PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan
kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit .
Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal
dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai
energi
suara.
Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari
daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekulmolekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan
rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).
Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta
suatu
gelombang
tekanan
di
telinga
dalam.
Gelombang
tekanan
ibu seperti yang dilaporkan pertama kali oleh seorang peneliti yang bernama
Johansson et al pada tahun 1964.
Kemudian dalam perjalanan hidupnya sejak dilahirkan, bayi akan
mendapat input suara-suara yang ada dilingkungan sekitarnya sehari-hari
secara terus menerus. Dalam keadaan pendengaran normal, rangsangan
suara tadi akan direkam dan dipersepsikan dipusat sensorik diotak sehingga
anak dapat mengenal suara yang pernah didengarnya.
Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang
sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama
komunikasi pada manusia sangat tergantung pada fungsi pendengaran.
Dari uraian diatas sangatlah jelas hubungan antara kemampuan anak
untuk mendengar dan kemampuan untuk berbicara. Apabila terjadi
gangguan pendengaran sejak dini maka akan terjadi pula gangguan
perkembangan bicara.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
dijabarkan antara lain :
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Otitis Media Akut?
1.2.2 Bagaimanakah anatomi dan fisiologi telinga bagian tengah?
1.2.3 Bagaimanakah etiologi dari Otitis Media Akut?
1.2.4 Bagaimanakah patofisiologi dari Otitis Media Akut?
1.2.5 Bagaimanakah WOC dari Otitis Media Akut?
1.2.6 Bagaimanakah manifestasi klinis dari Otitis Media Akut?
1.2.7 Bagaimanakah penatalaksanaan dari Otitis Media Akut?
1.2.8 Bagaimanakah pemeriksaan penunjang dari Otitis Media Akut?
1.2.9 Bagaimanakah asuhan keperawatan dari Otitis Media Akut serta
aplikasi Nanda, NOC, NIC nya?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 Menjelaskan definisi dari Otitis Media Akut
1.3.2 Menjelaskan anatomi dan fisiologi telinga bagian tengah
1.3.3 Menjelaskan etiologi dari Otitis Media Akut
1.3.4 Menjelaskan patofisiologi dari Otitis Media Akut
1.3.5 Menguraikan WOC dari Otitis Media Akut
1.3.6 Menyebutkan manifestasi klinis dari Otitis Media Akut
1.3.7 Menjelaskan penatalaksanaan dari Otitis Media Akut
1.3.8 Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari Otitis Media Akut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Aurikula
Kanalis
Auditorius
Eksterna
robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke
telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35
mm, menghubungkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii
tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika
melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan.
Fisiologi
Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan
tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer. Selain itu guna
saluran ini adalah :
a.
Menjaga
keseimbangan
tekanan
udara
di dalam
telinga
dan
c.
2.3
Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri-bakteri saluran pernafasan bagian atas
dan bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus
aureus,
pneumococcus,
haemophylus
influenza,
escherecia
coli,
Patofisiologi
Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai
telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan
infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal
komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba
eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh
hiperplasi limfoid pada submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya
cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah
menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari
nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri
akan menentukan progresivitas penyakit.
2.5
WOC
Terlampir
2.6
Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia
pasien, pada usia anakanak umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Otitis Media Akut sangat bergantung pada
stadiumnya, pada stadium oklusi pengobatan bertujuan untuk melebarkan
kembali saluran eustachius, dengan pemberian obat tetes hidung berupa
dekongestan, selain itu sumber infeksi harus segera diobati. Pada stadium
hiperemis dapat diberikan antibiotik, anti peradangan, dan anti nyeri.
Pemilihan antibiotik lebih ditargetkan pada kuman-kuman yang sering
menjadi penyebab. Pada stadium supurasi disamping pemberian antibiotik
dapat dilakukan miringotomi yakni tindakan perobekan pada sebagian kecil
membran timpani sehingga cairan yang kental dapat keluar sedikit-sedikit
dan tidak menimbulkan lubang yang besar, sehingga membrane timpani
tidak dapat menyembuh. Pada stadium perforasi dapat diberikan obat cuci
telinga, dan antibiotik yang adekuat.
2.8
Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Data yang muncul saat pengkajian:
a. Sakit telinga/nyeri
b. Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua
telinga
c. Tinitus
d. Perasaan penuh pada telinga
e. Suara bergema dari suara sendiri
f. Bunyi letupan sewaktu menguap atau menelan
Pemeriksaan Telinga
Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung
deformitas, lesi,
10
11
2) Ketajaman Auditorius.
12
Uji Weber
Memanfaatkan
konduksi
tulang
untuk
menguji
adanya
13
Uji Rinne
Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang
aurikula pada tulang mastoid (konduksi tulang) sampai pasien
tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala
dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius
eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat
terus mendengarkan suara, menunjukkan bahwa konduksi
udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada
kehilangan pendengaran konduktif, konduksi tulang akan
melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang
temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi
mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang
biasa.
Sebaliknya
kehilangan
pendengaran
sensorineural
14
Frekwensi
Merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh
sumber bunyi per detik siklus perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia
normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwensi dari: 20
sampai 20.000Hz. 500 sampai 2000 Hz yang paling penting untuk
memahami percakapan sehari-hari (yang dikenal sebagai kisaran
wicara. Nada adalah istilah untuk menggambarkan frekwensi; nada
dengan frekwensi 100 Hz dianggap sebagai nada rendah, dan nada
10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi. Unit untuk mengukur
kerasnya bunyi (intensitas suara) adalah desibel (dB), tekanan yang
ditimbulkan oleh rsuara. Kehilangan pendengaran diukur dalam decibel,
yang merupakan fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan
mudah dikonversikan ke persentase.
