Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN

ACARA III
HIBRIDISASI TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

Semester :
Genap 2017

Oleh:
Retna Ayu Tresnaning Kusuma Devi
NIM A1D015091
Rombongan 4

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENEDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan memilih atau menyeleksi suatu

populasi tanaman untuk mendapatkan genotipe yang memiliki sifat-sifat unggul

kemudian dikembangkan atau diperbanyak sebagai benih atau bibit unggul. Salah

satu kegiatan pemuliaan tanaman yaitu hibridisasi, hibridisasi merupakan

perkawinan antara berbagai varietas atau spesies. Hibridisasi bertujuan untuk

memperoleh kombinasi genetik yang diinginkan melalui persilangan dua atau lebih

tetua yang berbeda genotipenya. Kegiatan hibridisasi terdiri atas: mengumpulkan

tepung sari, kastrasi, hibridisasi, memberi tanda dan etiket, pembungkusan, dan

kontrol.

Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Penyerbukan

sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga yang sama atau

stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsip

yang memungkinkan terjadinya penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada

waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya

pada kedelai, padi, tembakau dan lain-lain

Persilangan padi secara buatan dilakukan dengan campur tangan manusia.

Persilangan padi secara buatan pada umumnya menghasilkan tanaman yang relatif

pendek, berumur genjah, anakan produktif banyak, dan hasil tinggi. Oleh karena

itu praktikum ini sangat penting untuk dilakukan. Praktikum mengenai hibridisasi

menyerbuk sendiri ini dalam pelaksanaannya menggunakan bunga padi..


B. Tujuan

Praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri bertujuan untuk:

1. Menghilangkan kepala sari sebelum bunga membuka dengan maksud untuk

mencegah terjadinya pembuahan sendiri.

2. Menyerbuki bunga-bunga yang telah dikastrasi dengan tepung sari dari jenis

tanaman yang kita hendaki sebagai induk jantan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan

pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan

kental agak lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen

ke dalam ovari (bakal buah) pada waktu polinasi (penyerbukan). Dikenal dua

macam persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing) dan perkawinan silang

(crossing). Perkawinan sendiri (selfing) adalah perkawinan dengan meletakkan

pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam

satu spesies. Perkawinan silang (crossing) adalah perkawinan dengan meletakkan

pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies

yang sama baik. Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga

tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak

maksimal. Umur bunga satu atau dua hari setelah mekar hingga lima minggu setelah

mekar (Sandra, 2008).

Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada

bunga yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau

klon yang sama. Prinsip yang memungkinkan terjadinya penyerbukan penyerbukan

sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum

mekar atau tidak terbuka, misalnya pada kedelai, padi, tembakau dan lain-lain

(Nasir, 2001). Jumlah penyerbukan silang yang munkin terjadi pada 5 tanaman-

tanaman tersebut berkisar antara 0%-4% atau 5%.


Penyerbukan sendiri disebabkan oleh bunga tidak membuka, serbuk sari

sudah matang dan jatuh sebelum bunga terbuka, stigma dan stamen. Tanaman

menyerbuk sendiri dapat dimuliakan melalui hibridisasi. Hibridisasi atau

persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua atau

induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya.

Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada

keturunannya. Pemulia tanaman akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat

sesuai dengan yang diinginkan berdasrkan keragaman yang tinggi (Sunarto, 1997).

Persilangan tanaman padi dapat berlangsung secara alami dan buatan.

Persilangan padi secara alami berlangsung dengan bantuan angin. Adanya varietas

padi lokal di berbagai daerah menunjukkan telah terjadi persilangan secara alami.

Contoh varietas padi lokal yang banyak ditanam petani adalah Rojolele, Mentik,

Cempo, Pandan Wangi, Markoti, Hawarabunar, Lemo, Kuwatik, dan Siam

(Soedyanto dkk., 1978).

