Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MATA KULIAH KIMIA RUMAH

TANGGA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif)

Disusun Oleh Kelompok 5:


1.
2.
3.
4.

Novi Nurfiyanti
(13030654002)
Dewi Nur Rochmatin (13030654005)
Larasati Ayu Dewanti (13030654011)
Nisa Kholif Khoiriyah (13030654026)

PRODI PENDIDIKAN IPA A 2013


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN IPA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau
istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat
berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya
penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner,
multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian
besar

golongan

Narkotika,

Psikotropika

(NAPZA) masih bermanfaat bagi

pengobatan,

dan
namun

Zat
bila

Adiktif

lainnya

disalahgunakan

atau

digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai
peredaran

dijalur

ilegal,

akan

berakibat

sangat

merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya
penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kotakota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi
menengah

bawah

sampai

tingkat

sosial

ekonomi

atas.

Dari

data

yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 1524 tahun. Oleh
karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman
kelangsungan pembinaan generasi muda. Sektor kesehatan memegang peranan
penting dalam upaya penanggulanga penyalahgunaan NAPZA.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat kami rumuskan sebagai berikut :
1. Apakah perbedaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif?
2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari mengkonsumsi narkotika, psikotropika dan
zat adiktif ?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Memahami perbedaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
2. Memahami dampak yang ditimbulkan dari mengkonsumsi narkotika, psikotropika dan
zat adiktif
BAB II
PEMBAHASAN
1. Narkotika

A. Pengertian Narkotika
Narkotika, menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(UU 35/2009), adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan.
B. Macam-macam Narkotika
1. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya dengan daya
adiktif yang sangat tinggi. Karenanya tidak diperbolehkan penggunaannya untuk
terapi pengobatan, kecuali penelitian dan pengembangan pengetahuan. Narkotika
yang termasuk golongan ini adalah ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain
sebagainya.
a. Ganja
Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya
penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada
bijinya yaitu tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat
membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan
tanpa sebab). Rumus kimia dari tetrahidrokanabinol yaitu C21H30O2.

Ganja
Gambarwalaupun
1.2 Struktur
Kimia THC
THC Gambar
memiliki 1.1
efek
analgesik, namun
digunakan
dengan dosis
rendah tetap akan menimbulkan risiko besar untuk kecanduan. Senyawa
bernama delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) ini melawan penyakit pembuluh
darah atherosclerosis pada tikus. Atherosclerosis muncul bila adanya masalah
pada pembuluh darah misalnya akibat nikotin pada rokok menyebabkan
munculnya reaksi kekebalan dari tubuh yang memicu penimbunan lemak di
pembuluh arteri. Namun ganja selama ini lekat dengan nilai negatif karena
cenderung menimbulkan kecanduan. Efek ganja yang terberat adalah di otak.
Kerusakan otak yang terjadi merupakan kerusakan yang irreversible atau tak

dapat diubah. Efek ganja di otak tergantung dari lama, jumlah dan cara
pemakaian. Efek yang terjadi ialah euforia, rasa santai, mengantuk dan
berkurangnya interaksi sosial. Pada kasus-kasus keracunan (pemakaian dalam
jumlah sangat banyak) dapat muncul perasaan curiga yang berlebihan
(paranoid), halusinasi visual. Sepanjang pengetahuan, sampai saat ini belum ada
teknik transplantasi untuk menggantikan bagian-bagian otak yang telah rusak.
Karena sifatnya sebagai halusinogen dan dapat menimbulkan euforia, efek
negatif ganja adalah membuat orang menjadi malas. Efek paling buruk dari
ganja karena menjadikan reaksi pemakai lebih lambat, dan peganja cenderung
kurang waspada. Cara penggunaannya adalah dihisap dengan cara dipadatkan
mempunyai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
b. Heroin

Gambar 1.3 Struktur Kimia


Gambar 1.4 Heroin
Heroin
Rumus kimia dari heroin yaitu C21H23NO5. Dengan nama IUPAC (5,6)-7,8didehydro-4,5-epoxy-17-methylmorphinan-3,6-diol diacetate. Heroine adalah
produk turunan dari Mophine yang juga diperoleh dari opium atau
candu ( papaver somniferum ) yang dapat menimbulkan ketergantungan/
kecanduan yang berlipat ganda dibandingkan dengan morfin. Pada kadar yang
lebih rendah dikenal dengan sebutan putauw. Heroin didapatkan dari
pengeringan ampas bunga opium yang mempunyai kandungan morfin dan
kodein.
Heroin (diasetilmorfin) termasuk golongan opioid agonis dan merupakan
derivat morfin yang terbuat dari morfin yang mengalami asetilasin pada gugus
hidroksil pada ikatan C3 dan C6. Jenis-jenis heroin yang beredar adalah bubuk
putih, bubuk coklat dan black tar. Bentuk kristal putihnya umumnya adalah
garam hidroklorida.
Kebanyakan para pecandu Heroin memakainya dengan cara menyuntik heroin
ke otot, kulit / sub kutan atau pembuluh vena. Tetapi ada kerugian yang
ditimbulkan dari injeksi ini, misalnya: dapat menyebabkan septikemi dan infeksi

lain, dapat menyebabkan hepatitis atau HIV, Injeksi berulang dapat merusak
vena, menyebabkan trombosis dan abses. Cara lain yang biasa dilakukan selain
injeksi adalah dihirup dan dihisap melalui pipa atau sebagai lintingan rokok.
Efek awal penggunaan heroin yang bersifat rapid (cepat), dimana seseorang
merasa euforia (perasaan nyaman) yang sangat intensif atau disebut sebagai
rush atau flash, terutama dialami bila mereka melakukan penyuntikan
heroin. Beberapa penderita ketergantungan heroin menggunakan heroin setiap
empat jam sekali. Penggunaan heroin yang berulang dan dalam waktu lama
dapat merubah susunan saraf pusat dalam jangka panjang, karena adanya proses
adaptasi neurologis. Dampak yang muncul seperti : Pembuluh darah balik
(vena) rusak, akibat penggunaan alat suntik yang tidak steril, Tetanus,
gangguan-gangguan pada jantung, dada dan tenggorokan, menstruasi tidak
teratur dan kemandulan (pada wanita) , impotensi (pada pria), sembelit/mulas
kronis.
c. Kokain

Gambar 1.5 Struktur Kimia


Gambar 1.6 Tanaman
Rumus kimiaKokain
dari kokain yaitu C17H21NO4. Dengan nama IUPAC methyl
Kokain
(1R,2R,3S,5S)-3(benzoyloxy)-8-methyl-8-azabicyclo[3.2.1]
octane-2carboxylate. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman
belukar Erythroxylon coca,yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari
tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk
mendapatkan efek stimulan. Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik
lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek
vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu
narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek
merugikannya telah dikenali. Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady
dan crack (kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa untuk
mendapatkan efek yang lebih kuat). Kokain dalam jumlah sedikit pun dapat

mengaktifkan area otak yang terkait dengan kecanduan hingga lebih dari lima
hari. Ini jauh lebih lama ketimbang yang diduga selama ini. Otak seolah-olah
otomatis tetap "ingat" dengan zat tersebut. Bahkan, aktivitas neuronya pun
makin kuat. Obat haram ini dapat mengubah neuron (hubungan-hubungan listrik
saraf) yang mengirimkan sinyal-sinyal dalam bagian otak tersebut. Akibatnya,
pengguna kokain akan makin menginginkan zat tersebut. Kenikmatan akibat zat
ini mungkin hanya dirasakan selama dua jam, tapi keinginan untuk
menggunakannya kembali dapat bertahan hingga satu minggu. Sejak pertama
kali kokain masuk ke dalam tubuh, kilatan-kilatan neuron tersebut juga bahkan
makin kuat, suatu proses yang biasanya disebut potensiasi. Potensiasi inilah
yang berlangsung hingga satu minggu.
d. Morfin

Gambar 1.7 Struktur Kimia


Gambar 1.8 Morfin
Morfin
Morfina adalah
alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif
utama yang ditemukan pada opium. Morfina bekerja langsung pada sistem saraf
pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Efek samping morfina antara lain adalah
penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfina
juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi.
Morfina menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya.
Pasien ketergantungan morfina juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi
buruk.
Morfin adalah paling banyak mengandung alkaloid yang ditemukan di opium ,
getah kering (lateks) yang berasal dari hasil getah irisan biji mentah opium, atau
dinamakan, poppy, Papaver somniferum . Morfin adalah pemurnian pertama
dari sumber tanaman dan merupakan salah satu dari sedikitnya mengandung 50
macam alkaloid dari beberapa jenis dalam opium, Poppy Straw Konsentrat , dan
turunan opium lainnya.
Morfin umumnya 8 sampai 17 persen dari berat kering opium, walaupun
khusus dibesarkan kultivar mencapai 26 persen atau menghasilkan morfin

sedikit sekali, di bawah 1 persen, mungkin turun menjadi 0,04 persen. Varietas
yang terakhir, termasuk 'Przemko' dan Norman 'kultivar' dari opium poppy,
digunakan untuk menghasilkan dua alkaloid lain, tebain dan oripavine , yang
digunakan dalam pembuatan-sintetik dan semi sintetik opioid seperti oxycodone
dan etorphine dan beberapa jenis obat.
Dalam pengobatan klinis, morfin dianggap sebagai standar emas, atau patokan,
dari analgesik digunakan untuk meringankan penderitaan berat atau sakit dan
penderitaan . Seperti opioid lain, misalnya oksikodon (OxyContin, Percocet,
Percodan), hidromorfon (Dilaudid, Palladone), dan diacetylmorphine ( heroin ),
morfin langsung mempengaruhi pada sistem saraf pusat (SSP) untuk
meringankan rasa sakit. Morfin memiliki potensi tinggi untuk kecanduan,
toleransi dan psikologis ketergantungan berkembang dengan cepat, meskipun
Fisiologis ketergantungan mungkin membutuhkan beberapa bulan untuk
berkembang.

e. Opium

Gambar 1.9 Opium


Gambar 1.10 Struktur
Opium adalah jenis narkotika yang paling
Kimiaberbahaya.
Opium Dikonsumsi dengan cara
ditelan langsung atau diminum bersama teh, kopi atau dihisap bersama rokok
atau syisya (rokok ala Timur Tengah). Opium diperoleh dari buah pohon opium
yang belum matang dengan cara menyayatnya hingga mengeluarkan getah putih
yang lengket.
Pada mulanya, pengonsumsi opium akan merasa segar bugar dan mampu
berimajinasi dan berbicara, namun hal ini tidak bertahan lama. Tak lama
kemudian kondisi kejiwaannya akan mengalami gangguan dan berakhir dengan
tidur pulas bahkan koma. Jika seseorang ketagihan, maka opium akan menjadi

bagian dari hidupnya. Tubuhnya tidak akan mampu lagi menjalankan fungsifungsinya tanpa mengonsumsi opium dalam dosis yang biasanya. Dia akan
merasakan sakit yang luar biasa jika tidak bisa memperolehnya. Kesehatannya
akan menurun drastis. Otot-otot si pecandu akan layu, ingatannya melemah dan
nafsu makannya menurun. Kedua matanya mengalami sianosis dan berat
badannya terus menyusut.
2. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Meskipun demikian penggunaan
narkotika golongan II untuk terapi atau pengobatan sebagai pilihan terakhir jika
tidak ada pilihan lain. Contoh dari narkotika golongan II ini adalah benzetidin,
betametadol, petidin dan turunannya, dan lain-lain.

a. Betametadol

Gambar 1.11 Struktur Kimia

Gambar 1.12 Betametadol

Betametadol
Rumus kimia dari betametadol yaitu C21H29NO. Dengan nama IUPAC yaitu 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol.

Penggunaan

betametadol

dapat

menimulkan efek yaitu berjalan sempoyongan,wajah kemerahan, banyak bicara


tapi cadel , mudah marah, konsentrasi terganggu dan kerusakan organ-organ
tubuh terutama otak.
b. Petidin

Gambar 1.14 Struktur


Kimia Petidin

Gambar 1.13 Petidin


Meperidine HCl (nama lainnya: Petidin HCl) merupakan salah satu obat
analgesik golongan narkotik (analgesik sentral). Petidin ditemukan pada tahun
1939 oleh dua orang ilmuwan Jerman (Eisleb and Schaumann). Pada awal
kemunculannya, petidin telah digunakan untuk mengatasi otot yang kaku
(spasme). Tidak sama seperti morfin yang memang sudah diciptakan oleh alam,
petidin diciptakan melalui sintentis. Petidin termasuk dalam golongan obat yang
hampir sama struktur kimianya dengan metadon dan fentanil yang merupakan
dua jenis penghilang nyeri yang sudah cukup dikenal. Sediaan yang tersedia
adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75
mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Akan tetapi sebagian besar pasien
tertolong dengan dosis parenteral 100 mg.
Petidin merupakan narkotika sintetik derivat fenilpiperidinan dan terutama
berefek terhadap susunan saraf pusat. Petidin merupakan obat golongan opioid
yang memiliki mekanisme kerja yang hampir sama dengan morfin yaitu pada
sistem saraf dengan menghambat kerja asetilkolin (senyawa yang berperan
dalam munculnya rasa nyeri) serta dapat mengaktifkan reseptor, terutama pada
reseptor mu, dan sebagian kecil pada reseptor kappa. Penghambatan asetilkolin
dilakukan pada saraf pusat dan saraf tepi sehingga rasa nyeri yang terjadi tidak
dirasakan oleh pasien. Onset petidin termasuk cepat dimana efek dapat
dirasakan setelah 15 menit obat dimasukkan dan memiliki durasi 2-4 jam.
Petidin diindikasikan untuk penderita nyeri berat dan hebat serta nyeri yang
berlangsung lama (misalnya: nyeri setelah operasi, nyeri karena infeksi saluran
kencing bagian atas, nyeri karena kanker). Petidin lebih efektif dalam nyeri
neuropatik.
Petidin mampu menimbulkan efek penghilang nyeri yang sangat ampuh
namun petidin juga dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius. Salah
satu efek samping yang perlu diperhatikan oleh tenaga medis adalah ketagihan
terhadap obat-obatan golongan narkotik dan timbulnya depresi pada sistem
pernafasan. Efek samping petidin lainnya antara lain: pusing, merasa lemah,
sakit kepala, perubahan suasana hati, agitasi, bingung, konstipasi, mulut
mengering, berkeringat, gangguan penglihatan, gangguan jantung, mengantuk,
mual, muntah, dan gangguan aliran darah. Penggunaan petidin juga dapat
menimbulkan alergi dengan manifestasi seperti gatal, bengkak dan merah pada

daerah suntikan, pembengkakan pada bibir, wajah, hingga terjadinya kesulitan


pernafasan. Apabila overdosis akan terjadi lemah otot dan gangguan aliran
darah

akut.

Apabila pasien telah menggunakan petidin dalam jangka waktu lama dan atau
dalam dosis besar, penggunaan petidin tidak boleh langsung diberhentikan
secara tiba-tiba. Hal ini karena akan menyebabkan timbulnya efek withdraw,
dimana akan terjadi gejala putus obat (sakau) seperti jantung berdebar, denyut
nadi cepat, dan pernafasan menjadi tertekan, nyeri pada seluruh tubuh, rasa
tidak nyaman.
3. Narkotika Golongan III adalah jenis narkotika yang memiliki daya adiktif atau
potensi ketergantungan ringan dan dapat dipergunakan secara luas untuk terapi atau
pengobatan dan penelitian. Adapun jenis narkoba yang termasuk dalam golongan
III adalah kodein dan turunannya, metadon, naltrexon dan sebagainya.
a. Kodein

Gambar 1.15 Struktur


Gambar 1.16 Kodein
Kimia Kodein
Kodein merupakan prodrug, karena di saluran pencernaan kodein diubah
menjadi bentuk aktifnya, yakni morfin dan kodeina-6-glukoronida. Sekitar 510% kodein akan diubah menjadi morfin, sedangkan sisanya akan menjadi
bentuk yang bebas, atau terkonjugasi dan membentuk kodeina-6-glukoronida
(70%), norkodeina (10%), hidromorfona (1%). Walau bagaimanapun, morfin
tersebut tidak dapat digunakan, mengingat 90% kodein yang diambil akan
dimusnahkan dalam usus halus (rembesan dari hati) sebelum berhasil memasuki
peredaran darah. Oleh itu, kodein seolah-olah tidak brpengaruh atas
penggunanya, namun efek samping seperti analgesia, sedasi, dan kemurungan
pernapasan masih terasa. Kodein digunakan sebagai peredam sakit ringan.
Kodein selalu dibuat dalam bentuk pil atau cairan dan bisa diambil baik secara
sendirian atau gabungan dengan kafein, aspirin, asetaminofen, atau ibuprofen.
Kodein sangat berperan untuk meredakan batuk. Seperti semua jenis opioid,

penggunaan kodeina yang berkelanjutan mengakibatkan ketergantungan secara


fisik dan psikologi. Sebuah kelompok yang bernama Codeine Free didirikan
untuk membantu mereka yang mengalami ketergantungan pada kodeina. Kodein
merupakan obat yang paling banyak digunakan dalam perawatan kesehatan.
Seperti halnya obat golongan opiat lainnya, kodein dapat menyebabkan
ketergantungan fisik, namun efek ini relatif sedang bila dibandingkan dengan
senyawa golongan opiat lainnya.
b. Metadon

Gambar 1.18 Struktur


Gambar 1.17 Metadon
Metadon
Rumus kimia dari metadon yaitu C21H27Kimia
NO. Dengan
nama IUPAC (RS)-6(Dimethylamino)-4,4-diphenylheptan-3-one. Metadon adalah sejenis obat
opioid sintetik, digunakan sebagai analgesik dan untuk merawat kecanduan dari
pengguna golongan opioid, seperti heroin, morfin dan kodein. Biasanya
dikonsumsi sekali sehari. Mampu bertahan 24 jam, pengembangan turunan
metadon dapat bertahan hingga 72 jam. Metadon adalah opiat (narkotik) sintetis
yang kuat seperti heroin (putaw) atau morfin, tetapi tidak menimbulkan efek
sedatif yang kuat. Metadon biasanya disediakan pada program pengalihan
narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang dipakai oleh pecandu
dengan obat lain yang lebih aman. Metadon bukan penyembuh untuk
ketergantungan opiat: selama memakai metadon, penggunanya tetap tergantung
pada opiat secara fisik. Tetapi metadon menawarkan kesempatan pada
penggunanya untuk mengubah hidupnya menjadi lebih stabil dan mengurangi
risiko penggunaan narkoba suntikan, dan juga mengurangi kejahatan yang
terkait dengan kecanduan. Dan karena diminum, penggunaan metadon
mengurangi penggunaan jarum suntik bergantian. Program metadon sering
mempunyai dua tujuan pilihan. Tujuan pertama adalah untuk membantu
pengguna berhenti memakai heroin (detoksifikasi), diganti dengan takaran
metadon yang dikurangi tahap-demi-tahap selama jangka waktu tertentu. Tujuan

kedua adalah untuk menyediakan terapi rumatan (pemeliharaan), yang


memberikan metadon secara terus-menerus dengan dosis yang disesuaikan agar
pengguna tidak mengalami gejala putus zat (sakaw). Walaupun metadon
biasanya ditoleransi dengan baik, kadang klien mengalami efek samping:
mual, muntah: 10-15 persen mengalami efek samping ini, yang biasanya
hilang setelah beberapa hari
sembelit: seperti opiat lain, gizi dan olahraga dapat membantu
keringat: dapat muncul sebagai efek samping
amenore: masa haid terlambat, atau kadang kala lebih teratur
libiusdo: metadon dapat menurunkan gairah seksual
umkelelahan: dapat dikurangi dengan mengurangi takaran
c. Naltrexon

Gambar 1.19 Naltrexon


Gambar 1.20 Struktur Kimia
Rumus kimia naltrexon adalah C20H24ClNO
4. Dengan nama IUPAC (5alpha)Naltrexon
17-(Cyclopropylmethyl)-4,5-epoxy-3,14
hydrochloride;

Naltrexone

hcl;

dihydroxy-4,5-epoxymorphinan-6-one

dihydroxymorphinan-6-one
(5alpha)-17-(cyclopropylmethyl)-3,14hydrochloride.

Naltrexon

adalah

antagonis reseptor opioida yang digunakan secara primer dalam terapi


ketergantungan alkohol dan opioida. Naltrexon seringkali digunakan untuk rapid
detoxification terhadap ketergantungan opioida. Naltrexone digunakan untuk
membantu mantan pecandu narkotika agar bebas dari pengaruh kecanduan. Obat
ini juga digunakan untuk membantu pecandu alkohol agar tetap bebas alkohol.
Obat ini bukanlah obat untuk mengatasi kecanduan. Cara kerjanya untuk
menghalangi efek narkotika, terutama rasa penasaran yang tinggi yang membuat
ingin menggunakannya. Naltrexone akan menimbulkan efek samping tersendiri
jika digunakan pada orang yang masih mengonsumsi narkotika. Oleh karena itu,
pengobatan naltrexone dimulai setelah tidak lagi tergantung pada narkotika.
C. Berdasarkan cara pembuatan

Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan ke dalam 3 (tiga) jenis yaitu


narkotika alami, narkotika semisintesis, dan narkotika sintesis.
1. Narkotika alami : Narkotika yang zat adiktifnya diambil dari tumbuh-tumbuhan
(alam), Artinya tumbuh-tumbuhan yang batang, akar, atau daunnya bisa digunakan
sebagai narkotika tanpa melalui proses kimia. Narkotika alami yang sering
digunakan dengan cara dihisap (inhalasi). Seperti : Ganja, Hasish, Koka dan
Opium
2. Narkotika semi-sintesis : Berbagai jenis narkotika alami yang diolah dan diambil
zat adiktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Beberapa jenis narkotika semisintesis yang disalahgunakan adalah sebagai berikut : Getah opium/morfin mentah,
Kokain, Heroin, Kodein dan Morfin
3. Narkotika sintesis : Narkotika yang diperoleh melalui proses kimia dengan
menggunakan bahan baku kimia sehingga memperoleh hasil baru yang mempunyai
efek narkotika. Beberapa jenis narkotika sintesis yang disalahgunakan adalah
sebagai berikut : Petidin, Methadon, Naltrexon dan Buprenarfin atau subutex.
2. Psikotropika
A. Pengertian Psikotropika
Psikotropika (Menurut Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika). Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku.
B. Macam-Macam Psikotropika
1. Psikotropika Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi,
shabu, LSD)
a. Ekstasi
Rumus kimia ekstasi adalah 3-4 methylene-dioksy-methil-amphetamin
(MDMA). Dikemas dalam bentuk tablet dan kapsul. Biasanya dapat dikonsumsi
secara oral. Ekstasi mulai bereaksi 20 sampai 60 menit setelah diminum.
Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Pengaruh setelah pemakaian, seluruh
tubuh akan terasa melayang. Kadang-kadang, pupil mata membesar dan jantung
berdegup lebih kencang, serta meningkatkan pernapasan. Jenis reaksi fisik
biasanya tidak berlangsung dalam waktu yang lama. Selebihnya akan timbul

perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan
malu akan hilang. Kepala akan terasa ringan, rileks dan nyaman.

Gambar 2.1 Ekstasi


Gambar 2.2 Struktur Kimia
b. Shabushabu
Metilendioksimetamfetamin
Shabu-shabu dengan nama kimia met-amfetamin berbentuk kristal biasanya
berwarna putih dan dikonsumsi dengan cara dibakar kemudian dihisap
menggunakan alat yang disebut Bong (sejenis pipa yang di dalamnya berisi air)
atau dapat juga dengan disuntik. Shabu tergolong amfetamin yang berpengaruh
memacu kerja otak, Shabu-shabu memiliki masa kerja 6-8 jam. Sintesis shabushabu relatif sederhana, namun mengandung resiko dengan bahan kimia mudah
terbakar dan korosif, terutama pelarut yang digunakan dalam ekstraksi dan
pemurnian.

Sintesis dari fenil-2-propanon dan metilamin di hadapan amalgam aluminium


Gambar 2.3 Sintesis dari fenil-2-propanon dan metilamin di hadapan
amalgam
aluminium
Salah satu
prosedur
sintesis shabu-shabu menggunakan aminasi reduktif dari
fenil-2-propanon (phenylacetone) dengan metilamin, P2P biasanya diperoleh
dari asam fenilasetat dan anhidrida asetat. Efek pemakaian shabu yaitu euforia
(perasaan nyaman tanpa sebab) yang begitu kuat.

Gambar 2.4 sabu-shabu


c. LSD
Lysergic acid diethylamide (LSD) adalah halusinogen yang paling terkenal. Ini
adalah narkoba sintetis yang disarikan dari jamur kering (dikenal sebagai ergot)
yang tumbuh pada rumput gandum. LSD adalah cairan tawar, yang tidak
berwarna dan tidak berbau. LSD biasanya digunakan secara oral, jarang

digunakan secara dirokok ataupun dengan suntikan. LSD secara cepat diserap
dari saluran cerna dan mukosa mulut sehingga gejalanya dapat terlihat setelah
sepuluh menit. Pengaruh segera setelah pemakaian antara lain pupil mata
melebar, tidak bisa tidur, mulut kering, selera makan hilang, suhu tubuh
meningkat, denyut jantung cepat, tekanan darah naik dan berkeringat. Gejala di
atas menghilang sesudah 8-12 jam setelah pemakaian.

Gambar 2.5 LSD

NAMA OBAT

Gambar 2.6 Struktur Kimia


Asam lisergat dietilamida

IUPAC

KEGUNAAN

Metilen Dioksi N-methyl-1-

sebagai ekstasi memiliki struktur

Metamfetamin / (3,4-

kimia dan pengaruh yang mirip

Ekstasi

methylenedio

dengan

xyphenyl)pro

halusinogen

Lisergid

pan-2-amine
Acid (6aR,9R)-

amfetamin

dan

Sebagai analgesik / penghilang

Diathylamine

N,N- dietil- 7- rasa sakit yang sangat ampuh

(LSD)

metil-

dalam dosis rendah saja dan

4,6,6a,7,8,9-

bertahan lama

heksahidroind
olo-

[4,3-fg]

kuinolina- 9karboksamida
Metamfetamin / N-methyl-1-

Methamphetamine

shabu-shabu

phenylpropan

ilegal

-2-amine

stimulan pada sistem saraf pusat.

yang

adalah

bertindak

obat

sebagai

2. Psikotropika Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat


digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh: amfetamin, metilfenidat
atau ritalin)
a. Amfetamin

Struktur dasar molekul Amfetamin memiliki sejumlah ciri-ciri penting pada


efek farmakologi antara lain pada cincin aromatik yang tidak dapat diubah, dua
rantai karbon, grup - metal, dan grup amino. Modifikasi dari salah satu ciri-ciri
diatas akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada cara kerja molekul
tersebut. Perubahan pada cincin aromatik mengubah efek obat yang bekerja
pada sistem saraf pusat; grup - hidroksil menurunkan efek anoretik dan efek
pada sistem saraf pusat; grup - metil yang kedua menurunkan stimulasi pada
sistem saraf pusat; substitusi alkil pada grup amino meningkatkan efek anoretik.

b. Metilfenidat
Gambar 2.7 Struktur Kimia
Gambar 2.8 Amfetamin
- Indikasi
Amfetamin
Pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan SSP, syndrom
-

hiperkinetik pada anak.


Efek samping
Insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala, Tachicardia.
Kontraindikasi
Hipertiroidisme, penyakit ginjal.
Farmakokinetik
Diabsorbsikan melalui saluran cerna dan diekskresikan melalui urin, dan
waktu paruh plasma antara 1 2 jam.
Reaksi Yang Merugikan
Takikardia, palpitasi, meningkatkan hiperaktivitas.

Gambar 2.9 Metilfenidat


3. Psikotropika Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital,
Flunitrazepam).
a. Pentobarbital

Gambar 2.10 Struktur Kimia


Pentobarbital
b. Flunitrazepam

Gambar 2.11 Pentobarbital

Gambar 2.12 Struktur Kimia


Gambar 2.13 Flunitrazepam
Flunitrazepam C16H12FN3O3
4. Psikotropika Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh :
diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam,
seperti pil KB, pil Koplo, Rohip,morfin, barbiturat dan Dum, MG).
a. Diazepam
Obat penenang di kelas benzodiazepin dan diperkenalkan pada tahun 1963.
Diazepam termasuk dalam golongan psikotropika, nama dagangnya antara lain
Valium. Indikasinya sebagai obat anti-ansietas, sedatif-hipnotic, dan obat antikejang. Efek sampingnya, menimbulkan rasa kantuk, berkurangnya daya
konsentrasi dan waktu reaksi. Diazepam mempunyai waktu paruh yang panjang
(24 s/d 200 jam).

Gambar 2.14 Struktur Kimia


Diazepam

b. Bromazepam

Gambar 2.15 Diazepam

Gambar 2.16 Bromazepam

Gambar 2.17 Struktur Kimia


Bromazepam

c. Fenoborbital

Gambar 2.18 Struktur Kimia


Fenoborbital
NAMA OBAT
Diazepam

Gambar 2.19 Fenoborbital

IUPAC

KEGUNAAN

7-chloro-1-

kelompok obat benzodiazepine yang

methyl-

memengaruhi sistem saraf otak dan

5-phenyl-1,3-

memberikan efek penenang

dihydro-2H1,4benzodiazepinFenobarbital

3. Zat Adiktif
A. Pengertian Zat Adiktif

2-one
5-Ethyl-5-

Fenobarbital

phenyl-1,3-

turunan barbiturat yang efektif dalam

diazinane-

mengatasi

2,4,6-trione

subhipnotis

adalah
epilepsi

antikonvulsan
pada

dosis

Zat Adiktif (Menurut peraturan pemerintah republik indonesia nomor 109 tahun
2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk
tembakau bagi kesehatan). Zat Adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau
ketergantungan yang membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku,
kognitif, dan fenomena fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut,
kesulitan dalam mengendalikan penggunaannya, memberi prioritas pada penggunaan
bahan tersebut dari pada kegiatan lain, meningkatnya toleransi dan dapat
menyebabkan keadaan gejala putus zat.
Zat adiktif merupakan zat yang apabila dikonsumsi secara teratur, sering dan dalam
jumlah yang cukup banyak dapat menyebabkan kerja biologi serta ketergantungan
atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus
menerus dan jika dihentikan dapat memberi efek luar biasa atau sakit luar biasa
B. Macam-Macam Zat Adiktif
1. Alkohol : Semua jenis minuman yang mengandung etilalkohol atau etanol
(Contoh: wiski, vodka, gin, bir, saguer, tuak, brem, arak dan ciu.)
Alkohol (CnH2n+1OH') merupakan penekan susunan saraf pusat tertua dan
paling banyak digunakan manusia bersama-sama dengan kafein dan nikotin.
Alkohol bersifat bakterisid, fungisid, dan virusid yang banyak digunakan untuk
desinfeksi kulit dan sebagai zat pembantu dalam farmasi. Pada penggunaan oral,
alkohol mempengaruhi SSP yaitu merangsang dan kemudian menekan fungsi otak
serta menyebabkan vasolidilatasi. Bila diminum saat perut kosong, alkohol
menstimulasi prodiksi getah lambung. Menurut catatan arkeologik, minuman
beralkohol sudah dikenal manusia sejak 5000 tahun yang lalu.
Minuman sedikit alkohol merangsang semangat, semua hambatan terlepas, dan
berbica banyak, sedangkan bila diminum terlampau cepat dan banyak, hati tidak
dapat mengolahnya sehingga menyebabkan mabuk dan pingsan. Overdosis dapat
langsung mematikan dan pada pemakaian secara teratur dapat mengakibatkan
terganggunya fungsi hati dan akhirnya sel-sel mengeras (cirrhosis).
Kadar alkohol darah (KAD) yang tinggi mengakibatkan berkurangnya daya
prestai, daya kritik dan efisiensi, amnesia, supresi medulla dan pernafasan,
hipotemia, hipoglikemia, dan koma.
Alkohol diserap dengan cepat dari usus halus kedalam darah kemudian
disebarkan melalui cairan tubuh. Kadarnya dalam darah meningkat cepat karena
absorbsinya lebih cepat dari pada penguraian dan ekskresinya dari tubuh. Didalam
hati sebagian besar zat ini diuraikan oleh alkoholdehidrogenase menjadi

asetaldehida. Penggunaan lama dalam jumlah berlebihan merusak banyak organ


terutama hati, otak, jantung, gastritis, dan pendarahan lambung.

Gambar 3.1 Bir

Gambar 3.2 Struktur Kimia


macam-macam alkohol

Pada industri, alkohol diproduksi dengan beberapa cara:

Dengan fermentasi menggunakan glukosa yang diproduksi dari gula dari


hidrolisis amilum. Fermentasi alkohol ini dibantu dengan khamir dan suhu
dibawah 37 C. Selain fermentasi glukosa, proses pembuatan alkohol juga dapat
dibuat dengan mengkonversi aukrosa dengan enzim invertase menjadi glukosa
dan fruktosa, setelah itu glukosa dikonversi lagi menjadi etanol dengan enzim
zymase.

Dengan hidrasi langsung menggunakan etilena (Hidrasi etilena) atau alkana lain
dari proses cracking dari minyak bumi yang didistilasi

2. Kafein
Kafein atau 1,3,7 trimetilsantin biasanya terdapat pada coffea arabica, Coffea
canephora dan Coffea liberica yang berasal dari arab, Etiopia, dan Liberia. Kopi
mengandung sekitar 24 zat, namun yang terpenting adalah kafein (1-2,5%), hidrat
arang (7%), zat-zat asam, zat-zat pahit, lemak dan zat-zat aroma. Selain kopi
minuman lain yang mengandung kafein seperti daun teh (teh hitam dan teh hijau),
kakao, dan coklat.

Gambar 3.3 Biji kopi, sumber utama kafein

Gambar 3.4 Rumus Kimia Kafein

Kafein biasanya digunakan sebagai zat penyegar, menghilangkan rasa letih,


lapar dan ngantuk, juga dapat meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan.
Kafein mengikat reseptor adenosina di otak. Adenosina ialah nukleotida yang
mengurangi aktivitas sel saraf saat tertambat pada sel tersebut. Seperti adenosina,
molekul kafeina juga tertambat pada reseptor yang sama, tetapi akibatnya berbeda.
Kafeina tidak akan memperlambat aktivitas sel saraf/otak, sebaliknya menghalangi
adenosina

untuk

berfungsi.

Dampaknya

aktivitas

otak

meningkat

dan

mengakibatkan hormon epinefrin terlepas. Hormon tersebut akan menaikkan detak


jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran darah ke otot-otot,
mengurangi penyaluran darah ke kulit dan organ dalam, dan mengeluarkan glukosa
dari hati. Lebih jauh, kafeina juga menaikkan permukaan neurotransmiter dopamin
di otak.
Dari hasil hasil penelitian, dosis 100-150 mg kafein merupakan batas amam
konsumsi manusia, dan efek yang diberikan pada takaran ini adalah dapat
meningkatkan aktivitas mental yang membuat orang selalu terjaga, sehingga dosis

anjuran konsumsi dari produsen minuman berenergi adalah 2-3 kali atau setara
dengan 100-150 mg kafein seharinya. Hal ini sebenarnya beresiko terutama bila
konsumsi dari minuman berenergi masih disertai dengan minum kopi.
Biosintesis kafein dijelaskan dalam alur dibawah ini :

Gambar 3.5 Sintesis dari


xanthosine menjadi Kafein
3. Nikotin
Nikotin adalah suatu jenis senyawa kimia yang termasuk ke dalam golongan
alkaloid karena mempunyai sifat dan ciri alkaloid. Nikotin mempunyai nama kimia
3-(1-metil-2-pirolidil) piridin. Saat diekstraksi dari daun tembakau, nikotin tak
berwarna, tetapi segera menjadi coklat ketika bersentuhan dengan udara. Nikotin
dapat menguap dan dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan
yang dibasakan.
Nikotin adalah senyawa kimia yang terdapat dalam daun tembakau yang
diduga berasal dari Argentina. Kadar nikotin dalam tembakau berkisar 1-4%.
Nikotin menimbulkan efek menenangkan sehingga perokok akan merasa tenang
setelah menghisap rokok.

