Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Mata merupakan salah satu alat indra yang sangat berperan penting dalam
kehidupan manusia. Mata membutuhkan sejumlah tekanan tertentu agar dapat
berfungsi dengan baik.Pada beberapa orang, tekanan bola mata ini dapat
meningkat sehingga mengalami kerusakan pada saraf optic yang menyebabkan
gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandangan.Kerusakan saraf optic ini
berupa glaucoma.
Glaucoma adalah sekumpulan kelainan mata yang mengarah ke neuropati
optic, ditandai dengan pencekungan diskus optikus yang dikaitkan dengan
pengurangan sensitifitas dan lapang pandang.
Diseluruh dunia, glaucoma dianggap sebagai penyebab tinggi kebutaan, 2 %
penduduk dunia berusia lebih dari 40 tahun menderita glaucoma. Berdasarkan
perkiraan WHO, tahun 2000 ada sebanyak 45 juta orang di Indonesia yang
mengalami kebutaan. Jumlah penderita kebutaan di Indonesia semakin hari
semakin meningkat.glaucoma bertanggung jawab atas 15 % penyebab kebutaan
dan glaucoma adalah penyebab ke tiga dari kebutaan setelah katarak dan
trachoma.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Apakah defenisi dari penyakit glaukoma ?
2. Bagaimanakah anatomi dan fisiologi mata ?
3. Bagaimana etiologi penyakit glaukoma ?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit glaukoma ?
5. Bagaimana WOC penyakit glaukoma ?
6. Apa saja klasifikasi penyakit glaukoma ?
7. Bagaimana manifestasi klinis penyakit glaukoma ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit glaukoma ?
9. Bagaimana penatalaksanaan penyakit glaukoma ?
2

10. Apa saja komplikasi penyakit glaukoma ?
11. Bagaimanakah prognosis penyakit glaukoma ?

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui defenisi dari penyakit glaukoma
2. Untuk memahami anatomi dan fisiologi mata
3. Untuk mengetahui etiologi penyakit glaukoma
4. Untuk memahami patofisiologi penyakit glaukoma
5. Untuk memahami woc penyakit glaukoma
6. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit glaukoma
7. Untuk memahami manifestasi klinis penyakit glaukoma
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit glaukoma
9. Untuk mengetahui pencegahan penyakit glaukoma
10. Untuk mengetahui komplikasi penyakit glaukoma
11. Untuk mengetahuiprognosis penyakit glaukoma
















3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Glaukoma
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata
relatif cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan
menyebabkan kelainan lapang pandang. Di Amerika Serikat, glaucoma ditemukan
pada lebih 2 juta orang, yang akan beresiko mengalami kebutaan.
Glukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma didefinisikan sebagai suatu kumpulan penyakit dengan
karakteristik neuropati optik yang berhubungan dengan penurunan lapang
pandangan dan peningkatan tekanan intraokuli sebagai satu faktor resiko utama
(Skuta, et al., 2010; Kansky, 2002).

2.2 Anatomi dan Fisiologi Mata
1. Anatomi mata


Mata adalah indera penglihatan.Mata dibentuk untuk menerima
rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan serabut-
serabut nervusoptikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada
4

