Anda di halaman 1dari 16

Opioid Mata Kuliah : Keperawatan HIV/AIDS dan NAPZA

Pengertian Opium
Opium merupakan zat adiktif yang didapat dari tanaman candu, zat ini kadang digunakan dalam ilmu kedokteran sebagai analgesic atau penghilang rasa sakit Nama Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium. opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).

Klasifikasi Opium Opium alami => morfin, kadein, tebain Opium semi sintetis => heroin, hidromorfon Opium sintetis => meperidin dan propoksifen Opium Alami -Morfin Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada optium. Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan sakit

Efek pemakaian morfin: Menimbulkan euforia Mual, muntah, sulit buang air besar (konstipasi) Kebingungan (konfusi) Berkeringat Dapat menyebabkan pingsan, jantung berdebar-debar Gelisah dan perubahan suasana hati Mulut kering dan warna muka berubah

-Heroin Heroin murni berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street heroin). Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri. Umunya digunakan dengan cara disuntik atau dihisap. Efek pemakaian heroin: Denyut nadi melambat Tekanan darah menurun Otot-otot menjadi lemas/ relaks

Diafaragma mata (pupil) mengecil (pin point) Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri Membentuk dunia sendiri (dissosial) : tidak bersahabat Penyimpangan perilaku : berbohong, menipu, mencuri dan kriminal Ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari

-Codein Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan. -Demerol Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.

-Methadon Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon).

Efek samping penggunaan Opium Mengalami pelambatan dan kekacauan di saat bicara Kerusakan penglihatan pada malam hari Mengalami kerusakan pada liver dan ginjal Peningkatan risiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya

Respon yang muncul Respon karena putus obat Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis terakhir. Biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinu atau pemberian antagonis narkotik. Sindroma putus obat mencapai puncak intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama 7 sampai 10 hari setelahnya. Tetapi beberapa gejala mungkin menetap selama enam bulan atau lebih lama.

Respon karena ketergantungan Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung. Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah.

Organ-organ yang diserang Opiat Susunan Saraf Pusat Efek morfin terhadap SSP berupa analgesia dan narcosis. Analgesia oleh morfin dan opioid lain sudah timbul sebelum pasien tidur dan seringkali analgesia terjadi tanpa disertai tidur. Morfin dosis kecil (5-10 mg) menimbulkan euphoria pada pasien yang menderita nyeri, sedih dan gelisah. Sebaliknya dosis yang sama pada orang normal seringkali menimbulkan disforia berupa perasaan khawatir atau takut disertai mual dan muntah. Saluran cerna -Lambung - Usus besar -Usus halus -Duktus kolekdotus

Sistem Kardiovaskuler
Pemberian morfin dosis terapi tidak mempengaruhi tekanan darah, frekuensi maupun irama denyut jantung. Perubahan yang terjadi adalah akibat efek depresi pada pusat vagus dan pusat vasomotor yang baru terjadi pada dosis fagosik. Morfin dan opioid lain menurunkan kemampuan system kardiovaskuler untuk bereaksi terhadap perubahan sikap. Otot polos Morfin menimbulkan peninggian tonus, amplitude serta kontraksi ureter dan kandung kemih.

Kulit Dalam dosis terapi, morfin menyebabkan pelebaran pembuluh darah kulit, sehingga kulit tampak merah dan gterasa panas terutma di flus area (muka, leher, dan dada bagian atas

Gejala intoksitasi(keracunan Opioit)

Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai