dan jantung.
2. Nikotinik,terutama pada otot-otot skeletal,bola mata,lidah,kelopak mata
dan otot pernafasan.
3. SSP, menimbulkan nyeri kepala,perubahan emosi,kejang-
kejang(Konvulsi) sampai koma.
Overdosis atau keracunan NAPZA adalah pada sistem saraf pusat

dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan.

Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek

toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian

lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi

mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan

ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu

tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena

adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi
akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia (Brunner and Suddarth,
2010).
2.5 Manifestasi klinis
Umumnya manifestasi klinis yang timbul pada klien yang mengalami
overdosis :
1. Kelainan visus
2. Hiperaktifitas kelenjar ludah
3. Keringat
4. Gangguan saluran pencernaan
5. Kesukaran bernafas.
Gejala ringan meliputi :
1. Anoreksia
2. Nyeri kepala
3. Rasa lemah
4. Rasa takut
5. Tremor pada lidah, kelopak mata
6. Pupil miosis.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorik. Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan
plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun
kronik (Menurun sekian % dari harga normal ).
Kercunan akut : Ringan : 40 - 70 % Sedang : 20 - 40 % Berat : < 20 %
Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap
individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segara
disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar KhE telah
meningkat > 75 % N
2. Patologi Anatomi ( PA ). Pada keracunan akut,hasil pemeriksaan
patologi biasanya tidak khas. Sering hanya ditemukan edema paru,dilatsi
kapiler,hiperemi paru,otak dan organ-oragan lainnya.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ifo
1. Tindakan emergensi :
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontanatau pernapasan tidak adekuat.
Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan
perbaiki perfusi jaringan.
2. Identifikasi penyebab keracunan : Bila mungkin lakukan
identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usahamencari penyebab
keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan
penderita yang harus segera dilakukan.
3. Eliminasi racun : Racun yang ditelan,
a. Rangsang muntah akan sangat bermanfaat bila dilakukan
dalam 1 jam pertama sesudah menelanbahan beracun, bila
sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsangmuntah
kecuali bila bahan beracun tersebut mempunyai efek yang
menghambatmotilitas (memperpanjang pengosongan) lambung.
Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan
merangsang palatum mole atau dinding belakang faring,atau
dapat dilakukan dengan pemberian obat- obatan :
1) Sirup Ipecac, diberikan sesuai dosis yang telah ditetapkan.
2) Apomorphine
Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%,dapat
menyebabkanmuntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan
dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan.

Penatalaksanaan pada penyalahgunaan NAPZA


Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan,
pengobatan sampai pemulihan (rehabilitasi).
a) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan:
a. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang
NAPZA
b. Deteksi dini perubahan perilaku
c. Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to drugs”) atau “Katakan
tidak pada narkoba”
b) Pengobatan
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan
gejala putus zat, dengan dua cara yaitu:
a. Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan
zat yang mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan
saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis
opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi
pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti
ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan
cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama
sekali. Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat
yang menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat
penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai
dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut.
c) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh
dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan
religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma
ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal
mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang
disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan
kebutuhan (Depkes, 2001).
Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA menjalani
program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1
(satu) minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan
(pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan
dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari,
2003).
Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak
sama karena tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya,
fasilitas, dan sarana penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit.
Menurut Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami
perawatan selama 1 minggu menjalani program terapi dan
dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2 minggu maka
klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat
rehabilitasi, dan unit lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan lama
rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh menurut
medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa sampai 2
tahun.
Berdasarkan pengertian dan lama rawat di atas, maka perawatan di
ruang rehabilitasi tidak terlepas dari perawatan sebelumnya yaitu
di ruang detoksifikasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan di
bawah ini (bagan 1).
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai
menjalani detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan
menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap
NAPZA yang selalu terjadi (DepKes, 2001). Dengan rehabilitasi
diharapkan pengguna NAPZA dapat:
1. Mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan
NAPZA lagi
2. Mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA
3. Pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya
4. Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari-hari
dengan baik
5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja
6. Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam
pergaulan dengan lingkungannya.

