PEMULIAAN TANAMAN
ACARA III
HIBRIDISASI TANAMAN MENYERBUK SENDIRI
Semester :
Genap 2017
Oleh:
Retna Ayu Tresnaning Kusuma Devi
NIM A1D015091
Rombongan 4
A. Latar Belakang
kemudian dikembangkan atau diperbanyak sebagai benih atau bibit unggul. Salah
memperoleh kombinasi genetik yang diinginkan melalui persilangan dua atau lebih
tepung sari, kastrasi, hibridisasi, memberi tanda dan etiket, pembungkusan, dan
kontrol.
sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga yang sama atau
stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsip
waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya
Persilangan padi secara buatan pada umumnya menghasilkan tanaman yang relatif
pendek, berumur genjah, anakan produktif banyak, dan hasil tinggi. Oleh karena
itu praktikum ini sangat penting untuk dilakukan. Praktikum mengenai hibridisasi
2. Menyerbuki bunga-bunga yang telah dikastrasi dengan tepung sari dari jenis
pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan
kental agak lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen
ke dalam ovari (bakal buah) pada waktu polinasi (penyerbukan). Dikenal dua
pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam
pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies
yang sama baik. Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga
tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak
maksimal. Umur bunga satu atau dua hari setelah mekar hingga lima minggu setelah
Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada
bunga yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau
sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum
mekar atau tidak terbuka, misalnya pada kedelai, padi, tembakau dan lain-lain
(Nasir, 2001). Jumlah penyerbukan silang yang munkin terjadi pada 5 tanaman-
sudah matang dan jatuh sebelum bunga terbuka, stigma dan stamen. Tanaman
Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada
sesuai dengan yang diinginkan berdasrkan keragaman yang tinggi (Sunarto, 1997).
Persilangan padi secara alami berlangsung dengan bantuan angin. Adanya varietas
padi lokal di berbagai daerah menunjukkan telah terjadi persilangan secara alami.
Contoh varietas padi lokal yang banyak ditanam petani adalah Rojolele, Mentik,
mendapatkan varietas unggul padi, yaitu silang tunggal atau single cross (SC),
silang puncak atau top cross (TC), silang ganda atau double cross (DC), silang balik
atau back cross (BC), dan akhir-akhir ini dikembangkan pula metode persilangan
multi cross (MC). Silang tunggal hanya melibatkan dua tetua saja. Silang puncak
merupakan persilangan antara F1 dari silang tunggal dengan tetua lain. Silang
tunggal. Silang balik adalah persilangan F1 dengan salah satu tetuanya. Silang
banyak merupakan persilangan yang melibatkan lebih dari empat tetua. Tanda
persilangan antara tetua menggunakan garis miring (/). Dua garis miring
menunjukan persilangan antara suatu hibrida dengan suatu varietas, contoh: A/B =
Bari dan Syamsudin (1974), menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
Hal ini diusahakan agar periode berbunga antara tetua betina dan tetua
jantan hampir bersamaan. Oleh karena itu, pengaturan waktu tanam perlu
antara kedua tetua yang akan disilangkan. Contohnya adalah tanaman kedelai
waktu keluar bunga berkisar antara 35-40 hari setelah tanam, kacang tanah 27-
efektif adalah selama 2 minggu sejak munculnya bunga pertama pada tanaman
kacang tanah bunga-bunga yang tumbuh setelah 2 minggu dari hari pertama
Emaskulasi dan persilangan pada tanaman kedelai dapat dilakukan pada pagi
hari hingga pukul 10.00. Sedangkan pada kacang tanah, biasanya emaskulasi
dilakukan pada sore hari dan persilangan dilakukan pada pagi keesokan
harinya.
III. METODE PRAKTIKUM
menggunakan bahan dan alat. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
tanaman padi. Alat yang digunakan yaitu gunting, peniti atau tusuk gigi, senter,
B. Prosedur Kerja
Hibridisasi buatan akan dilakukan pada tanaman padi dengan cara kerja
sebagai berikut:
sebagai berikut:
A. Hasil
Rumus: Keberhasilan = 100%
4
= 15 100%
= 26,67%
Kesimpulan: Jadi, tingkat keberhasilan dari menyerbuk silang ini yaitu 26,67%.
B. Pembahasan
sifat-sifat yang diinginkan (Sunarto, 1997). Lubis dkk. (2013), meyatakan bahwa
diberi dengan tepung sari dari jenis tanaman yang dikehendaki sebagai tetua.
