Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kegiatan

Jogja merupakan salah satu provinsi di wilayah Indonesia yang


memiliki kekhasan, ragam budaya dan adat istiadat yang sangat menarik
wisatawan. Selain dikenal sebagai daerah dengan masyarakat yang
menjunjung tinggi nilai budaya dan menghormati leluhur, jogja juga
memiliki pesona alam yang indah dan menakjubkan. Oleh sebab itu wajar
bila para turis senang berkunjung melihat dan merasakan secara langsung
pesona alam dan kekayaan budayanya.

Jogja yang juga dikenal dengan sebutan kota gudeg selain


merupakan salah satu tujuan objek wisata baik domestikmaupun mancan
negara, jogja dikenal sebagai kota pendidikan. Kesadaran masyarakat jogja
akan pentingnya pendidikan merupakan kekuatan yang dapat mendorong
untuk selalu meningkatkan prestasi. Sistem pendidikan mulai dari tingkat
dasar sampai perguruan tingginya menjadi incaran banyak pelajar di negeri
ini.

Nama Yogyakarta terambil dari dua kata yaitu Ayogya yaitu


berarti kedamaian (atau tanpa perang,a”tidak”, Yogya merujuk pada Y

yodya atau yuda yang berarti perang), dan Karta yang berarti “baik”.
Tapak keraton Yogyakarta sendiri menurut babad (misalnya babad
Giyanti) dan leluri (riwayat oral) telah berupa sebuah dalem yang bernama
Dalem Gerjiwati; lalu dinamakan ulang oleh Sunan-Pakubuwana II
sebagai Dalem Ayogya.

Secara geografis kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu


sungai Winongo, Sungai Code (yang membelah kota dan kebudayaan
menjadi dua), dan sungai Gajahwong. Kota ini terletak pada jarak 600KM
dari Jakarta, 116 KM dari Semarang, 65 KM dari Surakarta, pada jalur

1
persimpangan Bandung- Semarang-Surabaya-Pacitan. Kota ini memiliki
ketinggian sekitar 612 m dpl.

Adapun batas-batas administratif Yogyakarta adalah:

 Utara: Kecamatan Mlati dan Kecamatan Depok, Kabupaten


Sleman
 Timur: Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman dan Kecamatan
Banguntapan, Kabupaten Bantul
 Selatan: Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Sewon dan
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.
 Barat: Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman dan Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul
1.2 Tujuan Kegiatan
1. Mengetahui sejarah berdirinya berbagai objek pariwisata di
Yogyakarta
2. Memperkanalkan para siswa lebih dekat dengan UGM
3. Membuat siswa dapat membuat laporan kegiatan dengan baik
dan benar,
1.3 Waktu dan Lokasi Kegiatan

Waktu Lokasi kegiatan


Minggu, 12-03-2017 SMAN 1 Lemahabang
Senin, 13-03-2017 RM. Ambar Ketawang, UGM,
RM. Grafika, Candi Prambanan,
Hotel Dafam Fortune, Malioboro
Selasa, 14-03-2017 Hotel Dafam Fortune, Kraton,
RM. Pyramid, Parangtritis, RM.
Candi Mas.
Rabu, 15-03-2017 SMAN 1 Lemahabang

