PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
salah satu aspek yang harus dimilikiindividu adalah kemampuan beradaptasi
terhadap stimulus. Pelayanan pada klinik holistic care didasarkan pada konsep
keperawatan holistik yang meyakini bahwa penyakit yang dialami seseorang
bukan saja merupakan masalah fisik yang hanya dapat diselesaikan dengan
pemberian obat semata. Pelayanan keperawatan holistik memberikan pelayanan
kesehatan dengan lebih memperhatikan keutuhan aspek kehidupan sebagai
manusia yang meliputi kehidupan jasmani, mental, sosial dan spiritual yang saling
mempengaruhi. Klinik ini tidak saja menawarkan pelayanan keperawatan dengan
memanfaatkan teknologi perawatan moderen maupun beragam terapi alternatif
ataupun komplementer, tetapi juga pelayanan konseling dan promosi kesehatan.
B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui bagaimana penerapan konsep keperawatan holistik
dalam tatanan keperawatan gawat darurat.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama. Bab I berisi
tentang latar belakang dari penulisan makalah ini, tujuan di adakannya
penulisan, dan sistematika penulisan makalah ini. Bab II merupakan bagian
yang berisi penjelasan tentang tinjauan pustaka, yang membahas materi/pokok
bahasan makalah ini, yakni Konsep Holistik Keperawatan. Bab III merupakan
bagian terakhir yang berisi kesimpulan dan saran.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keperawatan Holistik
Kata holistic berasal dari bahasa Yunani holos (whole, wholism) yang
berarti satu kesatuan yang utuh (Dossey, Keegan, & Guzzetta, 2000). Hal ini
berarti manusia holistik adalah suatu kesatuan yang utuh, lebih dari atau
bukan hanya merupakan gabungan dari beberapa komponen penyusunnya.
Asosiasi Perawat Holistik Amerika (2007) mendefinisikan keperawatan
holistik sebagai praktik keperawatan yang menekankan pada penyembuhan
(healing) dari manusia secara utuh yang meliputi aspek badan (body), jiwa
(spirit), dan pikiran (mind). Keperawatan holistik didedikasikan untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan individu, masyarakat, dan
lingkungan.
Keperawatan holistik merupakan suatu pendekatan yang berpusat pada
orang dengan menyertakan konsep-konsep holism, healing, dan transpersonal
caring sebagai konsep inti. Praktik keperawatan holistik lebih menekankan
pada perawatan mandiri (self-care), itikad kuat (intentionality), keberadaan
atau menghadirkan diri secara utuh (presence), kesadaran penuh
(mindfulness), dan menggunakan diri sebagai agen terapi, sebagai landasan
bagi praktik keperawatan professional (Hess, Bark, & Southhard, 2010).
Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk
kesejahteraan bio-psikososial dan spiritual individu, keluarga dan masyarakat.
Keperawatan holistik berasal dari praktek perawatan kesehatan Barat dan
tradisional serta pengalaman perawat dan pasien, emosi, keyakinan terhadap
kesehatan dan nilai-nilai pasien.
Perawatan holistik mengurangi ketidaknyamanan dan meningkatkan
makna kehidupan seumur hidup dan potensi pribadi (Cowling, 2000).
3
Perawat sebagai tenaga kesehatan professional mempunyai kesempatan
paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan
keperawatan yang komprehensif meliputi biologi, psikologi, sosial, dan
spiritual (Hamid, 2010).
4
Ditujukan pada esensi dari praktek emergensi, lingkungan dimana
hal tersebut terjadi dan konsumen-konsumen keperawatan emergensi.
3. Perawat Emergensi
Adalah seorang perawat professional teregistrasi / RN profesional
yang memiliki komitmen untuk menyelamatkan dan melaksanakan
praktek keperawatan secara efektif.
4. Perawatan Emergensi
Meliputi pengkajian, diagnosis dan terapi keperawatan yang dapat
diterima baik aktual, potensial, yang terjadi tiba-tiba atau urgen, masalah
fisik atau psikososial dalam episodik primer atau akut yang mungkin
memerlukan perawatan minimal atau tindakan support hidup, pendidikan
untuk pasien atau orang terpenting lainnya, rujukan yang tepat dan
pengetahuan tentang implikasi legal.
