Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

PENGARUH PENCEMARAN LIMBAH TEKSTIL


TERHADAP TANAMAN MENTIMUN DAN PADI

AGROTEKNOLOGI F

KELOMPOK 7

INDRA PERMANA 150510100205

MIA MAULANTI SARI 150510100206

FITRI UTAMI HASAN 150510100207

ELISABETH PANGGABEAN 150510100209

YELDA LUMIANNA S 150510100211

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

MEI, 2012
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan. Dapat juga diartikan sebagai
perubahan tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Hal ini sesuai dengan UU
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982. Lingkungan yang menjadi kurang
berfungsi lagi dapat dilihat pada suatu areal pertanian. Kerusakan tersebut terjadi akibat
pencemaran lingkungan yang datang oleh karena manusia itu sendiri, salah satu contoh
pencemaran lingkungan tersebut ialah pencemaran limbah tekstil pada tanaman padi dan
mentimun.
Padi merupakan tanaman pangan penting yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di
dunia, terutama Indonesia. Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama dalam
pemenuhan kebutuhan bahan makanan pokok yaitu beras yang berasal dari tanaman padi
(Oryza sativa), maka peningkatan produksi dan kualitas tanaman padi berskala besar sangat
diperlukan, sedangkan mentimun merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat
dimakan baik dalam kondisi segar ataupun diolah lebih lanjut. Produksi mentimun di
Indonesia masih sangat rendah padahal potensinya masih bisa ditingkatkan. Dengan
kemampuan adaptasi pada berbagai iklim yag baik, tanaman ini mudah dibudidayakan.
Kurnia, et al. (2009 ) mengatakan bahwa penyebab pencemaran pada lahan pertanian
dapat digolongkan ke dalam kegiatan non pertanian (industri, pertambangan) dan kegiatan
pertanian (penggunaan bahan-bahan agrokimia). Pencemaran pada lahan sawah umumnya
disebabkan oleh limbah industri dan aktivitas budi daya yang menggunakan bahan-bahan
agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang kurang terkendali. Banyaknya pabrik atau
industri tekstil yang dibangun di sekitar lahan pertanian telah menyebabkan tercemarnya
lahan sawah sehingga hasil gabah menjadi berkurang atau sama sekali tidak menghasilkan.

Pencemaran yang terjadi ini disebabkan oleh limbah industri tekstil yang dibuang ke
badan air atau sungai, sementara sungai merupakan sumber pengairan lahan sawah yang ada

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 1


di bagian hilir pabrik atau industri. Seperti aliran sungai Cikijing yang telah tercemar limbah
industri tekstil dan digunakan untuk pengairan persawahan disekitar Kecamatan Rancaekek,
Kabupaten Bandung. Akibatnya unsur-unsur kimia yang terbawa limbah, selanjutnya
mengendap di dalam tanah. Proses ini terus berlanjut sehingga terjadi akumulasi bahan
berbahaya dan beracun (B3) serta logam berat di dalam tanah. Oleh karena itu diperlukan
teknologi untuk mengendalikan pencemaran yang terjadi pada tanah sawah. Pada praktikum
ini akan dicoba untuk memberikan limbah tekstil terhadap tanaman padi dan mentimun.
Konsentrasi yang diberikan adalah 50%. Dari sini akan diketahui pengaruh limbah tekstil
tersebut terhadap tanaman padi dan mentimun.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk mengetahui pengaruh limbah tekstil
bila diberikan pada tanaman padi dan pada tanaman mentimun, perbedaan (jumlah, jenis)
organisme tanah yang terdapat pada tanah yang tercemar limbah industri tekstil, mengetahui
organisme tanah yang toleran terhadap tanah yang tercemar limbah pabrik

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman padi dan mentimun merupakan dua komoditas pertanian yang berperan
penting bagi Indonesia. Tidak hanya dalam ketahanan pangan, tetapi juga potensi yang
dimiliki dalam meningkatkan pemasokan negara. Padi dikatakan tanaman yang paling
penting, karena makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan
oleh tanaman padi. Selain di Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negara-negara di
benua Asia lainnya seperti China, India, Thailand, Vietnam dan lain-lain. Padi merupakan
tanaman berupa rumput berumpun (Anonim, 2011). Sedangkan mentimun merupakan
tumbuhan yang biasa dimakan oleh masyarakat secara mentah (lalap). Mentimun alias timun
dapat pula dimakan sebagai teman nasi. Buah mentimun ini banyak kandungan gizi yang
mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Budidaya tanaman mentimun di Indonesia
masih rendah, banyak cara dan teknik budidaya mentimun agar Indonesia dalam bidang
pertanian produksi mentimun melimpah pula. PT Natural Nusantara telah melaksanakan
progam peningkatan budidaya mentimun guna kualitas dan peningkatan di masa mendatang
(Anonim, 2011)

Dalam upaya budidaya ataupun peningkatan produksi kedua komoditas ini, banyak hal
yang menjadi kendalanya, seperti iklim yang semakin tidak diprediksi, hama dan penyakit
tanaman, dan yang sekarang mulai menjadi sorotan pemerintah adalah alih fungsi lahan (baik
sawah maupun areal pertanian lainnya) untuk kawasan industri. Salah satu dampak negatif
alih fungsi lahan pertanian untuk kawasan industri adalah terjadinya pencemaran lingkungan
yang diakibatkan oleh buangan limbah industri tersebut.

Menurut ketentuan, limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus aman bagi
lingkungan biofisik lahan, badan air maupun kesehatan manusia atau hewan. Limbah tersebut
harus diolah terlebih dahulu dalam instalasi pengolah air limbah (IPAL) dan mengalami
pemrosesan fisik, kimia, dan biologi sebelum dibuang ke lingkungan atau badan air/sungai.
Namun kenyataannya limbah buangan tersebut masih sering dikeluhkan masyarakat, karena
dampak negatif yang ditimbulkannya seperti bau, warna, dan gangguan kesehatan
(Abdurachman et al., 2000).

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 3


Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses
penghilangan kanji, pengelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan
proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasilkan limbah yang lebih
banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan bahan sistesis. Gabungan
air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan tersuspensi dan
500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1
(Wibisono, 2010).

Tanah yang terkena limbah zat kimia dalam konsentrasi di atas ambang batas, mungkin
tidak sakit meskipun mengandung unsur/senyawa kimia atau logam berat yang berbahaya.
Namun bila tanah tersebut ditanami, maka tanaman tersebut akan mengakumulasi
unsur/senyawa yang berbahaya, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan
manusia dan hewan yang mengkonsumsi produk tersebut (Suganda et al, 2003) (Arifin, 2010)

Pembuangan limbah kesaluran irigasi persawahan ataupun areal pertanian lainnya


secara kontinu selama bertahun-tahun dapat mengakibatkan terakumulasinya logam berat
dalam tanah, sehingga dapat meracuni tanaman ataupun makhluk hidup lainnya. Logam berat
meracuni tanaman dan mudah tercuci dalam tubuh tanah. Serapan logam berat oleh tanaman
atau pemanfaatan air bawah tanah untuk air minum akan mempermudah masuknya logam
berat ke dalam rantai makanan. Masuknya logam berat ke dalam tanah mengganggu
pertumbuhan tanaman.

Penelitian tentang dampak dan pergerakan jenis-jenis unsur/senyawa yang terkandung


dalam limbah dan kadar unsur/senyawa kimia dalam limbah tersebut perlu diketahui mulai
dari pusat industri sampai ke bagian hilirnya, karena pengaruh limbahnya akan
mempengaruhi luas tanam dan kualitas hasil tanaman, sehingga pada akhirnya akan
menurunkan ketahanan pangan di suatu daerah (Karama, 1999).

Sehubungan dengan hal diatas, maka diilakukan penelitian mengenai pengaruh


toksisitas dari limbah tekstil tersebut terhadap pertumbuhan tanaman padi dan mentimun.
Dalam penelitian ini dilakukan isolasi tanah dengan tujuan untuk dapat mengetahui jumlah
dan jenis mikroorganisme (jamur dan bakteri) yang terdapat dalam tanah yang mengandung
limbah 50% tersebut

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 4


BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Praktikum pemberian limbah terhadap tanaman


1. Tanah yang telah dicampur kompos
2. Polybag
3. Benih Mentimun
4. Tanaman padi

3.1.2 Praktikum isolasi tanah dari pertanaman yang telah diberi limbah
1. 1g Tanah (pertanaman padi dan mentimun pada praktikum sebelumnya)
yang diansumsikan telah tercemar 50%
2. Aquades
3. Medium potato Dekstrose Agar (PDA)
4. Petrisida, tabung reaksi dan raknya, bunsen, beaker glass, gelas ukur

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Praktikum pemberian limbah terhadap tanaman


1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Menanam benih mentimun pada 3 polybag, masing-masing 3 benih setiap
polybag
3. Memberikan limbah tekstil pada tanaman mentimun masing-masing
dengan konsentrasi 50% sebanyak 200ml
4. Memberikan limbah tekstil pada padi mentimun dengan konsentrasi 50%
sebanyak 1000ml
5. Mengamati komponen pertumbuhannya setiap minggu

3.2.2 Praktikum isolasi tanah dari pertanaman yang telah diberi limbah

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 5


Untuk mengetahui jenis dan populasi mikroba tanah yang dapat hidup pada
tanah yang mengandung limbah industri digunakan metode cawan pengenceran
berseri “serial dilution: dengan cara seperti di bawah ini

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan


2. Mengambil 1 gram tanah sampel dan dimasukkan kedalam 99 ml aquadest steril
kemudian dikocok hingga homogen. Larutan ini adalah larutan awal
(pengenceran 10-1)
3. Mengambil 1 ml suspensi tanah (larutan awal) dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang berisi 9 ml aquadest steril, dikocok hingga homogen maka didapatkan
suspensi dengan pengenceran 10-2 . Dengan cara yang sama dibuat pengenceran
selanjutnya sampai 10-6 .
4. Menuangkan PDA sebanyak 10 ml yang telah dicairkan pada suhu 50°C pada
masing-masing cawan petri
5. Mengambil 1 ml suspensi tanah dari seri pengenceran (10-4 dan 10-6) dengan
memakai pipet steril dan dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah berisi
medium PDA kemudian dicampurkan dengan cara digoyang-goyangkan sebelum
media tersebut memadat.
6. Menginkubasikan kultur tersebut pada suhu kamar.
7. Melakukan pengamatan

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 6


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Komponen Pertumbuhan Tanaman Perlakuan Limbah Tekstik 50%

1. Tanaman Mentimun Perlakuan Pemberian Limbah Tekstil 50%


Penanaman dilakukan pada hari Jum’at, 16 Maret 2012 dengan menggunakan 4
benih pada masing-masing polybag, dengan jumlah polybag sebanyak 3 polybag.

Sebelum perlakuan

Pengamatan Tanggal 23 Maret 2012


Polybag 1 Polybag 2 Polybag 3
Tan Tan Tan Tan Tan Tan Tan Tan Tan Tan Tan Tan
ama ama ama ama ama ama ama ama ama ama ama ama
n1 n2 n3 n4 n1 n2 n3 n4 n1 n2 n3 n4
Tingg
6 5.5 5 5 6 2.5 - - 6 6 4.5 -
i (cm)

Pengamatan Tanggal 26 Maret 2012


Polybag 1 Polybag 2 Polybag 3
Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana
man 1 man 2 man 3 man 1 man 2 man 3 man 1 man 2 man 3
Tingg
8 6.5 7 7 5.5 6 8 6.5 7
i (cm)

Pada tanggal 26 Maret tanaman dibuat masing-masing 3 tanaman perpolybag. Maka


jumlah tanaman yang tumbuh 4 tanaman pada 1 polybag, dipindahkan ke polybag yang
tanamannya hanya tumbuh 2 tanaman.

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 7


Gambar 1. Foto tanaman mentimun 1MST yang belum diberikan perlakuan

Setelah perlakuan

Pengamatan Tanggal 2 April 2012


Polybag 1 Polybag 2 Polybag 3
Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana
man 1 man 2 man 3 man 1 man 2 man 3 man 1 man 2 man 3
Tingg
13 13 13.5 13 14.5 10.5 15 14 15.5
i (cm)
∑Dau
n 2 2 2 2 2 2 2 2 2
(helai)

Pada tanggal 2 April diberikan perlakuan untuk pertama kalinya. Perlakuan yang
diberikan yaitu 50% dari 200ml limbah tekstil. (Mengencerkan 100ml limbah tekstil dengan
100ml air)

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 8


Gambar2. Foto tanaman mentimun 2 MST ketika diberi perlakuan

Pengamatan Tanggal 9 April 2012


Polybag 1 Polybag 2 Polybag 3
Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana
man 1 man 2 man 3 man 1 man 2 man 3 man 1 man 2 man 3
Tingg
17.5 17.2 21 18.5 17 23.5 24.5 15 18
i (cm)
∑Dau
n 5 5 5 6 6 8 6 5 5
(helai)

Setelah diberikan limbah tekstil 50% dari 200ml pada minggu sebelumnya, kondisi
tanaman masih bisa dikatakan cukup baik, karena tanaman masih dapat tumbuh dengan baik
dari mulai pertumbuhan tinggi tanaman dan penambahan jumlah daun. Dapat disimpulkan
bahwa efek limbah tekstil 50% masih belum berpengaruh atau berdampak langsung terhadap
tanaman walaupun unsur logam yang terdapat pada limbah tekstil tersebut sudah
terakumulasi di dalam tanah, namun yang diserap oleh tanaman masih sedikit.

Pengamatan Tanggal 16 April 2012


Polybag 1 Polybag 2 Polybag 3
Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana
man 1 man 2 man 3 man 1 man 2 man 3 man 1 man 2 man 3
Tingg
34 35 20 46 35 30 27 31 30
i (cm)
∑Dau
n 10 6 2 8 5 3 3 3 4
(helai)
Lebar
daun 9 10 5 12 9.5 7.5 9 9.5 12
(cm)

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 9


Setelah 2 MSP (minggu setelah perlakuan) terjadi pengurangan jumlah daun karena
tanaman mulai rebah dan banyak daun yang mengering. Akan tetapi tanaman mentimun
tersebut masih terus bartambah tinggi walaupun sudah agak layu. Berdasarkan hipotesis kami
hal ini karena unsur logam yang terdapat pada limbah tekstil telah terakumulasi di dalam
tanah dan banyak diserap oleh tanaman sehingga berdampak buruk pada tanaman baik dari
pertumbuhan maupun hasil produksinya.

Gambar 3. Tanaman mentimun yang berumur 3MSP

Pengamatan Tanggal 23 April 2012


Polybag 1 Polybag 2 Polybag 3
Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana
man 1 man 2 man 3 man 1 man 2 man 3 man 1 man 2 man 3
Tingg
43 37 23,5 43.5 54 30 30 30 30
i (cm)
∑Dau
n 6 3 2 5 5 2 3 3 3
(helai)
Lebar
daun 11.2 12 6.4 9 14 5 11 9 11
(cm)

Pada 3 MSP (minggu setelah perlakuan) tinggi tanaman tetap terus bertambah
walaupun tanaman mentimun layu dan banyak daun yang kering bahkan berguguran. Sudah
dapat terlihat dampak atau efek dari pemberian limbah tekstil 50% kepada tanaman

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 10


mentimun. Jadi dapat kita tarik kesimpulan lagi bahwa dampak atau efek dari limbah tekstil
50% terhadap tanaman adalah secara perlahan atau tidak langsung (membutuhkan waktu
yang cukup lama).
Pengamatan Tanggal 30 April 2012
Polybag 1 Polybag 2 Polybag 3
Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana Tana
man 1 man 2 man 3 man 1 man 2 man 3 man 1 man 2 man 3
Tingg
18 - - 25 - 35 43 42 -
i (cm)
∑Dau
n 5 - - - - 3 5 3 --
(helai)
Lebar
daun 1 sample = 6.5 1 sample = 7 1 sample = 10
(cm)

Pada pengamatan selanjutnya ternyata banyak tanaman yang mulai kekeringan dan
mati namun pada polybag 3 terdapat tanaman yang sudah berbuah. Ternyata dampak dari
limbah tekstil 50% tersebut sudah berdampak cukup parah sehingga mengakibatkan
beberapa tanaman mati. Walaupun masih terdapat beberapa tanaman yang hidup bahkan
terdapat tanaman yang sudah berbuah walaupun dalam keadaan layu, hal tersebut mungkin
saja dikarenakan unsur logam yang diserap masih dapat diterima oleh tanaman tersebut dan
belum terlalu banyak. Pada tanaman yang sudah berproduksi atau memiliki buah, buahnya
pun tidak akan tumbuh besar dan pastinya kurang baik karena di dalam tanamannya sudah
terakumulasi oleh unsur logam.

Tabel Pertumbuhan Tanaman Mentimun Perlakuan Limbah Tekstil 50%

MSP Rata-rata tinggi (cm) Rata-rata Jumlah daun (helai) Rata-rata lebar daun (cm)
0 6.83
1 13.5 3
2 19.1 5.7
3 32 4.9 9.3
4 37.2 3.6 9.9
5 32.6 4 7.8

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 11


Grafik Pertumbuhan Tanaman Mentimun Perlakuan Limbah Tekstil 50%
40

35

30

25 Rata-rata tinggi (cm)

20 Rata-rata Jumlah daun


(helai)
15 Rata-rata lebar daun (cm)

10

0
0 MSP 1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP 5 MSP

Berdasarkan data dan grafik dari hasil pengamatan diatas terlihat bahwa limbah tahu
yang diberikan pada tanaman mentimun tentunya berdampak negatif atau buruk pada
tanaman tersebut, walaupun dampaknya tidak secara langsung karena tanaman tetap tumbuh
dan dapat berbuah, namun pertumbuhannya terhambat dan buah yang dihasilkan kurang baik
(tidak dapat tumbuh besar). Selain itu lama kelamaan tanaman mentimun tersebut pun
menjadi layu, daunnya kering dan banyak yang berguguran bahkan sampai terdapat tanaman
yang mati.
Pada tanaman yang mati belum dapat dipastikan apakah penyebabnya, karena bisa
saja karena kekurangan air karena kurangnya penyiraman pada saat praktikum ataupun
lainnya. Pada akhir pengamatan pun terlihat disetiap polybag hanya beberapa tanaman saja
yang masih hidup dan yang lainnya mati.
2. Tanaman Padi Perlakuan Pemberian Limbah Tekstil 50%
Tanggal Tinggi Tanaman (cm)
2 April 2012 45
9 April 2012 30.2
16 April 2012 37.5
23 April 2012 56
30 April 2012 60

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 12


Gambar 4. Tanaman Padi Saat perlakuan Gambar 5. Tanaman Padi 1 MSP
pertama

Tanggal 2 April pemberian perlakuan untuk pertama kalinya. Perlakuan yang diberikan
yaitu 50% dari 1L limbah tekstil (Mengencerkan 500ml limbah tekstil dengan 500ml air)

Grafik Pertumbuhan Tanaman Padi Perlakuan Limbah Tekstik 50%

Grafik Pertumbuhan Tanaman Padi Perlakuan


Limbah Tekstik 50%
70

60

50

40

Tinggi Tanaman
30

20

10

0
0 MSP 1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 13


Berdasarkan data dari hasil pengamatan dapat dilihat pada minggu pertama setelah
perlakuan ( diberi limbah tekstil 50%) tinggi tanaman menjadi menurun, akaan tetapi pada
minggu- minggu setelahnya tinggi tanaman terus bertambah lagi sampai pada minggu
terakhir pengamatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh limbah tekstil 50% pada
tanaman padi tidak begitu berpengaruh dan tanaman padi tetap dapat tumbuh walaupun
pertumbuhannya menjadi lambat dan kurang baik.

