Anda di halaman 1dari 13

KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA DI
RUANG OPERASI
Kelompok 6
Erika Dwi Wahyuni
Fadhilah Sukmawati
Muhammad Oktariq
Yulia Rahmawati
PENGERTIAN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
■ Kesehatan Kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan sebagai unsur-
unsur yang menunjang terhadap adanya jiwa-raga dan lingkungan
kerja yang sehat, kesehatan kerja meliputi kesehatan jasmani dan
kesehatan rohani.

■ Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk


upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas
dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
PENGERTIAN K3 DI RUANG OPERASI

■ Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat


untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut,
yang membutuhkan keadaan suci hama (steril).

1. Faktor hazard yang dialami petugas instrumen di ruang bedah


Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, tergores/terpotong,
dan penyakit infeksi lain. Salah satu contoh kecelakaan kerja yang
paling sering adalah Luka jarum suntik yang umum terjadi di kalangan
petugas di ruang bedah. Sehingga peningkatan strategi pencegahan
dan pelaporan diperlukan untuk meningkatkan keselamatan kerja
bagi petugas bedah tersebut.
2. Alat kerja yang dapat digunakan yang dapat mengganggu kesehatan
petugas instrumen di ruang operasi.
Alat kesehatan yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan
petugas instrumen diruang operasi adalah benda-benda tajam
seperti skalpel dan jarum suntik yang dapat memberikan resiko
terjadinya kecelakaan kerja.

3. Alat pelindung diri (APD) yang digunakan petugas instrumen diruang


operasi
APD untuk keperluan kewaspadaan standar terdiri atas sarung
tangan, gaun pelindung, pelindung mata, dan masker bedah.
Peralatan tambahan, seperti penutup kepala untuk melindungi
rambut, tidak dianggap APD, tetapi dapat digunakan demi
kenyamanan petugas kesehatan.
4. Alat pelindung diri (APD) yang digunakan petugas instrumen diruang operasi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 Pasal 19: “Setiap badan,


lembaga atau dinas pemberi jasa, atau bagiannya yang tunduk kepada
konvensi ini, dengan memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya harus
menyediakan apotik atau pos P3K sendiri, memelihara apotik atau pos P3K
bersama-sama dengan badan, lembaga atau kantor pemberi jasa atau
bagiannya dan mempunyai satu atau lebih lemari, kotak atau perlengkapan
P3K.” Rumah sakit merupakan salah satu lembaga pemberi jasa dengan unit
sterilisasi yang menjadi bagiannya.

Jumlah kotak P3K tiap unit kerja jumlah personil P3K faktor risiko bahaya di tempat
kerja dan jumlah pekerja.
5. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala
khusus)
■ Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control) yaitu upaya untuk menemukan
gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat
kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan
pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerjaitu sendiri maupun
terhadap orang disekitarnya
■ Disini diperlukan sistem rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara
cepat dan tepat (prompt-treatment) Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui
pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi:
•Pemeriksaan Awal
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon / pekerja (petugas
kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya.
•Pemeriksaan Berkala
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang
disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi.
•Pemeriksaan Khusus
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu
pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.
6. Peraturan pimpinan di rumah sakit tentang K3 di tempat kerja
Upaya K3 di RS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses
kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. RS harus membuat perencanaan yang efektif agar
tercapai keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang
jelas dan dapat diukur. Perencanaan K3 di RS dapat mengacu pada standar
Sistem Manajemen K3 di RS diantaranya self assesment akreditasi K3RS dan
SMK3.
■ Perencanaan meliputi:
Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor risiko. RS harus melakukan kajian
dan identifikasi sumber bahaya, penilaian serta pengendalian faktor risiko.
• Identifikasi sumber bahaya
a. Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :
b. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
c. Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi. Sumber bahaya yang ada di RS
harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolak
ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.
• Penilaian faktor risiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan penilaian
bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan.

• Pengendalian faktor risiko


a. Membuat peraturan
b. Tujuan dan sasaran
c. Indikator kinerja
d. Program K3
7. Upaya K3 lainnya yang dijalankan.
Misalnya ada penyuluhan/pelatihan, pengukuran/pemantauan lingkungan
tentang hazard yang pernah dilakukan. Bahaya potensial di RS dapat
mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Yaitu disebabkan oleh
faktor biologi (virus, bakteri dan jamur), faktor kimia (antiseptik, Gas anastesi),
faktor ergonomi (cara kerja yang salah), faktor fisika (suhu,cahaya,bising, getaran
dan radiasi), dan faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama atau
atasan).
PERSYARATAN KESELAMATAN PADA
BANGUNAN RUANG OPERASI RUMAH SAKIT
■ Ruang Operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai daerah
pelayanan kritis yang mengutamakan aspek hirarki zonasi sterilitas. Oleh karena itu
kegagalan dalam pembedahan jangan sampai disebabkan oleh faktor perencanaan dan
perancangan fisik bangunan dan utilitasnya yang tidak memenuhi persyaratan teknis.
■ Pelayanan pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, termasuk “daerah pelayanan kritis”,
sesuai SNI 03 – 7011 – 2004, Keselamatan pada bangunan fasilitas kesehatan”.
a. Sistem proteksi petir.
b. Sistem proteksi Kebakaran
c. Sistem kelistrikan
d. Sistem gas medik dan vakum medik.
PERSYARATAN KESEHATAN BANGUNAN

■ Sistem ventilasi
■ Sistem pencahayaan
a. Pencahayaan Umum.
b. Pencahayaan tempat operasi/bedah.
■ Sistem Sanitasi
a. Sistem air bersih.
b. Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah.
c. Sistem pembuangan kotoran dan sampah.
d. Sistem penyaluran air hujan.
PERSYARATAN KENYAMANAN
■ Sistem pengkondisian udara
■ Kebisingan
■ Getaran

Anda mungkin juga menyukai