5. Lingkungan Emergensi
Merupakan setting dimana pasien memerlukan intervensi oleh
pemberi pelayanan keperawatan emergensi.
6. Pasien Emergensi
Adalah pasien dengan segala umur baik yang sudah diagnosa, tidak
terdiagnosa atau maldiagnosis problem dengan kompleksitas yang
bervariasi. Pasien-pasien emergensi memerlukan intervensi nyata dimana
dapat terjadi perubahan status fisiologis atau psikologis secara cepat yang
mungkin mengancam kehidupannya.
7. Dimensi
Keperawatan emergensi memiliki multidimensi meliputi:
responsibilities, function, roles, skulls (dengan pengetahuan khusus)
8. Karakteristik Unik Keperawatan Emergensi
Keperawatan emergensi memiliki karakteristik yang unik dimana
tidak semua area keperawatan memilikinya. Karakteristik tersebut adalah:
a. Pengkajian, diagnosa, terai baik yang urgen / non urgen individual dan
berbagai umur pasien walaupun dengan data / informasi yang sangat
terbatas
b. Triage dan prioritas
c. Persiapan bencana alam
5
d. Stabilisasi dan resusitasi
e. Pemberian perawatan pada lingkungan yang tidak terkontrol atau yang
tidak dapat diprediksikan
9. Kerangka kerja proses keperawatan emergensi meliputi :
a. Tujuan
- Menyelamatkan hidup
b. Pengkajian
- Pada sistem yang terganggu
- Untuk memperbaiki kegagalan atau mempertahankan sistem
c. Diagnosis
- Mencari perbedaan untuk menemukan tanda-tanda dan gejala
d. Perencanaan
- Berdasarkan protokol dan prosedur
e. Intervensi
- Terapi ditujukan pada penanganan gejala krisis dan stabilisasi
pasien.
- Diteruskan sampai pasien stabil untuk dapat pindah ke unit lain
atau meminggal
f. Evaluasi
- Dilakukan secara cepat untuk menilai keefektifan
6
- Proses keperawatan
- Dasar pengetahuan untuk dpt menginterpretasikan & berespon terhadap
masalah masalah klinis dengan ketrampilan tinggi
Sedangkan perhatian seorang perawat kritis meliputi antara lain: (T.E. Oh,
1997)
- Support hidup
- Monitoring pasien kritis serta respon pasien terhadap tindakan yang
diberikan
- Mencegah komplikasi
- Perhatian pada kenyamanan pasien
- Dapat mengerti, bekerjasama dan memberi informasi dan penyuluhan
pada keluarga
2. Kerangka Kerja Proses Keperawatan Kritis
a. Tujuan
- Mempertahankan hidup
b. Pengkajian
- Pada semua sistem tubuh
- Untuk menopang dan mempertahankan sistem tersebut tetap sehat
c. Diagnosis
- Mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala yang sulit
diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih luas
d. Perencanaan
- Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan
terhadap keadaan tubuh yang berubah
- Terapi ditujukan pada gejala-gejala yang muncul pertama kali
untuk mencegah krisis dan secara terus menerus dalam jangka
waktu yang lama sampai dapat beradaptasi sampai tercapainya
tingkat kesembuhan yang tertinggi atau terjadi kematian.
e. Evaluasi
- Dilakukan secara cepat dan terus menerus dalam waktu yang cukup
lama untuk mencapai keefektifan masing-masing tindakan/ terapi.
Kriteria hasil secara terus menerus dinilai.
7
kesejahteraan pasien dan kemampuan koping dalam menghadapin situasi
krisis seperti kondisi sakit baik akut maupun kronis. Untuk bisa memenuhi
hal tersebut, perawat memerlukan dasar pengetahuan yang handal tentang
anatomi fisiologi, proses penyakit, regimen tindakan, perilaku, spiritualitas,
dan respon manusia. Perawat kritis tidak hanya mampu bekerja dengan
teknologi tinggi, melainkan juga harus tahu pasien dalam artian memahami
pasien seutuhnya agar bisa memberikan asuhan keperawatan yang
humanistik, individual, dan holistik.
Nilai presence atau menghadirkan diri secara utuh untuk membantu
pasien, merefleksikan salah satu aspek dari caring dalam keperawatan.
