Anda di halaman 1dari 26

MODUL HEALTH MANAGEMENT

KELOMPOK 1
CASE STUDY 1
“PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN DALAM KESEHATAN”

Disusun oleh:

Alya Ghina Rosyada

(G1B018038)

Dosen Pembimbing:

drg. Fitri Diah Oktadewi, M. Dsc

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2021
SKENARIO A

Seorang peneliti melakukan pengamatan terhadap penerapan fungsi


manajemen pada pelaksanaan program UKGS di wilayah kerja puskesmas X.
Hasil wawancara dengan informan petugas pelaksana UKGS diperoleh informasi
antara lain:

1.  Sebelum dilakukan pelaksanaan UKGS, petugas pelaksana melakukan pendataan


jumlah sekolah dan jumlah siswa, serta SDM yang akan terlibat.  Keterbatasan
waktu dan tenaga menjadi penyebab proses identifikasi masalah, penentuan
tujuan UKGS dan perencanaan anggaran tidak dapat terlaksana dengan
maksimal. UKGS dilakukan secara tentative menyesuaikan ketersediaan petugas
pelaksana UKGS
2.  Tenaga pelaksana UKGS menyesuaikan dengan ketersediaan SDM dan
menyesuaikan dengan jadwal pelayanan Balai Pengobatan Gigi. Perawat gigi
tidak memahami tupoksinya dalam pelaksanaan UKGS.
3.  Kegiatan UKGS telah rutin dilaksanakan tiap tahun, minimal 1 tahun sekali
untuk semua Sekolah Dasar dan kadang sampai 2 kali, kegiatannya yaitu
penyuluhan dan pemeriksaan, dan kadang-kadang sikat gigi masal, namun jarang
terlaksana karena keterbatasan waktu, tenaga dan sarana prasarana, meliputi:
tidak adanya kit UKGS dari Dinas seperti alat diagnostik pemeriksaan, alat
penambalan dan alat pencabutan serta tidak adanya transportasi khusus untuk
petugas UKGS. Pembinaan guru dan dokter kecil belum pernah dilakukan.
4.  Tidak ada kejelasan target dari Dinas Kesehatan tentang waktu pelaksanaan
UKGS karena jarang ada pengawasan dan tindak lanjut dari pihak Dinas akan
pelaksanaan UKGS.

Jelaskan analisa penerapan fungsi manajemen yang tepat dan ideal untuk
program UKGS? Bandingkan dengan penerapan fungsi manajemen untuk
program UKGS pada kasus tersebut!
PEMBAHASAN

Berdasarkan Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Kemenkes


RI 2012, UKGS merupakan upaya kesehatan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut (kesgilut) peserta didik di sekolah
ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif (pengobatan)
bagi peserta didik (SD-SMA/sederajat) yang memerlukan perawatan kesgilut.
Penyelenggara UKGS adalah pemerintah maupun swasta di bawah binaan
Puskesmas dan TP UKS. Kegiatan UKGS meliputi :
1. Intervensi perilaku
a. Pelatihan/lokakarya guru, dokter kecil, orang tua murid
b. Pendidikan kesehatan gigi oleh guru, sikat gigi menggunakan pasta
gigi berfluor secara bersama, penilaian kebersihan mulut oleh
guru/dokter kecil
c. Pembinaan oleh tenaga kesehatan
2. Intervensi lingkungan
a. Fluorodasi air minum (bila diperlukan)
b. Pembinaan kerjasama lintas program/sektor melalui TP UKS.

