Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASKEP PALIATIF DAN TERAPI KOMPLEMENTER

Konsep dasar komplementer dan bentuk- bentuk terapi komplementer

DOSEN PEMBIMBING:

Hesti Prawita W, SST.,M. Kes

DISUSUN OLEH:

Jessy Yanti NIM P07220217018

Mega Selviana NIM P07220217019

Novinta Devi S NIM P07220217025

Nurul Munawarah NIM P07220217028

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


MAKALAH ASKEP PALIATIF DAN TERAPI KOMPLEMENTER

Konsep dasar komplementer dan bentuk- bentuk terapi komplementer

DOSEN PEMBIMBING:

Hesti Prawita W, SST.,M. Kes

DISUSUN OLEH:

Jessy Yanti NIM P07220217018

Mega Selviana NIM P07220217019

Novinta Devi S NIM P07220217025

Nurul Munawarah NIM P07220217028

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Askep Paliatif dan Terapi Komplementer tentang
Konsep dasar komplementer dan bentuk- bentuk terapi komplementer.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin hingga


terselesaikan dengan tepat waktu. Kami berterima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Askep Paliatif dan Terapi Komplementer atas
bimbingannya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
banyak sekali kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
dosen pembimbing maupun teman-teman sekalian agar kami dapat memperbaiki
makalah Askep Paliatif dan Terapi Komplementer ini menjadi lebih baik.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Askep Paliatif dan Terapi
Komplementer tentang Konsep dasar komplementer dan bentuk- bentuk terapi
komplementer ini dapat bermanfaat untuk kami pribadi khususnya maupun untuk
para pembaca pada umumnya serta dapat menginspirasi.

Samarinda, 20 Januari 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terapi komplementer dan alternative (CAM) menurut The National


Center for Complementary and alternative Medicine (NCCAM) di AS adalah
suatu pengobatan secara integrative sebagai sebagai upaya menggabungan
teapi medis utama dan terapi komplementer serta alternative (CAM) (Stuart
G.W., Keliat B.A, Pasaribu J., 2016). Terapi alternatif komplementer merupakan
kelompok dari macam-macam sistem pengobatan, praktik, perawatan dan produk
yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Perry,
Potter, 2009). Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul
saat ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional
yang lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan
bekam.
Umumnya masyarakat sekarang mulai berpindah memakai pengobatan
komplementer dibanding dengan pengobatan medis, sekalipun pengobatan medis
adalah pengobatan yang populer. Didukung dari data Kemenkes tahun 2011
dengan pembuktikan 80% masyarakat Afrika memakai pengobatan alternatif dan
komplementer untuk perawatan kesehatan primer. Bahkan di Indonesia sendiri
terdapat 40% dari jumlah seluruh masyarakat dan 70% penduduk pedesaan di
Indonesia memakai pengobatan alternatif dan komplementer (Kamaluddin, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adellia Dini (2012) tentang
Faktor-faktor yang mempengaruhi pasien melakukan pengobatan tradisional ke
balai pengobatan tradisional di Yogyakarta tahun 2012, bahwa adanya hubungan
dengan sikap pasien dengan pengobatan tradisional, dimana semua responden
yang berjumlah 30 orang memiliki sikap yang positif terhadap pengobatan
tradisional dengan menggunakan pengobatan yang terbanyak ialah metode bekam.
Hasil survey yang dilakukan oleh American Association of Retired
Persons (AARP) dan the National Center for Complementary and Alternative
Medicine (NCCAM) kurang lebih 53% orang dengan usia 50 tahun
menggunakan terapi alternative dalam pengobatan penyakitnya dan lama terapi
yang dijalani kurang lebih selama 12 tahun (Mariano C, 2015). Sedangkan di
Indonesia diperkirakan 80% masyarakat mencari pengobatan alternative
(Suardi Drajat R, 2013).
Menurut Permenkes RI No HK.02.02/MENKES/148/I/2010 yang
membahas perizinan dan dilaksanakan praktik keperawatan pada Bab ke 3,
sebagaimana yang tertulis pada ayat ke 3 tentang praktik keperawatan
dilaksanakan melewati pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan berupa cara
preventif, promotif, perbaikan, dan pemberdayaan masyarakat serta aplikasi
kegiatan keperawatan komplementer dan Permenkes RI No. 1109 tahun 2007
menuturkan terapi komplementer adalah terapi yang mencakup kuratif,
rehabilitatif, promotif dan preventifyang diaplikasikan tim kesehatan dengan
keamanan dan efektifitas tinggi. Berdasarkan peratutan tersebut, dapat
disimpulkan penggunaan pengobatan komplementer menjadi salah satu dari
bagian pelayanan kesehatan dan perawat sebagai bagian daritim kesehatan
dipersilahkan untuk mengaplikasikan pengobatan komplementer.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Konsep dasar komplementer
dan bentuk- bentuk terapi komplementer