otak, untuk ditafsirkan. Adapun anatomi organ penglihatan dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Adneksa Mata
Merupakan jaringan pendukung mata yang terdiri dari: Kelopak mata
berfungsi\ melindungi mata dan berkedip serta untuk melicinkan dan membasahi
mata. Konjungtiva adalah membran tipis yang melapisi dan melindungi bola mata
bagian luar. Sistem saluran air mata (Lakrimal) yang menghasilkan cairan air
mata, dimana terletak pada pinggir luar dari alis mata.
Rongga orbita merupakan rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh
tulang-tulang yang kokoh.Otot-otot bola mata masing-masing bola mata
mempunyai 6 (enam) buah otot yang berfungsi menggerakkan kedua bola mata
secara terkoordinasi pada saat melirik (Perdami, 2005:1).
b. Bola Mata
Jika diurut mulai dari yang paling depan sampai bagian belakang, bola
mata terdiri dari: Kornea disebut juga selaput bening mata, jika mengalami
kekeruhan akan sangat mengganggu penglihatan. Kornea bekerja sebagai jendela
bening yang melindungi struktur halus yang berada dibelakangnya, serta
membantumemfokuskan bayangan pada retina.Kornea tidak mengandung
pembuluh darah (Pearce, 1999:318).
Sklera yaitu lapisan berwarna putih di bawah konjungtiva serta merupakan
bagian dengan konsistensi yang relatif lebih keras untuk membentuk bola mata
(Perdami, 2005:1). Bilik mata depan merupakan suatu rongga yang berisi cairan
yang memudahkan iris untuk bergerak (Perdami, 2005:1). Uvea terdiri dari 3
bagian yaitu iris, badan siliar dan koroid.Iris adalah lapisan yang dapat bergerak
untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata.Badan siliar
berfungsi menghasilkan cairan yang mengisi bilik mata, sedangkan koroid
merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah untuk memberi
nutrisi pada bagian mata (Perdami, 2005:1).
Pupil merupakan suatu lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata,
dimana lebarnya diatur oleh gerakan iris (Perdami, 2005:1). Bila cahaya lemah iris
akan berkontraksi dan pupil membesar sehingga cahaya yang masuk lebih banyak.
Sedangkan bila cahaya kuat iris akan berelaksasi dan pupil mengecil sehingga
5

cahaya yang masuk tidak berlebihan. Lensa mata adalah suatu struktur biologis
yang tidak umum. Transparan dan cekung, dengan kecekungan terbesar berada
pada sisi depan (Seeley, 2000:514). Lensa adalah organ fokus utama, yang
membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat,
menjadi bayangan yang jelas pada retina.Lensa berada dalam sebuah kapsul
elastik yang dikaitkan pada korpus siliare khoroid oleh ligamentumsuspensorium.
Dengan mempergunakan otot siliare, permukaan anterior lensa dapat lebih
atau agak kurang dicembungkan, guna memfokuskan benda-benda dekat atau
jauh. Hal ini disebut akomodasi visual (Pearce,1999:31). Badan Kaca (Vitreus)
bagian terbesar yang mengisi bola mata, disebut juga sebagai badan kaca karena
konsistensinya yang berupa gel dan bening dapat meneruskan cahaya yang masuk
sampai ke retina (Perdami, 2005:2).
Retina merupakan reseptor yang peka terhadap cahaya.Retina adalah
mekanisme persyarafan untuk penglihatan.Retina memuat ujung-ujung
nervusoptikus.Bila sebuah bayangan tertangkap (tertangkap oleh mata) maka
berkasberkas cahaya benda yang dilihat, menembus kornea, aqueus humor, lensa
dan badan vitreus guna merangsang ujung-ujung saraf dalam retina.
Rangsangan yang diterima retina bergerak melalui traktus optikus menuju
daerah visuil dalam otak, untuk ditafsirkan.Kedua daerah visuil menerima berita
dari kedua mata, sehingga menimbulkan lukisan dan bentuk (Pearce,
1999:319).Papil saraf optik berfungsi meneruskan rangsangan cahaya yang
diterima dari retina menuju bagian otak yang terletak pada bagian belakang kepala
(korteks oksipital) (Perdami, 2005:2).
Bagian mata yang sangat penting dalam memfokuskan bayangan pada
retina adalah kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitreus.Seperti yang selalu
terjadi dalam menafsirkan semua perasaan yang datang dari luar, maka sejumlah
stasiun penghubung bertugas untuk mengirimkan perasaan, dalam hal ini
penglihatan.Sebagian stasiun penghubung ini berada dalam retina.Sebelah dalam
tepi retina, terdapat lapisan-lapisan batang dan kerucut yang merupakan sel-sel
penglihat khusus yang peka terhadap cahaya.Sela-sela berupa lingkaran yang
terdapat di antaranya, disebut granula.Ujung proximal batang-batang dan kerucut-
6

kerucut itu membentuk sinapsis (penghubung) pertama dengan lapisan bipoler
dalam retina.
Proses kedua yang dilakukan sel-sel itu adalah membentuk sinapsis kedua
dengan sel-sel ganglion besar, juga dalam retina. Axon-axon sel-sel ini merupakan
serabut-serabut dalam nervus optikus.Serabut-serabut saraf ini bergerak ke
belakang, mula-mula mencapai pusat yang lebih rendah dalam badan-badan
khusus talamus, lantas akhirnya mencapai pusat visuil khusus dalam
lobusoksipitalis otak, di mana penglihatan ditafsirkan (Pearce, 1999:320).
2. Fisiologi mata
Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa
mata dan kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai mencapai otak
melalui saaf otik, sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk
melihat suatu benda (Suyatno,1995:159). Iris bekeja sebagai diafragma, mengatur
banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam pupil.
Pada keadaan gelap pupil membesar dan pada suasana terang pupil akan
mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis, jadi di luar kesadaran
kita. Pada saat yang sama ajakan saraf yang lainnya masuk lebih jauh ke dalam
otak dan mencapai korteks sehingga memasuki saraf kesadaran. Sistem yang
terdiri dari mata dan alur saraf yang mempunyai peranan penting dalam melihat di
subut alat visual.Mata mengendalikan lebih dari 90 % dari kegiatan sehari-
hari.Dalam hampir semua jabatan visual ini memainkan peranan yang
menentukan.Organ visual ikut bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan
umum.

2.3 Etiologi
Gangguan pada mekanisme pengeluaran cairan didalam mata yang dapat
menyebabkan sumbatan akibat penyempitan pada saraf mata, dan akar iris atau
juga karena faktor keturunan.Penyebab terjadinya Glaukoma itu adalah :
a. Pada Glaukoma primer, yaitu:
a) Akut
Dapat disebabkan karena trauma.
7

b) Kronik
Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti :
1. Diabetes mellitus
2. Hipertensi
3. Arterisklerosis
4. Pemakaian kortikosteroid jangka panjang.
5. Miopia tinggi dan progresif.

b. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti :
a) Katarak
b) Perubahan lensa
c) Kelainan uvea
d) Pembedahan

c. Faktor Resiko
a) Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2%
dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan
bertambah dengan bertambahnya usia.
b) Riwayat anggota keluarga yang terkena glaucoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma
mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma.Resiko
terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.
c) Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena
glaucoma.Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih
rendah sudah dapat merusak saraf optik.Untuk mengukur tekanan bola mata
dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata.
d) Obat-obatan
Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata yang
mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk
8

penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang
memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda
pemakai obat-abatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan
diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma

2.4 Patofisiologi
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus.Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik
posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata
melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena
penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan
terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf
optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang
sentral.Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

2.5 WOC
WOC terlampir.

2.6 Klasifikasi Glaukoma
Berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokuli, glaukoma dapat
diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Glaukoma sudut terbuka merupakan gangguan aliran keluar aqueous humor akibat
kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan. Sedangkan glaucoma sudut
tertutup adalah gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase (Salmon,
2009).
Glaukoma sudut terbuka terdiri dari kelainan pada membran pratrabekular
(seperti glaukoma neovaskular dan sindrom Irido Corneal Endothelial), kelainan
trabekular (seperti glaukoma sudut terbuka primer, kongenital, pigmentasi dan
9

akibat steroid) dan kelainan pascatrabekular karena peningkatan tekanan
episklera.Sedangkan glaukoma sudut tertutup terdiri dari glaukoma sudut tertutup
primer, sinekia, intumesensi lensa, oklusi vena retina sentralis, hifiema, dan iris
bomb (Salmon, 2009).

2.7 Manifestasi Klinis
Pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronik sudut
terbuka) dapat tidak memberikan gejala sampai kerusakan penglihatan yang berat
terjadi, sehingga dikatakan sebagai pencuri penglihatan.Berbeda pada glaucoma
akut sudut tertutup, peningkatan tekanan TIO berjalan cepat dan memberikan
gejala mata merah, nyeri dan gangguan penglihatan.