Hibridisasi secara konvensional bisa juga disebut perkawinan silang antara tanaman
yang satu dengan tanaman yang lain dalam satu spesies untuk mendapatkan
genotipe (sifat-sifat dalam) yang unggul, dan biasa disebut breeding. Suatu jenis
susunan kromosom asalnya. Hal ini dapat menciptakan suatu jenis atau spesies baru
yang dapat meningkatkan produksi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit,
sendiri adalah penyerbukan bunga betina oleh serbuk sari bunga jantan pada
tanaman yang sama. Tanaman menyerbuk sendiri dicirikan oleh bunga tidak
membuka, waktu anthesis dan reseptif bersamaan atau berdekatan, stamen dan
pistil ditutupi oleh bagian bunga walaupun bunga telah mekar, pistil memanjang
segera setelah polen masak. Penyerbukan sendiri dapat terjadi secara alami maupun
buatan.
betina dan jantan sebagai langkah awal, kemudian pada tetua betina dipilih
sebanyak 15 butir malai diikuti dengan kastrasi. Kastrasi dilakukan dengan cara
pembersihan bagian padi dari serangga dan kotoran. Selanjutnya adalah proses
emaskulasi. Emaskulasi dilakukan dengan cara bagian atas padi dipotong lalu
dibuang bagian serbuk sarinya menggunakan jarum, peniti atau tusuk gigi.
kantong kertas yang bertujuan untuk menghindarkan putik tanaman padi varietas
Inpago Unsoed 1 diserbuki oleh serbuk sari tanaman lain. Proses selanjutnya adalah
pengumpulan benang sari dari tetua jantan. Pengumpulan serbuk sari dari tanaman
peniti atau tusuk gigi dan dimasukkan pada tetua betina. Pembungkusan
menghindarkan putik tanaman padi diserbuki oleh serbuk sari tanaman lain.
Pelabelan dan pemberian eiket bertujuan untuk menjaga kekeliruan, etiket berisi
nama penyerbuk, tanggal mengerjakan, dan nama atau nomor jenis tanaman betina
dan jantan.
Gambar 5. Hibridisasi Gambar 6. Penyungkupan Gambar 7. Pelabelan
(spikelet) terdapat enam benang sari. Dua kepala putik yang menyerupai
rambut tidak boleh rusak (UPLB 1967). Oleh karena itu, perlu hati-hati dalam
kemudian benang sari diambil dengan alat penyedot vacuum pump. Bunga
yang telah bersih dari benang sari ditutup dengan glacine bag agar tidak
terserbuki oleh tepung sari yang tidak dikehendaki. Waktu yang baik untuk
melakukan kastrasi adalah setelah pukul 03.00 sore. Stadia bunga yang baik
untuk dikastrasi adalah pada saat ujung benang sari berada pada pertengahan
bunga (Harahap 1982). Benang sari akan mekar dalam 1-2 hari.
4. Isolasi. Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diemaskulasi tidak terbusuki
oleh serbuk sari asing, dengan demikian baik bunga jantan maupun betina
5. Pengumpulan serbuk sari. Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan
memakan waktu yang lama, bila letak pohon tetua betina jauh dari pohon tetua
jantan. Kuncup bunga itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum matahari
terbit atau pada sore hari setelah matahari terbenam agar kuncup bunga itu tidak
variabel atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian
7. Penutupan bunga. Penutupan ini agar tanaman tidak diserbuki oleh serbuk sari
tanaman lainnya.
8. Pelabelan. Ukuran dan bentuk label berbeda-beda. Label harus tahan air, dapat
terbuat dari kertas atau plastik. Keterangan pada label antara lain tertulis
Inpago Unsoed 1 sebagai tetua betina dan Ciherang sebagai tetua jantan. Menurut
Untari (2014), varietas Inpago Unsoed 1 memiliki umur premodia berbunga lebih
cepat dibandingkan varietas padi Unsoed JSPGA 136, sehingga umur 90 hari
setelah tanam padi Unsoed 1 mulai menguning dan umur 100 hari padi sudat
dipanen. Menurut Siti, Lilis. Badriah (2014), benih padi variaetas unggul dengan
nama INPAGO UNSOED 1 yang merupakan padi gogo aromatik, produksi tinggi,
pulen, dan wangi. Ciherang memiliki umur berbunga lebih genjah, dan hasil gabah
lebih banyak dibanding Ciherang. Galur-galur tersebut perlu diuji lebih lanjut pada
beberapa lokasi ( Prasetiyono, Joko, dkk., 2015). Diketahui bahwa persilangan yang
dari menyerbuk silang ini yaitu 26,67%. Artinya persilangan gagal. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Nasir (2001), tingkat keberhasilan pada praktikum yang
08.00-09.00 WIB) dimana bunga betina belum mekar sempurna tetapi bunga
bunganya sudah mekar sempurna, dan warna serbuk sarinya kuning agak
jingga sedangkan untuk bunga betina, bunga yang belum mekar atau masih
kuncup, karena apabila bunga tersebut sudah mekar dapat dikatakan sudah
3. Cuaca. Cuaca lebih ditekankan pada hujan karena bila persilangan dilakukan
4. Ketelitian peletakan serbuk di atas putik. Peletakkan serbuk sari di atas kepala
karena para pemulia tidak tepat dalam meletakkan serbuk sari dari bunga
jantan.
sesuai yang diharapkan maka perlu dilakukan pemilihan tetua yang memiliki
potensi genetik yang diinginkan. Pemilihan tetua ini sangat tergantung pada
karakter tanaman yang digunakan, yaitu apakah termasuk kualitatif atau kuantitatif.
gabah matang). Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok, yakni
bunga.
