BAB I
PENDAHULUAN
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain (NAPZA) adalah bahan, zat ayau obat
yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak atau
susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan
fungsi sosialnya. Karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor
pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut
kesehatan fisik, psikis, dan sosial. Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif sering
disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga
menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.1
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA)
atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan
atau Obat berbahaya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan
upaya
penanggulangan
secara
komprehensif
dengan
melibatkan
kerja
sama
multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran,
sebagian besar golongan NAPZA masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila
disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan
terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi
individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Jenis narkoba yang saat ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Narkoba
Narkoba merupakan nama lain dari Narkotika, Psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya. Menurut Undang-undang Nomor 22, Tahun 1997 tentang Narkotika, Narkoba
dan zat-zat adiktif merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan
dapat
menimbulkan
ketergantungan.2,6Pemakaian
terus
menerus
akan
mengakibatkan ketergantungan fisik dan atau psikologis. Risiko yang pasti terjadi
adalah kerusakan pada sistem saraf dan organ-organ penting lainnya seperti jantung,
paru-paru dan hati. istilah narkoba ini sangat populer dalam masyarakat, istilah ini
mempunyai makna yang sama dengan NAPZA.1,2
Jenis narkoba dibagi menjadi tiga, yaitu :2
a. Narkotika golongan I
Narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif yang sangat tinggi
menyebabkan ketergantungan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan apa
pun. Kecuali untuk penelitian dan ilmu pengetahuan.
Contoh : ganja, morphine, putaw (heroin tidak murni)
b. Narkotika golongan II
Narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat bagi
pengobatan dan penelitian.
Contoh : petidin, benzetidin, betametadol
Menurut BNN, di Indonesia penggunaan narkoba jenis sabu (amphetamin) dari tahun
2007 hingga 2011 mengalami peningkatan, terlebih lagi penggunaan narkoba jenis
ganja, heroin, dan kokain meningkat hingga tiga kali lipat.4
Beberapa jenis narkoba yang banyak digunakan di Indonesia adalah:6
1)
2)
3)
4)
sintetik. Berasal
somniferum yang telah dikeringkan. Opioid adalah bahan kimia psikoaktif yang bekerja
dengan mengikat reseptor opioid, yang ditemukan terutama di sistem saraf pusat, sistem
perifer dan saluran cerna yang mengakibatkan depresan susunan syaraf pusat (SSP),
analgesik dan euforia.7,8
Turunan dari opioid yang sering disalahgunakan adalah heroin dan morfin.
Morfin
merupakan prototipe analgetik yang kuat, berupa kristal putih yang lama kelamaan
berubah menjadi kecoklatan, tidak berbau dan rasanya pahit. Heroin atau yang lebih
dikenal sebagai putaw merupakan opioid semisintetik. Heroin lebih kuat dari morfin
karena daya tembus pada sawar darah otak lebih baik, 1 mg heroin setara dengan
1,8 2,66 mg morfin.7
Morfin memiliki efek samping terhadap SSP yaitu analgesia dan narkosis. Pasien
dengan keluhan nyeri, gelisah, lesu, dan tegang diberikan terapi morfin sebesar 5-10 mg
mengakibatkan rasa nyeri dan cemas hilang, perasaan nyaman (sense of well being) dan
euforia. Sebaliknya dengan dosis yang sama pada orang normal sering kali
menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir dan takut.8,9
Opioid agonis menimbulkan analgesia akibat berikatan dengan reseptor spesifik yang
berlokasi di otak dan medula spinalis, sehingga mempengaruhi transmisi dan modulasi
nyeri. Terdapat tiga jenis reseptor yang spesifik, yaitu reseptor (mu), (delta) dan
(kappa). Di dalam otak terdapat tiga jenis endogeneus peptide yang aktivitasnya seperti
opiat, yang berikatan dengan reseptor , endorfin dengan reseptor dan dynorpin
dengan resptor . Reseptor merupakan reseptor untuk morfin (heroin). Ketiga jenis
reseptor ini berhubungan dengan protein G dan berpasangan dengan adenilsiklase
menyebabkan
penurunan
formasi
siklik
AMP
sehingga
aktivitas
pelepasan
terhadap saluran
pencernaan, sehingga pecandu opioid mengalami konstipasi dan diare secara bergantian.
Morfin juga menyebabkan gangguan hormonal berupa gangguan siklus menstruasi,
gangguan libido sampai impotensi.11
Morfin dapat diabsorpsi usus, dengan dosis yang sama efek analgesik pada
pemberian oral lebih rendah daripada efek yang ditimbulkan oleh pemberian parenteral.
