Anda di halaman 1dari 8

STUNTING

Kelompok 1
1.Putri Pretty Zenia (10011282025087)
2.Rizka Shafira (10011182025020)
3.Adzkiya Safitri (10011182025019)
4.Witriani (10011282025073)
5.Vito Rafi (10011382025155)
6.Zachra Indira Utami (10011382025153)
7.Sindi Ayu Lestari (10011382025163)
pengertian
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang
atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Balita
Stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak
faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan
pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di
masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014


tentang Pelayanan Kesehatan Masa sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual, faktor-
faktor yang memperberat keadaan ibu hamil adalah terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering melahirkan, dan terlalu dekat jarak kelahiran.
Usia kehamilan ibu yang terlalu muda (di bawah 20 tahun) berisiko
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi BBLR
mempengaruhi sekitar 20% dari terjadinya stunting.
Penyebab Lingkungan yang tidak higenis

STUNTING Lingkungan dengan tingkat kebersihan yang


buruk dapat menyebabkan infeksi subklinis dan
peradangan yang dimana gejalanya tidak
Kadar gizi buruk sejak masa kehamilan terlihat. Anak-anak yang terkena dampaknya
Ketika didalam rahim,embrio yang berkembang berpotensi menderita kerusakan usus dan
bergantung pada makanan yang dikonsumsi ibu , tidak dapat menyerap nutrisi secara efektif.
nutrisi yang buruk bisa membatasi perkembangan
janin. Sanitasi yang buruk
Kemungkinan stunting pada bayi akan meningkat jika Sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk serta
ibu terinfeksi malaria,HIV/AIDS. penggunaan air sumur yang tidak bersih untuk makan
dan minum menyebabkan banyak terjadi infeksi
Kurangnya MPASI
Tidak mendapat ASI eksklusif
Mulai usia 6 bulan, kebutuhan anak
WHO merekomendasikan bahwa ibu mulai
akan energi dan nutrisi tidak cukup
mennyusui salam satu jam setelah
hanya dengan ASI saja. Solusinya
kelahiran,kemudian secara eksklusif menyusui
adalah menggabungkan pemberian ASI sampai 2 tahun.
dengan makanan pelengkap seperti Anak yang tidak dapat ASI eksklusif memiliki
sereal,buah-buahan,sayuran kemungkinan lebih besar mengalamii stunting.
halus,ikan/daging.
Terbatasnya layanan kesehatan Infeksi penyakit
Masih ada daerah yang kekurangan layanan Penyakit seperti diare,pneumonia dan cacingan bisa
kesehatan, padahal selain untuk memberi perawatan menghambat pertumbuhan.
pada anak atau ibu hamil, tenaga kesehatan juga Infeksi penyakit dan paparan berlebih pada bakteri
dibutuhkan untuk penyuluhan mengenai gizi juga menyebabkan dampak medis lain seperti
inflamasi,kerusakan sistem pecernaan,berkurangnya
kemampuan menyerap nutrisi.

DAMPAK STUNTING Dampak Jangka Panjang.


a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa
Dampak Jangka Pendek.
(lebih pendek dibandingkan pada umumnya);
a. Peningkatan kejadian kesakitan b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit
dan kematian; lainnya;
b. Perkembangan kognitif, c. Menurunnya kesehatan reproduksi;
motorik, dan verbal d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang
pada anak tidak optimal; dan optimal saat masa sekolah; dan
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak
c. Peningkatan biaya kesehatan.
optimal.
upaya pencegahan
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting sebagai salah satu program
prioritas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, upaya yang dilakukan
untuk menurunkan prevalensi stunting di antaranya sebagai berikut:

1. Ibu Hamil dan Bersalin


a. Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan;
b.Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu; 2. Balita
c. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan; a. Pemantauan pertumbuhan balita;
d.Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein,
b.Menyelenggarakan kegiatan Pemberian
dan mikronutrien (TKPM);
e.Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); Makanan Tambahan (PMT) untuk balita;
f. Pemberantasan kecacingan; c. Menyelenggarakan stimulasi dini
g.Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA; perkembangan anak; dan
h. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI d.Memberikan pelayanan kesehatan yang
eksklusif; dan
optimal.
i. Penyuluhan dan pelayanan KB.
3. Anak Usia Sekolah 4.Remaja
a. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); a. Meningkatkan penyuluhan untuk
b.Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS; perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
c. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah pola gizi seimbang,
(PROGAS); dan
tidak merokok, dan mengonsumsi
d.Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok
dan narkoba..
narkoba; dan
b.Pendidikan kesehatan reproduksi.

5. Dewasa Muda
a. Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB);
b.Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); dan
c. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi
seimbang, tidak merokok/mengonsumsi narkoba.
KESIMPULAN
Kejadian stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu
hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang
cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau
kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI
sajasampai umur 6 bulan (Eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi
Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi
suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
Kejadianstuntingpada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat
dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita
dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di
posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini
terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan
terjadinya balita stunting.

Anda mungkin juga menyukai