Terdapat beberapa metode persilangan buatan yang dapat dilakukan untuk

mendapatkan varietas unggul padi, yaitu silang tunggal atau single cross (SC),

silang puncak atau top cross (TC), silang ganda atau double cross (DC), silang balik

atau back cross (BC), dan akhir-akhir ini dikembangkan pula metode persilangan

multi cross (MC). Silang tunggal hanya melibatkan dua tetua saja. Silang puncak

merupakan persilangan antara F1 dari silang tunggal dengan tetua lain. Silang

ganda merupakan persilangan antara F1 dengan F1 hasil dari dua persilangan

tunggal. Silang balik adalah persilangan F1 dengan salah satu tetuanya. Silang

banyak merupakan persilangan yang melibatkan lebih dari empat tetua. Tanda
persilangan antara tetua menggunakan garis miring (/). Dua garis miring

menunjukan persilangan antara suatu hibrida dengan suatu varietas, contoh: A/B =

SC, A/B//C = TC, A/B//C/D = DC (Harahap, 1982).

Bari dan Syamsudin (1974), menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan pada kegiatan persilangan buatan yaitu :

1. Periode berbunga Tetua Jantan dan Betina.

Hal ini diusahakan agar periode berbunga antara tetua betina dan tetua

jantan hampir bersamaan. Oleh karena itu, pengaturan waktu tanam perlu

dilakukan sedemikian rupa sehingga saat keluarnya bunga hampir serentak

antara kedua tetua yang akan disilangkan. Contohnya adalah tanaman kedelai

waktu keluar bunga berkisar antara 35-40 hari setelah tanam, kacang tanah 27-

32 hari setelah tanam, tergantung pada varietasnya. Periode persilangan yang

efektif adalah selama 2 minggu sejak munculnya bunga pertama pada tanaman

kacang tanah bunga-bunga yang tumbuh setelah 2 minggu dari hari pertama

keluarnya bunga, biasanya gagal membentuk biji bila disilangkan, karena

ginofornya sudah tidak mampu mencapai tanah.

2. Waktu Emaskulasi dan Persilangan.

Kedua kegiatan ini erat kaitannya dengan matangnya organ reproduktif.

Emaskulasi dan persilangan pada tanaman kedelai dapat dilakukan pada pagi

hari hingga pukul 10.00. Sedangkan pada kacang tanah, biasanya emaskulasi

dilakukan pada sore hari dan persilangan dilakukan pada pagi keesokan

harinya.
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Praktikum mengenai hibridisasi menyerbuk sendiri ini dalam pelaksanaannya

menggunakan bahan dan alat. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu

tanaman padi. Alat yang digunakan yaitu gunting, peniti atau tusuk gigi, senter,

crossing set, label persilangan dan kantong kertas.

B. Prosedur Kerja

Hibridisasi buatan akan dilakukan pada tanaman padi dengan cara kerja

sebagai berikut:

Tabel 2. Proses Penyerbukan Tanaman Padi.


No. Foto Keterangan
1. Kastrasi dilakukan dengan cara pembersihan
bagian padi dari serangga dan kotoran.

2. Emaskulasi dilakukan dengan cara bagian atas


padi dipotong lalu dibuang bagian serbuk sarinya
menggunakan jarum, peniti atau tusuk gigi.
3. Pembungkusan (disungkup) dilakukann
menggunakan kantong kertas yang bertujuan
untuk menghindarkan putik tanaman padi varietas
Inpago Unsoed 1 diserbuki oleh serbuk sari
tanaman lain.

4. Pengumpulan serbuk sari dari tanaman padi


varietas Ciherang dengan cara menggoyang-
goyangkan malai padi yang serbuk sarinya telah
pecah.

5. Hibridisasi dilakukan dengan cara serbuk sari


diambil menggunakan jarum, peniti atau tusuk
gigi dan dimasukkan pada tetua betina.

