Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam merupakan agama yang luas dan fleksibel. Islam mengkaji banyak
hal. Kajian ilmu dalam Islam tidak hanya pada inti ajaran Islam itu sendiri,
melainkan juga pada ilmu lain yang relevan terhadap ajaran Islam. Semua
aspek dan hal dalam kehidupan manusia diatur oleh islam. Cakupan kajian
Islam sangatlah luas karena tidak ada satupun hal yang tidak diatur dan
dibahas dalam Islam, mulai dari keindahan dalam hal ini seni dan budaya,
ilmu pengetahuan, hingga cara berpikir dengan filsafat. Islam agama yang
mencintai keindahan sehingga dalam islam terdapat aspek hubungan
Islam dengan seni dan budaya.Islam merupakan agama yang berkembang,
fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Namun hal
ini perlu dipikirkan secara lebih mendasar, logis dan menyeluruh sehingga
perkembangan yang terjadi tidak bertentangan dengan inti ajaran Islam. Islam
adalah agama yang sangat menghargai seni. Hampir dalam setiap masa
penyebaran Islam diberbagai belahan dunia, seni selalu dianggap sebagai cara
dakwah yang paling tepat. Karena masyarakat akan lebih mudah memahami
nilai-nilai yang dibawa oleh agama Islam melalui seni tanpa perlu ada
kekerasan. Setelah agama Islam diterima hampir diseluruh dunia, timbul lah
banyak jenis kebudayaan Islam. Jenis kebudayaan disetiap daerah berbedabeda. Namun, saat ini seluruh kebudayaan Islam tersebut telah mengalami
perkembangan yang sangat signifikan dan semakin baik. Hal yang sangat
mempengaruhi perkembangan kebudayaan Islam adalah adanya konsep
pengembangan budaya Islam. Kebudayaan Islam adalah peradaban yang
berdasarkan pada nilai-nilai ajaran islam. Nilai kebudayaan Islam dapat dilihat
dari tokoh-tokoh yang lahir di bidang ilmu pengetahuan agama dan bidang
sains dan teknologi. Semua itu di ilhami oleh ayat-ayat Al Quran dan sunnah.
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia
sebagai rahmatan lil alamin atau rahmat bagi alam semesta. Hal itu membuat
ajaran Islam tampil sebagai solusi dari segala permasalahan yang menimpa
umat manusia. Upaya Islam sebagai agama rahmatan lil alamin dibuktikan

dengan peran wali songo yang begitu besar dalam penyebaran Islam
khususnya di pulau Jawa. Salah satu cara yang digunakan wali songo adalah
pendekatan melalui kebudayaan, misalnya kesenian. Hal itu menunjukkan
bahwa wali songo mengutamakan jalan yang menjadikan masyarakat tertarik
dan sarat dengan ajakan yang baik daripada mengedepankan hal-hal yang
bersifat normatif dan tekstual. Islam adalah agama yang diturunkan kepada
manusia sebagai rahmat bagi alam semesta dan selalu membawa kemaslahatan
bagi kehidupan manusia di dunia ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Memahami konsep, pengertian dan prinsip-prinsip kebudayaan Islam.
2. Mengetahui lebih jelas mengenai masjid sebagai pusat kebudayaan Islam.
3. Mengetahui Nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana konsep kebudayaan Islam?
2. Apa pengertian kebudayaan Islam?
3. Apa saja prinsip-prinsip kebudayaan Islam?
4. Bagaimana masjid sebagai pusat kebudayaan Islam?
5. Bagaimana nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep, Pengertian dan Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam
1. Konsep dan Pengertian Kebudayaan Islam
Kebudayaan berasal dari kata "budi" dan "daya", kemudian
digabungkan menjadi "budidaya" yang artinya upaya untuk menghasilkan
dan mengembangkan sesuatu agar menjadi lebih baik dan memberi
manfaat bagi kehidupan. Lalu diberi imbuhan "ke" dan "an" menjadi
kebudidayaan atau disingkat menjadi kebudayaan. Jadi, kebudayaan
adalah upaya yang dilakukan umat manusia untuk menghasilkan dan
mengembangkan sesuatu, baik yang sudah ada maupun yang belum ada
agar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

Islam

memandang

kebudayaan

sebagai

suatu

proses

dan

meletakannya sebagai eksistensi hidup manusia.kebudayaan merupakan


suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal,hati dan tubuh
yang menyatu dalam suatu perbuatan. karena itu secara umum kebudayaan
dapat dipahami sebagai hasil olah akal (budi), cipta, rasa, karsa dan karya
manusia. Dan tidak mungkin dilepaskan dari nilai-nilai kemanusiaan,
namun bisa jadi lepas dari nilai-nilai ketuhanan.
Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa
dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat
menghargai akal mausia utuk berkembang. Dalam perkembangannya perlu
dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak
terperangkap padda ambisi yang bersumber dari nafsu hewani, sehinga
akan

merugikan

dirinya

sendiri.