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian Terapi Komplementer
b. Untuk mengetahui tentang kegunaan Terapi Komplementer
c. Untuk mengetahui tentang klasifikasi Terapi Komplementer menurut
NCCAM
d. Untuk mengetahui bagaimana implikasi Terapi Komplementer dalam
keperawatan
e. Untuk mengetahui bagaimana aspek budaya yang berhubungan dengan
Terapi Komplementer

C. Sistematika Penulisan

Makalah dengan bahasan utama mengenai Konsep dasar komplementer


dan bentuk- bentuk terapi komplementer terdiri dari tiga sub-bab secara garis
besar yang terdiri atas bab pertama yang membahas mengenai pendahuluan,
bab kedua membahas mengenai tinjauan teori, dan bab terakhir sebagai
penutup.

Pada pembahasan makalah di bab I terdiri atas latar belakang yang


membahas mengenai Konsep dasar komplementer dan bentuk- bentuk terapi
komplementer secara garis besar dan secara perlahan bahasan dipersempit dan
dipaparkan pada . Dilanjutkan dengan tujuan pembahasan yang memaparkan
pembahasan lebih spesifik.

Pada bab II memaparkan pembahasan mengenai Tinjauan Teori yang


berisi bahasan pengertian pengertian Terapi Komplementer, kegunaan Terapi
Komplementer, klasifikasi Terapi Komplementer menurut NCCAM, implikasi
Terapi Komplementer dalam keperawatan dan aspek budaya yang berhubungan
dengan Terapi Komplementer

Pada bab III memaparkan mengenai penutup makalah yang membahas


mengenai kesimpulan dari keseluruhan bahasan mengenai Konsep dasar
komplementer dan bentuk- bentuk terapi komplementer dan dilanjutkan dengan
saran sebagai pembangun dalam pembuatan makalah di kemudian hari.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis/konvesional atau sebagai
pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional (WHO)
Terapi komplementer adalah semua terapi yang digunakan sebagai
tambahan untuk terapi konvensional yang direkomendasikan oleh
penyelenggara pelayanan kesehatan individu.Pengobatan komlemener adalah
pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan (WHO)
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam
sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara
umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Widyatuti, 2012).
Terapi komplementer dan alternative atau Complementary and alternative
medicine (CAM) merupakan salah satu terapi yang saat ini banyak diminati
oleh masyarakat. Terapi komplementer dan alternative (CAM) menurut The
National Center for Complementary and alternative Medicine (NCCAM) di AS
adalah suatu pengobatan secara integrative sebagai sebagai upaya
menggabungan teapi medis utama dan terapi komplementer serta alternative
(CAM) (Stuart G.W., Keliat B.A, Pasaribu J., 2016)

B. Tujuan Terapi Komplementer

Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem –


sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh
dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri,
asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan
nutrisi yang baik lengkap serta perawatan yang tepat.
C. Klasifikasi
National Center for Complementary/Alternative Medicine (NCCAM)
membuat klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima
kategori.
Kategori pertama,mind-body therapy yaitu memberikan intervensi
dengan berbagai teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang
mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh misalnya perumpamaan (imagery),
yoga, terapi musik, berdoa, journaling,biofeedback, humor, tai chi, dan terapi
seni.
Kategori kedua, Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan
kesehatan yang mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari
Barat misalnya pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan asli Ame
rika,cundarismo, homeopathy, naturopathy.
Kategori ketiga dari klasifikasi NCCAM adalah terapi biologis, yaitu
natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal, makanan).
Kategori keempat adalah terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini
didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya pengo bat
ankiropraksi, macam-macam pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta
hidroterapi. Terakhir,terapi energi yaitu terapi yang fokusnya berasal dari
energi dalam tubuh (biofields) atau mendatangkan energi dari luar tubuh
misalnya terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong,
magnet.
Klasifikasi kategori kelima ini biasanya dijadikan satu kategori berupa
kombinasi antara biof ield dan bio elekt ro magnet ik (Snyder & Lindquis,
2002)
Kategori Terapi Komplementer Menurut National Institute of Health :
1. Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain
Merupakan terapi yang menggunakan substansi alam seperti herbal,
makanan, dan vitamin.
2. Mind body techniques : meditasi