Menurut data,dalam limbah tekstil mengandung unsur B3 dan logam berat berbahaya
seperti Na, NH4, SO4, Fe, Al, Mn, Co dan Ni (menurut penelitian limbah tekstil di
Rancaekek) dengan konsentrasi yang tinggi. (Kurnia et al., 2009) Limbah tekstil apabila
dijadikan sebagai sumber air irigasi bagi suatu tanaman, maka tanaman tersebut mengalami
keracunan yang tampak seperti hasil pengamatan tanaman padi dan mentimun di atas.

4.2 Pengamatan Isolasi tanah tercemar limbah tekstil 50%

Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan ini adalah


1. Pertumbuhan, jenis dan populasi mikroba yang tumbuh pada masing-masing
cawan petri (karakteristik morfologinya)
2. Mengukur populasi mikroba (jamur ataupun bakteri) dengan menghitung jumlah
koloni dalam cawan petri dan dikalikan dengan faktor pengenceran sehingga
diperoleh angka perkiraan populasi mikroba dalam tanah per gram tanah
(Cappuccino and Sherman, 1993).
3. Mengidentifikasi mikroba dari golongan jamur. Identifikasi tersebut dilakukan
dengan cara mengamati morfologi jamur yang dapat dilihat dari bentuk dan
warna konidia/spora. Pengamatan koloni jamur pada biakan murni meliputi warna
dan bentuk koloni. Identifikasi jamur didasarkan pada kunci determinasi menurut
Baron (1972), Barnett dan Hunter (1972)

Tabel Pengamatan Praktikum Toksikologi 4 Juni 2012

Pengamatan Jamur Bakteri


Jumlah Bentuk Warna Jumlah Bentuk Warna
koloni koloni koloni koloni
Timun 10-4 8 Bulat, di Putih 126 Bulat dan Putih

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 1


tengah titik seperti lilin
berwarba
hijau,
berbuku
halus
Timun 10-6 7 Bulat dan Putih Tidak
berbuku terhitung
halus (menutupi)
Padi 10-4 Hijau: 4 Bulat dan Hijau dan 130 Bulat dan Krem
dan Merah berbulu merah berbentuk
muda: 22 halus muda lilin
Padi 10-6 - - - 110 Seperti bening
lilin

Gambar 6. Isolat tanah serial dilution Gambar 7. Isolat tanah serial dilution
Tanaman Padi 10-4 Tanaman Mentimun 10-4

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 2


Gambar 8. Isolat tanah serial dilution Gambar 9. Isolat tanah serial dilution
Tanaman Padi 10-6 Tanaman Mentimun 10-6

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 1


DAFTAR PUSTAKA

Baron,G.L (1972) The Genera of Hyphomycetes from soil, Robert E. Krieger Publishing
company, USA.

Barnett, H.L and B.B. Hunter. (1972) Illustrated Genera of Imperfect fungsi, Burgess
Publishing company, USA.

Cappucino, J.G. and Natalie Sherman. (993) Microbiology : A Laboratory Manual. Rockland
Community College State University of New York. Adisson-Wesley, Publishing Company,
Massachusettes.

Husein Suganda, Diah Setyorini, Harry Kusnadi, Ipin Saripin, dan Undang Kurnia Balai
Penelitian Tanah, Bogor. 2006.. Disajikan dalam Prosiding seminar nasional multifungsi dan
konversi lahan pertanian.
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/prosiding/mflp2003/husein%20suganda16.p
df . ( Diakses tanggal 12 Juni 2012)

Kurnia, U., Suganda, H., Saraswati, R., dan Nurjaya. 2009. Lahan Sawah dan
Pengelolaannya. www.balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/.../tanahsawah9.pdf
( Diakses tanggal 10 Juni 2012)

Laporan Prkatikum Toksikologi Lingkungan | Kelompok 7 Agro F 1

Anda mungkin juga menyukai