Sedangkan ruang lingkup program UKGS dalam memelihara dan


meningkatkan kesgilut peserta didik terangkum dalam TRIAS UKS, yaitu
meliputi pendidikan kesehatan (peningkatan kemampuan self care; upaya
promotif-preventif), pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan kehidupan
sekolah sehat (oleh dokter gigi dan/atau perawat gigi). Dalam pelaksanaan
program UKGS, diperlukan manajemen yang tepat agar tujuan program dapat
dicapai. Menurut Terry (1971, dalam Gunawan dan Toni, 2020), manajemen yang
ideal diperlukan untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Manajemen yang ideal
memiliki empat fungsi yaitu POAC.
1. Planning (perencanaan)
Fungsi perencanaan merupakan segala pemikiran dan penentuan
yang akan dilaksanakan di masa depan untuk mencapai tujuan.
Perencanaan ini meliputi :
a. Analisis situasi
Analisis situasi dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data baik
primer maupun sekunder. Data primer dapat dikumpulkan melalui
survei cepat (rapid survey) dan penilaian kebutuhan (need assesment).
Sedangkan data sekunder dapat dikumpulkan melalui laporan kegiatan
atau profil kesehatan Dinkes dan Puskesmas. Data yang dibutuhkan
antara lain :
1) Data geografis dan demografi penduduk
2) Data sosio ekonomi masyarakat
3) Data epidemiologi (morbiditas dan mortalitas)
4) Data kebutuhan masyarakat
5) Data kemampuan atau sumber daya yang dimiliki
6) Data situasi peran serta masyarakat (posyandu, pos obat, dana
sehat, jumlah kader kesehatan)

b. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dapat dilaksanakan menggunakan konsep
Blum yang menyatakan bahwa derajat kesehatan ditentukan oleh
empat faktor utama, yaitu :
1) Lingkungan (fisik, biologis, sosioekonomi) dan sanitasi
2) Perilaku (konsep sehat-sakit dan kepercayaan pada kesehatan
yang ada di masyarakat)
3) Pelayanan kesehatan (tenaga kesehatan, pembiayaan, dan peran
serta masyarakat dalam upaya kesehatan)
4) Genetik (faktor herditas yang memengaruhi kesehatan
penduduk, dapat dicapai dengan analisis demografi)

c. Penentuan prioritas masalah


Penentuan prioritas masalah ditujukan untuk mengurutkan masalah
dari yang paling penting hingga ke yang kurang penting. Penentuan ini
dapat dilakukan dengan metode Bryant melalui scoring pada 5
kriteria, yaitu :
1) Magnitude (besar masalah)
2) Severity (keparahan masalah)
3) Vulnerability (ada/tidaknya cara penanggulangan yang efektif)
4) Cost (biaya)
5) Community concern (kepedulian masyarakat)

d. Penentuan tujuan umum dan khusus


Penentuan tujuan umum dan tujuan khusus dapat dilakukan melalui
brainstorming dan harus memperhatikan aspek SMART, yaitu :
1) Spesific (tujuan harus spesifik)
2) Measurable (tujuan harus dapat diukur)
3) Attainable (tujuan harus dapat dicapai)
4) Relevant (tujuan harus relevan)
5) Time bound (tujuan harus dilaksanakan tepat waktu).

e. Penentuan alternatif pemecahan masalah


Penentuan alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan
brainstorming (curah pendapat) yang melibatkan seluruh anggota
kelompok. Pendapat/ide yang terkumpul kemudian diseleksi.

f. Prioritas alternatif pemecahan masalah (decision making)


Decision making dapat dilaksanakan menggunakan metode CARL
(Capability, Accessability, Readiness, Leverage) jika data yang
tersedia adalah data kualitatif. Metode ini digunakan jika pelaksana
program memiliki keterbatasan dalam penyelesaian masalah.
Pelaksanaan CARL harus melibatkan para kasubdin dan kasie (di
tingkat Dinkes kabupaten/kota) atau kepala Puskesmas, dokter
Puskesmas, bidan, dan perawat (di tingkat Puskesmas). Data yang
didiskusikan meliputi hasil analisis situasi, informasi sumber daya,
dan dokumen kebijakan yang berlaku. Analisis masalah pada
metode CARL dilakukan dengan memberikan skor pada tiap masalah,
kententuan skor adalah sebagai berikut :
Nilai 1 = sangat tidak menjadi masalah
Nilai 2 = tidak menjadi masalah
Niali 3 = cukup menjadi masalah
Nilai 4 = sangat menjadi masalah
Nilai 5 = sangat menjadi masalah (mutlak)