Morfin dapat diabsorpsi melalui kulit yang luka. Setelah pemberian dosis tunggal,
sebagian morfin mengalami konjugasi dengan asam glukoronat di hepar, sebagian
dikeluarkan dalam bentuk bebas. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaruhi
perkembangan fetus. Ekskresi morfin terutama melalui ginjal, sebagian kecil morfin
bebas ditemukan dalam feses dan keringat. Masa kerja morfin dan heroin adalah antara
tiga sampai lima jam, lebih dari 90% di ekskresi dalam 2-24 jam pertama, tetapi
metabolitnya masih dapat ditemukan setelah dua sampai tiga hari.4,15
Morfin dapat disalahgunakan dengan cara disuntikan secara intravena, subkutan atau
intra muskular, cara suntikan tersebut lebih praktis dan efisien untuk heroin kadar
rendah. Injeksi secara intravena dapat menimbulkan efek eforia dalam 7-8 detik,
sedangkan secara intramuskuler efeknya lebih lama yaitu 5-8 menit.10
Heroin dapat dihirup dengan cara ditaruh di aluminium foil dan dipanaskan diatas
api, kemudian asapnya dihirup melalui hidung. Efek puncak dengan penggunaan secara
dihirup atau dihisap biasanya dirasakan dalam 10-15 menit. Selain dihirup morfin dapat
dihisap menggunakan pipa atau dilinting sebagai rokok. Dengan cara dihirup dan
dihisap heroin masuk dalam tubuh dalam kadar yang tinggi.10
Opioid memiliki dua efek farmakologis yaitu adanya ketergantungan dan toleransi.
Ketergantungan dapat berupa ketergantungan fisik dan psikologis bila zat dihentikan.
Ketergantungan fisik berupa gejala putus zat, sedangkan ketergantungan psikis akan
menimbulkan kecemasan, depresi dan gejala psikis lainnya. Sedangkan toleransi adalah
suatu keadaan peningkatan jumlah dosis dari pemakaian awal untuk mendapatkan efek
yang sama. Toleransi terhadap heroin meningkat sangat cepat, dapat terjadi dalam
beberapa hari pemakaian dan akhirnya dapat menyebabkan over dosis. Ketergantungan
fisik akibat pemakaian morfin terjadi karena efek depresan morfin merangsang
kompensasi eksitabilitas susunan saraf otonom yang tidak terlihat selama masih ada
morfin dan ketika morfin dihentikan kompensasi akan terlihat sebagai gejala putus zat
(withdrawal syndrome) atau dikenal dengan sebutan sakaw.11
Gejala putus obat pada morfin atau heroin adalah lakrimasi, rhinorrhea, sering
menguap, gelisah setelah enam sampai dua belas jam. Dalam dua belas sampai dua
puluh empat jam pemakai biasanya tidur dengan gelisah, tremor, pupil dilatasi
(midriasis), anoreksia. Setelah dua puluh empat sampai tujuh puluh dua jam semua
gejala diatas intensitasnya bertambah disertai adanya kelemahan, depresi, mual-muntah,
diare, kram perut, nyeri pada otot dan tulang, kedinginan dan kepanasan yang
bergantian, peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, gerakan involunter dari
lengan dan tungkai, dehidrasi dan gangguan elektrolit. Selanjutnya, gejala hiperaktivitas
otonom mulai berkurang secara berangsur-rangsur dalam tujuh sampai sepuluh hari,
tetapi penderita masih tergantung kuat pada obat.11,13
2.2.2 Kanabis
10
Kanabis memiliki kandungan zat narkotika pada bijinya, Bahan aktif ini adalah zat
psikoaktif delta-9 tetrahydrocannabinol (THC), cannabidiol (CBD) dan cannabinol
(CBN). Tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat
pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab). Istilah
kanabis mengacu pada kepada pucuk daun, bunga, batang dari tanaman yang
dikeringkan, dicacah dan dibentuk rokok. Nama lain dari kanabis adalah mariyuana,
grass, weed, mary jane dan produknya bernama ganja, hem, charas, hanish,
sinsemila.3,5
Mulanya pemakaian THC bertujuan untuk mengobati neuralgia, depresi, rematik,
gout, batuk, asma, migren, dismenorhoe serta mengatasi rasa mual dan muntah pada
kemoterapi penyakit kanker. Hasil Terapi dengan THC ini sangat memuaskan, bahkan
dapat menyebabkan ketergantungan obat.7,12
Mariyuana mempunyai efek halusinogen, tetapi sebenarnya efek yang utama adalah
euforia dan pengguna merasakan suatu ketenangan (feeling of relaxation), pengindraan
menjadi lebih jelas dan tajam serta adanya perubahan persepsi waktu dan jarak.12
Pada pemula, efek yang ditimbulkan oleh mariyuana dalam 10-30 menit pertama
adalah pemakai merasa cemas, rasa takut mati, gelisah, hiperaktif dan setelah beberapa
menit kemudian akan menjadi tenang, lalu mulai mengalami euforia. Pemakai menjadi
banyak bicara, tertawa-tawa secara eksplosif dan tidak terkontrol, halusinasi visual,
kemudian mulai mengantuk, lalu tidur. Gangguan pada organ tubuh dapat terjadi berupa
lesi pada saluran pernafasan yang terjadi setelah tiga bulan pemakaian. Pemakaian yang
lebih lama akan meyebabkan reaksi inflamasi yang hebat, kerusakan parenkim paru dan
11
alveoli, selain itu dapat menyebabkan hiperemis pada konjungtiva dan gangguan pada
sistem kardivaskuler, gangguan menstruasi, abortus dan infertilitas.7,12
Dosis THC untuk mencapai efek farmakologis pada manusia sekitar 2-22 mg.