Caring juga dapat meliputi mengidentifikasi masalah pasien secara dini,
memutuskan dan melaksanakan intervensi yang tepat yang didasarkan pada
pemahaman terhadap pengalaman pasien sebelumnya, aspek keyakinan dan
budaya pasien, pola perilaku, perasaan, dan kecenderungan pasien. Penelitian
yang dilakukan Jenny dan Logan (1996) mengungkap perilaku caring
perawat menurut pasien adalah diantaranya mengurangi ketidaknyamanan,
pembelaan (advocacy), memberi dukungan (encouragement), dan
menghormati pasien sebagai individu yang unik. Seni dari caring
memerlukan keterampilan dalam komunikasi dan hubungan interpersonal,
komitmen pribadi, dan kemampuan untuk menjalin hubungan saling percaya.
Sejak tahun 1999, Asosiasi Perawat Kritis Amerika telah
mengembangkan dan menerapkan model yang disebut “Synergy Model”
untuk mengaitkan antara praktik perawat kritis tersertifikasi dengan luaran
pelayanan keperawatan (Relf & Kaplow, NA). Model sinergi menjelaskan
praktik keperawatan berdasar pada kebutuhan dan karakteristik pasien
daripada berdasarkan penyakit dan terapi modalitas. Premis atau keyakinan
yang mendasari adalah bahwa kebutuhan dan karakteristik pasien dan
keluarga akan mempengaruhi dan mengarahkan karakteristik dan kompetensi
perawat. Karena setiap pasien memiliki karakteristik unik dalam situasi klinis
tertentu, perawat harus merespon dengan karakteristik dan kompetensi yang
unik pula. Apabila karakteristik pasien cocok dengan kompetensi yang
ditampilkan perawat, maka luaran pasien yang optimal dan sinergi bisa
tercapai. Dua ajaran utama dari model ini, yaitu: karakteristik pasien
8
merupakan perhatian utama bagi perawat, dan kompetensi perawat
merupakan hal terpenting bagi pasien.
Meskipun setiap pasien dan keluarga memiliki keunikan, namunmereka
memiliki kesamaan kebutuhan dan pengalaman dalam suatu rentang
continuum dari rendah ke tinggi. Semakin berat gangguan pasien, semakin
kompleks permasalahan yang dialami pasien. Praktik keperawatan ditentukan
oleh kebutuhan pasien dan keluarga. Asuhan keperawatan merupakan refleksi
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga. Model sinergi berfokus pada
kontribusi unik dari keperawatan terhadap asuhan pasien dengan menekankan
pada peran professional perawat. Ada 8 karakteristik pasien dan 8 kompetensi
perawat yang bersinergi dalam suatu rentang continuum dari competent ke
ahli, serta mencerminkan hubungan yang harmonis antara pasien dan
keluarga, dan pasien dan perawat. Model tersebut seperti tergambar dalam
gambar berikut:
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk
kesejahteraan bio-psikososial dan spiritual individu, keluarga dan masyarakat.
Keperawatan holistik berasal dari praktek perawatan kesehatan Barat dan
tradisional serta pengalaman perawat dan pasien, emosi, keyakinan terhadap
kesehatan dan nilai-nilai pasien. Konsep penyembuhan adalah pusat untuk
keperawatan holistik. Perawatan holistik mengurangi ketidaknyamanan dan
meningkatkan makna kehidupan seumur hidup dan potensi pribadi (Cowling,
2000).
Perawat sebagai tenaga kesehatan professional mempunyai kesempatan
paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan
keperawatan yang komprehensif meliputi biologi, psikologi, sosial, dan
spiritual (Hamid, 2010).
B. Saran
Sebagai seorang calon perawat yang nantinya akan bekerja di suatu
institusi Rumah Sakit tentunya kita dapat mengetahui dan memahami konsep
holistik kegawatdaruratan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca, karena manusia tidak ada yang sempurna, agar penulis dapat belajar
lagi dalam penulisan makalah yang lebih baik. Atas kritik dan saran dari
pembaca, penulis ucapkan terimakasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
Morton, P.G., dan Dorrie K.F. 2013. Critical Care Nursing A Holistic Approach
10th Edition. Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins
Relf, M., & Kaplow, R. (NA). Critical Care Nursing Practice: An Integration of
Caring, Competence, and Commitment to Excellence
11