Disini

agam

berfungsi

utuk

membimbingmanusia kedalam pengembangan akal budinya sehingga


menghasilkan kebudayaan yang beradap dan menjadi peradaban Islam.
Sehubugan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi
nilai-nilai ketuhanan atau disebut sebagai peradaban islam, maka fungsi
agama di sini akan semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika
kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan karena
keterbatasan dalam memecahkan persoalan kehidupannya sendiri, di sini
sangat terasa akan perlunya suatu bimbingan wahyu.
Allah SWT mengutus para rasul dari jenis manusia manusia dan
dari kaumnya sendiri karena yang akan menjadi sasaran dakwahnya adalah
umat manusia. Firman Allah SWT :

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa


kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada
mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi
petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang
Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. ( Ibrahim : 4).

Oleh sebab itu, misi utama kerasulan Muhamad SAW adalah untuk
memberikan bimbingan pada umat manusia agar dalam mengembangkan
kebudayaanya

tidak

melepaskan

diri

dari

nilai-nilai

ketuhanan,

sebagaimana sabdanya :
Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia
Artinya Nabi Muhamad SAW mempunyai tugas pokok untuk
membimbing manusia agar mengembangkan kebudayaanya sesuai dengan
petunjuk Allah. Sebelum nabi diutus, bangsa arab sudah cukup berbudaya
tetapi budaya yang dikembangkannya terlepas dari nilai-nilai ketauhidan
yang bersifat universal. Landasan pengembangan kebudayaan mereka
adalah hawa nafsu.
2. Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam
Sendi perumusan prinsip-prinsip kebudayaan Islam antara lain:
1) Sumber segala sesuatu adalah Allah karena dari-Nya berasal semua
ciptaan.
2) Diembankan amanah khalifah kepada manusia.
3) Manusia diberi potensi yang lebih dibanding makhluk lainnya.
4) Ditundukkan ciptaan Allah yang lain kepada manusia, baik tanah, air,
angin, tumbuhan, dan hewan.
5) Dinyatakan bahwa semua fasilitas dan amanah tersebut akan diminta
pertanggung-jawabannya kelak.
Dengan berbagai kelebihan dan fasilitas yang diberikan oleh Allah
kepada manusia, beserta tanggung-jawab atas semua itu, manusia
melahirkan berbagai ide dan muncul keinginan untuk selalu berbuat dan
berkarya. Dan pada puncaknya, manusia akan menghasilkan apa yang
disebut dengan Kebudayaan.
Prinsip-prinsip yang diperlukan untuk menghasilkan kebudayaan
yang Islami antara lain:
1. Dibangun atas dasar nilai-nilai Illahiyah.
2. Munculnya sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan
manusia.

3. Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan alam


dan penghuninya.
4. Pengembangan ide, perbuatan, dan karya, dituntut sesuai kemampuan
maksimal manusia.
5. Keseimbangan individu, sosial, dan antara makhluk lain dengan alam
merupakan cita tertinggi dari kebudayaan sejarah Intelektual Islam.
Ada banyak faktor penyebab proses pertumbuhan peradaban Islam.
Namun secara garis besar dapat dibagi menjadi dua faktor penyebab
tumbuh berkembangnya peradaban Islam, hingga mencapai lingkup
mondial, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor pertama
(internal) berasal dari dalam norma-norma atau ajaran Islam sendiri.
Faktor kedua (eksternal) pada hakikanya merupakan implikasi dari faktor
pertama. Motivasi internal yang begitu kuat telah mengkristal dalam
kehidupan umat Islam sejalan dengan perkembangan sejarah, dan nilainilai atau norma-norma ajaran Islam menjiwai dalam setiap kehidupannya.
Tonggak-tonggak sejarah peradaban Islam, tak pernah lepas dari
sejarah intelektual Islam. Untuk memahami dengan baik perkembangan
tersebut,

