Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Hamali (2016) keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi
perhatian di kalangan pemerintahan dan pelaku bisnis sejak lama. Faktor
keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya terhadap kinerja perusahaan. Fasilitas
keselamatan kerja yang tersedia di perusahaan akan membuat semakin sedikit
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.. Ada beberapa Metode Analisis
Risiko antara lain Metode Kuantitatif, Metode Semi Kuantitatif danMetode
Kualitatif.
Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki(dilakukan berurutan
sampai dengan tingkatresiko/bahaya berkurang menuju titik yang
aman).Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialaheliminasi, substitusi,
perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD).
Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat
keefektifan, kehandalan dan proteksi tertinggi di antarapengendalian lainnya.
Dan pada urutan hierarki setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan
proteksi menurun.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis resiko serta
bagaimana pengendalian resiko keperawatan keehatan kerja (K3)

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja
b. Untuk mengetahui tentang Analisa Risiko
c. Untuk mengetahui tentang Pengendalian Risiko
d. Untuk mengetahui contoh kasus Analisa dan pengendalian Risiko

1
C. Sistematika Penulisan
Makalah dengan bahasan utama mengenai Analisa Risiko dan
Pengendalian Risiko terdiri dari tiga sub-bab secara garis besar yang terdiri
atas bab pertama yang membahas mengenai pendahuluan, bab kedua
membahas mengenai tinjauan teori, dan bab terakhir sebagai penutup.
Pada pembahasan makalah di bab I terdiri atas latar belakang yang
membahas mengenai Analisa Risiko dan Pengendalian Risiko secara garis
besar dan secara perlahan bahasan dipersempit dan dipaparkan pada .
Dilanjutkan dengan tujuan pembahasan yang memaparkan pembahasan lebih
spesifik.
Pada bab II memaparkan pembahasan mengenai Tinjauan Teori yang
berisi bahasan pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja, Analisa Risko,
Pengendalian Risiko dan contoh kasus Analisa dan Pengendalian Risiko
Pada bab III memaparkan mengenai penutup makalah yang membahas
mengenai kesimpulan dari keseluruhan bahasan mengenai Analisa Risiko dan
Pengendalian Risiko dan dilanjutkan dengan saran sebagai pembangun dalam
pembuatan makalah di kemudian hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Menurut Lestari, Trisyulianti (2009) K3 adalah suatu program yang
dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan
antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Lebih lanjut Lestari,Trsyulianti (2009) menyatakan bahwa tujuan dari
dibuatnya program K3 adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila
timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Menurut Hamali (2016) keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi
perhatian di kalangan pemerintahan dan pelaku bisnis sejak lama. Faktor
keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya terhadap kinerja perusahaan. Fasilitas
keselamatan kerja yang tersedia di perusahaan akan membuat semakin sedikit
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

B. Analisis Risiko
Dalam kegiatan ini semua jenis resiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat
keparahan, frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana tindakan
untuk mengatasi risiko tersebut dibahas secara rinci dan dicatat selengkapnya
mungkin. Ketidaksempurnaan dapat juga terjadi, namun melalui upaya
sistematik, perbaikan senantiasa akan diperoleh. Ada beberapa Metode
Analisis Risiko antara lain :

1. Metode Kuantitatif.
Metode analisa resiko yang berupaya mendapatkan angka realitas
untuk dampak dan kecenderungan serta untuk menganalisis catatan detail

3
dari beberapa faktor yang mempengaruhi sebeb dan dampak resiko.
Metode ini mengharuskan komitmen yang tinggi dan sumber daya yang
lengkap. (Kolluru,1996).
Metode kuantitatif membantu para manajer dan analisis dalam
menetukan angka dari kegiatan yang tidak diinginkan, dengan mengijinkan
perusahaan mengambil keputusan untuk memfokukan pada reduksi risiko
dimana hal tersebut yang paling efektif
2. Metode Semi Kuantitatif.
Metode semi kuantitatif merupakan metode yang mengkombinasikan
antara angka yang bersifat subjektif pada kecenderungan dari dampak
dengan menggunakan rumus matematikan yang menghasilkan tingkat
resiko yang dampak dibandingkan dengan kriteria yang diterapkan.
Metode semi kuantitatif ini bermanfaat untuk megidentfikasi dan
memberikan peringkat/rangking dari suatu kejadian yang berpotensi untuk
menimbulkan konsekuensi yang parah seperti kerusakan peralatan, cedera
pada pekerja, gangguan pada bisnis dan lainnya. (Kolluru,1996).
Metode semi kuantitatif berguna dalam kegiatan operasi perusahaan
yang melibatkan fasilitas proses dalam jumlah yang besar. Aspek – aspek
yang harus diperhatikan untuk menentkan tingkat resiko pekerja, yaitu :
a. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Bahaya – bahaya utama dalam proses kerja.
c. Program dan peralatan tangga darurat.
d. Konsekuensi yang ditimbulkan dari bahaya seperti kerusakan peralatan,
terhentinya kegiatan bisnis, cedera dan kematian.
e. Daftar urutan atau peringkat risiko secara semi kuantitatif untuk bahan
– bahan yang berbahaya.
f. Rekomendasi penanggulangan risiko.