a. Peningkatan TIO
Normal TIO berkisar 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg).Tingginya TIO
menyebabkan kerusakan saraf optik tergantung beberapa faktor, meliputi
tingginya TIO dan apakah glaukoma dalam tahap awal atau lanjut.Secara
umum, TIO dalam rentang 20-30 mmHg biasanya menyebabkan kerusakan
dalam tahunan.TIO yang tinggi 40-50 mmHg dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan yang cepat dan mencetuskan oklusi pembuluh darah retina.
b. Halo sekitar cahaya dan kornea yang keruh
Kornea akan tetap jernih dengan terus berlangsungnya pergantian cairan
oleh sel-sel endotel. Jika tekanan meningkat dengan cepat (glaukoma akut
sudut tertutup), kornea menjadi penuh air, menimbulkan halo di sekitar cahaya.
c. Nyeri. Nyeri bukan karakteristik dari glaukoma primer sudut terbuka.
d. Penyempitan lapang pandang
Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan iskemia kronis pada saraf optic
menimbulkan kerusakan dari serabut saraf retina yang biasanya menghasilkan
kehilangan lapang pandang (skotoma). Pada glaukoma stadium akhir
kehilangan lapang penglihatan terjadi sangat berat (tunnel vision), meski visus
pasien masih 6/6
e. Perubahan pada diskus optik.
10

Kenaikan TIO berakibat kerusakan optik berupa penggaungan dan
degenerasi papil saraf optic 9.
f. Oklusi vena
g. Pembesaran mata
Pada dewasa pembesaran yang signifikan tidak begitu tampak.Pada anak-
anak dapat terjadi pembesaran dari mata (buftalmus).

2.8 Pemeriksaan Penunjang
Penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan sebagai
berikut:
1. Perimetri
Alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan
yangdisebabkan oleh kerusakan saraf optik2. Beberapa perimetri yang
digunakanantara lain :
a. Perimetri manual: Perimeter Lister, Tangent screen, PerimeterGoldmann
b. Perimetri otomatis
c. Perimeter Oktopus
2. Tonometri
Alat ini digunakan untuk pengukuran TIO. Beberapa tonometri yang
digunakan antara lain tonometer Schiotz, tonometer aplanasi Goldman,
tonometer Pulsair, Tono-Pen, tonometer Perkins, non kontak
pneumotonometer.
3. Oftalmoskopi
Oftalmoskopi yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan
saraf optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik.Rasio cekungan diskus
(C/D) digunakan untuk mencatat ukuran diskus otipus pada penderita
glaukoma. Apabila terdapat peninggian TIO yang signifikan, rasio C/D yang
lebih besar dari 0,5 atau adanya asimetris yang bermakna antara kedua mata,
mengidentifikasikan adanya atropi glaukomatosa.
4. Biomikroskopi
11

Untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini
dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau
sekunder.
5. Gonioskopi
Tujuan dari gonioskopi adalah mengidentifikasi kelainan struktur
sudut,memperkirakan kedalaman sudut bilik serta untuk visualisasi sudut
padaprosedur operasi.
6. OCT (Optical Coherent Tomography).
Alat ini berguna untuk mengukur ketebalan serabut saraf sekitar papil
saraf
7. Fluorescein angiography
8. Stereophotogrammetry of the optic disc

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit glaukoma antara lain :
a. Medikamentosa
1. Penekanan pembentukan humor aqueus, antara lain:
a) adrenegik bloker topikal seperti timolol maleate 0,25 - 0,50 % 2 kali
sehari, betaxolol 0.25% dan 0.5%, levobunolol 0.25% dan
0.5%,metipranolol 0.3%, dan carteolol 1%
b) apraklonidin
c) inhibitor karbonik anhidrase seperti asetazolamid (diamox) oral 250 mg 2
kali sehari, diklorofenamid, metazolamid
2. Meningkatkan aliran keluar humor aqueus seperti: prostaglandin analog,
golongan parasimpatomimetik, contoh: pilokarpin tetes mata 1 - 4 %, 4-6
kali sehari, karbakol, golongan epinefrin
3. Penurunan volume korpus vitreus.
4. Obat-obat miotik, midriatikum, siklopegik

b. Terapi operatif dan laser
1. Iridektomi dan iridotomi perifer
2. Bedah drainase glaukoma dengan trabekulektomi, goniotomi.
12