Tanaman padi memerlukan 3-6 bulan dari sejak berkecambah sampai panen
yang seluruhnya terdiri dari dua stadia pertumbuhan, yakni vegetatif dan generatif.
Fase reproduktif selanjutnya terdiri dari dua, pra berbunga dan pasca berbunga,
membagi pertumbuhan padi menjadi 3 bagian yakni fase vegetatif, reproduktif, dan
tanaman dari mulai berkecambah sampai dengan inisiasi primordia malai: fase
reproduktif dimulai dari inisiasi primordia malai sampai berbunga (heading) dan
pemasakan dimulai dari berbunga sampai masak panen. Untuk suatu varietas
berumur 120 hari yang ditanam di daerah tropik, maka vase vegetatif memerlukan
yang sebelumnya tertumpuk rapat dekat permukaan tanah. Stadia reproduktif juga
sebelum heading. Stadia inisiasi ini hampir bersamaan dengan memanjangnya ruas-
ruas yang terus berlanjut sampai berbunga. Stadia reproduktif disebut juga stadia
sedangkan antesis segera mulai setelah heading. Oleh karena itu, heading diartikan
sama dengan antesis ditinjau dari segi hari kalender. Fase pembungaan memerlukan
waktu selama 10-14 hari dalam suatu komunitas tanaman, karena terdapat pebedaan
laju perkembangan antar tanaman maupun antar anakan. Apabila 50% bunga telah
keluar maka pertanaman tersebut dianggap dalam fase pembungaan (Arafah, 2009).
Antesis telah mulai bila benang sari bunga yang paling ujung pada tiap cabang
malai telah tampak keluar. Antesis berlangsung antara jam 08.00-13.00 dan
persarian (pembuahan) akan selesai dalam 5-6 jam setelah antesis. Semua bunga
memerlukan 7-10 hari untuk antesis dalam suatu malai, tetapi pada umumnya hanya
sendiri keluar dari pelepah daun bendera. Jumlah malai pada tiap satuan luas tidak
bertambah lagi 10 hari setelah anakan maksimal, jumlah gabah pada tiap malai telah
ditentukan selama periode 32 sampai 5 hari sebelum heading. Sementara itu, ukuran
sekam hanya dapat dipengaruhi oleh radiasi selama 2 minggu sebelum antesis.
1. Stadia masak susu. Tanda-tandanya, yaitu tanaman padi masih berwarna hijau,
dari semua bagian tanaman, hanya buku-buku sebelah atas yang masih hijau,
kuning, sedang batang-batang mulai kering, isi gabah sukar dipecahkan: pada
yang mudah rontok pada stadia ini sudah mulai rontok. Stadia masak mati
A. Kesimpulan
Inpago Unsoed 1 sebagai tetua betina dan Ciherang sebagai tetua jantan.
yaitu dengan cara bagian atas padi dipotong lalu dibuang bagian serbuk sarinya
sebelum bunga membuka menggunakan jarum, peniti atau tusuk gigi, dengan
2. Tahap selanjutnya yaitu dengan memasukkan serbuk sari dari tetua jantan
Dari beberapa tahap tersebut setelah disungkup dan diberi label, diketahui
bahwa hasil persilangan yang berhasil sejumlah 4 dari 15 malai yang diserbuki
dengan tingkat keberhasilan 26, 67, artinya persilangan yang dilakukan gagal.
B. Saran
pada saat pemotongan malai, kastrasi, emaskulasi, dan hibridisasi. Ketelitian dalam
Arafah, 2010. Pengolahan dan Pemanfaatan Padi Sawah. Bumi Aksara. Bogor.
Lubis, Yunita Armaya. Lollie, A.P. dkk. 2013. Pengaruh Selfing Terhadap Karakter
Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Generasi F4 Selfing. Jurnal Pertanian.
Vol 1(2): 304-320.
Prasetiyono, Joko, Ahmad Dadang, Masumah, Tasliah, Fatimah, dan Tiur Sudiaty
Silitonga. 2015. Evaluasi Molekuler dan Lapangan terhadap Galur-galur Padi
Berumur Genjah dan Produktivitas Tinggi Turunan Ciherang. Jurnal
Penelitian Tanaman Pangan. Vol. 34(1): 13-20.
Soedyanto, R., R. Sianipar, A. Sanusi, dan Hardjanto. 1978. Bercocok Tanam Jilid
II. CV Yasaguna. Jakarta.