Molekul THC larut dalam lemak, sehingga dapat didistribusikan dan dideposit di
jaringan tubuh yang mengandung lemak seperti jaringan lemak, hati, paru-paru, dan
limpa.12
THC dapat ditemukan di urin dalam 6-18 jam tergantung individu, sampai 10 hari
sesudah pemakaian terakhir. Organ sasaran THC adalah otak, meskipun demikian belum
diketahui dengan pasti reseptor spesifiknya. THC berinteraksi dengan beberapa
neurotransmiter seperti asetilkolin, dopamine, juga dengan 5-hidroksi triptamin dengan
cara yang belum dapat diketahui. THC akan berakumulasi di dalam otak dan
menyebabkan rendahnya aliran darah ke otak, oleh karena itu kanabis dianggap lebih
destruktif terhadap jaringan otak dibandingkan opioid.2,3,14
Ganja dapat digunakan dengan cara diinhalasi dan peroral. Penggunaan dengan cara
diinhalsi (rokok) dapat mencapai efek puncak dalam waktu 10-30 menit dan efek
berakhir antara 2-4 jam, sedangkan penggunaan peroral mencapai efek puncak antara
1-2 jam dan berakhir antara 5-12 jam. Melalui inhalasi potensi THC lebih besar
daripada peroral.4,12
12
Golongan obat-obatan depresan SSP ini mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Efek
yang ditimbulkan pada pemakainya adalaha perasaan tenang, pendiam dan bahkan
membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri.15
2.2.3.1 Barbiturat
Barbiturat adalah turunan dari asam barbiturat. Merupakan obat yang bertindak
sebagai depresan sistem saraf pusat berdasarkan sifatnya ini, barbiturat digunakan mulai
dari sedasi ringan sampai anestesi total. Mereka juga efektif sebagai hipnotik dan
sebagai antikonvulsan. Mereka memiliki potensi kecanduan, baik fisik dan psikologis.
Berdasarkan onset dan lama kerja, barbiturat dibagi dalam 4 golongan yaitu:7
1) Ultra Short Acting Barbiturates memiliki onsetnya kerja sangat cepat, efek
anesthesia sudah dapat terjadi dalam satu menit sesudah penyuntikan
intravena. Efeknya yang cepat dan kerjanya yang singkat menyebabkan
kelompok ini tidak disukai untuk disalahgunakan.
Contoh : heksobarbital, metpheksital, tiamilal, dan thiopental.
2) Short Acting Barbiturates memiliki masa kerja yang pendek, secara medis
digunakan untuk menginduksi sedasi atau tidur, bekerja 20-40 menit setelah
pemakaian dan efeknya berlangsung 4-6 jam.
Contoh: sandoptal, sekobarbital atau sekonal,
siklobarbital,
dan
heptabarbital.
3) Intermediate Acting Barbiturates memiliki masa kerja yang sedang, secara
medis untuk menginduksi sedasi. Barbiturat kelompok 2 dan 3, terutama
sekonal, amital dan nembutal adalah obat depresan SSP yang paling banyak
disalahgunakan dalam istilah awam sering disebut pil koplo.
13
hipnotik
dan
obat
antikonvulsi.
Kelompok
ini
jarang
14
Barbiturat mudah diabsorpsi dan dapat melewati sawar uri. Kadar tertinggi terdapat
dalam hepar dan ginjal. Barbiturat kerja pendek ditimbun dalam jaringan lemak tubuh,
oleh karena itu penggunaan penggunaan dosis kecil hanya berefek sebentar karena cepat
memasuki depot lemak, bukan karena cepat dieksresikan. Barbiturat dapat ditemukan
dalam urin 2- 4 jam setelah pemakaian dan masih ditemukan sampai 3 hari, sedangkan
fenobarbital dapat ditemukan sampai 2 minggu. Obat-obat depresan SSP biasanya
dipakai peroral, karena penggunaan secara intravena terasa nyeri dan menyebabkan
sklerosis pada vena, flebitis dan abses. 12,16
Pemakaian obat-obatan depresan SSP akan menyebabkan toleransi terhadap efek
sedasi maupun efek toksik, apabila sudah terjadi toleransi diperlukan peningkatan dosis,
sedikitnya 0,1 gram untuk mendapatkan kembali efek semula. Gejala putus zat karena
barbiturat yang tersering adalah konvulsi, delirium, halusinasi dan gejala ini dapat
berakibat fatal bagi penderita usia lanjut atau penderita yang disertai penyakit berat.16
2.2.3.2 Benzodiazepin
Benzodiazepin dikenal oleh masyarakat dengan nama bk, dum, lexo, mg, rohyp.