3. Argon Laser Trabeculoplasty (ALT)



2.10 Komplikasi Glaukoma
Komplikasi dari penyakit glaukoma yaitu :
1. Sinekia Anterior Perifer
Iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan menghambat aliran humour
akueus
2. Katarak
Lensa kadang-kadang membengkak, dan bisa terjadi katarak. Lensa yang
membengkak mendorong iris lebih jauh ke depan yang akan menambah
hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut.
3. Atrofi Retina dan Saraf Optik
Daya tahan unsur-unsur saraf mata terhadap tekanan intraokular yang
tinggi adalah buruk.Terjadi gaung glaukoma pada papil optik dan atrofi retina,
terutama pada lapisan sel-sel ganglion.
4. Glaukoma Absolut
Tahap akhir glaukoma sudut tertutup yang tidak terkendali adalah
glaukoma absolut.Mata terasa seperti buta dan sering terasa sangat
sakit.Keadaan semacam ini memerlukan enukleasi atau suntikan alkohol
retrobulbar.

2.11 Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Bila
tidak mendapat pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan akan terjadi
dalam waktu yang pendek sekali. Pengawasn dan pengamatan mata yang tidak
mendapat serangan diperlukan karma dapat memberikan keadaan yang sama
seperti mata yang dalam serangan.



13






BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan agama.
b. Keluhan utama :
meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk rumah sakit.
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c. Riwayat kesehatan sekarang :
Meliputi apa saja gejala yang dialami klien saat ini sehingga dapat
mengganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat kesehatan dahulu:
Meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien sebelumnya, baik itu
yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya ataupun tidak.
e. Riwayat kesehatan keluarga :
Meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami anggota keluarga.
f. Pemeriksaan fisik :
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer,
kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah
menjalar keluar dari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang
pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan
menurun secara bertahap.
14

3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya
inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang
yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk
memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras
dibanding mata yang lain.
4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau
open angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau
angle closure 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan
didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika
telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada
kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut
ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu
TIO normal sudutnya sempit.
g. Pola fungsional gordon
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien
menjaga kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit
glaukoma, bagaimana kepatuhannya terhadap pengobatan. Juga Perlu
ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga
dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar
radiasi.
2) Pola nutrisi / metabolisme
a) Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
b) Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
c) Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
d) Bagaimana nafsu makan klien
e) Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi
makan dan nafsu makan
f) Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir
g) Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan
mengeluhkan mual muntah
15

3) Pola eliminasi
a) Kaji kebiasaan defekasi
b) Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna
dan karekteristik BAB
c) Kaji kebiasaan miksi
d) Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu
untuk miksi
e) Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada
pola eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit
glukoma tipe sekunder (DM, hipertensi).
4) Pola aktivitas / latihan
a) Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi
b) Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan
table gorden)
c) Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
d) Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah,
batuk, nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien
langsung atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non
verbal klien )
e) Kaji kekuatan tonus otot
f) Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien
sehari-hari. Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika
terkena cahaya matahari.
5) Pola istirahat tidur
a) Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
b) Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
c) Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan
istirahat klien sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan
nyeri hebat sehingga pola tidur klien tidak normal.
6) Pola kognitif persepsi
16

a) Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap,
penciuman. Persepsi nyeri, bahasa dan memori
b) Status mental
c) Bicara : apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup
d) Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta
keterampilan interaksi
e) Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
f) Pendengaran : DBN / tidak
g) Peglihatan :DBN / tidak
h) Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan
intensitas nyeri
i) Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk
mengurangi nyeri saat nyeri terjadi
j) Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap
panas/dingin/nyeri
k) Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera
penglihatan. Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap
yang biasa.
7) Pola konsep diri
a) Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan, harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri
sendiri
b) Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal
yang membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
c) Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah
klien sering merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien
menggambarkannya.
d) Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada
konsep diri karena mata klien mengalami gangguan sehingga
kemungkinan klien tidak PD dalam kesehariannya. Tapi, pada
kasus klien tidak mengalami gangguan pada persepsi dan konsep
diri.
17