Penentuan tingkat resiko dengan menggunakan metode


semikuantitatif adalah dengan mengkalikan pribalitas terjadi suatu efek
dengan faktor konsekuensi yang di timbulkan dan faktor pajanan. Tingkat

4
risiko yang telah ditentukan akan membantu pimpinan perusahaan untuk
melakukan prioritas – prioritas pada upaya pencegahan dan dapat
memperkirakan alokasi sumber daya terhadap risiko yang tertinggi.
Dengan rumusan :

Risk = Likehood x Consequence x Eposure

a. Probabilitas (Likehood)
Probabilitas merupakan kemungkinan dari suatu peristiwa atau
kejadian untuk dapat enimbulkan suatu dampak atau akibat.
b. Konsekuensi (Consequence)
Konsekuensi merupakan bagian dari analisis resiko yang
memperhitungkan efek fisik dari bahaya dan kerusakan efek tersebut.
c. Pemaparan (Exposure)
Pemaparan merupakan frekuensi interaksi antara bahaya yang
terjadi di tempat kerja (peralatan atau bahan baku) terhadap pekerja.

3. Metode Kualitatif
Metode kualitatif umumnya digunakan untuk menentukan prioritas
risiko mana yang perlu mendapatkan perhatian utama. Analisis kualitatif
juga sering digunakan dalam kesehatan kerja da manajemen keselamatan
kerja dengan tujua untuk menentukan prioritas tingkat bahaya dalam
menentukan biaya penanggulangannya. Risiko ditunjukkan oleh dampak
yang mungkin timbul dan kecenderungan atas dampak yang mungkin
timbul.

C. Pengendalian Risiko
Dalam manajemen risiko bidang K3 pengendalian risiko sangat
dibutuhkan. Hal ini juga sangat menentukan dalam keseluruhan manajemen
risiko. Pengendalian risiko berperan dalam menanggulangi maupun
mengurangi terjadinya risiko dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat
yang paling tinggi.

5
Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian
memerlukan langkah pengendalian untukmenurunkan tingkat resiko/bahaya-
nya menuju ke titikyang aman.
Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki(dilakukan berurutan
sampai dengan tingkatresiko/bahaya berkurang menuju titik yang
aman).Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialaheliminasi, substitusi,
perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD) yang terdapat pada
tabel berikut ini.

HIERARKI PENGENDALIAN RESIKO/BAHAYA K3


Eliminasi Eliminasi Sumber Tempat Kerja /
Bahaya Pekerjaan Aman
Substitusi Substitusi Mengurangi Bahaya
Alat/Mesin/Bahan
Perancangan Modifikasi/Perancangan
Alat/Mesin/Tempat Kerja
yang
Lebih Aman
Administrasi Prosedur, Aturan, Tenaga Kerja Aman
Pelatihan, Mengurangi
Durasi Kerja, Tanda Paparan
Bahaya,
Rambu, Poster, Label
Alat Pelindung Diri Alat Perlindungan Diri
(APD) Tenaga
Kerja

Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat


keefektifan, kehandalan dan proteksi tertinggi di antarapengendalian lainnya.
Dan pada urutan hierarki setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan
proteksi menurun seperti diilustrasikan pada gambar di bawah

6
1. Eliminasi
Eliminasi merupakan tahap pertama dalam Hirarki Kontrol.
Eliminasi merupakan suatu upaya untuk menghilangkan sumber
bahaya. Menghilangkan sumber bahaya dilakukan dengan meniadakan
atau menghilangkan objek atau pekerjaan yang menjadi sumber
bahaya.
2. Substitusi
Substitusi merupakan tahap kedua dalam Hirarki Kontrol.
Substitusi merupakan proses penggantian bahan, proses, maupun tata
cara berbahaya dengan yang lebih tidak berbahaya. Dengan sistem
pengendalian ini akan diperlukan suatu desain ulang suatu sistem
ataupun mekanisme.
3. Perancangan
Perancangan merupakan tahap ketiga dalam Hirarki Kontrol.
Perancangan yaitu melakukan pemisahan bahaya untuk mencegah
terjadinya resiko. Dalam perancangan ini biasanya dilakukan berupa
modifikasi sedemikian rupa sehingga potensi bahaya dapat di
minimalisir atau bahkan dihilangkan.
4. Administrasi
Administrasi merupakan tahap keempat dalam Hirarki Kontrol.
Dalam Hirarki Kontrol, administrasi dapat juga dijadikan sebagai alat

7
pengendalian,yaitu dari sisi orang yang melakukan pekerjaan, yaitu
dengan penerapan prosedur-prosedur yang dirasa memang diperlukan.
Dengan pengendalian administrasi ini diharapkan orang yang bekerja
di sekitar dapat mematuhi dan dapat melakukan pekerjaan secara
aman.
5. Alat Pelindung Diri (APD)
APD merupakan tahap kelima atau terakhir dalam Hirarki
Kontrol, dan merupakan 'pertahanan' terakhir dalam meminimalisir
resiko jika empat metode pertama tidak dapat dilakukan. APD
merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi tubuh kita, atau
bahkan mungkin suatu objek tertentu untuk melindungi diri atau objek
tersebut dari suatu bahaya. Secara teknik APD ini diharapkan dan
mampu untuk mengurangi tingkat resiko keparahan akibat bahaya dari
kondisi lingkungan sekitar.

D. Contoh Kasus

Seorang perawat di salah satu RS mengalami kekerasan fisik dan verbal


pada saat perawattersebut sedang melakukan pengkajian. Seperti yang dikutip
dalam suatu artikel di media online:

“Ketika perawat T,28 tahun, melakukan pendekatan untuk mengumpulkan


data, salah satu pasiennya mengamuk, berteriak dan memukul-mukul
kepalanya ke dinding. Dia mencobamenghentikan dan
menenangkannya tapi pasiennya secara emosional malah menendang
dadanya,membuat dia terluka, dan membuat mentalnya tergoyang seharian.”

1. Analisis Kasus

Hazard : Perawat mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal


pada saat melakukan pengkajian kepada pasien.

Resiko : Perawat mengalami luka dan mentalnya tidak stabil.

8
Kejadian kekerasan fisik maupun verbal dalam kasus tersebut tidak
disebut berasal dari kesalahan perawat sendiri ataukah karena memang sang
pasien memiliki emosional yang tidak dapat dikontrol. Dalam proses
pengkajian sendiri, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
perawat. Mulai dari pemahaman akan pengertian pengkajian, tahap-tahapan
pengkajian, hingga metode yang digunakan melakukan pengkajian.

Dalam mengkaji pasien, perawat pun harus menyadari akan adanya


hazard dan resiko yang mungkin mereka dapatkan. Berbagai macam upaya
perlu dilakukan sebagai tidakan pencegahan. Upaya-upaya tersebut dapat
dilakukan baik dari pihak pasien, perawat itu sendiri maupun dari pihak
manajemen rumah sakit. Berikut beberapa upaya yang perlu dilakukan
untuk mecegah terjadinya kekerasan fisik dan verbal pada perawat saat
melakukan pengkajian:

a. Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam


bentuk apapun kepada pihak rumah sakit.
b. Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan sesama
manusia dengan dasarmartabat dan rasa hormat.
c. Dalam melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya menjadi
pendengar yang baik.Salah satu teknik pengumpulan data pada
pengkajian adalah wawancara. Saat melakukan wawancara, perawat
harus mampu menempatkan diri sebagai tempat curhat pasien sebaik
mungkin.
d. Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang cara
menghindari tindakan kekerasan verbal dan fisik.
e. Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah
untuk didekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarga
pasien terlebih dahulu.
f. Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang
menyinggung pasien dan keluarganya.

9
g. Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta
persetujuan dari pasien terlebih dahulu.
h. Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat mempersiapkan diri
untuk menghadapi hazard dan resiko.
i. Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap
laporan-laporan kekerasan fisik maupun verbal terhadap perawat.
j. Memodifikasi lingkungan yang nyaman di rumah sakit mulai dari poli,
ruangan rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan ruang intensif
untuk menentramkan suasana hati pasien dan keluarga.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Lestari, Trisyulianti (2009) K3 adalah suatu program yang


dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan
antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Ada beberapa Metode Analisis Risiko antara lain :

Metode Kuantitatif merupakan metode analisa resiko yang berupaya


mendapatkan angka realitas untuk dampak dan kecenderungan serta untuk
menganalisis catatan detail dari beberapa faktor yang mempengaruhi sebeb dan
dampak resiko.

Metode Semi Kuantitatif merupakan metode yang mengkombinasikan


antara angka yang bersifat subjektif pada kecenderungan dari dampak dengan
menggunakan rumus matematikan yang menghasilkan tingkat resiko yang
dampak dibandingkan dengan kriteria yang diterapkan.

Metode Kualitatif umumnya digunakan untuk menentukan prioritas


risiko mana yang perlu mendapatkan perhatian utama.

Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan


sampai dengan tingkat resiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman).
Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi, substitusi,
perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD).

11
DAFTAR PUSTAKA

Hamali, A.Y. S.S.,M.M. 2016. Pemahaman Manajemen Sumber Daya Manusia


Cetakan Pertama.CAPS (Center for Academic Publishing Service):
Yogyakarta.

Nadhila, Arifa Nurina. 2018. Analisa Manajemen Risiko Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja (K3) Pada Pembangunan Gedung Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang

Oktavia, Suci, Shinta Wahyu. 2019. Analisis Resiko Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) Dengan Menggunakan Hazard And Operability Study (HAZOP)
Pada Bagian Hydrotest Manual Di PT. Cladtek BI Metal Manufacturing.
Hlm. 32. Journal of BusinessAdministration Vol 3, No 1, Maret 2019,
hlm. 29-39. e-ISSN:2548-9909

12

Anda mungkin juga menyukai