1. Penatalaksanaan Kegawatandauratan
Berhubungan dengan intoksikasi dapat mengancam nyawa, maka
walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan maka setiap kasus
intoksikasi harus diperlakukan seperti pada keadaan kegawatan yang
mengancam nyawa.Penilaian terhadap tanda vital seperti tanda jalan
napas, pernapasan sirkulasi dan penurunan kesadaran harus dilakukan
secara cepat dan seksama sehingga tindakan resusitasi tidak terlambat
dimulai.Berikut ini adalah urutan resusitasi seperti yang umumnya
dilakukan.
A = Airway Support
Factor utama yang membuat klien tidak sadar adalah adanya sumbatan di
jalan napas klien, seperti lidah, makanan ataupun benda asing lainnya.
Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada klien
tidak sadar karena pada kondisi tidak sadar itulah lidah klien akan
kehilangan ototnya sehingga akan terjatuh kebelakang rongga mulut. Hal
ini mengakibatkan tertutupnya trachea sebagai jalan napas.Sebelum
diberikan bantuan pernapasan, jalan napas korban harus terbuka.
Tekhnik yang dapat dilakukan penolong adalah cross-finger (silang jari),
yaitu memasukkan jari telunjuk dan jempol menyentuh gigi atau rahang
klien.Kemudian tanpa menggerakkan pergelangan tangan, silangkan
kedua jari tersebut denagn geraakan saling mendorong sehingga rahang
atas dan rahang bawah terbuka.periksa adanya benda yang menyumbat
atau berpotensi menyumbat.Jika terdapat sumbatan, bersihkan dengan
teknik finger-sweep (sapuan jari) dengan menggunakan jari telunjuk yang
terbungkus kassa (jika ada).
Adadua maneuver yang lazim digunakan untuk membuka jalan napas,
yaitu head tilt / chin lift dan jaw trust.
Head tilt atau chin lift: Teknik ini hanya dapat digunakan pada klien
pengguna NAPZA tanpa cedera kepala, leher, dan tulang belakang.
Tahap-tahap untuk melakukan teknik ini adalah :
1. Letakkan tangan pada dahi klien (gunakan tangan yang paling
dekat denga dahi korban).
2. Pelan-pelan tengadahkan kepala kliendengan mendorong dahi
kearah belakang.
3. Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian
tulang dari dagu korban.
4. Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan
sampai mulut klien tertutup.
5. Pertahankan posisi ini.
Jaw trust : Teknik ini dapat digunakan selain teknik diatas. Walaupun
teknik ini menguras tenaga, namaun merupakan yang paling sesuai
untuk klien pengguna NAPZA denag cedera tulang belakang. Tahap-
tahap untuk melakukan teknik ini adalah :
1. Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua
sisi kepala korban. Letakkan tangan dikedua sisikepalakorban.
2. Cengkeram rahang bawah korbsn pada kedua sisinya. Jika korban
anak-anak, gunakan dua atau tiga jari dan letakkanpada sudut
rahang.
3. Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah
korban keatas. Hal ini menarik lidah menjauhi tenggorokan.
4. Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik
bibir bagian bawah denagn kedua ibu jari.
B = Breathing Support