8) Pola peran hubungan
a) Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga
lainnya.
b) Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
c) Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak
maupun cucu dll
d) Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
e) Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian
konflik.
f) Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
g) Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam
berhubungan dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya
yang mengakibatkan klien malu berhubungan de ngan orang lain.
h) Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan
dalam melakukan perannya
9) Pola koping toleransi stress
a) Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan
menggunakan system pendukung
b) Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam
beberapa bulan terakhir
c) Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah
yang dihadapi, apakah efektif?
d) Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada keluarga / orang
lain
e) Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah
panik
f) Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam
menghadapi stress
g) Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan
penyakit yang dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep
dirinya dimana klien mengalami penyakit yang mengganggu organ
penglihatannya.
18

10) Pola reproduksi / seksualitas
a) Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
b) Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
c) Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim
berhubungan penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau
batuk hebat saat melakukan hubungan intim
d) Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola
reproduksi seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang
dalam keluarga akan terganggu ketika anggota keluarga tidak
menerima salah seorang dari mereka yang mengalami penyakit
mata.
11) Pola nilai dan keyakinan
a) Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan
dalam hidup.
b) Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan
datang.
c) Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal
penting dalam hidup
d) Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas
ibadah sehari-hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit
kepala yang akan mengganggu ibadahnya.
h. Pemeriksaan diagnostik
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau
penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
2) Lapang penglihatan:Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
glaukoma.
3) Pengukuran tonografi:Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25
mmHg)
19

4) Pengukuran gonioskopi:Membantu membedakan sudut terbuka dari
sudut tertutup glaukoma.
5) Tes Provokatif:digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat
atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisma.
7) Darah lengkap, LED:Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK.
9) Tes Toleransi Glukosa:menentukan adanya DM.

3.2 Diagnosa NANDA, NOC, NIC
No. NANDA NOC NIC
1. Nyeri Status kenyamanan
Indikator :
a. kontrol gejala
b. posisi yang nyaman
c. kesehatan fisik
d. sakit kepala
kontrol nyeri
indikator :
a. penggunaan analgesic yang
tepat
b. laporkan tanda nyeri pada
tenaga kesehatan
c. menilai gejala dari nyeri
d. gunakan catatan nyeri

tingkatan nyeri
indikator :
a. melapor nyeri
Manajemen nyeri
a. lakukan penilaian nyeri secara
komprehensif dimulai dari
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
dan penyebab
b. kaji ketidaknyamanan secara
nonverbal, terutama bagi
pasien yang tidak bisa
mengkomunikasikannya secara
efektif
c. pastikan pasien mendapatkan
perawatan dengan analgesic
d. gunakan komunikasi yang
terapeutik agar pasien dapat
menyatakan pengalamannya
terhadap nyeri serta dukunga
dalam merespon nyeri
20

b. frekuensi nyeri
c. nafsu makan normal
d. respon tubuh
e. ekspresi wajah saat nyeri (1)

e. pertimbangkan pengaruh
budaya terhadap respon nyeri
pemberian analgesic
a. menentukan lokasi,
karakeristik, mutu, dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien
b. periksa order atau pesanan
medis untuk obat, dosis dan
frekuensi yang ditentukan
analgesik
c. cek riwayat alergi obat
d. tentukan analgesik yang
cocok, rute pemberian dan
dosis optimal.

2. Gangguan sensori
persepsi penglihatan
Orientasi kognitif
Indikator :
a. mengenal diri sendiri
b. melihat dan mengenal orang
penting lainnya
c. melihat dan mengenal tempat
sekarang
kompensasi tingkah laku
penglihatan
indikator :
a. pantau gejala dari semakin
buruknya penglihatan
b. posisikan diri untuk
menguntungkan penglihatan
c. gunakan pencahayaan yang
cukup untuk melakukan
Intervensi :
a. Catat reaksi pasien terhadap
rusaknya penglihatan (misal,
depresi, menarik diri, dan
menolak kenyataan)
b. Menerima reaksi pasien
terhadap rusaknya penglihatan
c. Bantu pasien dalam
menetapkan tujuan yang baru
untuk belajar bagaimana
melihat dengan indera yang
lain
d. Andalkan penglihatan pasien
yang tersisa sebagaimana
mestinya
e. Berjalan satu dua langkah di
21