6. Pembungkusan (disungkup) dilakukann


menggunakan kantong kertas yang bertujuan
untuk menghindarkan putik tanaman padi
diserbuki oleh serbuk sari tanaman lain.
7. Pelabelan dan pemberian etiket bertujuan untuk
menjaga kekeliruan, etiket berisi nama
penyerbuk, tanggal mengerjakan, dan nama atau
nomor jenis tanaman betina dan jantan.

Keberhasilan persilangan diamati dan tingkat keberhasilan dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Jumlah persilanga n yang berhasil


Tingkat Keberhasilan (%) = x 100%
Jumlah tot al persilanga n yang dilakukan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tanggal persilangan: 4 Mei 2017

Jam: 06.20 WIB


Rumus: Keberhasilan = 100%

4
= 15 100%

= 26,67%

Kesimpulan: Jadi, tingkat keberhasilan dari menyerbuk silang ini yaitu 26,67%.

B. Pembahasan

Hibridisasi merupakan suatu perkawinan silang antara berbagai jenis spesies

pada setiap tanaman. Hibridisasi bertujuan untuk memperoleh organisme dengan

sifat-sifat yang diinginkan (Sunarto, 1997). Lubis dkk. (2013), meyatakan bahwa

dengan dilakukannya hibridisasi maka akan menambah keragaman genetik melalui

proses pengkombinasian genetik dari tetua yang berbeda genotipnya.

Hibridisasi dalam pengertian sederhana ialah menyerbuki bunga-bunga yang

diberi dengan tepung sari dari jenis tanaman yang dikehendaki sebagai tetua.

Hibridisasi secara konvensional bisa juga disebut perkawinan silang antara tanaman

yang satu dengan tanaman yang lain dalam satu spesies untuk mendapatkan

genotipe (sifat-sifat dalam) yang unggul, dan biasa disebut breeding. Suatu jenis

tanaman yang mempunyai kromosom yang poliploid terbentuk melalui breeding


(hibridisasi), yakni susunan kromoson yang bersifat ganda dan lebih banyak dari

susunan kromosom asalnya. Hal ini dapat menciptakan suatu jenis atau spesies baru

yang dapat meningkatkan produksi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit,

umur pendek, dan sebagainya (Warisno, 1998).

Abdurahman (2008), menyatakan bahwa hibridisasi tanaman menyerbuk

sendiri adalah penyerbukan bunga betina oleh serbuk sari bunga jantan pada

tanaman yang sama. Tanaman menyerbuk sendiri dicirikan oleh bunga tidak

membuka, waktu anthesis dan reseptif bersamaan atau berdekatan, stamen dan

pistil ditutupi oleh bagian bunga walaupun bunga telah mekar, pistil memanjang

segera setelah polen masak. Penyerbukan sendiri dapat terjadi secara alami maupun

buatan.

Hibridisasi tanaman meyerbuk sendiri ini dilakukan dengan pemilihan tetua

betina dan jantan sebagai langkah awal, kemudian pada tetua betina dipilih

sebanyak 15 butir malai diikuti dengan kastrasi. Kastrasi dilakukan dengan cara

pembersihan bagian padi dari serangga dan kotoran. Selanjutnya adalah proses

emaskulasi. Emaskulasi dilakukan dengan cara bagian atas padi dipotong lalu

dibuang bagian serbuk sarinya menggunakan jarum, peniti atau tusuk gigi.

Gambar 1. Kastrasi Gambar 2. Emaskulasi


Malai yang sudah diemaskulasi kemudian ditutup dengan menggunakan

sungkup dan diberi label. Pembungkusan (disungkup) dilakukann menggunakan

kantong kertas yang bertujuan untuk menghindarkan putik tanaman padi varietas

Inpago Unsoed 1 diserbuki oleh serbuk sari tanaman lain. Proses selanjutnya adalah

pengumpulan benang sari dari tetua jantan. Pengumpulan serbuk sari dari tanaman

padi varietas Ciherang dilakukan dengan cara menggoyang-goyangkan malai padi

yang serbuk sarinya telah pecah.

Gambar 3. Proses penyungkupan Gambar 4. Pengambilan benang sari

Hibridisasi dilakukan dengan cara serbuk sari diambil menggunakan jarum

peniti atau tusuk gigi dan dimasukkan pada tetua betina. Pembungkusan

(disungkup) dilakukann menggunakan kantong kertas yang bertujuan untuk

menghindarkan putik tanaman padi diserbuki oleh serbuk sari tanaman lain.

Pelabelan dan pemberian eiket bertujuan untuk menjaga kekeliruan, etiket berisi

nama penyerbuk, tanggal mengerjakan, dan nama atau nomor jenis tanaman betina

dan jantan.
Gambar 5. Hibridisasi Gambar 6. Penyungkupan Gambar 7. Pelabelan

Proses terjadinya penyerbukan tanaman padi menurut Abdurahman (2008),

adalah sebagai berikut:

1. Persiapan yaitu menyiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk

persilangan, menentukan induk atau tetua jantan dan betina, mengidentifikasi

bunga betina, menentukan waktu penyerbukan.

2. Kastrasi dan emaskulasi. Kastrasi adalah membuang bagian tanaman yang

tidak diperlukan. Emaskulasi biasa disebut dengan pengebirian. Kastrasi

dilakukan sehari sebelum penyerbukan agar putik menjadi masak sempurna

saat penyerbukan sehingga keberhasilan penyilangan lebih tinggi. Setiap bunga

(spikelet) terdapat enam benang sari. Dua kepala putik yang menyerupai

rambut tidak boleh rusak (UPLB 1967). Oleh karena itu, perlu hati-hati dalam

melakukan kastrasi (Supartopo, 2006).

3. Bunga pada malai yang akan dikastrasi dijarangkanhingga tinggal 15-50

bunga. Sepertiga bagian bunga dipotong miring menggunakan gunting

kemudian benang sari diambil dengan alat penyedot vacuum pump. Bunga

yang telah bersih dari benang sari ditutup dengan glacine bag agar tidak

terserbuki oleh tepung sari yang tidak dikehendaki. Waktu yang baik untuk
melakukan kastrasi adalah setelah pukul 03.00 sore. Stadia bunga yang baik

untuk dikastrasi adalah pada saat ujung benang sari berada pada pertengahan

bunga (Harahap 1982). Benang sari akan mekar dalam 1-2 hari.

4. Isolasi. Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diemaskulasi tidak terbusuki

oleh serbuk sari asing, dengan demikian baik bunga jantan maupun betina

harus dikerudungi dengan kantung.

5. Pengumpulan serbuk sari. Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan

dapat dimulai beberapa jam sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar.

Pengangkutan kuncup-kuncup bunga dari tetua jantan ke tetua betina akan

memakan waktu yang lama, bila letak pohon tetua betina jauh dari pohon tetua

jantan. Kuncup bunga itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum matahari

terbit atau pada sore hari setelah matahari terbenam agar kuncup bunga itu tidak

lekas layu dan tahan lama dalam keadaan segar.

6. Penyerbukan. Penyerbukan buatan dilakukan antara tanaman yang berbeda

genetiknya. Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang

variabel atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian

menyerbukannya ke stigma tetua betina yang telah dilakukan emaskulasi

dengan cara mengguncangkan bunga jantannya.

7. Penutupan bunga. Penutupan ini agar tanaman tidak diserbuki oleh serbuk sari

tanaman lainnya.

8. Pelabelan. Ukuran dan bentuk label berbeda-beda. Label harus tahan air, dapat

terbuat dari kertas atau plastik. Keterangan pada label antara lain tertulis

informasi tentang nomor yang berhubungan dengan lapangan, waktu


emaskulasi, waktu penyerbukan, nama tetua jantan dan betina, kode pemulia

atau penyilang (Mangoendidjojo, 2003).

Hibridisasi tananamn menyerbuk sendiri ini dilakukan dengan menggunakan

Inpago Unsoed 1 sebagai tetua betina dan Ciherang sebagai tetua jantan. Menurut

Untari (2014), varietas Inpago Unsoed 1 memiliki umur premodia berbunga lebih

cepat dibandingkan varietas padi Unsoed JSPGA 136, sehingga umur 90 hari

setelah tanam padi Unsoed 1 mulai menguning dan umur 100 hari padi sudat

dipanen. Menurut Siti, Lilis. Badriah (2014), benih padi variaetas unggul dengan

nama INPAGO UNSOED 1 yang merupakan padi gogo aromatik, produksi tinggi,

pulen, dan wangi. Ciherang memiliki umur berbunga lebih genjah, dan hasil gabah

lebih banyak dibanding Ciherang. Galur-galur tersebut perlu diuji lebih lanjut pada

beberapa lokasi ( Prasetiyono, Joko, dkk., 2015). Diketahui bahwa persilangan yang

berhasil sebanyak 4 dari 15 malai, sehingga diatas mendapakan tingkat keberhasilan

dari menyerbuk silang ini yaitu 26,67%. Artinya persilangan gagal. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Nasir (2001), tingkat keberhasilan pada praktikum yang

dilakukan adalah 0%. Hibridisasi ini dianggap mengalami kegagalan karena

presentase kurang dari 50%.

Adapun faktor yang menyebabkan kegagalan dari persilangan tersebut antara

lain sebagai berikut (Nasir, 2001):

1. Waktu pelaksanaan. Waktu melakukan polinasi adalah pagi hari (kira-kira

08.00-09.00 WIB) dimana bunga betina belum mekar sempurna tetapi bunga

jantan sudah menunjukkan kematangan serbuk sari.


2. Kondisi bunga jantan dan bunga betina (matang atau tidaknya dan siap atau

tidaknya dilakukan persilangan). Bunga jantan dikatakan matang bila

bunganya sudah mekar sempurna, dan warna serbuk sarinya kuning agak

jingga sedangkan untuk bunga betina, bunga yang belum mekar atau masih

kuncup, karena apabila bunga tersebut sudah mekar dapat dikatakan sudah

melakukan polinasi sendiri.

3. Cuaca. Cuaca lebih ditekankan pada hujan karena bila persilangan dilakukan

pada saat mendung atau menandakan akan hujan, kemungkinan besar

persilangan tersebut tidak akan berhasil melainkan busuk.

4. Ketelitian peletakan serbuk di atas putik. Peletakkan serbuk sari di atas kepala

putuk haruslah sesuai dan tepat. Kebanyakan terjadi kegagalan persilangan

karena para pemulia tidak tepat dalam meletakkan serbuk sari dari bunga

jantan.

Hibridisasi yang dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri agar berhasil

sesuai yang diharapkan maka perlu dilakukan pemilihan tetua yang memiliki

potensi genetik yang diinginkan. Pemilihan tetua ini sangat tergantung pada

karakter tanaman yang digunakan, yaitu apakah termasuk kualitatif atau kuantitatif.

Tiga fase pertumbuhan tanaman padi berdasarkan literatur (Arafah, 2009),

yaitu vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan malai), reproduktif

(pembentukan malai sampai pembungaan), dan Pematangan (pembungaan sampai

gabah matang). Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok, yakni

organ vegetatif dan organ generatif (reproduktif). Bagian-bagian vegetatif meliputi


akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari malai, gabah dan

bunga.

Tanaman padi memerlukan 3-6 bulan dari sejak berkecambah sampai panen

yang seluruhnya terdiri dari dua stadia pertumbuhan, yakni vegetatif dan generatif.