Gambar 1. Tabel CARL

Berdasarkan contoh tabel CARL di gambar 1, dapat dilihat


bahwa prioritas masalah yang dihadapi memiliki urutan mutu
pelayanan BP rendah, perhatian keluarga pada bumil rendah, dan
perilaku PHBS rendah. Data ini digunakan untuk menentukan
prioritas alternatif pemecahan masalah.

g. Plan of Action (POA) dan budgeting


Perencanaan kegiatan dan pembiayaan dapat disusun menggunakan
tabel POA agar lebih terstruktur dan sistematis, berikut format tabel
POA :
Gambar 2. Tabel POA

Kegiatan organisasi harus disusun secara detail termasuk ketentuan


batas waktu kapan harus selesai. Untuk menghindari tumpang tindih
waktu pelaksanaan kegiatan dan mengefektifkan pelaksanaan kegiatan,
penjadwalan kegiatan dapat disusun menggunakan bagan Gantt.

Gambar 3. Bagan Gantt

Manfaat melaksanakan planning antara lain :


a. Menurunkan risiko tindakan
b. Mengurangi ketidakpastian
c. Meningkatkan probabilitas keberhasilan.

2. Organizing (pengorganisasian)
Fungsi pengorganisasian merupakan segala pembagian tugas,
pendelegasian wewenang, penetapan sistem komunikasi dan koordinasi
kerja dalam tim. Pengorganisasian ditujukan untuk mengelompokkan
semua komponen program termasuk fasilitas yang dibutuhkan dan
pengelompokan anggota tim yang sesuai kemampuannya agar bersatu
padu dalam mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
Kemenkes RI 2012, berikut tenaga yang dilibatkan dalam UKGS dan
pernananya :
Manfaat melaksanakan organizing antara lain :
a. Kejelasan tugas pokok dan fungsi antaranggota sehingga tidak terjadi
tumpang tindih tugas dan wewenang
b. Kerja sama tim yang efektif karena anggota ditempatkan sesuai
kemampuan.

3. Actuating (pelaksanaan/pengarahan/penggerakan)
Fungsi pelaksanaan/pengarahan/penggerakan merupakan segala hal
yang dilakukan dalam menggerakkan sumber daya (SDM, non-SDM)
sehingga mereka mau bekerja demi mencapai tujuan tim. Ini dapat berupa
pemberian motivasi, pemberian perintah, pembinaan, dan pelatihan.
Berdasarkan Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Kemenkes
RI 2012, pelaksanaan kegiatan UKGS dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
a. UKGS Tahap I/Paket Minimal UKGS
1) Pelayanan kesgilut untuk murid SD/MI yang belum
terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesgilut
2) Kegiatan meliputi :
a) Pelatihan guru pembina UKGS dan dokter kecil tentang
pengetahuan kesgilut oleh Dinas Pendidikan setempat
dengan narasumber tenaga kesehatan gigi
b) Pendidikan dan penyuluhan kesgilut oleh guru
penjaskes/guru oembina UKGS/dokter kecil sesuai
kurikulu yang berlaku untuk murid kelas 1-6 minimal
1x setiap bulan
c) Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan sikat gigi
bersama setiap hari minimal untuk kelas 1, 2, dan 3
dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang
mengandung fluor.

b. UKGS Tahap II/Paket Standar UKGS


1) Pelayanan kesgilut untuk murid SD/MI yang sudah
terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesgilut yang terbatas
2) Kegiatannya meliputi :
a) Pelatihan guru pembina UKGS dan dokter kecil tentang
pengetahuan kesgilut oleh Dinas Pendidikan setempat
dengan narasumber tenaga kesehatan gigi
b) Pendidikan dan penyuluhan kesgilut oleh guru
penjaskes/guru pembina UKGS/dokter kecil sesuai
kurikulu yang berlaku untuk murid kelas 1-6 minimal
1x setiap bulan
c) Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan sikat gigi
bersama setiap hari minimal untuk kelas 1, 2, dan 3
dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang
mengandung fluor
d) Pengobatan darurat penghilang rasa sakit oleh guru
e) Penjaringan kesgilut untuk kelas 1 pada awal tahun
ajaran dan pencabutan gigi sulung yang sudah
waktunya tanggal (informed consent dari orang tua
siswa dan tindakan dilakukan tenaga kesehatan gigi)
f) Surface protection pada gigi molar permanen yang
sedang tumbuh di sekolah/dirujuk sesuai kemampuan.
Jika pada poin (e) dijumpai murid dengan karies pada
gigi permanen atau karies pada lebih dari 8 gigi susu,
dilakukan fissure sealant pada gigi molar
g) Rujukan bagi yang memerlukan.