Bernafas adalah usaha seseorang yang dilakukan secara


otomatis.Untuk menilai secara normal dapat dilihat dari pengembangn
dada dan berapa kali seseorang bernafas dalam satu menit.Frekuensi/
jumlah pernafasan normal adalah 12-20x / menit pada klien deawasa.
Pernafasan dikatakan tidak normal jika terdapat keadaan terdapat
tanda-tanda sesak nafas seperti peningkata frekuensi napas dalam satu
menit, adanya napas cupinghidung (cuping hidung ikut bergerak saat
bernafas), adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot sela
iga, otot leher, otot perut), warna kebiruan pada sekitar bibir dan
ujung-ujung jari tangan, tidak ada gerakan dada, tidak ada suara napas,
tidak dirasakan hembusannapas dan klien dalam keadaan tidak sadar
dan tidak bernapas.
Breathing support atau ksiganisasidarurat adalah penilain status
pernapasan klien untuk mengetahuiapakah klienmasih dapatbernapas
secara spontan atau tidak. Prinsip dari melakukan tindakan ini adalah
dengan cara melihat, mendengar dan merasakan (Look, Listen and
Feel = LLF). Lihat, ada tidaknya pergerakan dada sesuai dengan
pernapasan.Dengar, ada tidaknya suara napas (sesuai irama) dari mulut
dan hidung klien.Rasakan, dengan pipi penolong ada tidaknya
hembusan napas (sesuai irama) dari mulut dan hidung korban.Lakukan
LLF dengan waktu tidak lebih dari 10 detik.
Jikaterlihat pergerakan dada, terdengar suara napas dan terasa
hembusan napas klien, maka berarti klientidak menglami henti
napas.masalah yang ada hanyalah penurunan kesadaran.dalam kondisi
ini, tindakan terbaik yang dilakukan perawat adalah mempertahankan
jalan napas tetap terbuka agan ogsigenisasi klien tetap terjaga dan
memberikan posisi mantap.
Jika korban tidakbernapas, berikan 2 kali bantuan per-napasan denag
volume yang cukup untuk dapat mengembangkan dada. Lamanya
memberikan bantuan pernapasan sampai dada mengembang adalah
1detik.Demikian halnya berlaku jika bantuan pernapasan diberikan
melalui mulut ke mulut dan mulut ke sungkup muka. Hindari
pemberian pernapasan yang terlalu banyak dan terlalu kuat karena
akan menyebabkan kembung (distensi abdomen) dan dapat
menimbulan komplikasi padaparu-paru.
Bantuan pernapasan dari mulut ke mulut bertujuan memberikan
ventilasi oksigen kepada klien.Untuk memberikan bantuan tersebut,
buka jalan napas klien, tutup cuping hidung klien dan mulut penolong
mencakup seluruh mulut klien.Berikan 1 kali pernapasan dalam waktu
1 detik.lalu penolong bernapas biasa dan berikan pernapasan 1 kali
lagi.Perhatikan adakah pengenbangan dada klien. Jika tidak terjadi
pengembangan dada, maka cara penolong tidaak tepat dalam membuka
jalan napas. Cara yang samaa dilakukan jika alat pelindung terdiri dari
2 tipe, yaitu pelindung wajah dan sungkup wajah.Pelindung wajah
berbentuk lembaran yang terbuat dari plastic bening atau silicon yang
dapat mengurangi kontak antara klien dengan penolong.Sedangkan
jika memakai sungkup wajah, maka biasanya terdapat lubang khusus
untuk memasukkan oksigen.Ketika oksigen telah tersedia, maka
berikan aliran oksigen sebanyak 10-12 liter/menit.

C = Circulation Support

Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan kompresi


dada luar yang diberikan pada klien yang mengalami henti jantung.
Selain itu untuk mempertahankan sirkulasi spontan dan
mempertahankan sistem jantung paru agar dapat berfungsi optimal
dilakukan bantuan hidup lanjut (advance life support). Jika tindakan ini
dilakukan dengan cara yang salah maka akan menimbulkan penyulit-
penyulit seperti patah tulang iga, atau tulang dada, perdarahan rongga
dada dan injuri organ abdomen.
Sebelum melakukan RJP pada klien perawat harus memastikan bahwa
klien dalam keadaan tidak sadar, tidak bernapas dan arteri karotis tidak
teraba. Cara melakukan pemeriksaan arteri karotis adalah dengan cara
meletakkan dua jari diatas laring (jakun). Lalu geser jari penolong ke
arah samping dan hentikan disela-sela antara laring dan otot leher.
Setelah itu barulah penolong merasakan denyut nadi. Perabaan
dilakukan tidak boleh lebih dari 10 detik.
Melakukan resusitasi yang benar adalah dengan cara meletakkan kedua
tangan ditulang dada bagian sepertiga bawah dengan jari mengarah ke
kiri dengan posisi lengan tegak lurus dengan sendi siku tetap dalam
eksteni (kepala tengkorak). Untuk memberikan kompresi dada yang
efektif. Lakukan kompresi dengan kecepatan 100x/menit dengan
kedalaman kompresi 4-5 cm. Kompresi dada harus dilakukan selam
nadi tidak teraba dan hindari penghentian kompresi yang terlalu sering.
Rasio kompresi ventilasi yang direkomendasian adalah 30:20. Rasio
ini dibuat untuk menigkatkan jumlah kompresi dada, mengurangi
kejadian hiperventilasi, dan mengurangi pemberhentian kompresi
untuk melakukan ventilasi.
2. Penilaian Klinik
Penatalaksanaan intoksikasi harus segera dilakukan tanpa menunggu
hasil pemeriksaan toksikologi. Beberapa keadaan klinik perlu
mendapat perhatian karena dapat mengancam nyawa seperti koma,
kejang, henti jantung, henti nafas, dan syok.
3. Anamnesis
Pada keadaan emergensi, maka anamnesis kasus intoksikasi ditujukan
pada tingkat kedaruratan klien. Yang paling penting dalam anamnesis
adalah mendapatkan informasi yang penting seperti :
a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang obat yang digunakan,
termasuk obat yang ering dipakai, baik kepada klien (jika
memungkinkan), anggota keluarga, teman, atau petugas kesehatan
yang biasa mendampingi (jika ada) tentang obat yang biasa
digunakan.
b. Tanyakan riwayat alergi atau riwayat syok anafilaktik.
c. Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda/kelainan akibat
intosikasi, yaitu pemeriksaan kesadaran, tekanan darah, nadi, denyut
jatung, ukuran pupil, keringat, dan lain-lain. Pemeriksaan penunjang
diperlukan berdasarkan skala prioritas dan pada keadaan yang
memerlukan observasi maka pemeriksaan fisik harus dilakukan
berulang.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian primer
Pengkajian difokusakan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas
dan sirkulasi yang mengancam jiwa,adanya gangguan asam basa,keadaan status
jantung,status kesadran.

Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang


digunakan,berapa lama diketahui setelah keracunan,ada masalah lain sebagi
pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu


melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang
mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
Tahapan kegiatan meliputi :

 A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas


disertai control servikal.
 B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan
agar oksigenasi adekwat.
 C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
 D: Disability, mengecek status neurologis
 E: Exposure, enviromental control, buka baju penderita, tapi cegah
hipotermia.
Survei primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang
mengancam nyawa pasien. Survei primer dilakukan secara sekuensial sesuai
dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam
tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik). Apabila teridentifikasi henti
nafas dan henti jantung maka resusitasi harus segera dilakukan.
Apabila menemukan pasien dalam keadaan tidak sadar maka pertama kali
amankan lingkungan pasien atau bila memungkinkan pindahkan pasien ke tempat
yang aman. Selanjutnya posisikan pasien ke dalam posisi netral (terlentang) untuk
memudahkan pertolongan.
Penilaian airway dan breathing dapat dilakukan dengan satu gerakan
dalam waktu yang singkat dengan metode LLF (look, listen dan feel).

AIRWAY
Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji
kelancaran nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru.
Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing, serpihan tulang
akibat fraktur pada wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah ke belakang.
Selama memeriksa jalan nafas harus melakukan kontrol servikal,
barangkali terjadi trauma pada leher. Oleh karena itu langkah awal untuk
membebaskan jalan nafas adalah dengan melakukan manuver head tilt dan chin
lift seperti pada gambar di bawah ini :

Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :


 sianosis (mencerminkan hipoksemia)
 retraksi interkota (menandakan peningkatan upaya nafas)
 pernafasan cuping hidung
 bunyi nafas abnormal (menandakan ada sumbatan jalan nafas)
 tidak adanya hembusan udara (menandakan obstuksi total jalan nafas atau henti
nafas)
BREATHING
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara
adekwat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama
masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan
ekspirasi merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi ventilasi
mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan diafragma. Pengkajian pernafasan
dilakukan dengan mengidentifikasi :
 pergerakan dada
 adanya bunyi nafas
 adanya hembusan/aliran udara
CIRCULATION
Sirkulasi yang adekwat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan
pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari
fungsi sistem kardiovaskuler. Status hemodinamik dapat dilihat dari :
 tingkat kesadaran
 nadi
 warna kulit
Pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri karotis dan arteri
femoral.

Pengkajian sekunder

a. IDENTITAS KLIEN
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: nama klien, panggilan klien, jenis kelamin (pria > wanita),
usia (biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/ tingkat
pendidikan beresiko menggunakan NAPZA), pekerjaan (tingkat
keseriusan/ tuntutan dalam pekerjaannya dapat menimbulkan masalah),
status (belum menikah, menikah atau bercerai), kemudian nama perawat,
tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
1. ALASAN MASUK
Biasanya karena timbul gejala-gejala penyalahgunaan NAPZA
(fsikososial) atau mungkin klien mengatakan tidak tahu, karena yang
membawanya ke RS adalah keluarganya. Alasan masuk tanyakan kepada
klien dan keluarga.
2. Faktor Predisposisi
Kaji hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi
pecandu/ pengguna NAPZA, baik dari pasien maupun keluarga.
3. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ akibat gejala
yang biasa timbul dari jenis NAPZA yang digunakan seperti tanda-tanda
vital, berat badan,dll.
4. Psikososial
A. Genogram
a. Buatlah genogram minimal tiga gcncrasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga.
B. Konsep diri
a Gambaran diri : Klien mungkin merasa tubuhnya baik-baik saja
b. Identitas : Klien mungkin kurang puas terhadap dirinya sendiri
c. Peran : Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara
d. Ideal diri : Klien menginginkan keluarga dan orang lain
menghargainya
e. Harga diri : Kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya

C. Hubungan sosial
Klien penyalahgunaan NAPZA biasanya menarik diri dari aktivitas
keluarga maupun masyarakat. Klien sering menyendiri, menghindari
kontak mata langsung, sering berbohong dan lain sebagainya.
D. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik untuk
kesehatan.
b. Kegiatan ibadah : Tidak menjalankan ibadah selama menggunakan
NAPZA.
5. Status Mental
1. Penampilan.
Penampilan tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak
seperti biasanya dijelaskan.
2. Pembicaraan
a. Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras,
gagap, membisu, apatis dan atau lambat
b. Biasanya klien menghindari kontak mata langsung, berbohog atau
memanipulasi keadaa, bengong/linglung.
3. Aktivitas motorik
Klien biasanya menunjukkan keadaan lesu, tegang, gelisah, agitasi,
Tik, grimasen, termor dan atau komfulsif akibat penggunaan atau
tidak menggunakan NAPZA
4. Alam perasaan.
Klien bisa menunjukkan ekspresi gembira berlebihan pada saat
mengkonsumsi jenis psikotropika atau mungkin gelisah pada
pecandu shabu.
5. Afek
Pada umumnya, afek yang muncul adalah emosi yang tidak
terkendai. Afek datar muncul pada pecandu morfin karena
mengalami penurunan kesadaran.
6. lnteraksi selama wawancara
Secara umum, sering menghindari kontak mata dan mudah
tersingung. Pecandu amfetamin menunjukkan perasaan curiga.
7. Persepsi.
Pada pecandu ganja dapat mengalami halusinasi pengelihatan
8. Proses pikir
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa
sehingga menunjukkan tangensial. Beberapa NAPZA
menimbulkan penurunan kesadaran, sehingga klien mungkin
kehilangan asosiasi dalam berkomunikasi dan berpikir.
9. lsi pikir

a. Pecandu ganja mudah percaya mistik, sedangkan amfetamin


menyebabkan paranoid sehingga menunjukkan perilaku phobia.
b. Pecandu amfetamin dapat mengalami waham curiga akibat
paranoidnya.

10. Tingkat kesadaran


Menunjukkan perilaku bingung, disoreientasi dan sedasi
akibat pengaruh NAPZA.
11. Memori.
Golongan NAPZA yang menimbulkan penurunan kesadaran
mungkin akan menunjukkan gangguan daya ingat jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan konsentrasi.


Pecandu ganja mengalami penurunan berhitung.
13. Kemampuan penilaian
Penurunan kemampuan menilai terutama dialami oleh klien
alkoholik. Gangguan kemampuan penilaian dapat ringan maupun
bermakna.
14. Daya tilik diri
Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-
hal diluar dirinya.

6. Kebutuhan Persiapan Pulang


Lakukan observasi tentang:
1. Makan
2. BAB/BAK,
3. Mandi
4. Berpakaian
5. lstirahat dan tidur
6. Penggunaan obat
7. Pemeliharaan kesehatan
8. Kegiatan di dalam rumah
9. Kegiatan di luar rumah
7. Mekanisme Koping
Maladaptif.
8. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien NAPZA tentu bermasalah dengan psikososial maupun
lingkungannya.
9. Pengetahuan Kurang
Biasanya tentang mekanisme koping dan akibat penyalahgunaan NAPZA
10. Aspek Medik
Sesuaikan dengan terapi medik yang diberikan.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan


2. Resiko kekurangan volume cairan tubuh.
3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
4. Ansietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu.
C. Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan criteria NIC
hasil
ketidakefektifnya pola Tujuan :  Observasi tanda-tanda
nafas berhubungan Mempertahankan pola vital.
dengan distress napas tetap efektif Rasional : Untuk
pernapasan mengetahui keadaan
umum pasien dalam
menentukan tindakan
selanjutnya
 Berikan O2 sesuai
anjuran dokter
Rasional : Terapi oksigen
meningkatkan suplai
oksigen ke jantung
 Jika pernafasan depresi
,berikan
oksigen(ventilator) dan
lakukan suction.
Rasional : Ventilator bisa
membantu memperbaiki
depresi jalan napas
 Berikan kenyamanan dan
istirahat pada pasien
dengan memberikan
asuhan keperawatan
individual
Rasional : Kenyamanan
fisik akan memperbaiki
kesejahteraan pasien dan
mengurangi
kecemasan,istirahat
mengurangi komsumsi
oksigen miokard