Fase reproduktif selanjutnya terdiri dari dua, pra berbunga dan pasca berbunga,

periode pasca-berbunga disebut juga sebagai periode pemasakan. Yoshida (1981),

membagi pertumbuhan padi menjadi 3 bagian yakni fase vegetatif, reproduktif, dan

pemasakan. Arafah (2009), menyatakan bahwa fase vegetatif meliputi pertumbuhan

tanaman dari mulai berkecambah sampai dengan inisiasi primordia malai: fase

reproduktif dimulai dari inisiasi primordia malai sampai berbunga (heading) dan

pemasakan dimulai dari berbunga sampai masak panen. Untuk suatu varietas

berumur 120 hari yang ditanam di daerah tropik, maka vase vegetatif memerlukan

60 hari, fase reproduktif 30 hari, dan fase pemasakan 30 hari

Stadia reproduktif ditandai dengan memanjangnya ruas teratas pada batang,

yang sebelumnya tertumpuk rapat dekat permukaan tanah. Stadia reproduktif juga

ditandai dengan berkurangnya jumlah anakan, munculnya daun bendera, bunting

dan pembungaan (heading). Inisiasi primordia malai bisaanya dimulai 30 hari

sebelum heading. Stadia inisiasi ini hampir bersamaan dengan memanjangnya ruas-

ruas yang terus berlanjut sampai berbunga. Stadia reproduktif disebut juga stadia

pemanjangan ruas-ruas. Pembungaan (heading) adalah stadia keluarnya malai,

sedangkan antesis segera mulai setelah heading. Oleh karena itu, heading diartikan

sama dengan antesis ditinjau dari segi hari kalender. Fase pembungaan memerlukan

waktu selama 10-14 hari dalam suatu komunitas tanaman, karena terdapat pebedaan
laju perkembangan antar tanaman maupun antar anakan. Apabila 50% bunga telah

keluar maka pertanaman tersebut dianggap dalam fase pembungaan (Arafah, 2009).

Antesis telah mulai bila benang sari bunga yang paling ujung pada tiap cabang

malai telah tampak keluar. Antesis berlangsung antara jam 08.00-13.00 dan

persarian (pembuahan) akan selesai dalam 5-6 jam setelah antesis. Semua bunga

memerlukan 7-10 hari untuk antesis dalam suatu malai, tetapi pada umumnya hanya

7 hari. Antesis terjadi 25 hari setelah bunting (Arafah, 2009).

Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat diperkirakan bahwa berbagai

komponen pertumbuhan dan hasil telah mencapai maksimal sebelum bunganya

sendiri keluar dari pelepah daun bendera. Jumlah malai pada tiap satuan luas tidak

bertambah lagi 10 hari setelah anakan maksimal, jumlah gabah pada tiap malai telah

ditentukan selama periode 32 sampai 5 hari sebelum heading. Sementara itu, ukuran

sekam hanya dapat dipengaruhi oleh radiasi selama 2 minggu sebelum antesis.

Periode pemasakan bulir terdiri dari (Arafah, 2009):

1. Stadia masak susu. Tanda-tandanya, yaitu tanaman padi masih berwarna hijau,

tetapi malai-malainya sudah terkulai, ruas batang bawah kelihatan kuning:

gabah bila dipijit dengan kuku keluar cairan seperti susu.

2. Stadia masak kuning. Tanda-tandanya, yaitu seluruh tanaman tampak kuning:

dari semua bagian tanaman, hanya buku-buku sebelah atas yang masih hijau,

isi gabah sudah keras, tetapi mudah pecah dengan kuku.

3. Stadia masak penuh. Tanda-tandanya, yaitu buku-buku sebelah atas berwarna

kuning, sedang batang-batang mulai kering, isi gabah sukar dipecahkan: pada

varietas-varietas yang mudah rontok, stadia ini belum terjadi kerontokan.