c. UKGS Tahap III/Paket Optimal UKGS


1) Pelayanan kesgilut untuk murid SD/MI yang sudah
terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesgilut yang terbatas
2) Kegiatannya meliputi :
a) Pelatihan guru pembina UKGS dan dokter kecil tentang
pengetahuan kesgilut oleh Dinas Pendidikan setempat
dengan narasumber tenaga kesehatan gigi
b) Pendidikan dan penyuluhan kesgilut oleh guru
penjaskes/guru oembina UKGS/dokter kecil sesuai
kurikulum yang berlaku untuk murid kelas 1-6
minimal 1x setiap bulan
c) Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan sikat gigi
bersama setiap hari minimal untuk kelas 1, 2, dan 3
dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang
mengandung fluor
d) Pengobatan darurat penghilang rasa sakit oleh guru
e) Penjaringan kesgilut untuk kelas 1 pada awal tahun
ajaran dan pencabutan gigi sulung yang sudah
waktunya tanggal (informed consent dari orang tua
murid dan tindakan dilakukan tenaga kesehatan gigi)
f) Surface protection pada gigi molar permanen yang
sedang tumbuh pada murid kelas 1 & 2 atau fissure
sealant
g) Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan murid
kelas 1-6 (care on demand)
h) Rujukan bagi yang memerlukan.

4. Controlling (pengendalian/pengawasan)
Fungsi pengawasan dilakukan untuk mengetahui keberlangsungan
suatu program, kendala atau penyimpangan yang terjadi, dan produktivitas
progres dalam mencapai tujuan tim. Jenis-jenis pengawasan yaitu
preventive control (sebelum pelaksanaan kegiatan), pengawasan saat
kegiatan berlangsung, repressive control (setelah kegiatan terlaksana),
pengawasan berkala, pengawasan mendadak, dan pengawasan melekat
(Mulyati, 2020). Berdasarkan Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS) Kemenkes RI 2012, kunjungan supervisi dan pembinaan ke
Puskesmas oleh koordinator kesehatan gigi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau kunjungan supervisi oleh penanggung jawab
program kesgilut Dinkes Provinsi ke Kabupaten/Kota minimal 1x dalam
1 triwulan, dan supervisi dari penanggung jawab program kesgilut pusat
ke daerah minimal 1 kali dalam satu tahun. Dilakukan juga pelaporan
serta evaluasi pada beberapa komponen :
a. Kegiatan (process) : penilaian frekuensi pelaksanaan intervensi,
supervisi, dan bimbingan teknis per minggu (bulan)
b. Karya cipta (output) : penilaian volume pelayanan medik dan
penyuluhan (jumlah murid) per minggu (bulan)
c. Hasil antara (outcome) : penilaian perubahan sikap dan perilaku
murid dalam menyikat gigi dan memanfaatkan fasilitas kesgilut
d. Dampak (impact) : penilaian survei perubadan status kesgilut
murid (OHIS, DMF-T, kondisi gusi).

Berdasarkan uraian di atas, berikut analisis fungsi manajemen yang ideal


bagi UKGS dibandingkan dengan fungsi manajemen pada UKGS pada skenario :
Tabel 1. Perbandingan Fungsi Manajemen
Fungsi Kondisi ideal Kondisi pada skenario
Manajemen
Planning 1. Melakukan analisis situasi 1. Dilakukan pendataan jumlah
dengan mengumpulkan sekolah, jumlah siswa, dan
a. Data geografis dan SDM yang akan terlibat
demografi penduduk (analisis situasi).
b. Data sosio ekonomi
masyarakat 2. Proses identifikasi masalah,
c. Data epidemiologi penentuan tujuan UKGS, dan
(morbiditas dan perencanaan anggaran tidak
mortalitas) terlaksana dengan
d. Data kebutuhan maksimal karena
masyarakat keterbatasan waktu dan
e. Data kemampuan atau tenaga.
sumber daya yang
dimiliki 3. UKGS dilaksanakan secara
f. Data situasi peran serta tentatif menyesuaikan
masyarakat (posyandu, ketersediaan petugas
pos obat, dana sehat, pelaksana UKGS dan jadwal
jumlah kader pelayanan Balai Pengobatan
kesehatan) Gigi.

2. Identifikasi masalah secara


detail dan menyeluruh
meliputi lingkungan dan
sanitasi, perilaku kesehatan
masyarakat, pelayanan
kesehatan, dan genetika. Hal
ini memerlukan waktu dan
tenaga pelaksana yang cukup.

3. Pelaksanaan UKGS harus


direncanakan dengan detail
menggunakan tabel POA dan
bagan jadwal Gantt agar
kegiatan UKGS berjalan
efektif.

Organizing Pembagian tugas pokok dan Perawat gigi tidak memahami


fungsi setiap anggota tupoksinya dalam pelaksanaan
pelaksana UKGS harus jelas UKGS.
sesuai kompetensi dan
kemampuannya. Pembagian
tugas dapat disampaikan
melalui rapat kerja atau rapat
koordinasi yang memaparkan
hasil perencanaan yang telah
ditetapkan

Actuating Kegiatan UKGS Paket Kegiatan UKGS telah rutin


Minimal yang ideal harus dilaksanakan tiap tahun,
melaksanakan pembinaan ke minimal 1 tahun sekali untuk
SD/MI minimal 1x sebulan, semua Sekolah Dasar dan
pemberian pendidikan dan kadang sampai 2 kali.
penyuluhan kesgilut oleh guru Kegiatannya berupa
pembina UKGS/dokter kecil penyuluhan dan pemeriksaan,
untuk murid kelas 1-6 minimal kadang-kadang sikat gigi
1x tiap bulan dan sikat gigi masal, namun jarang terlaksana
bersama setiap hari, sedangkan karena keterbatasan waktu,
untuk pemeriksaan rutin tenaga, dan sarana-
dilakukan setiap 6 bulan sekali prasarana meliputi :
(2 kali dalam satu tahun). Tidak ada kit UKGS dari
Dinkes seperti alat diagnostik
Keterbatasan tenaga dan waktu pemeriksaan, alat penambalan,
dapat diatasi dengan cara dan alat pencabutan serta tidak
perencanaan dan penjadwalan adanya transportasi khusus
yang rinci menggunakan tabel untuk petugas UKGS
POA dan bagan Gantt, (termasuk UKGS Tahap
sedangkan keterbatasan sarana- I/Paket Minimal karena
prasarana dapat diatasi dengan terdapat kegiatan penyuluhan,
pembiayaan menggunakan pemeriksaan, dan sikat gigi
dana sehat, sistem asuransi, masal)
dana BOS (bantuan
operasional sekolah), dan dana Pembinaan guru dan dokter
BOK (bantuan operasional kecil belum pernah dilakukan
kesehatan). Selain itu,
diperlukaan pengadaan
lokakarya mini mengundang
Dinkes setempat untuk
menyampaikan keterbatasan
yang ada.

Controlling Pengawasan yang ideal Tidak ada kejelasan target dari


dilakukan minimal 1x dalam 1 Dinas Kesehatan tentang waktu
triwulan (Dinkes Kab./Kota ke pelaksanaan UKGS karena
Puskesmas atau Dinkes Prov. jarang ada pengawasan dan
ke Kab./Kota) dan minimal 1x tindak lanjut dari pihak Dinas
dalam setahun (Dinkes pusat akan pelaksanaan UKGS.
ke daerah). Pelaporan kegiatan
harus dilaksanakan setiap
bulan dengan indikator
evaluasi meliputi process,
output, outcome, impact.