idealnya

diperlukan

pemehaman

yang

memadaitentang

periodisasi sejarah perkembangan Islam. Dengan menggunakan teori yang


dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi perkembangannya,
sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan ke dalam tiga masa, yaitu:
masa klasik antara 650-1250 M, masa pertengahan antara tahun 1250-1800
M, dan masa modern antara tahun 1800 sampai sekarang.
Pada masa klasik, lahir ulama mahzab, seperti: Imam Hanafi,
Imam Hambali, Imam Syafii , dan Imam Maliki. Sejalan dengan itu lahir
pula filosof muslim pertama,Al-Kindi 801 M. Diantara pemikirannya, ia
berpendapat bahwa kaum Muslimin menerima filsafat sebagai bagian dari
kebudayaan Islam. Selain, Al-Kindi, pada abad itu lahir pula filosof besar
seperti: Al-Razi (865 M) dan Al-Farabi (870 M). keduanya dikenal sebagai
pembangun agung sistem filsafat. Pada abad berikutnya, lahir filosof
agung Ibn Miskawaih 930 M. Pemikirannya yang terkenal tentang
pendidikan akhlak. Kemudian Ibn Sina tahun 1037 M, Ibn Bajjah tahun
1138 M, Ibn Tufail tahun 1147 M,dan Ibn Rusyd tahun 1126 M.

Masa pertengahan dalam catatan sejarah pemikiran Islam masa


kini, merupakan fase kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari
umat Islam sehingga ada kecenderungan akal dipertentangkan dengan
wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan akhirat. Pengaruhnya masih ada
sampai

sekarang.

Sebagai

pemikir

muslim

kontemporer

sering

melontarkan tuduhan pada Al-Ghazali sebagai orang pertama yang


menjauhkan filsafat dari agama. Sebagaimana tertuang dalam tulisannya
Tahafut al-Falasifah (Kerancuan Filsafat). Tulisan Al-Ghazali dijawab
oleh Ibn Rusyd dengan tulisan Tahafut al-Tahafut (Kerancuan di atas
kerancuan).
2.2 Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam.
Masjid dapat diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan
aktivitas ibadah. Masjid adalah institusi pertama yang dibangun Rasulullah
SAW pada periode Madinah. Pendirian Masjid pertama pada tanggal 12
Rabiul Awwal tahun pertama Hijriah, yaitu Masjid Quba di Madinah.
Kemudian dilanjutkan dengan membangun masjid Nabawi.
Pada zaman rasulullah masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat
ibadah, tetapi juga digunakan sebagai tempat untuk mensucikan jiwa kaum
muslimin, mengajar Al-Quran dan Al hikmah, bermusyawarah tentang
berbagai

permasalahan

umat

hingga

masalah

upaya-upaya

untuk

meningkatkan kesejahteraan umat. Hal ini bertahan hingga 700 tahun sejak
nabi mendirikan masjid yang pertama, fungsi masjid dijadikan sebagai simbol
persatuan umat dan pusat peradaban serta peribadatan. Oleh karena itu pada
zaman sekarang ini kita seharusnya mengembalikan fungsi masjid seperti
pada zaman Rasulullah. Adapun beberapa potensi dari masjid yang bisa
dikembangkan adalah sebagai berikut :
1. Pusat Pendidikan dan Perekonomian Umat
Proses menuju ke arah pemberdayaan umat dimulai dengan pendidikan
dan pemberian pelatihan-pelatihan. Masjid seharusnya dapat dimanfaatkan
sebagai tempat berlangsungnya proses pemberdayaan tersebut, bahkan
sebagai pusat pembelajaran umat, baik dalam bentuk pengajian, pengkajian,

seminar dan diskusi maupun pelatihan-pelatihan keterampilan, dengan peserta


minimal jamaah disekitarnya. Sehingga umat islam bisa lebih maju dan
bersatu seperti zaman Rasulullah Muhammad SAW. Selain itu masjid bisa
mengambil alih peran sebagai koperasi yang membawa dampak positif bagi
umat di lingkungannya. Bila konsep koperasi digabungkan dengan konsep
perdagangan