1.4 Peserta Kegiatan


Siswa dan siswi kelas XI MIPA dan IPS SMAN 1 Lemahabang

1.5 Susunan Acara Kegiatan

2
NO HARI / WAKTU KEGIATAN LOKASI
TANGGAL
1 Minggu, 18.30- Kumpul, Bagi kaos Kelas masing-
12-03-2017 19.00 masing.
19.00- Isya, berdoa, persiapan SMAN 1
20.00 Lemahabang
20.00- Perjalanan menuju Jogja Bus
04.00
2 Senin, 04.00- Istirahat, mandi, shalat RM. Ambar
13-03- 05.00 Ketawang
2]]017 05.00- Sarapan
08.00
08.00- Perjalanan menuju UGM Bus
09.30
09.30- Kunjungan UGM / Shalat Kampus UGM
12.30 Dzuhur
12.30- Perjalanan menuju RM. Bus
13.00 Grafika
13.00- Makan siang di RM. RM. Grafika
14.00 Grafika
14.00- Perjalanan menuju Candi Bus
14.30 Prambanan
14.30- Wisata di Prambanan Candi
16.00 Prambanan
16.00- Perjalanan ke Hotel Dafam Bus
17.00 Fortune
17.00- Cek in Hotel / Istirahat Hotel Dafam
19.00 Fortune
19.00- Perjalanan menuju Bus
20.00 Malioboro
20.00- Wisata belanja / kuliner Malioboro
22.00
22.00- Perjalanan kembali menuju Bus
23.00 hotel
23.00- Istirahat di Hotel Hotel Dafam

3
04.00 Fortune
3 Selasa, 04.00- Bangun pagi (Mandi) Hotel Dafam
14-03-2017 07.00 Shalat subuh Fortune
Sarapan
07.00- Chek out Hotel
08.00
08.00- Perjalanan menuju Kraton Bus
09.00
09.00- Wisata Kraton Kraton
12.00
12.00- Perjalanan menuju RM. Bus
13.00 Pyramid
13.00- Shalat Dzuhur / Makan RM. Pyramid
14.00 siang
14.00- Perjalanan menuju pantai Bus
15.00 Parangtritis
15.00- Wisata di Parangtritis Parangtritis
17.00
17.00- Perjalanan menuju RM. Bus
18.30 Candimas
18.30- Makan malam + Live RM. Candimas
22.00 musik
22.00- Perjalanan menuju Cirebon Bus
06.00
4 Rabu, 06.00-.... Tiba di Kampus SMAN 1 SMAN 1
15-03-2017 Lemahabang kembali ke Lemahabang
rumah masing-masing
BAB II

ISI KEGIATAN

2.1 Universitas Gajah Mada

4
Gambar 2.1

Ditilik dari sejarahnya, Universitas Gadjah Mada merupakan


penggabungan dan pendirian kembali dari berbagai balai pendidikan,
sekolah tinggi, perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta, Klaten dan
Surakarta.

Gajah Mada berawal dari dibentuknya Balai Perguruan Tinggi Gadjah


Mada yang terdiri dari Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan.
Pendirian diumumkan di Gedung KNI Malioboro pada tanggal 3 Maret
1946 oleh Mr. R. S. Budhyarto Martoatmodjo, Ir. Marsito, Prof. Dr.
Prijono, Mr. Soenario, Dr. Soleiman, dr. Boentaran Martoatmodjo dan Dr.
Soeharto.

Sejak 4 Januari 1946 Soekarno dan Hatta memindahkan ibukota


Republik Indonesia ke Yogyakarta. Dengan maraknya pertempuran antara
pejuang kemerdekaan dan Sekutu serta NICA di Jakarta dan Bandung,
maka Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung ikut pindah ke Yogyakarta.
Pada tanggal 17 Februari 1946, Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung
dihidupkan kembali di Yogyakarta dengan para pengajarnya antara lain
Prof. Ir. Rooseno dan Prof. Ir. Wreksodhiningrat.

Lembaga pendidikan lain yang berdiri pada waktu yang hampir


bersamaan adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (berdiri 5 Maret 1946),
Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan (berdiri 20 September 1946), Sekolah
Tinggi Farmasi (berdiri 27 September 1946), dan Perguruan Tinggi
Pertanian (berdiri 27 September 1946) yang kesemuanya berada di Klaten,
sekitar 20 kilometer dari Yogyakarta.

5
Institut Pasteur di Bandung sejak 1 September 1945, turut pula
dipindahkan ke Klaten dengan laboratorium di Rumah Sakit Tegalyoso.
Salah seorang yang berperan dalam pemindahan ini adalah Prof. Dr. M.
Sardjito yang kelak menjadi Rektor Universitas Gadjah Mada yang
pertama. Kehidupan kampus di Klaten semakin ramai dengan berdirinya
Fakultas Kedokteran Gigi pada awal 1948.

Pada awal Mei 1948, Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan


Kebudayaan mendirikan Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta atas usul
Kementerian Dalam Negeri untuk mendidik calon-calon pegawai
Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan Departemen
Penerangan. Akademi ini awalnya dipimpin oleh Prof. Djokosoetono, S.H.
Sayangnya akademi ini tidak berumur panjang, setelah pemberontakan
PKI Madiun meletus, September 1948, akademi ini ditinggalkan para
mahasiswanya yang ikut menumpas pemberontakan sehingga akademi ini
ditutup.

Selanjutnya pada 1 November 1948 didirikan Balai Pendidikan Ahli


Hukum di Surakarta, sebagai hasil kerja sama Kementerian Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan dengan Kementerian Kehakiman. Bersamaan
dengan itu Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta, yaitu
Drs. Notonagoro, S.H., Koesoemadi, S.H. dan Hardjono, S.H. di Surakarta
merencanakan mendirikan Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Demi efisiensi,
Panitia mengusulkan penggabungan Balai Pendidikan Ahli Hukum ke
dalam Sekolah Tinggi Hukum Negeri yang akhirnya disetujui dan
disahkan oleh Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1948.

Serangan Belanda ke ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta dalam


rangka Agresi Militer Belanda II melumpuhkan semua kegiatan belajar
mengajar di Yogyakarta, Klaten dan Surakarta dan semua perguruan tinggi
tersebut terpaksa ditutup dan para mahasiswa ikut berjuang.

Setelah serangan Belanda, wilayah Republik Indonesia menjadi


semakin sempit. Pada tanggal 20 Mei 1949, diadakan rapat Panitia

6
Perguruan Tinggi, di Pendopo Kepatihan Yogyakarta yang dipimpin oleh
Prof. Dr. Soetopo, dengan anggota rapat antara lain, Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Prof. Dr. M. Sardjito, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir.
Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof. Sugardo dan Slamet Soetikno,
S.H. Salah satu hasil rapat adalah pendirian perguruan kembali di wilayah
republik yang masih tersisa, yaitu Yogyakarta. Disepakati Prof. Ir.
Wreksodiningrat, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Harjono dan Prof. Dr. M.
Sardjito akan berusaha keras mewujudkannya. Kesulitan utama saat itu
adalah tidak adanya ruangan untuk kuliah. Namun Sri Sultan
Hamengkubuwono IX bersedia meminjamkan ruangan keraton dan
beberapa gedung di sekitarnya.

Tanggal 1 November 1949, di Kompleks Peguruan Tinggi Kadipaten,


Yogyakarta, berdiri kembali Fakultas Kedokteran Gigi dan Farmasi,
Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran. Pembukaan ketiga fakultas
ini dihadiri oleh Presiden Soekarno. Pada upacara pembukaan diadakan
sebuah renungan bagi para dosen dan mahasiswa yang telah gugur dalam
peperangan melawan Belanda, yaitu: Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, Ir.
Notokoesoemo, Roewito, Asmono, Hardjito dan Wurjanto.

Tanggal 2 November 1949, Fakultas Teknik, Akademi Ilmu Politik


serta Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan yang berada di bawah
naungan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada ikut diresmikan.

Tanggal 3 Desember 1949 dibuka Fakultas Hukum di Yogyakarta


dengan pimpinan Prof. Drs. Notonagoro, S.H.. Fakultas ini merupakan
pindahan Sekolah Tinggi Hukum Negeri Solo.