---------------------------------------------

SKENARIO B

RSGM “X” adalah rumah sakit gigi dan mulut pendidikan pertama di
Provinsi Jawa Tengah. RSGM ini berafiliasi dengan institusi pendidikan setempat
dan bekerja sama dengan banyak institusi. RSGM ini berada di pinggir kota yang
masih banyak terdapat praktek tukang gigi. Meskipun demikian, RSGM ini sering
mendapatkan pasien rujukan dari luar kota. RSGM ini telah terakreditasi
paripurna dan telah memiliki dokter gigi spesialis yang lengkap dan didukung,
sarana dan prasarana yang memadai. Sebagian besar dokter gigi yang memberikan
pelayanan di RSGM juga bekerja sebagai dosen, sehingga proses penjadwalan
sering menemukan kendala. Pada era pandemi seperti sekarang, jumlah kunjungan
pasien mengalami penurunan. Proses promosi kesehatan gigi dan mulut telah
dilakukan di social media seperti instagram, website dan sebagainya namun perlu
dimaksimalkan. Saat ini RSGM tersebut akan mulai merintis layanan teledentistry
guna memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang maksimal di era
pandemi.

Lakukan analisis SWOT untuk merumuskan strategi pemasaran RSGM


tersebut!

Menurut David (2009, dalam Kusumah dan Suryana, 2018), analisis untuk
merumuskan strategi dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu
1. Tahap input (EFAS dan IFAS)
Tahap ini merupakan tahap perhitungan bobot dan rating S-W-O-T
sebagai dasar penentuan posisi RSGM X dalam “bisnis”. Perhitungan ini
penting dilakukan untuk menyusun strategi yang sesuai dengan kondisi
RSGM X (Wiagustini dan Permatawati, 2015).

Tabel 2. Ketentuan perhitungan bobot dan rating

KOMPONE
NILAI KETERANGAN
N

Bobot 0-1 0,0 = tidak penting

1,0 = sangat penting

Akumulasi kekuatan dan kelemahan (faktor


internal) atau akumulasi peluang dan
ancaman (faktor eksternal). Nilai ditentukan
sesuai hasil wawancara antara analis dengan
pemilik/direksi RSGM X.

Rating 1-4 Rating 4 = sangat berpengaruh/outstanding

Rating 1 = paling tidak berpengaruh/poor

Nilai ditentukan sesuai hasil wawancara


antara analis dengan pemilik/direksi RSGM
X.

Tabel 3. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal/External Factors Analysis Strategy


(EFAS)
NO FAKTOR BOBOT RATING NILAI
EKSTERNAL
PELUANG (O)
1 RSGM ini berafiliasi dengan 0,25 4 1
institusi pendidikan setempat
dan bekerja sama dengan
banyak institusi
2 RSGM ini sering 0,2 4 0,8
mendapatkan pasien rujukan
dari luar kota
3 Mudah mendapatkan sarana 0,1 3 0,3
prasarana karena bekerja
sama dengan institusi
ANCAMAN (T)
1 Pada era pandemi seperti 0,2 4 0,8
sekarang, jumlah kunjungan
pasien mengalami penurunan
2 RSGM ini berada di pinggir 0,1 3 0,3
kota yang masih banyak
terdapat praktek tukang gigi
3 Persaingan dengan klinik dan 0,15 3 0,45
RS lain
Jumlah Total Faktor Eksternal 1,00 3,65

Tabel 4. Matriks Evaluasi Faktor Internal/Internal Factors Analysis Strategy


(IFAS)
NO FAKTOR BOBOT RATING NILAI
INTERNAL
KEKUATAN (S)
1 RSGM “X” adalah rumah 0,1 2 0,2
sakit gigi dan mulut
pendidikan pertama di
Provinsi Jawa Tengah
2 RSGM ini telah terakreditasi 0,3 4 1,2
paripurna dan telah memiliki
dokter gigi spesialis yang
lengkap dan didukung, sarana
dan prasarana yang memadai
3 RSGM tersebut akan mulai 0,25 4 1
merintis layanan teledentistry
guna memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut
yang maksimal di era
pandemi
KELEMAHAN (W)
1 Sebagian besar dokter gigi 0,25 4 1
yang memberikan pelayanan
di RSGM juga bekerja
sebagai dosen, sehingga
proses penjadwalan sering
menemukan kendala
2 Proses promosi kesehatan 0,1 2 0,2
gigi dan mulut telah
dilakukan di social media
seperti instagram, website
dan sebagainya belum
maksimal
Jumlah Total Faktor Eksternal 1,00 3,6

