KELOMPOK 1
CASE STUDY 1
“PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN DALAM KESEHATAN”
Disusun oleh:
(G1B018038)
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2021
SKENARIO A
Jelaskan analisa penerapan fungsi manajemen yang tepat dan ideal untuk
program UKGS? Bandingkan dengan penerapan fungsi manajemen untuk
program UKGS pada kasus tersebut!
PEMBAHASAN
b. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dapat dilaksanakan menggunakan konsep
Blum yang menyatakan bahwa derajat kesehatan ditentukan oleh
empat faktor utama, yaitu :
1) Lingkungan (fisik, biologis, sosioekonomi) dan sanitasi
2) Perilaku (konsep sehat-sakit dan kepercayaan pada kesehatan
yang ada di masyarakat)
3) Pelayanan kesehatan (tenaga kesehatan, pembiayaan, dan peran
serta masyarakat dalam upaya kesehatan)
4) Genetik (faktor herditas yang memengaruhi kesehatan
penduduk, dapat dicapai dengan analisis demografi)
2. Organizing (pengorganisasian)
Fungsi pengorganisasian merupakan segala pembagian tugas,
pendelegasian wewenang, penetapan sistem komunikasi dan koordinasi
kerja dalam tim. Pengorganisasian ditujukan untuk mengelompokkan
semua komponen program termasuk fasilitas yang dibutuhkan dan
pengelompokan anggota tim yang sesuai kemampuannya agar bersatu
padu dalam mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
Kemenkes RI 2012, berikut tenaga yang dilibatkan dalam UKGS dan
pernananya :
Manfaat melaksanakan organizing antara lain :
a. Kejelasan tugas pokok dan fungsi antaranggota sehingga tidak terjadi
tumpang tindih tugas dan wewenang
b. Kerja sama tim yang efektif karena anggota ditempatkan sesuai
kemampuan.
3. Actuating (pelaksanaan/pengarahan/penggerakan)
Fungsi pelaksanaan/pengarahan/penggerakan merupakan segala hal
yang dilakukan dalam menggerakkan sumber daya (SDM, non-SDM)
sehingga mereka mau bekerja demi mencapai tujuan tim. Ini dapat berupa
pemberian motivasi, pemberian perintah, pembinaan, dan pelatihan.
Berdasarkan Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Kemenkes
RI 2012, pelaksanaan kegiatan UKGS dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
a. UKGS Tahap I/Paket Minimal UKGS
1) Pelayanan kesgilut untuk murid SD/MI yang belum
terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesgilut
2) Kegiatan meliputi :
a) Pelatihan guru pembina UKGS dan dokter kecil tentang
pengetahuan kesgilut oleh Dinas Pendidikan setempat
dengan narasumber tenaga kesehatan gigi
b) Pendidikan dan penyuluhan kesgilut oleh guru
penjaskes/guru oembina UKGS/dokter kecil sesuai
kurikulu yang berlaku untuk murid kelas 1-6 minimal
1x setiap bulan
c) Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan sikat gigi
bersama setiap hari minimal untuk kelas 1, 2, dan 3
dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang
mengandung fluor.
4. Controlling (pengendalian/pengawasan)
Fungsi pengawasan dilakukan untuk mengetahui keberlangsungan
suatu program, kendala atau penyimpangan yang terjadi, dan produktivitas
progres dalam mencapai tujuan tim. Jenis-jenis pengawasan yaitu
preventive control (sebelum pelaksanaan kegiatan), pengawasan saat
kegiatan berlangsung, repressive control (setelah kegiatan terlaksana),
pengawasan berkala, pengawasan mendadak, dan pengawasan melekat
(Mulyati, 2020). Berdasarkan Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS) Kemenkes RI 2012, kunjungan supervisi dan pembinaan ke
Puskesmas oleh koordinator kesehatan gigi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau kunjungan supervisi oleh penanggung jawab
program kesgilut Dinkes Provinsi ke Kabupaten/Kota minimal 1x dalam
1 triwulan, dan supervisi dari penanggung jawab program kesgilut pusat
ke daerah minimal 1 kali dalam satu tahun. Dilakukan juga pelaporan
serta evaluasi pada beberapa komponen :
a. Kegiatan (process) : penilaian frekuensi pelaksanaan intervensi,
supervisi, dan bimbingan teknis per minggu (bulan)
b. Karya cipta (output) : penilaian volume pelayanan medik dan
penyuluhan (jumlah murid) per minggu (bulan)
c. Hasil antara (outcome) : penilaian perubahan sikap dan perilaku
murid dalam menyikat gigi dan memanfaatkan fasilitas kesgilut
d. Dampak (impact) : penilaian survei perubadan status kesgilut
murid (OHIS, DMF-T, kondisi gusi).