Dalam dunia kedokteran benzodiazepin digunakan untuk mengobati insomnia, ansietas,
kaku otot dan medikasi preanestesi. Daya benzodiazepin untuk menyebabkan
ketergantungan lebih kecil dari alkohol maupun barbiturat, hal ini dikarenakan
15
benzodiazepin kurang memiliki efek psikotropik berupa perubahan emosi dan euforia
serta toleransinya relatif rendah. 12,16
Benzodiazepin memiliki efek hipnosis, sedasi, relaksasi otot dan anti konvulsi
dengan potensi yang berbeda. Batas dosis aman benzodiazepin lebih besar dari obat
depresan lainnya. Toksisitasnya relatif rendah, pemakaian dosis besar (kurang lebih 2
gram) hanya akan mengakibatkan rasa kantuk. Pemakaian benzodiazepin dosis tinggi
dalam jangka panjang dapat menyebabkan timbul gejala putus zat, seperti insomnia,
anoreksia, agitasi, otot berkedut-kedut, berkeringat dan kejang-kejang.16
Dalam plasma kadar tertinggi benzodiazepin dapat dicapai dalam waktu 0,5-8 jam
setelah pemberian peroral. Golongan ini dapat melewati sawar uri dan disekresi
kedalam air susu ibu, dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati dan beberapa
benzodiazepin dimetabolisme menjadi metabolit yang aktif. Metabolit yang aktif
umumnya memiliki biotransformasi lebih lambat dari senyawa asal, sehingga lama kerja
benzodizepin tidak sesuai dengan waktu paruh eliminasi obat, misalnya waktu paruh
flurazepam adalah 2-3 jam, tetapi metabolit aktifnya yaitu N-deslkil-flurazepam
mempunyai masa kerja sampai 50 jam. Benzodiazepin dan metabolitnya dapat dideteksi
dalam 2-7 jam setelah penggunaan dan masih ditemukan sampai 2 minggu atau
lebih.12,16
Pada pemakaian dosis tinggi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
ketergantungan fisik dan psikis serta gejala putus zat. Namun ketergantungan yang
ditimbulkan tidak terlalu hebat karena obat ini hanya mengakibatkan sedikit euforia
tetapi kurang kuat dibandingkan obat-obat yang sering disalahgunakan.16
16
2.2.4.1 Amfetamin/Metamfetamin
Semenjak tahun 1932, amfetamin digunakan sebagai dekongestan, mempunyai
struktur dasar -feniletilamin yang terdiri dari inti aromatis berupa cincin benzen
maupun bagian alifatis berupa etilamin. Penyalahguna obat ini biasa mengenal dengan
nama seed,meth,crystal,uppers,whizz dan sulphate
Amfetamin terdiri dari dua jenis yaitu Methilen dioxy methamphetamine (MDMA),
MDMA mulai dikenal sekitar tahun 1980 dengan nama Ekstasi atau Ecstacy. Nama
lainnya adalah xtc, fantacy pils, inex, cece, cein, dan terdiri dari berbagai macam jenis
antara lain white doft, pink heart, snow white, petir yang dikemas dalam bentuk pil atau
kapsul. Jenis amphetamin lainnya adalah metamfetamin yang mempunyai lama kerja
lebih panjang dibanding MDMA (dapat mencapai 12 jam) dan efek halusinasinya lebih
kuat. Penyalahgunaan obat ini dapat dibakar lalu asapnya dihirup, dimasyarakat dikenal
sebagai shabu-shabu, SS, ice, crystal, crank.12
17
18
masih ditemukan dalam 2-4 hari. Toleransi yang timbul pada penggunan obat ini
berhubungan dengan cepatnya eliminasi obat melalui urin7,12
Toleransi terhadap obat ini adalah euforia. Amfetamin dan metamfetamin dapat
menyebabkan ketergantungan psikis yang sangat kuat. Gejala putus obat ini berupa rasa
nyeri pada seluruh tubuh, apatis, gerakan motorik lamban, kejang otot yang hebat dan
gejala yang paling khas adalah depresi dan usaha bunuh diri. Puncak gejala timbul pada
48-72 jam setelah pemakaian terakhir dan bisa berlangsung beberapa minggu, selain
depresi biasanya ada neurastenia sehingga penderita benar-benar apatis.12
2.2.4.2 Kokain
Nama lain kokain yang dikenal luas masyarakat adalah koka, coke, happy dust,
charlie, srepet, snow salju, putih.. Kokain atau benzoilmetilekgonin didapat dari daun
erythroxylon coca dan species Erythroxylon lain, yaitu pohon yang tumbuh di Peru dan
Bolivia, dimana selama berabad abad lamanya daun tersebut dikunyah oleh penduduk
asli untuk menambah daya tahan terhadap kelelahan. Kokain merupakan ester asam
benzoat dengan metilekgonin.12
Kokain digunakan dengan cara dihirup yaitu dengan membagi setumpuk kokain
menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau benda-benda yang
mempunyai permukaan datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau
gulungan kertas.2
Selain efek stimulan terhadap SSP, kokain juga bekerja pada saraf tepi dan sistim
kardiovaskuler. Pada dosis rendah gerak motorik menurun dan denyut jantung
19
melambat, tetapi pada dosis tinggi menimbulkan kejang-kejang dan tremor serta denyut
jantung menjadi cepat, terjadi vasokontriksi sehingga tekanan darah naik dan
menimbulkan aritmia kordis. Mekanisme kerja obat ini adalah menghambat inisiasi dan
konduksi impuls saraf tepi sehingga memberi efek anestesi, merangsang langsung SSP
dan menghambat re-uptake norepinephrin pada sinaps, sehingga kadar di otak