Resiko kekurangan Setelah dilakukan  Pertahankan catatan


volume cairan tubuh. tindakan keperawatan intake dan output yang
selama 2 x 24 akurat
kekurangan volume  Monitor status hidrasi
cairan pasien dapt (kelembapan membran
teratasi dengan mukosa, nadi adekuat,
Kriteria Hasil: tekanan darah ortostatik).
Tekanan darah, suhu Jika diperlukan
tubuh dalam batas  Monitor vital sign
normal.
 Monitor status nutrisi
Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi  Monitor masukan
makanan/ cairan dan
hitung intake kalori harian
 Kolaborasikan pemberian
cairan IV
 Kolaborasi dengan dokter
Penurunan Tujuan : Setelah  Monitor vital sign tiap 15
kesadaran berhubungan dilakukan tindakan menit
dengan depresi sistem perawatan diharapkan Rasional : bila ada
saraf pusat dapat mempertahankan perubahan yang bermakna
tingkat kesadaran klien merupakan indikasi
(komposmentis) penurunan kesadaran
 Catat tingkat kesadaran
pasien
Rasional : Penurunan
kesadaran sebagai indikasi
penurunan aliran darah
otak.
 Kaji adanya tanda-tanda
distress pernapasan,nadi
cepat,sianosis dan
kolapsnya pembuluh darah
Rasional : Gejala tersebut
merupakan manifestasi
dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru.
 Monitor adanya
perubahan tingkat
kesadaran
Rasioanal : Tindakan
umum yang bertujuan
untuk keselamatan hidup,
meliputi resusitasi :
Airway, breathing,
sirkulasi
 Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
anti dotum
Rasional : Anti dotum
(penawar racun) dapat
membantu mengakumulasi
penumpukan racun
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan  Gunakan pendekatan
dengan Tidak tindakan keperawatan yang menenangkan
efektifnya koping kecemasan pasien  Nyatakan dengan jelas
individu. dapat teratasi dengan harapan terhadap pelaku
Kriteria hasil: pasien
Klien mampu  Jelaskan semua prosedur
mengidentifikasi dan dan apa yang dirasakan
mengungkapkan gejala
selama prosedur
cemas
Vital sign dalam  Temani pasien untuk
keadaan normal memberikan keamanan
dan mengurangi takut
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenai
situasi yang menimbulkan
kecemasan
 Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
OD (Over Dosis) adalah mengkonsumsi obat berlebihan. OD sering
disangkutan dengan terjadinya bila heroin digunakan bersama alkohol, obat tidur
misalnya golongan barbiturat (luminal) atau penenang (valium, xanax,
mogadon/BK dan lain-lain). Jangan mengonsumsi heroin bersama alkohol atau
obat tersebut dengan gejala klinis penurunan kesadaran, frekuensi pernapasan
kurang dari 12 kali/menit, pupil miosis, adanya riwayat pemakaian obat-obat
terlarang. kombinasi dosis tinggi benzodiazepine untuk terjadinya OD
adalah dengan alkohol , barbiturat , opioid sangat berbahaya, dan dapat
mengakibatkan komplikasi berat seperti koma atau kematian. Overdosis obat ini
dapat menyebabkan kerusakan hati dengan gejala yang termasuk kehilangan nafsu
makan, mual, kelelahan, dan muntah, pucat, dan berkeringat. Tahap berikutnya
menunjukkan gejala kegagalan hati dan termasuk sakit perut dan nyeri tekan,
pembengkakan hati, dan tes darah abnormal untuk enzim hati. Pada tahap terakhir
dari keracunan, kemajuan gagal hati dan pasien menjadi kuning, dengan
menguningnya kulit dan putih mata. Mereka juga mungkin mengalami gagal
ginjal, gangguan perdarahan, dan ensefalopati (pembengkakan otak).
Daftar Pustaka

http://www.scribd.com/doc/238210589/Askep-Overdosis-Jadi

http://id.wikipedia.org/wiki/Overdosis

http://health.detik.com/read/2012/10/04/130910/2054473/1407/pertolongan-
pertama-pada-overdosis-penyalahgunaan-obat

http://health.detik.com/read/2012/10/04/130910/2054473/1407/pertolongan-
pertama-pada-overdosis-penyalahgunaan-obat

Anda mungkin juga menyukai