4. Stadia masak mati. Tanda-tandanya, yaitu isi gabah keras dan kering: varietas

yang mudah rontok pada stadia ini sudah mulai rontok. Stadia masak mati

terjadi setelah 6 hari setelah masak penuh


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hibridisasi tananamn menyerbuk sendiri ini dilakukan dengan menggunakan

Inpago Unsoed 1 sebagai tetua betina dan Ciherang sebagai tetua jantan.

Berdasarkan penyerbukan yang telah dilakukan diketahui bahwa:

1. Penyerbukan sendiri dilakukan dengan beberapa tahap kastrasi dan emaskulasi,

yaitu dengan cara bagian atas padi dipotong lalu dibuang bagian serbuk sarinya

sebelum bunga membuka menggunakan jarum, peniti atau tusuk gigi, dengan

maksud untuk mencegah terjadinya pembuahan sendiri

2. Tahap selanjutnya yaitu dengan memasukkan serbuk sari dari tetua jantan

(varietas Ciherang) kedalam malai yang sudah dikastrasi dan diemaskulasi.

Dari beberapa tahap tersebut setelah disungkup dan diberi label, diketahui

bahwa hasil persilangan yang berhasil sejumlah 4 dari 15 malai yang diserbuki

dengan tingkat keberhasilan 26, 67, artinya persilangan yang dilakukan gagal.

B. Saran

Praktikan diharapkan agar lebih teliti dalam melakukan percobaan, khususnya

pada saat pemotongan malai, kastrasi, emaskulasi, dan hibridisasi. Ketelitian dalam

pelaksanaan praktikum ini sangatlah diperlukan. Hal tersebut tentu akan

memperbesar presentase keberhasilan persilangan, sehingga mampu terhindar dari

kesalahan hasil yang diperoleh lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, D. 2008. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Grafindo


Media Pratama. Bandung.

Arafah, 2010. Pengolahan dan Pemanfaatan Padi Sawah. Bumi Aksara. Bogor.

Bari, A, S. Musa, dan E. Syamsudin, 1974. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Bag.


Pemuliaan Tanaman. IPB. Bogor.

Harahap, Z. 1982. Pedoman Pemuliaan Padi. Lembaga Biologi Nasional. Bogor.

Lubis, Yunita Armaya. Lollie, A.P. dkk. 2013. Pengaruh Selfing Terhadap Karakter
Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Generasi F4 Selfing. Jurnal Pertanian.
Vol 1(2): 304-320.

Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanama. Kanisius.


Yogyakarta.

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. Jakarta.

Prasetiyono, Joko, Ahmad Dadang, Masumah, Tasliah, Fatimah, dan Tiur Sudiaty
Silitonga. 2015. Evaluasi Molekuler dan Lapangan terhadap Galur-galur Padi
Berumur Genjah dan Produktivitas Tinggi Turunan Ciherang. Jurnal
Penelitian Tanaman Pangan. Vol. 34(1): 13-20.

Sandra.2008. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.

Siti, Lilis. Badriah (2014), Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan sebagai


Upaya Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Jurnal. Vol 4(1):
21-32.

Soedyanto, R., R. Sianipar, A. Sanusi, dan Hardjanto. 1978. Bercocok Tanam Jilid
II. CV Yasaguna. Jakarta.

Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.

Supartopo. 2006. Teknik Persilangan Padi (Oryza sativa L) untuk Perakitan


Varietas Unggul Baru. E-jurnal Litbang. Vol. 11(2): 76-80.

UPLB. 1967. Rice Production Manual. University of the Philippines. College of


Agriculture. Los Banos. Philippines.
Untari, 2014. Analisis Usaha Tani Beberapa Varietas Padi dengan Menggunakan
Revenue Cost Ratio (R/C Ratio). Jurnal Agricola. Vol 4 (1): 1-7.

Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.

Yoshida S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rice Research


Institute. Los Banos, Phillippines.

Anda mungkin juga menyukai