meningkat dan menimbulkan efek simpatomimetik.7,12,
Intoksikasi ditandai oleh adanya euforia, timbul rasa senang, peningkatan rasa
percaya diri, bayak bicara, rasa lelah hilang dan kebutuhan tidur berkurang, disertai
gejala halusinasi lihat, dengar, dan raba juga adanya waham curiga. Keadaan over dosis
ditandai adanya kejang-kejang, penurunan kesadaran, pupil melebar, nadi cepat, suhu
badan naik. Kematian dikarenakan berhentinya kerja jantung walaupun demikian
intoksikasi berat dan kematian karena kokain jarang terjadi, kematian terjadi lebih
sering akibat penggunaan kombinasi opiat-kokain.12
Kokain paling sering digunakan dengan cara dihirup, disamping itu bisa juga dengan
cara dirokok, ditelan atau disuntikan. Kokain dimetabolisir dalam hepar dan sebagian
diekskresi melalui ginjal. Kokain ditemukan pada urin dalam bentuk metabolit
Benzoylecgonine, 1-4 jam sesudah pemakaian dan masih ditemukan dalam 2-3 hari,
tetapi bila digunakan secara intranasal baru ditemukan di darah atau urin dalam 24-36
jam setelah pemakaian. 12
Toleransi pada kokain terjadi dengan cepat. Penurunan efek euforia dan efek
kardiovaskuler lebih cepat dari penurunan kadar kokain dalam plasma, sehingga
mendorong pemakaian kokain dalam dosis yang lebih tinggi lagi.12
20
Imunologic
Technique
(EMIT),
Fluorescence
Polarization
21
rambut. Kelemahan dalam pemeriksaan ini yaitu konsentrasi obat yang rendah, dan
perawatan rambut seperti pewarnaan, pengeritingan rambut turut mempengaruhi hasil
pemeriksaan.3
Pemeriksaan skrining pada umumnya menggunakan bahan pemeriksaan urin, karena
tidak invasif dan mempunyai nilai sensitifitas yang tinggi. Brussels Expert Group
merekomensasikan urin sebagai bahan pemeriksaan yang terbaik (sample of choice)
dengan alasan metabolit semua obat/zat di ekskresi di urin serta metabolit ini dapat di
deteksi dalam waktu yang lebih lama bila dibanding dengan bahan pemeriksan
darah.,14,18
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pre analitik, analitik dan
pasca analitik. Ketiga tahap ini sangat erat kaitannya dalam hasil akhir dimana pitfalls
dalam ketiga tahap ini yang dapat menganggu hasil akhir pemeriksaan narkoba.3
22
Dari keadaan umum pasien, kita dapat mengetahui apakah pasien sadar atau sedang
berada dalam pengaruh obat-obatan tertentu, intoksikasi atau berada dalam gejala putus
obat ( sakaw).3
Selanjutnya kita dapat menganamnesis pasien, anamnesis merupakan hal yang
penting, berbagai informasi dapat kita peroleh seperti penyakit yang diderita pasien,
apakah pasien mendapatkan terapi tertentu dari dokter yang akan mempengaruhi hasil
(seperti obat flu, antibiotik, pelemas otot dan lain-lain), asupan makanan atau minuman
sebelum pemeriksaan narkoba. 3,18
Sebelum pengambilan urin, pasien disarankan untuk mengurangi asupan air dan urin
yang digunakan sebaiknya urin pagi, hal ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi
metabolit yang tinggi dalam urin.3,18
2.3.1.2
Pengambilan sampel
Urin yang di ambil adalah urin pancaran tengah. Dimana sepertiga urin pertama
dibuang, urin selanjutnya diambil dan urin terakhir dibuang dan urin yang digunakan
adalah urin pagi. Dalam pengambilan sampel, pengawasan yang ketat sangatlah penting,
pengawasan bertujuan untuk menghindari upaya manipulasi sampel. Akan tetapi
pengawasan ini harus tetap menjaga privasi dan kenyamanan pasien. Oleh karena itu
fasilitas kamar mandi sebaiknya diminimalisirkan, seperti tidak disediakan sabun atau
zat pembersih dalam kamar mandi, tempat cuci tangan berada diluar kamar mandi. Hal
ini bertujuan mencegah manipulasi urin.3,18
23
Urin yang baik untuk pemeriksaan narkoba dapat dilihat dari warna, suhu, kretinin
urin dan pH. Untuk menghindari usaha pemalsuan urin, kita dapat memastikan dengan
suhu urin, pada empat menit setelah pengambilan yaitu 32-38C, suhu urin yang terlalu
dingin atau panas dapat kita curigai keasliannya. Selain suhu indikator pemalsuan urin
dapat kita lihat dari pH urin. pH urin secara fisiologis mengalami fluktuatif sepanjang
hari namun tetap berada dalam kisaran 4.5 sampai 8.0. Perubahan pH dapat dikarenakan
usaha manipulasi, penyimpanan yang tidak tepat dan lama. Kreatinin 180 80 mg/100
ml adalah urin normal, bila nilai kreatinin 10-30 mg/ml ada kemungkinan urin dicampur
dengan air. BJ urin adalah 1,007-1.035, bila diluar nilai ini pemeriksa harus mencuriga
keaslian dari urin.3,19
Bahan pemeriksaan urin dikumpulkan dalam dua tabung urin pada tabung urin
ukuran 50 ml serta isinya tidak kurang dari 2/3 bagian dari tabung urin. Syarat yang
harus dimiliki pada tabung urin adalah lubang tabung urin harus lebar.
Botol urin harus tertutup rapat dan berlabel untuk menjaga keamanan bahan
pemeriksaan. Selain itu pastikan bahwa sampel tidak tertukar dengan milik orang lain.