2. Tahap pencocokan ( IE dan SWOT)


Berdasarkan matriks EFAS dan IFAS di atas, didapatkan nilai EFAS yaitu
sebesar 3,65 dan nilai IFAS yaitu sebesar 3,6 sehingga didapat matriks IE
sebagai berikut
a. Matriks IE

Tabel 5. Matriks IE (Internal External)

IFAS
Kuat Rata-rata Lemah
4,0-3,0 2,99-2,0 1,9-1,0

4,0 3,6 3,0 2,0 1,0


I II III
Tinggi
3,65
4,0-3,0
Tumbuh Tumbuh Stabilisasi

IV V VI
EF 3,0
Sedang
AS
2,99-2,0
Tumbuh Stabilisasi Divestasi

VII VIII IX
2,0
Rendah
1,99-1,0
Stabilisasi Divestasi Divestasi

1,0
Terdapat tiga implikasi strategi matriks IE, yaitu
1) Divisi tumbuh dan membangun (grow and built)
Sel = I, II, IV
Strategi yang intensif = penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk
Strategi yang integratif = integrasi ke belakng, integrasi ke depan,
dan integrasi horizontal)
2) Divisi menjaga dan mempertahankan (hold and maintain)
Sel = III, V, VII
Strategi yang intensif = penetrasi pasar dan pengembangan produk
3) Divisi panen atau divestasi
Sel = VI, VIII, IX (Rusdiansyah, 2016).

Berdasarkan matriks IE di atas, posisi RSGM X berada di sel I (grow and


built) sehingga strategi yang dipakai adalah sebagai berikut :
1) Strategi yang intensif = penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk
2) Strategi yang integratif = integrasi ke belakng, integrasi ke depan,
dan integrasi horizontal)

b. Matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)


Analisis SWOT mencakup analisis lingkungan internal yaitu strength-
weakness dan analisis lingkungan eksternal yaitu opportunity-threat (Amaliah
dkk., 2019). Berikut analisis SWOT dari skenario di atas :
Tabel 6. Peta Analisis SWOT

Internal STRENGTH WEAKNESS

1. RSGM “X” adalah rumah sakit 1. Sebagian besar dokter gigi


gigi dan mulut pendidikan yang memberikan pelayanan
pertama di Provinsi Jawa Tengah. di RSGM juga bekerja
sebagai dosen, sehingga
2. RSGM ini telah terakreditasi proses penjadwalan sering
paripurna dan telah memiliki menemukan kendala. 
dokter gigi spesialis yang lengkap
dan didukung, sarana dan 2. Proses promosi kesehatan
prasarana yang memadai. gigi dan mulut telah
dilakukan di social media
seperti instagram, website
3. RSGM tersebut akan mulai dan sebagainya belum
merintis layanan teledentistry maksimal.
guna memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang

Eksternal maksimal di era pandemi.

OPPORTUNITY Strategi SO Strategi WO

1. RSGM ini 1. Meningkatkan kualitas pelayanan 1. Mengatur jadwal praktik


berafiliasi dengan kesehatan gigi dan mulut dokter
institusi pendidikan 2. Menjalin kerja sama dan 2. Merekrut tenaga muda yang
setempat dan memperluas jaringan lebih kreatif
bekerja sama 3. Menggunakan alat dan bahan 3. Memaksimalkan promosi
dengan banyak terbaru untuk meningkatkan kesehatan yang telah
institusi. kualitas pelayanan dilakukan
4. Menjadi pusat rujukan yang baik
2. RSGM ini sering 5. Menyediakan platform
mendapatkan teledentistry
pasien rujukan dari 6. Memanfaatkan mahasiswa untuk
luar kota. promosi dan teledentistry