Gambar 3.6 Tembakau,


sumber utama nikotin

Gambar 3.7 Struktur Kimia


Nikotin

Nikotin dapat disintesis dari sebuah asam amino yaitu ornitin. Pada biosintesis
nikotin, cincin pirolidin berasal dari asam amino ornitin dan cincin piridin berasal
dari asam nikotinat yang ditemukan dalam tumbuhan tembakau. Gugus amino yang
terikat pada ornitin digunakan untuk membentuk cincin pirolidin dari nikotin.

Gambar 3.8 Sintesis Nikotin

Dalam asap rokok, nikotin tersuspendir pada partikel-partikel ter dan


kemudian diserap dari paru-paru kedalam darah dengan cepat sekali. Didalam hati
nikotin dioksidasi menjadi metabolit yaitu kotinin. Setelah diserap, nikotin
mencapai otak dalam waktu 8 detik. Nikotin dapat menyebabkan kerusakan otak.
Nikotin yang diabsorbsi dapat menimbulkan tremor tangan dan kenaikan
berbagai hormon dan neurohormon dopamin didalam plasma, disamping itu
nikotin dapat menyebabkan mual dan muntah. Nikotin meningkatkan daya ingat,
perhatian dan kewaspadaan, mengurangi sifat mudah tersinggung, dan agresi serta
menurunkan berat badan.
4. Inhalansia atau Solven
Inhalansia (zat yang dihirup) atau solven (zat pelarut yang mudah menguap)
yaitu berupa senyawa organik yang sering digunakan untuk berbagai keperluan
industri, bengkel, dan rumah tangga seperti misalnya, tiner, pembersih kuku
(aseton), berbagai jenis lem, aerosol, bensin, dan bensin. Zat ini banyak
disalahgunakan dengan cara dihirup.

TerdapatGambar
empat terminologi
utama
mengambarkan
cara penyalahgunaan
3.9 Aerosol,
salahuntuk
satu contoh
inhalansia
inhalansia, yaitu: sniffing, huffing, Bagging dan dusting (Jauch, 2010). Sniffing
merupakan suatu kaidah di mana si pengguna menghirup uap kimiawi langsung
dari wadah pembungkus yang terbuka. Huffing pula adalah penghirupan uapan
oleh mulut dan hidung dari kain yang dicelup dalam zat kimiawi. Di da lam
bagging, pengguna menyemprot zat kimiawi ke dalam kantong kertas atau plastik
dan selanjutnya menghirup uapnya dengan memasukan muka atau seluruh kepala
ke dalam kantong tersebut. Pada dusting pula, pengguna menghirup uap secara
langsung dari aerosol yang bertujuan untuk membersihkan peralatan elektronik.
Dampak penggunaan menahun toluen yang terdapat pada lem dapat
menimbulkan kerusakan fungsi kecerdasan otak.

Pada mulanya merasa sedikit terangsang.

Dapat menghilangkan pengendalian diri atau fungsi hambatan.

Bernafas menjadi lambat dan sulit.

Tidak mampu membuat keputusan.

Terlihat mabuk dan jalan sempoyongan.

Mual, batuk dan bersin-bersin.

Kehilangan nafsu makan.

Halusinasi.

Perilaku menjadi agresif/berani atau bahkan kekerasan.

Bisa terjadi henti jantung (cardiac arrest).

4. Perbedaan antara Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif


Perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No
1.

Pembeda
Pengertian

Narkotika
Psikotropika
zat atau obat yang berasal dari zat atau obat, baik alamiah maupun
tanaman atau bukan tanaman, sintetis

bukan

narkotika,

yang

baik sintetis maupun semisintetis, berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh


yang dapat menyebabkan penurunan selektif pada susunan saraf pusat yang
atau perubahan kesadaran, hilangnya menyebabkan perubahan pada aktivitas
rasa,

mengurangi

sampai mental dan perilaku. (Menurut Undang-

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat Undang RI Nomor 5 tahun 1997 tentang
menimbulkan

ketergantungan. Psikotropika )

(menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 35


Tahun 2009 tentang Narkotika)
2.

Macam-Macam
dan contohnya

1. Narkotika golongan I: narkotika 1. Psikotropika

Golongan

yang paling berbahaya dengan

Psikotropika

daya adiktif yang sangat tinggi

digunakan untuk kepentingan ilmu

Contoh: Ganja, heroin, kokain,

pengetahuan dan tidak digunakan

morfin, opium

dalam

2. Narkotika

golongan

II:

yang

terapi

hanya

I:

serta

mempunyai

potensi amat kuat mengakibatkan

narkotika yang memiliki daya

sindroma ketergantungan

adiktif kuat, tetapi bermanfaat

Contoh : ekstasi, shabu, LSD

untuk pengobatan dan penelitian.

dapat

2. Psikotropika

Contoh: Betametadol dan Petidin

Psikotropika

Golongan
yang

II:

berkhasiat

3. Narkotika golongan III: jenis

pengobatan dan dapat digunakan

narkotika yang memiliki daya

dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu

adiktif

pengetahuan

atau

potensi

serta

ketergantungan ringan dan dapat

potensi

dipergunakan secara luas untuk

sindroma ketergantungan.

terapi

Contoh: amfetamin, metilfenidat atau

atau

pengobatan

dan

penelitian.
Contoh:
Naltrexon

kuat

menpunyai
mengakibatkan

ritalin
Kodein,

Metadon,

3.