Integritas spesimen harus dipertahankan, integritas spesimen ini meliputi pencatatan
identitas atau barcode pada sampel, identitas dan permintaan pada formulir. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalisirkan resiko tertukarnya sampel pada pemeriksaan
narkoba. 18
2.3.1.3
24
Bahan pemeriksaan urin sebaiknya langsung diperiksa, tetapi bila pada keadaan
tertentu dan tidak memungkinkan untuk langsung diperiksa disimpan dalam keadaan
dingin (2-8C). Urin masih dapat diperiksa sampai 48 jam bila disimpan pada suhu 28C, dan harus dibiarkan dalam suhu kamar sebelum dilakukan pemeriksaan. Dalam
penyimpanan urin harus terhindar dari cahaya langsung.18
Bila pemeriksaan tertunda satu sampai dua hari urin harus disimpan di lemari es
pada freezer (-20C) dan diusahakan lemari es dikunci. Pada freezer ini urin stabil
sampai beberapa bulan. 5
Pitfalls pada tahap preanalitik akan berpengaruh kepada hasil tes narkoba. Pitfalls
dapat berupa :
25
Penambahan bahan kimia atau air pada spesimen akan menyebabkan hasil
menjadi negatif palsu karena konsentrasi obat dalam urin berkurang atau sama
sekali tidak ada.
2.3.2 Analitik
Tahap analitik merupakan tahap pengerjaan sampel sampai hasil keluar. Tahap ini
meliputi pemilihan metode, cara pengerjaannya. Metode analitik yang digunakan harus
spesifik terhadap kandungan obat yang akan diuji. Kesalahan pasca analitik dapat
berakibat hasil menjadi positif palsu dan negatif palsu. Maka dari itu ketersediaan
metode konfirmasi merupakan hal yang penting. Faktor penganggu yang dapat
menyebabkan pitfalls akan dibahas selanjutnya pada bahasan interpretasi hasil.17
26
kekurangannya adalah dapat terjadi reaksi silang dengam obat atau zat. Selain itu
kelemahan lainnya adalah reagennya yang tidak stabil sehingga suhu ruangan serta
tempat penyimpanan reagen yang salah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. 18
Pemeriksaan kromatografi merupakan pemeriksaan konfirmasi bila pada
pemeriksaan immunoassay hasil narkobanya positif. Metode kromatografi merupakan
salah satu metode analisis berdasarkan atas pemisahan metabolit berdasarkan perbedaan
afinitasnya yang terdistribusi pada fase gerak dari cairan, dan metabolit yang
diidentifikasi dibandingkan dengan standar. Pada metode kromatografi ini, persiapan
bahan pemeriksaan sangat penting karena akan dipisahkan zat/analit yang terkandung
dalam obat dengan metabolit-metabolit lainnya dalam urin. Persiapan bahan
pemeriksaan ini meliputi hidrolisis, ekstraksi, dan purifikasi.18,20
Pada praktisnya terdapat beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan
pemilihan suatu metode diantaranya ketersediaan alat, bahan pemeriksaan dan nilai
rujukan, banyaknya bahan pemeriksaan serta tenaga laboratorium yang terlatih.18
Hasil laboratorium pada narkoba ini tergantung beberapa faktor, yaitu:
1) Jenis narkoba
2) Jumlah dan frekuensi penggunaan narkoba
3) Metabolisme tubuh
4) Usia dan berat badan
5) Kondisi kesehatan secara umum
6) pH urin (bahan pemeriksaan urin)
Pemeriksaan skrining pada tes narkoba menggunakan metode immunoassay seperti,
Enzyme-Mediated
Imunologic
Technique
(EMIT),
Fluorescence
Polarization
pemisahan bahan
27
kimia/fisika
(kromatografi)
seperti
Thin-Layer
Chromatography
(TLC),
Gas
28
29
Pada pemeriksaan EMIT dan FPIA, hasil pemeriksaan dapat kualitatif maupun
kuantitatif.14 Hasil kualitatif ini memiliki nilai standar yang sudah dikonfirmasi dengan
metode GC-MS, sedangkan nilai kuantitatif berasal dari nilai estimasi yang diperkirakan
dari perubahan warna cairan dari yang terlihat setelah diberi label. Faktor penggangu
pada pemeriksaan ini adalah antibodi monoklonal yang dapat memberikan hasil positif
palsu. 14
30
31
32
33
34
Berbeda dengan Gas chromatography (GC), pada HPLC bahan pemeriksaan berada
pada cairan saat diperiksa sampel ini berikatan dengan partikel silica. Selain itu HPLC
menggunakan temperatur normal, sehingga lebih berguna untuk menganalisa metabolitmetabolit yang tidak stabil dan hancur pada tes yang temperaturnya tinggi seperti GC.
Identifikasi dari HPLC berdasarkan dari waktu retensi dari metabolit tersebut.
Interpretasi akan direkam sebagai rangkaian puncak, dimana masing-masing puncak
mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor.20
2.3.2.2 Cara Pengerjaan
Metode yang sering dipakai adalah metode imunoassay dengan menggunakan bahan
pemeriksaan dari urin. Metode ini banyak disukai karena kelebihannya yaitu mudah,
murah dan cepat, hasilnya dapat dibaca secara visual.21
35
Penyimpanan kit pada suhu yang tidak tepat. Penyimpanan pada freezer akan
mempengaruhi stabilitas reagen
36
Pitfalls sangat berpengaruh dalam interpretasi hasil. Dengan adanya pitfalls hasil
menjadi tidak akurat. Dibawah ini dibahas mengenai interpretasi hasil berupa positif,
positif palsu, negatif dan negatif palsu beserta faktor penganggu. 3
Pemeriksaan dikatakan positif apabila hanya terdapat satu garis berwarna pada
daerah kontrol (C) dan tidak terdapat garis pada daerah pemeriksaan (T). Hasil
positif menunjukan adanya kadar narkotika atau zat adiktif yang sesuai atau
lebih dengan cut off.