Akhirnya tanggal 19 Desember 1949, lahirlah Universitas Gadjah


Mada dengan enam fakultas. Menurut Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun
1949, keenam fakultas tersebut adalah:

1. Fakultas Teknik (di dalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan


Akademi Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti);

7
2. Fakultas Kedokteran, yang di dalamnya termasuk bagian Farmasi,
bagian Kedokteran Gigi dan Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia
dan limu Hayat;
3. Fakultas Pertanian di dalamya ada Akademi Pertanian dan Kehutanan;
4. Fakultas Kedokteran Hewan;
5. Fakultas Hukum, yang di dalamnya termasuk Akademi Keahlian
Hukum, Keahlian Ekonomi dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan
Akademi Pendidikan Guru Bagian Tatanegara, Ekonomi dan
Sosiologi;
6. Fakultas Sastra dan Filsafat, yang di dalamnya termasuk Akademi
Pendidikan Guru bagian Sastra.

Visi Misi UGM

Visi:

Universitas Gadjah Mada sebagai pelopor perguruan tinggi nasional


berkelas dunia yang unggul dan inovatif, mengabdi kepada kepentingan
bangsa dan kemanusiaan dijiwai nilai-nilai budaya bangsa berdasarkan
Pancasila

Misi:

Menjalankan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada


masyarakat serta pelestarian dan pengembangan ilmu yang unggul
dan bermanfaat bagi masyarakat.

1. Rector-rector UGM
1. Prof. Dr. M. Sardjito
2. Prof. Dr. Ir. Herman Johannes
3. drg. M. Nazir Alwi

8
4. Drs. Soepojo Padmodipoetro MA
5. Prof. Dr. Soeroso H. Prawirohardjo MA
6. Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo MA
7. Prof. Dr. Teuku Jacob MS, DS
8. Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri S.H, M.L
9. Prof. Dr. Ir. Mohammad Adnan
10. Prof. Dr. Soekanto H. Reksohadiprodjo M.com
11. Prof. Dr. Ichlasul Amal MA
12. Prof. Dr. Sofian Effendi MPIA
13. Prof. Ir. Soedjarwadi M.Eng, Ph. D
14. Prof. Dr. Pratikno M.Soc.Sc
15. Prof. Ir. Dwikorita Karnawati M.Sc., Ph.D

2. Fakultas dan Jurusan


1) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
1) Matematika
2) Fisika
3) Kimia
4) Statistika
5) Geofisika
6) Ilmu Komputer
7) Elektronika dan Instrumentasi

2) Fakultas Biologi
1) Biologi

3) Fakultas Kedokteran Umum


1) Pendidikan Dokter
2) Gizi Kesehatan
3) Ilmu Keperawatan

9
4) Fakultas Kedokteran Gigi
1) Pendidikan Dokter Gigi
2) Ilmu Keperawatan Gigi

5) Fakultas Kedokteran Hewan


1) Pendidikan Dokter Hewan

6) Fakultas Farmasi
1) Farmasi

7) Fakultas Psikologi
1) Psikologi

8) Fakultas Teknik
1) Arsitektur
2) Fisika Teknik
3) Perencanaan Wilayah dan Kota
4) Teknik Elektro
5) Teknik Geodesi
6) Teknik Geologi
7) Teknik Industri
8) Teknik Kimia
9) Teknik Mesin
10) Teknik Nuklir
11) Teknik Sipil
12) Teknologi Informasi

9) Fakultas Geografi
1) Geografi dan Ilmu lingkungan
2) Kartografi dan Penginderaan Jauh

10
3) Pembangunan Wilayah

10) Fakultas Pertanian


1) Agronomi
2) Budidaya Perikanan
3) Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
4) Ilmu Tanah
5) Manajemen Sumber Daya Perikanan
6) Mikrobiologi Pertanian
7) Pemuliaan Tanaman
8) Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
9) Sosial Ekonomi Pertanian (Agrobisnis)
10) Teknologi Hasil Perikanan

11) Fakultas Teknologi Pertanian


1) Teknik Pertanian
2) Teknologi Industri Pertanian
3) Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian

12) Fakultas Kehutanan


1) Ilmu Kehutanan

13)Fakultas Peternakan
1) Ilmu dan Industri Peternakan

Fakultas Ekonomika dan Bisnis


1) Akuntansi
2) Manajemen
3) Ekonomi

Fakultas Filsafat
1) Ilmu Filsafat

11
Fakultas Hukum
1) Ilmu Hukum

Fakultas Ilmu Budaya


1) Antropologi Budaya
2) Arkeologi
3) Ilmu Sejarah
4) Pariwisata
5) Bahasa Korea
6) Sastra Arab
7) Sastra Indonesia
8) Sastra Inggris
9) Sastra Jepang
10) Sastra Nusantara
11) Sastra Perancis

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik


1) Manajemen dan Kebijakan Publik
2) Hubungan Internasional
3) Komunikasi
4) Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan
5) Politik dan Pemerintahan
6) Sosiologi

12
3. Denah Lokasi

Gambar2.1(b)

2.2 Candi Prambanan

Gambar 2.2

1. Pendiri Candi Prambanan


Rakai Pikatan
2. Waktu Berdirinya Candi Prambanan
Pertama kali dibangun pada 850 Masehi – 856 M
3. Sejarah Lahirnya Candi Prambanan

Berdasarkan Prasasti Siwagrha, sejarah candi Prambanan


dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh raja-raja dari
Dinasti Sanjaya tepatnya oleh Rakai Pikatan yang
kemudian diperluas oleh Balitung Maha Sambu pada masa
kerajaan Medang Mataram. Pembangunannya ditujukan
untuk memberi pernghormatan pada Tri-Murti yakni tiga
dewa utama dalam agama Hindu. Agama Hindu mengenal

13
Tri-Murti, yang terdiri dari Dewa Brahmana sebagai Dewa
Pencipta, Siwa sebagai Dewa Pemusnah dan Wishnu
sebagai Dewa Pemelihara.

Dalam Prasasti Siwagrha terdapat uraian mengenai


peristiwa sejarah peperangan antara Balaputeradewa dari
Dinasti Sailendra melawan Rakai Pikatan dari Dinasti
Sanjaya. Balaputeradewa yang kalah melarikan diri ke
Sumatera. Konsolidasi Dinasti Sanjaya inilah yang menjadi
permulaan dari masa pemerintahan baru yang diresmikan
dengan pembangunan gugusan candi Prambanan.

Terjadinya beberapa kali bencana alam seperti gempa bumi


dan meletusnya gunung Merapi serta adanya perpindahan
pusat pemerintahan Dinasti Sanjaya ke Jawa Timur telah
menghancurkan kompleks candi Prambanan. Candi
Prambanan dikenal kembali saat seorang Belanda bernama
C.A.Lons mengunjungi pulau Jawa pada tahun 1733 dan
melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang
ditumbuhi semak belukar.

Berdasarkan Prasasti Siwagrha, sejarah candi Prambanan


dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh raja-raja dari
Dinasti Sanjaya tepatnya oleh Rakai Pikatan yang
kemudian diperluas oleh Balitung Maha Sambu pada masa
kerajaan Medang Mataram. Pembangunannya ditujukan
untuk memberi pernghormatan pada Tri-Murti yakni tiga
dewa utama dalam agama Hindu. Agama Hindu mengenal
Tri-Murti, yang terdiri dari Dewa Brahmana sebagai Dewa
Pencipta, Siwa sebagai Dewa Pemusnah dan Wishnu
sebagai Dewa Pemelihara.

14
Dalam Prasasti Siwagrha terdapat uraian mengenai
peristiwa sejarah peperangan antara Balaputeradewa dari
Dinasti Sailendra melawan Rakai Pikatan dari Dinasti
Sanjaya. Balaputeradewa yang kalah melarikan diri ke
Sumatera. Konsolidasi Dinasti Sanjaya inilah yang menjadi
permulaan dari masa pemerintahan baru yang diresmikan
dengan pembangunan gugusan candi Prambanan.

Terjadinya beberapa kali bencana alam seperti gempa bumi


dan meletusnya gunung Merapi serta adanya perpindahan
pusat pemerintahan Dinasti Sanjaya ke Jawa Timur telah
menghancurkan kompleks candi Prambanan. Candi
Prambanan dikenal kembali saat seorang Belanda bernama
C.A.Lons mengunjungi pulau Jawa pada tahun 1733 dan
melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang
ditumbuhi semak belukar.

4. Lokasi Prambanan

Bokoharjo, Kec. Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah


Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

2.3 Malioboro

15
Gambar 2.3

1. Sejarah Malioboro

Dalam bahasa Sansekerta, kata “malioboro” bermakna


karangan bunga. itu mungkin ada hubungannya dengan
masa lalu ketika Keraton mengadakan acara besar maka
jalan malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Kata
malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris
yang bernama “Marlborough” yang pernah tinggal disana
pada tahun 1811-1816 M. pendirian jalan malioboro
bertepatan dengan pendirian keraton Yogyakarta
(Kediaman Sultan).

Perwujudan awal yang merupakan bagian dari konsep kota


di Jawa, Jalan malioboro ditata sebagai sumbu imaginer
utara-selatan yang berkorelasi dengan Keraton ke Gunung
merapi di bagian utara dan laut Selatan sebagai simbol
supranatural. Di era kolonial (1790-1945) pola perkotaan
itu terganggu oleh Belanda yang membangun benteng
Vredeburg (1790) di ujung selatan jalan Malioboro. Selain
membangun benteng belanda juga membangun Dutch Club
(1822), the Dutch Governor’s Residence (1830), Java Bank
dan kantor Pos untuk mempertahankan dominasi mereka di
Yogyakarta. Perkembangan pesat terjadi pada masa itu
yang disebabkan oleh perdaganagan antara orang belanda

16
dengan orang cina. Dan juga disebabkan adanya pembagian
tanah di sub-segmen Jalan Malioboro oleh Sultan kepada
masyarakat cina dan kemudian dikenal sebagagai Distrik
Cina.

Perkembangan pada masa itu didominasi oleh Belanda


dalam membangun fasilitas untuk meningkatkan
perekonomian dan kekuatan mereka, Seperti pembangunan
stasiun utama (1887) di Jalan Malioboro, yang secara fisik
berhasil membagi jalan menjadi dua bagian. Sementara itu,
jalan Malioboro memiliki peranan penting di era
kemerdekaan (pasca-1945), sebagai orang-orang Indonesia
berjuang untuk membela kemerdekaan mereka dalam
pertempuran yang terjadi Utara-Selatan sepanjang jalan.

Sekarang ini merupakan jalan pusat kawasan wisatawan


terbesar di Yogyakarta, dengan sejarah arsitektur kolonial
Belanda yang dicampur dengan kawasan komersial Cina
dan kontemporer. Trotoar di kedua sisi jalan penuh sesak
dengan warung-warung kecil yang menjual berbagai
macam barang dagangan. Di malam hari beberapa restoran
terbuka, disebut lesehan, beroperasi sepanjang jalan. Jalan
itu selama bertahun-tahun menjadi jalan dua arah, tetapi
pada 1980-an telah menjadi salah satu arah saja, dari jalur
kereta api ke selatan sampai Pasar Beringharjo. Hotel jaman
Belanda terbesar dan tertua jaman itu, Hotel Garuda,
terletak di ujung utara jalan di sisi Timur, berdekatan
dengan jalur kereta api. Juga terdapat rumah kompleks
bekas era Belanda, Perdana Menteri, kepatihan yang kini
telah menjadi kantor pemerintah provinsi.