15
(ECoG)
adalah
perekaman
potensial
16
dimana
suara
masih
terdengar.
17
18
Data biografi
Berupa nama pasien, usia, TB,BB, tanggal masuk, TD, RR, Nadi dan
suhu
2.
Keluhan utama
19
4.
5.
1.
b.
2.
Pola Nutrisi/Metabolisme
Kaji bagaimana kebiasaan klien dalam memenuhi nutrisi, frekuensi
makan, jumlah, dan makanan tambahan serta nafsu makan klien.
Tanyakan apakah ada mengkonsumsi suplemen atau vitamin.
3.
Pola Eliminasi
Tanyakan bagaimana kebiasaan defekasi dan berkemih pasien, dan
tanyakan apakah pasien memakai alat bantu saat memenuhi pola
eliminasinya.
4.
Pola Aktivitas/Olahraga
Tanyakan bagaimana kemampuan pasien dalam beraktifitas dan
keluhan apa yang dirasakan saat beraktifitas.
5.
Pola Istirahat/Tidur
20
Pola Kognitif/Persepsi
Tanyakan
kemampuan
pendengaran
pasein
dan
apakah
klien
8.
berperan
dalam
membantu
klien
dalam
pemenuhan
Pola Seksualitas/Reproduksi
Tanyakan apakah pasien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pmenuhan kebutuhan seks.
3.3
21
No
NANDA
1 Ggn persepsi
NOC
a. Kontrol cemas
sensori
Indikator :
pendengaran
Batasan
konsentrasi
Laporankan durasi dari
karakteristik:
Berubahnya pola
prilaku
Berubahnya
ketajaman panca
indra
Gagal
penyesuaian
Distorsi
pancaindera
Pengintegrasian
episode cemas
NIC
a. Peningkatan komunikasi : deficit
pendengaran
Aktivitas:
Janjikan untuk mempermudah
pemeriksaan pendengaran
sebagaimana mestinya
Beritahu pasien bahwa suara akan
pendengaran
Menghilangkan gangguan
pancaindera yang Memperoleh alat bantu
terganggu
pendengaran
Pancaindera
Menggunakan layananan
yang terganggu
pendukung untuk
pendegaran yang lemah
Memperoleh intervensi yang
berhubungan dengan
pembedahan
alat bantu
Jaga kebersihan alat bantu
Mendengar dengan penuh perhatian
Menahan diri dari berteriak pada
pasien yang mengalami gangguan
komunikasi
Dapatkan perhatian pasien melalui
sentuhan
b. Dukungan emosi
Aktivitas:
Berdiskusi dengan pasien tentang
emosi yang dirasakan
Bantu pasien dalam mengenali
sedih
Dorong pasien untuk mengunkapka
dan keyakinan
Sediakan identifikasi pasien terhada
22
dengan baik
Ajarkan pasien bagaimana cara jatu
2
Resiko Cedera
Faktor yang
berhubungan :
a. Eksternal
Kimia,
misalnya :
racun, polutan,
obatobatan,alcohol
.
Nutrisi
Perilaku keamanan:
Aktifitas :
Indikator :
Perlengkapan
pencahayaan
Penggunaan system alarm
pribadi
Kelengkapan alat bantuan
pada lokasi yang mudah
dicapai
Penyusunan perabotan
untuk mengurangi resiko
23
( vitamin, jenis
makanan )
b. Internal
Usia
perkembangan
Pengetahuan: keamanan
pribadi
terjangkau
Kurangi stimulus lingkungan
Indikator :
Gambaran untuk
mencegah jatuh
Gambaran resiko
keamanan khusus
Pencegahan jatuh
Aktifitas :
Identifikasi deficit fisik yang
berpotensi untuk jatuh
berdasarkan usia
Gambaran perilaku
Ansietas
Batasan
karakteristik:
Scaning dan
kewaspadaan
Kontak mata
yang buruk
a. Kontrol cemas
Indikator :
Pantau intensitas
kecemasan
Menyingkirkan tanda
kecemasan
Mencari informasi
Penurunan kecemasan
Aktivitas:
Tenangkan klien
24
Ketidakberday
aan meningkat
Kerusakan
perhatian
konsentrasi
Laporankan durasi
klien
Memanajemen
masalah
Melibatkan anggota
keluarga dalam membuat
keputusan
Mengekspresikan
perasaan dan kebebasan
emosional
Menunjukkan strategi
penurunan stress
Menggunakan support
sosial
25
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang
sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama
komunikasi pada manusia sangat tergantung pada fungsi pendengaran.
Apabila pendengaran mengalami gangguan pada telinga seperti otitis media
yang tekait dengan kasus ini.
4.2
Saran
Sebaiknya tidak mencoba pemindahan serumen telinga di rumah
dengan cotton bud, jepit rambut, pensil, atau peralatan lain apa pun.
Tindakan seperti itu biasanya hanya memasukkan lilin lebih banyak dan bisa
merusakkan gendang pendengar dan akan mengalami penyumbatan pada
bagian telinga dalam.Sabun dan air di atas sehelai waslap menyediakan
higienis telinga eksternal yang memadai.
26