Hasil dikatakan negatif bila terdapat dua garis berwarna pada daerah C dan
daerah T. Hasil negatif menunjukkan bahwa narkotika dan zat adiktif tidak
ditemukan dalam urin atau kadarnya lebih rendah dari cut off.
Hasil dikatakan invalid bila tidak tampak garis berwarna pada daerah C.
pemeriksaan sebaiknya diulang. Bila tetap invalid dicurigai adanya kerusakan
pada kit atau reagen.22
37
Panel immunoassay kualitatif obat melaporkan setiap sampel positif atau negatif
untuk obat tertentu berdasarkan cutoff yang telah ditentukan. Hasil lainnya dapat berupa
positif palsu dan negatif palsu.17 Pit falls dapat menyebabkan hasil menjadi tidak akurat
akibat adanya faktor penganggu.3,17
38
dan pH. Hasil yang positif tidak dapat memberikan informasi mengenai waktu
penggunaan obat, dosis obat dan frekwensi pemakaian obat tersebut. 3,17
Hasil positif pada pemeriksaan skrining harus dilanjut dengan pemeriksaan
konfirmasi yang mempunyai nilai spesifitas lebih tinggi dari pemeriksaan skrining dan
metode yang digunakan berbeda, biasanya dengan metode kromatografi yang
memisahkan metabolit-metabolit berdasarkan ilmu kimia atau fisika.18,20
39
adalah
kemampuan
untuk
mengidentifikasi
obat
tertentu.
Berdasarkan sifat ini pemeriksaan narkoba memberikan hasil positif pada pasien
yang mengkonsumsi dari obat-obatan tertentu, dan pemeriksaan yang sangat
sensitif akan memberikan hasil positif palsu dimana pasien tidak mengkonsumsi
obat-obatan tertentu tetapi memiliki hasil positif pada tes urin.17
Reaksi silang
Mengkonsumsi obat-obatan tertentu dapat menyebabkan pemeriksaan menjadi
positif palsu, hal ini terjadi karena adanya reaksi silang. Reaksi silang terjadi
karena kesamaan struktur dari obat tersebut dengan metabolit yang dicari pada
pemeriksaan narkoba. 3,17
Sebagai contoh : 3,17
a. Reaksi silang pada goongan opioid
Pemberian antibiotik kuinololon dapat memberikan hasil positif palsu,
selain kuinolon, pasien yang mendapatkan terapi rimfapisin akan bereaksi
silang pada saat pemeriksaan narkoba.
b.
40
Positif palsu
Substansi
Positif palsu
Alcohol
Short-chain alcohols
( isopropyl alcohol)
Cannabinoids
Dronabinol
Amphetamines
Amantadine
Efavirenz
Benzphetamine
Hemp-containing foods
Bupropion
NSAIDs
Chlorpromazine
Clobenzorexb
Tolmetin
l-Deprenylc
Cocaine
Desipramine
Trimipramine
Topical
anesthetics
containing cocaine
Opioids, opiates, dan
heroin
Dextromethorphan
Dextroamphetamine
Heroin
Ephedrine
Opiates (codeine,
hydromorphone,
hydrocodone,
morphine)
Poppy seeds
fenproporexb
Subsatansi
Positif palsu
Substansi
Positif palsu
Isometheptene
Quinine
Isoxsuprine
Quinolones
Labetalol
Rifampin
MDMA
Verapamil
metabolites
dan
41
Methamphetamine
Dextromethorphan
l-Methamphetamine
(Vicks inhaler)d
Methylphenidate
Diphenhydraminee
Phentermine
Ibuprofen
Phenylephrine
Imipramine
Phenylpropanolamine
Ketamine
Promethazine
Meperidine
Pseudoephedrine
Mesoridazine
Ranitidine
Thioridazine
Ritodrine
Tramadol
selegiline
venlafaxine
Thioridazine
desmethylvenlafaxine
Trazodone
Benzodiazepines
Phencyclidine
Doxylamine
Tricyclic
antidepressants
Carbamazepinef
Trimethobenzamide
Cyclobenzaprine
Oxaprozin
Cyproheptadinef
Sertraline
Diphenhydraminef
Hydroxyzinef
Quetiapine
Dikutip : Gourlay 17
42
a.
Pasien yang secara tidak sengaja menghirup asap rokok ganja dapat
menyebabkan positif palsu pada pemeriksaan kanabis.
b.
pemeriksaan
narkoba
memberikan
hasil
positif
dengan
Waktu pembacaan.
Pembacaan hasil lebih dari sepuluh menit akan menyebabkan hasil tidak akurat
dimana hasil negatif dapat terlihat sebagai hasil positif. 22
43
Positif palsu dapat terjadi akibat kesalahan dalam proses pre analitik, analitik dan
pasca analitik. Anamnesis pasien kembali untuk menghindari adanya faktor-faktor yang
menganggu dalam pemeriksaan. Bila dicurigai adanya hasil positif palsu sebaiknya
pemeriksaan diulang kembali menggunakan metode konfirmasi mendapatkan hasil yang
akurat.