Merupakan berbagai tehnik yang dibuat untuk meningkatkan


kapasitas fikiran untuk mempengaryhi tubuh. Misalnya :
a. Guided imagery yang merupakan tehnik untuk mengobati dengan
konsentrasi imaginasi atau serangkaian gambar
b. Meditasi merupakan tehnik untuk merelaksasikan tubuh dan
menenangkan fikiran dengan menggunakan ritme pernafasan yang
teratur.
c. Yoga merupakan tehnik yang berfokus pada susunan otot, postur,
mekanisme pernafasan, dan kesadaran tubuh.
3. Manipulative and body based practice : pijat, refleksi
Merupakan tehnik yang didasari pada manipulasi diri atau
pergerakan darissatu atau lebih bagian tubuh. Contoh :
a. Terapi pijat merupakan manipulasi jaringan ikat melalui pukulan,
gossokan atau meremas untuk meningkatkan sirkulasi, memperbaiki
sifat otot dan relaksasi.

b. Akupresur merupakan tehnik yang menggunakan tekanan digital dalam


cara tertentu pada titik yang dibuat tubuh untuk mengurangi rasa nyeri
dengan menghasilkan analgesik.

c. Tai chi merupakan terapi alternatif yang menghubungkan pernafasan,


pergerakan dan meditasi untuk membersihkan, memperkuat dan
sirkulasi energi dan darah kehidupan yang penting.
4. Energy therapies : terapi medan magnet
Merupakan energy menggunakan medan energy, contoh :
a. Terapi reiki : berasal dari agama budha kuno, dimana terapis
menempatkan tangannya diatas bagian tubuh dan memindahkan
keseimbangan energy untuk mengobati gangguan kesehatan

b. Sentuhan terapeutik merupakan pengobatan yang melibatkan pedoman


keseimbangan energy dengan cara yang disengaja atau tidak kepada
pasien.

5. Ancient medical system : obat tradisional chinice, aryuvedic, akupuntur.

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang


telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke
dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :

1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan
sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu
dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan
mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi
antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan
endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan
ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih
besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi
pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca,
minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat
tingginya tekanan udara.

3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan


alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian
maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah
melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap
keamanan maupun efektifitasnya.

Berdasarkan Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :


1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) :
Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur,
naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda
3. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina,
shiatsu, osteopati, pijat urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro
nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik

D. Implikasi terapi komplementer dalam keperawatan


Masyarakat cenderung menggunakan terapi komplementer karena banyak
terapi yang menjanjikan kesembuhan 100% dan bisa mengobati berbagai jenis
penyakit namun belum banyak penelitian yang membuktikannya. Salah satu
penyakit paliatif yang bisa dilakukan terapi komplementer adalah penyakit
kanker. Pengobatan kanker yang baik harus memenuhi fungsi menyembuhkan
(kuratif), mengurangi rasa sakit (paliatif) dan mencegah timbulnya kembali
(preventif). Pengobatan komplementer alternatif adalah salah satu pelayanan
kesehatan yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun
kalangan kedokteran konvensional (Hasanah & Widowati, 2016).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Rahayuwati & Yani (2017)
menunjukkan bahwa pengguna terapi modern sering mengeluh mual muntah
terutama pasca kemoterapi. Pengguna terapi modern dan komplementer (pijat)
mengatakan penggunaan pijat mengurangi lelah dan nyeri pasca terapi modern
dilakukan. Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal) mengatakan
penggunaan herbal mengurangi mual muntah dan mempercepat penyembuhan
pasca terapi modern dilakukan. Pengguna terapi modern dan komplementer
(herbal dan pijat) mengatakan penggunaan herbal dan pijat untuk mengurangi
efek samping terapi modern.
Hasil penelitian yang lain menunjukkan terapi modern telah terbukti secara
medis dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kanker dapat dikurangi
dengan terapi modern dan komplementer sehingga secara global kualitas hidup
penderita kanker meningkat.
Salah satu dari terapi komplementer yang dapat digunakan pada
keperawatan paliatif adalah akupuntur. Akupunktur yang digunakan pada
terapi kanker bukan ditujukan untuk mengobati penyakit kankernya karena
penusukan pada lesi merupakan kontraindikasi. Hal ini dilakukan untuk
pengobatan paliatif yaitu mengurangi nyeri kronis, mengurangi efek samping
kemoterapi ataupun radioterapi seperti nyeri, mual, muntah, serta mengurangi
dosis obat anti-nyeri sehingga kualitas hidup penderita dapat ditingkatkan.
Pelayanan kesehatan komplementer alternatif merupakan pelayanan yang
menggabungkan pelayanan konvensional dengan kesehatan tradisional dan
atau hanya sebagai alternatif menggunakan pelayanan kesehatan tradisional,
terintegrasi dalam pelayanan kesehatan formal. Keberhasilan masuknya obat
tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan formal hanya dapat dicapai
apabila terdapat kemajuan yang besar dari para klinisi untuk menerima dan
menggunakan obat tradisional (Hasanah & Widowati, 2016).
Penyelenggaran pengobatan komplementer alternatif diatur dalam standar
pelayanan medik herbal menurut Keputusan Menteri Kesehatan
No.121/Menkes/SK/II/2008 yang meliputi melakukan anamnesis; melakukan
pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi) maupun Jamu pada pemeriksaan penunjang (laboratorium,
radiologi, EKG); menegakkan diagnosis secara ilmu kedokteran; memberikan
obat herbal hanya pada pasien dewasa; pemberian terapi berdasarkan hasil
diagnosis yang telah ditegakkan; penggunaan obat herbal dilakukan dengan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai contoh yang selama ini telah
digunakan di beberapa rumah sakit dan PDPKT; mencatat setiap intervensi
(dosis, bentuk sediaan, cara pemberian) dan hasil pelayanan yang meliputi
setiap kejadian atau perubahan yang terjadi pada pasien termasuk efek samping
(Kepmenkes, 2008).
Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini adalah
kecenderungan kembali ke alam dan terapi alternatif. Dengan banyaknya
pilihan tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biaya pengobatan
keperawatan paliatif secara konvensional, ketidakberhasilan dan banyaknya
penyulit sampingan dalam pengobatan konvensional, serta adanya kasus
paliatif yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat mendorong makin
banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif antara lain dengan
tanaman obat dan terapi komplementer sebagai cara untuk pengobatan
(Hasanah & Widowati, 2016).

E. Aspek budaya yang berhubungan dengan terapi komplementer


Terapi komplementer juga bisa dipengaruhi oleh aspek kebudayaan.
Kebudayaan menanamkan garis pengarah sikap terhadap berbagai
permasalahan. Budaya disetiap lokasi berbeda-beda dan setiap daerah
mempunyai budaya komplementer yang beragam dan unik, seperti daerah Jawa
yang memiliki budaya minum jamu (ramuan herbal) karena masyarakat Jawa
meyakini bahwa jamu dapat mempertahankan kesehatan. Hal ini tentu berbeda
dengan pola pikir budaya masyarakat yang tinggal di kota yang cenderung
memilih untuk mengkonsumsi vitamin tablet untuk mempertahankan kondisi
daya tahan tubuh.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam
mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam
praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal
ini didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah
menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan
pentingnya terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi
komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring
pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi komplementer Terapi komplementer dan alternative atau
Complementary and alternative medicine (CAM) merupakan salah satu terapi
yang saat ini banyak diminati oleh masyarakat. Terapi komplementer dan
alternative (CAM) menurut The National Center for Complementary and
alternative Medicine (NCCAM) di AS adalah suatu pengobatan secara
integrative sebagai sebagai upaya menggabungan teapi medis utama dan terapi
komplementer serta alternative (CAM) (Stuart G.W., Keliat B.A, Pasaribu J.,
2016)

Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan dapat turut serta


berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan
peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan
keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi
komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang
berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.

B. Saran
Adapun saran yang kami dapat dari pembuatan makalah ini adalah perawat
maupun mahasiswa keperawatan dapat memahami dan mengetahui tentang
terapi komplementer sehingga diharapkan dalam paktek di masa depan
mahasiswa bisa mengaplikasikan terapi ini sebagai pengobatan alternatif
dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki kepada pasiennya.
DAFTAR PUSTAKA

Snyder, M. & Lindqu ist , R. (2002). Complementary/alternative therapies in


nursing. 4th ed. New York: Springer.

Hasanah, S. N & Widowati, L.2016. Jamu pada pasien tumor / kanker sebagai
terapi komplementer.Jurnal Kefarmasin Indonesia.

Irawan,E., Rahayuti,L.,&Yani, D .I. 2017. Hubungan penggunaan terapi modern


dan komplementer terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara.JKP.

Anda mungkin juga menyukai