aktivitas yang dilakukan
d. menggunakan pelayanan
mendukung untuk
penglihatan yang lemah
e. mengguanakan braille
depan pasien, dengan siku
pasien berada di sikumu
f. Gambarkan lingkungan
kepada pasien
g. Jangan memindahkan benda-
benda di kamar pasien tanpa
memberitahu pasien
h. Bacakan surat, koran, dan
informasi lainnya pada pasien
i. Identifikasi makanan yang ada
dalam baki dalam kaitannya
dengan angka-angka pada jam
j. Lipat uang kertas dalam
berbagai cara untuk
memudahkan identifikasi
k. Beritahu pasien di mana
tempat meletakkan radio atau
buku percakapan
l. Sediakan kaca pembesar atau
kacamata prisma sewajarnya
untuk membaca
m. Sediakan bahan bacaan
Braille, sebagaimana perlunya
n. Memprakarsai untuk
menyerahkan ke ahli terapi
sebagaimana mestinya
o. Rujuk pasien dengan masalah
penglihatan ke agen yang
sesuai
3. Anxietas Kontrol anxietas
Indikator :
a. Monitor intensitas kecemasan
Penurunan anxietas
Intervensi :
a. Tenangkan klien
22

b. Menyikirkan tanda
kecemasan
c. Mencari informasi untuk
menurunkan kecemasan
d. Merencanakan strategi
koping
e. Menggunakan teknik
relaksasi untuk menurunkan
kecemasan
f. Melaporkan penurunan
durasi dan episode cemas
g. Melaporkan tidak adanya
manifestasi fisik dan
kecemasan
h. Tidak adaa manifestasi
perilaku kecemasan

Koping
Indikator :
a. Menunjukkan fleksibilitas
peran
b. Keluarga menunjukkan
fleksibilitas peran para
anggotanya
c. Melibatkan angoota keluarga
dalam membuat keputusan
d. Mengekspresikan perasaan
dan kebebasan emosional
e. Menunjukkan strategi
penurunan stress
b. Berusaha memahami keadaan
klien
c. Berikan informasi tentang
diagnosa prognosis dan
tindakan
d. Kaji tingkat kecemasan dan
reaksi fisik pada tingkat
kecemasan.
e. Gunakan pendekatan dan
sentuhan

Peningkatan koping
Intervensi :
a. Hargai pemahaman pasien
tentang proses penyakit
b. Hargai dan diskusikan
alternative respon terhadap
situasi
c. Gunakan pendekatan yang
tenang dan memberikan
jaminan
d. Sediakan informasi actual
tentang diagnosa, penanganan
dan prognosis
e. Sediakan pilihan yang realistis
tentang aspek perawatan saat
ini
f. Dukung penggunaan
mekanisme defensive yang
tepat
4. Defisit pengetahuan Knowledge : desease process
Knowledge : health behavior
Teaching : desease process
a. Berikan penilaian tentang
23

Indikator :
a. Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program
pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
c. Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa
yang disampaikan perawat
tingkat pengetahuan klien
tentang proses penyakit yang
spesifik
b. Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi dengan
cara yan tepat
c. Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang
tepat
d. Gambarkan proses penyakit
e. Identifikasi kemungkinan
penyebab
f. Sediakan informasi bagi klien
tentang kondisinya















24





BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Glukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).Glukoma ini disebabkan oleh trauma,
diabetes mellitus, hipertensi, miopia tinggi dan progresif, serta katarak.
Berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokuli, glaukoma dapat
diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Glaukoma sudut terbuka merupakan gangguan aliran keluar aqueous humor akibat
kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan. Sedangkan glaukoma sudut
tertutup adalah gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase (Salmon,
2009).
Komplikasi yang ditimbulkan oleh glaukoma seperti: sinekia anterior
perifer, katarak, atrofi retina dan saraf optik serta glaukoma absolut.Prognosis
sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Bila tidak mendapat
pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan akan terjadi dalam waktu yang
pendek sekali.

4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat menambah pengetahuan bagi
pembaca terutama sekali bagi mahasiswa keperawatan untuk bisa lebih
memahami penyakit glaukoma.Sehingga penyakit glaukoma ini bisa di
identifikasi secara dini agar lebih cepat ditangani sebelum terjadinya kondisi yang
lebih parah.

Anda mungkin juga menyukai