3,17,20
44
Pada urin adakah perubahan warna dan bau, bila ada dapat kita curigai adanya
penambahan zat tertentu dalam urin, jika tidak, langkah selanjutnya urin
dikocok.
Pembentukan
gelembung
yang
berlangsung
lama
dapat
Pemeriksaan lab
Warna, kreatinin
Bau, warna, pH
Kocok
pH
NO2- strip tes
pH
45
Waktu penggambilan
Waktu penggambilan yang baik sebaiknya pada pagi hari dimana konsentrasi
metabolit dalam urin berada dalam level tertinggi.25
Persiapan pasien
Upaya manipulasi urin tidak hanya menambahkan substansi tertentu dalam urin,
tetapi dapat juga dilakukan pada tahap persiapan pasien. Memperbanyak asupan
air atau mengkonsumsi diuretik sebelum pemeriksaan dapat membuat urin
menjadi encer sehingga konsentrasi metabolit dalam urin menjadi rendah atau
tidak ada, sehingga hasil menjadi negatif palsu.23
46
Semisintetik
Hydrocodone
Oxycodone
Hydromorphone
Oxymorphone
Buprenorphine
Sintetik
Meperidine
Fentanyl
Proproxyphene
Methadone
Dikutip : Gourlay17
CUTOFF(ng/mL)
50
300
2000
25
1000
Dikutip : Gourlay17
47
Hasil yang dicurigai negatif palsu sebaiknya pemeriksaan diulang kembali dengan
metode konfirmasi untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya.
48
BAB III
RINGKASAN
49
Jenis narkoba yang banyak digunakan di Indonesia adalah golongan Opioid seperti
morfin dan heroin, golongan Kanabis (ganja), depresan Susunan Saraf Pusat
(benzodiazepin, barbitirat), stimulan Susunan Saraf Pusat (kokain, amfetamin).
Pemeriksaan narkoba menjadi pemeriksaan yang rutin untuk mendeteksi adanya
substansi obat atau metabolit dalam tubuh, laboratorium harus memiliki kemampuan
menangani masalah mendasar dari penyalahgunaan Narkoba serta penerapan metode
deteksi dan analisis yang lebih cepat, akurat, dan spesifik. Bahan pemeriksaan untuk
pemeriksaan narkoba dapat berupa urin, darah, rambut dan keringan. Namun yang
sering digunakan adalah urin
Pemeriksaan skrining harus mempunyai sensitifitas yang tinggi, cepat dan murah.
Kriteria ini secara umum terdapat pada pemeriksaan metode immunoassay. Pemeriksaan
laboratori meliputi tiga tahap yaitu pre analitik, analitik dan pasca analitik. Adanya
jebakan dalam pemeriksaan narkoba dapat menganggu hasil akhir. Hasil yang tidak
akurat dapat berupa positif palsu dan negatif palsu.
SUMMARY
There was an increase in drug abuse throughout the country, especially developing
countries. At present, no single country is free from this complicated issue. The level
and pattern of drug use in different areas seen constantly. Influenced by socio-economic
forcesand the availability of varius drugs.
Type of drug that is widely used in Indonesia is the class of opioids such as
morphine and heroin, class of Cannabis (marijuana), depressants, central nervous
50
urin,
blood,
hair
and
sweat.
But
that
is
often
used
is
the
urin
Screening should have a high sensitivity, fast and cheap. These criteria are
generally found on examination of immunoassay methods. Laboratory examination
includes three stages, namely pre-analytical, analytical and post analytical. Of a trap in
the examination of drugs can disturb the final result. Inaccurate results may be false
positives and false negatives
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
51
6.
7.
Jaffe JH. Drug Addiction and Drug Abuse. Dalam: Gilman AG, Rall TW, Neis
AS, Taylor P, editor. Goodman and Gilman`s The Pharmacological Basis of
Therapeutics. Edisi ke-10. New York: Macmillan; 2000. hlm. 522-70.
8.
9.
10.
Harrison L. Comparing Drug Tesing and Self Report of among Youths and
Young Adults in the Gemeral Populations. Rockville. DHHS.2007. hlm. 5-15
11.
Jaffe JH, Martin WR. Opioid Analgesics and Antagonist. Dalam: Gilman AG,
Rall TW, Nies AS, Taylor P, editor. Goodman and Gilman`s The
Pharmacological Basis of Therapeutics. New York: Macmillan; 2000. hlm. 485520.
12.
Karch SB. Pathology of Drug Abuse. New York: CRC Press; 2009.
13.
Stephen L. Dilts J, Dilts SL. Opioids. Dalam: Frances RJ, Miller SI, Mack AH,
editor. Clinical Textbook of Addictive Disorders. Edisi ke-3. New York: The
Guilford Press; 2005. hlm. 138-43.
14.
15.
Jaffe JH, Martin WR. Opioid Analgesics and Antagonist. Dalam: Gilman AG,
Rall TW, Nies AS, Taylor P, editor. Goodman and Gilman`s The
Pharmacological Basis of Therapeutics. New York: Macmillan; 2000. hlm. 485520.
16.
17.
52
18.
19.
20.
21.
22.
Inst-Answer Multi-Drug. One Step Screen Tes Panel (Urin) Package Insert.
2008.
23.
24.
25.