Psikotropika
Psikotropika

Golongan
yang

III:

berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan

No

Pembeda

Narkotika

Psikotropika
dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi

sedang

mengakibatkan

sindroma ketergantungan
Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam
4. Psikotropika

Golongan

Psikotropika

yang

pengobatan

dan

IV

berkhasiat
sangat

luas

digunakan dalam terapi dan/atau


untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan

sindrom

ketergantungan (Contoh : diazepam,


bromazepam,

Fenobarbital,

klonazepam,

klordiazepoxide,

nitrazepam, seperti pil KB, pil Koplo,


Rohip,morfin, barbiturat dan Dum,
3.

MG).
Dampak Negatif Terdapat senyawa THC (delta-9- menimbulkan efek di otak dengan
tetrahydrocannabinol)

memiliki

memengaruhi neurotransmitter GABA

efek analgesik, namun digunakan

yang bertanggung jawab akan sadar

dengan dosis rendah tetap akan

tidaknya manusia dan juga pada

menimbulkan risiko besar untuk

reseptor yang mendatangkan rasa

kecanduan (misal pada ganja)

nyaman.

dam terjadi kerusakan otak yang Banyaknya


terjadi

merupakan

kerusakan

dopamin

akan

mengakibatkan gejala-gejala euforia

yang irreversible atau tak dapat

(perasaan

diubah. Selain itu juga membuat

tekanan darah dan denyut jantung

pemakainya menjadi malas

meningkat, serta gelisah

Pada morfin, Pembuluh darah


balik

(vena)

rusak,

akibat

penggunaan alat suntik yang tidak


steril,

Tetanus,

gangguan-

senang

tanpa

sebab),

No

Pembeda

Narkotika
gangguan pada jantung, dada dan
tenggorokan,

menstruasi

tidak

teratur dan kemandulan (pada


wanita) , impotensi (pada pria),
sembelit/mulas kronis.

Psikotropika

No
4.

Pembeda
Dampak Positif

Narkotika
Psikotropika
Secara medis, mengurangi rasa Kepala akan terasa ringan, rileks dan
sakit dan merangsang rasa kantuk

5.

Cara

1. Narkotika alami : Narkotika

Pembuatan/

yang zat adiktifnya diambil dari

mendapatkanny

tumbuh-tumbuhan (alam), seperti

: Ganja, Hasish, Koka dan Opium


2. Narkotika

semi-sintesis

nyaman.

1. Psikotropika alami
2. Psikotropika sintesis

Berbagai jenis narkotika alami


yang diolah dan diambil zat
adiktifnya

(intisarinya)

agar

memiliki khasiat yang lebih kuat


sehingga

dapat

dimanfaatkan

untuk kepentingan kedokteran.


Seperti : Getah opium/morfin
mentah, Kokain, Heroin, Kodein
dan Morfin
3. Narkotika sintesis : Narkotika
yang diperoleh melalui proses
kimia

dengan

bahan

baku

menggunakan
kimia

memperoleh

hasil

mempunyai

efek

sehingga

baru

yang

narkotika.

Beberapa jenis narkotika sintesis


yang

disalahgunakan

sebagai
Methadon,
5.

Efek

berikut

Naltrexon

adalah
Petidin,
dan

Buprenarfin atau subutex.


negatif Efek yang ditimbulkan sangat Efek yang ditimbulkan tidak secepat

yang ditimbukan

cepat, sekitar 15 menit sudah

narkotika, minimal 1 jam sudah terasa

untuk

terasa

hingga 12 jam

tubuh

diserap

BAB III
KESIMPULAN
1. Perbedaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif terletak pada
a. sifat ketergantungannya, yang paling membuat ketergantungan adalah narkotika,
psikotropika dan zat adiktif
b. Jenis-jenis zatnya, dimana narkotika digolongkan menjadi 3 golongan, psikotropika
digolongan menjadi 4 golongan, dan zat adiktif digolongkan menjadi 4 macam
c. Cara pembuatannya/mendapatkannya, narkotika dengan 3 cara (alami, semisintesis,
sintesis), psikotropika dan zat adiktif (alami dan sintesis)
d.

Waktu yang dibutuhkan untuk diserap tubuh, yang paling cepat terasa efek
negatifnya adalah narkotika, psikotropika, dan zat adiktif

2. Dampak yang ditimbulkan dari mengkonsumsi narkotika, psikotropika dan zat adiktif
antara lain:
a. Dampak positif
Secara medis, mengurangi rasa sakit dan merangsang rasa kantuk, Kepala akan terasa
ringan, rileks dan nyaman.
b. Dampak negatif
1) Terdapat senyawa THC (delta-9-tetrahydrocannabinol) memiliki efek analgesik,
namun digunakan dengan dosis rendah tetap akan menimbulkan risiko besar untuk
kecanduan (misal pada ganja) dam terjadi kerusakan otak yang terjadi merupakan
kerusakan yang irreversible atau tak dapat diubah. Selain itu juga membuat
pemakainya menjadi malas
2) Pada morfin, Pembuluh darah balik (vena) rusak, akibat penggunaan alat suntik yang
tidak steril, Tetanus, gangguan-gangguan pada jantung, dada dan tenggorokan,
menstruasi tidak teratur dan kemandulan (pada wanita) , impotensi (pada pria),
sembelit/mulas kronis.
3) Banyaknya dopamin akan mengakibatkan gejala-gejala euforia (perasaan senang
tanpa sebab), tekanan darah dan denyut jantung meningkat, serta gelisah
4) Penggunaan lama dalam jumlah berlebihan merusak banyak organ terutama hati,
otak, jantung, gastritis, dan pendarahan lambung.

DAFTAR PUSTAKA
Jamil,

Nura.

Narkoba

Mempengaruhi

Kerja

Otak

(Online).

Diakses

http://dokumen.tips/documents/narkoba-mempengaruhi-kerja-otakpdf.html.
14April 2016 pukul19.45 WIB
Nurul.Zat
Adiktif
dan

Psikotropika

(Online).

Diakses

Diakses

http://nurul.kimia.upi.edu/arsipkuliah/web2011/0905669/story%20board/media/ppt/PP
%20Kuliah.pptx. Diakses pada 14April 2016 pukul 19.15 WIB
Tim Penulis Kimia Umum. 2013. Kimia Umum. Surabaya :Unesa

di

di

Anda mungkin juga menyukai