3. Mudah
mendapatkan
sarana prasarana
karena bekerja
sama dengan
institusi.

THREAT Strategi ST Strategi WT

1. Pada era pandemi 1. Mengedukasi masyarakat 1. Meningkatkan promosi


seperti sekarang, mengenai bahaya perawatan dengan memberikan
jumlah kunjungan ke tukang gigi harga yang terjangkau
pasien mengalami 2. Menginformasikan adanya 2. Memperluas promosi
penurunan. teledentistry  menggunakan social
3. Mengedukasi masyarakat media yang banyak
2. RSGM ini berada melalui promosi sosial digemari seperti Tiktok
di pinggir kota media sudah ada pelayanan dan Youtube
yang masih banyak drg. spesialis 3. Pengaturan jadwal
terdapat praktek 4. Memaksimalkan pelayanan praktik diperbaiki dan
tukang gigi. teledentistry dan dipromosikan
meningkatkan branding 4. Perbaikan penjadwalan
3. Persaingan dengan RSGM dokter gigi yang
klinik dan RS lain. 5. Membuat pendaftaran merangkap tugas sebagai
online untuk mengurangi dosen
kerumunan dan
menyediakan platform yang
baik
6. Menyampaikan sarpras
RSGM mendukung
7. Melengkapi sarana
penunjang untuk pandemi
dan mengatur tata kelola
ruangan yang aman saat
pandemi

3. Tahap keputusan (QSPM/Quantitative Strategic Planning Matrix)


Sesuai dengan hasil analisis matriks IE, berikut contoh kegiatan dari
strategi yang telah ditetapkan :
a. Penetrasi dan pengembangan pasar
1) RSGM X lebih menggiatkan promosi sesuai ketentuan melalui
sosial media
2) RSGM X lebih menggencarkan program menarik seperti konsultasi
gratis
3) RSGM X memberikan harga yang terjangkau
b. Pengembangan produk : RSGM X senantiasa melakukan pengawasan
kualitas pelayanan
c. Integrasi ke belakang : RSGM X menjaga hubungan kerja sama yang
baik dengan institusi mitra
d. Integrasi horizontal : RSGM X bekerja sama dengan institusi
pendidikan yang bermitra dan memanfaatkan mahasiswa untuk
berkolaborasi aktif dalam menjalankan program yang menggunakan
sosial media
DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, N., Herawati, Y.T., Witchayo, E., 2019, Analisis SWOT di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Fathma Medika Gresik untuk meningkatkan
kunjungan tahun 2016, e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 5(2) : 223-230.

Gunawan, R., Toni, A., 2020, Manajemen komunikasi organisasi pada hubungan
masyarakat dan protokol dalam lembaga negara di era pandemi Covid-19,
Precious, 1(1) : 1-25.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012, Pedoman Usaha Kesehatan


Gigi Sekolah (UKGS), Jakarta.

Kusumah, R.T., Suryana, H., 2018, Model analisis SWOT dan QSPM dalam
pemilihan strategi pemasaran Distro Botrock Cianjur, Seminar Nasional
IENACO, p433-440.

Mulyati, 2020, Analisis penerapan fungsi manajemen bagian rekam medis di


Puskesmas Dompu Kota 2019, TARGET, 2(1) : 95-106.

Rusdiansyah, 2016, Analisis strategi aplikasi penagihan dengan Metode SWOT,


Bina Insanti ICT Journal, 3(1):145-153.

Wiagustini, N. L. P., dan Pertamawati, N. P., (2015), Pengaruh risiko bisnis dan
ukuran perusahaan terhadap struktur modal dan nilai perusahaan pada perusahaan
farmasi di bursa efek Indonesia. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan
Kewirausahaan, 9 (2), 112-122

Zulyani, F., 2019, Analisis SWOT tentang strategi pemasaran dalam upaya
menentukan posisi Klinik Gigi Margonda Depok tahun 2019 Informatika
Kedokteran, 2(1) : 70-77.

Anda mungkin juga menyukai