---------------------------------------------
SKENARIO B
RSGM “X” adalah rumah sakit gigi dan mulut pendidikan pertama di
Provinsi Jawa Tengah. RSGM ini berafiliasi dengan institusi pendidikan setempat
dan bekerja sama dengan banyak institusi. RSGM ini berada di pinggir kota yang
masih banyak terdapat praktek tukang gigi. Meskipun demikian, RSGM ini sering
mendapatkan pasien rujukan dari luar kota. RSGM ini telah terakreditasi
paripurna dan telah memiliki dokter gigi spesialis yang lengkap dan didukung,
sarana dan prasarana yang memadai. Sebagian besar dokter gigi yang memberikan
pelayanan di RSGM juga bekerja sebagai dosen, sehingga proses penjadwalan
sering menemukan kendala. Pada era pandemi seperti sekarang, jumlah kunjungan
pasien mengalami penurunan. Proses promosi kesehatan gigi dan mulut telah
dilakukan di social media seperti instagram, website dan sebagainya namun perlu
dimaksimalkan. Saat ini RSGM tersebut akan mulai merintis layanan teledentistry
guna memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang maksimal di era
pandemi.
Menurut David (2009, dalam Kusumah dan Suryana, 2018), analisis untuk
merumuskan strategi dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu
1. Tahap input (EFAS dan IFAS)
Tahap ini merupakan tahap perhitungan bobot dan rating S-W-O-T
sebagai dasar penentuan posisi RSGM X dalam “bisnis”. Perhitungan ini
penting dilakukan untuk menyusun strategi yang sesuai dengan kondisi
RSGM X (Wiagustini dan Permatawati, 2015).
KOMPONE
NILAI KETERANGAN
N
IFAS
Kuat Rata-rata Lemah
4,0-3,0 2,99-2,0 1,9-1,0
IV V VI
EF 3,0
Sedang
AS
2,99-2,0
Tumbuh Stabilisasi Divestasi
VII VIII IX
2,0
Rendah
1,99-1,0
Stabilisasi Divestasi Divestasi
1,0
Terdapat tiga implikasi strategi matriks IE, yaitu
1) Divisi tumbuh dan membangun (grow and built)
Sel = I, II, IV
Strategi yang intensif = penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk
Strategi yang integratif = integrasi ke belakng, integrasi ke depan,
dan integrasi horizontal)
2) Divisi menjaga dan mempertahankan (hold and maintain)
Sel = III, V, VII
Strategi yang intensif = penetrasi pasar dan pengembangan produk
3) Divisi panen atau divestasi
Sel = VI, VIII, IX (Rusdiansyah, 2016).
3. Mudah
mendapatkan
sarana prasarana
karena bekerja
sama dengan
institusi.
Amaliah, N., Herawati, Y.T., Witchayo, E., 2019, Analisis SWOT di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Fathma Medika Gresik untuk meningkatkan
kunjungan tahun 2016, e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 5(2) : 223-230.
Gunawan, R., Toni, A., 2020, Manajemen komunikasi organisasi pada hubungan
masyarakat dan protokol dalam lembaga negara di era pandemi Covid-19,
Precious, 1(1) : 1-25.
Kusumah, R.T., Suryana, H., 2018, Model analisis SWOT dan QSPM dalam
pemilihan strategi pemasaran Distro Botrock Cianjur, Seminar Nasional
IENACO, p433-440.
Wiagustini, N. L. P., dan Pertamawati, N. P., (2015), Pengaruh risiko bisnis dan
ukuran perusahaan terhadap struktur modal dan nilai perusahaan pada perusahaan
farmasi di bursa efek Indonesia. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan
Kewirausahaan, 9 (2), 112-122
Zulyani, F., 2019, Analisis SWOT tentang strategi pemasaran dalam upaya
menentukan posisi Klinik Gigi Margonda Depok tahun 2019 Informatika
Kedokteran, 2(1) : 70-77.