Malioboro juga menjadi sejarah perkembangan seni sastra


Indonesia. Dalam Antologi Puisi Indonesia di Yogyakarta

17
1945-2000 memberi judul “MALIOBORO” untuk buku
tersebut, buku yang berisi 110 penyair yang pernah tinggal
di yogyakarta selama kurun waktu lebih dari setengah
abad. Pada tahun 1970-an, Malioboro tumbuh menjadi
pusat dinamika seni budaya Jogjakarta. Jalan Malioboro
menjadi ‘panggung’ bagi para “seniman jalanan” dengan
pusatnya gedung Senisono. Namun daya hidup seni jalanan
ini akhirnya terhenti pada 1990-an setelah gedung Senisono
ditutup.

2. Tujuan Didirikannya Malioboro

Malioboro merupakan pusat perbelanjaan yang terkenal di


Yogyakarta. Tujuan didirikannya Malioboro yaitu agar
dapat menjadi sumber penghasilan besar bagi rakyat
Yogyakarta dan juga menjadi tujuan obyek wisata yang
menarik di Yogyakarta

3. Lokasi Malioboro

Jl. Malioboro, Sosromenduran , Gedong Tengen, Kota


Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta , Indonesia .

2.4 Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

18
Gambar 2.4

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan


istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun
kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia
pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai
tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan
tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu
objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan
museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk
berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan.
Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur
istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan
serta paviliun yang luas.
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I
beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini
konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati.
Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja
Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi
lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul
Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton
Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar
Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten
sleman.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti
yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan

19
Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul
(Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain
itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang
berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain,
Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan
pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai
filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta.

2.5 Pantai Parangtris

Gambar 2.5

Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta


selain objek pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal, dan Glagah.
Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada
objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung-
gunung pasir disekitarnya yang biasa disebut gumuk. Objek wisata ini dikelola
oleh Pemkab Bantul dengan cukup baik, mulai dari fasilitas penginapan
maupun pasar yang menjajakan souvenir khas Parangtritis.

Di parangtritis juga ada ATV, kereta kuda dan kuda yang dapat disewa
untuk menyusuri pantai dari timur ke barat. Selain itu Parangtritis juga
merupakan tempat untuk olahraga udara/aeromodeling.

BAB III
PENUTUP

20
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari paparan materi di atas yaitu
dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita,
karena selama kita di Yogyakarta kita banyak
mengunjungi tempat-tempat yang bersejarah. Kita
juga dapat menambah wawasan tentang bagaimana
kita dapat meneruskan pendidikan jika ingin ke
Universitas Gajah Mada.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan
karya tulis ini banyak ditemui kesulitan, oleh karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik agar kami
dapat menyempurnakan karya tulis ini.
Demikianlah simpulan dan saran dalam
pembuatan karya tulis ini. Dalam pembuatan karya
tulis ini banyak sekali kekurangan-kekurangan,
untuk itu  penulis sebagai manusia biasa mohon
maaf atas segala keurangan dan kekhilafan. Semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

21
Fa, Enda. Sabtu, 27 Februaru 2016. Contoh Makalah Study Tour
Yogyakarta 2014.
https://efd-awesome.blogspot.co.id/2016/02/contoh-makalah-study-tour-
yogyakarta.html

Universitas Gadjah Mada. 20 Maret 2017. Peta Kampus.


https://ugm.ac.id/id/tentang-ugm/1494-peta.kampus

https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Ngayogyakarta_Hadiningrat

https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Malioboro

https://id.wikipedia.org/wiki/Parangtritis,_Kretek,_Bantul

https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan

https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Gadjah_Mada

https://www.kaskus.co.id/thread/532c0c9d5474d86d5c000017/inilah-
silsilah-lengkap-raja-raja-ngayogyakarta-hadiningrat/

22

Anda mungkin juga menyukai