ala

pusat-pusat

pembelanjaan

yang

diminati

karena

terjangkaunya harga barang, dan dikelola secara professional oleh dewan


pengurus maka masjid akan dapat memakmurkan jamaahnya. Sehingga
akhirnya jamaahnya pun akan memakmurkan masjidnya.
Contoh sukses masjid sebagai pusat pendidikan dan perekonomian
adalah masjid Al-Azhar di Mesir. Masjid ini merupakan pendiri universitas
Al-Azhar. Masjid ini mampu memberikan bea siswa bagi para pelajar dan
mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinan merupakan salah satu program
nyata masjid.
2. Pusat Penjaringan Potensi Umat
Masjid dengan jamaah yang selalu hadir hanya sekedar untuk
menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan,
ratusan bahkan ribuan orang jumlahnya. Dari berbagai macam usia, beraneka
profesi dan tingkat (strata) baik ekonomi maupun intelektual, bahkan sebagai
tempat berlangsungnya akulturasi budaya secara santun. Dan apabila kita bisa
menyatukan mereka semua maka umat islam pasti bisa lebih maju dan
berkembang daripada sekarang, karena permasalahan umat islam sekarang
adalah kurangnya persatuan umat.
3. Pusat Ke-Pustakaan
Perintah pertama Tuhan kepada Nabi Muhammad adalah "Membaca",
dan sudah sepatutnya kaum muslim gemar membaca dalam pengertian
konseptual maupun kontekstual. Maka dengan sendirinya hampir menjadi
suatu keharusan bila masjid memiliki perpustakaan sendiri yang berisikan
buku-buku tentang agama islam maupun ilmu pengetahuan.

Dilihat

dari

pertumbuhannya,

masjid

di

Indonesia

sangat

menggembirakan. Dari tahun ke tahun jumlah masjid kian bertambah. Tetapi


masjid di Indonesia fungsinya masih kurang optimal. Oleh karena itu
masyarakat dapat menyelenggarakan kegiatan masjid, yaitu :
1. Menyelenggarakan kajian-kajian keislaman yang teratur dan terarah
menuju pembentukan pribadi muslim, keluarga muslim, dan masyarakat
muslim.
2. Melaksanakan diskusi, seminar, atau lokakarya tentang masalah yang
actual.
3. Membuat data jamaah, dilihat dari segi usia, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, dll.
4. Mengefektifkan zakat, infaq, dan shadaqah, baik mengumpulkannya
maupun membagikannya.
5. Menyelenggarakan training keislaman bagi kalangan muda.
2.3 Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia.
Kebudayaan Islam merupakan suatu sistem yang memiliki sifat-sifat
ideal, sempurna, praktis, aktual, diakui keberadaannya dan senantiasa
diekspresikan. Sistem yang ideal berdasarkan pada hal-hal yang biasa terjadi
dan berkaitan dengan yang aktual. Sistem Islam menerapkan dan menjanjikan
perdamaian dan stabilitas dimanapun manusia berada, karena pada
hakikatnya manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT,
yang berbeda justru hanya terletak pada unsur-unsur keimanan dan
ketakwaannya saja.
Perkembangan kebudayaan Islam membutuhkan petunjuk wahyu
berupa firman-firman Allah SWT yang terdapat di dalam Al Quran, dan
diperlukan seorang pemimpin umat yaitu Rasulullah saw, serta bertujuan
hanya untuk beribadah kepada Allah semata-mata. Islam dalam hal ini,
bermanfaat untuk memberikan petunjuk kepada manusia dalam upaya agar
dapat menumbuhkembangkan akal budi, sehingga memperoleh kebudayaan
yang memenuhi aturan-aturan dan norma-norma agama.Perkembangan
kebudayaan yang didasari dengan nilai-nilai keagamaan; agama memiliki

fungsi yang demikian jelas. Maju dan mundurnya kehidupan umat manusia
itu, mengalami kemandegan, hal ini disebabkan adanya hal-hal yang terbatas,
dalam memecahkan berbagai macam persoalan dalam hidup dan kehidupan
manusia, maka dibutuhkan suatu petunjuk berupa wahyu Allah SWT.
Allah SWT memilih seorang Nabi dan Rasul dari manusia, sebab
yang akan menjadi bimbingannya adalah manusia juga, oleh karena itu tujuan
utama misi Muhammad Rasulullah saw adalah menjadi rahmat bagi seluruh
alam semesta. Islam sebagai suatu agama, secara sungguh-sungguh
mendorong manusia untuk berusaha melalui pribadi dan kelompoknya, agar
dapat menciptakan suatu keadaan yang lebih baik, sehingga menjadi suatu
kekuatan di dunia.Masyarakat merupakan ajang kebudayaan. Kebudayaan
ada dan terwujud karena adanya hubungan antara manusia yang satu dengan
lainnya, dalam hubungan tersebut timbullah cita-cita, perilaku, dan hasil
karya, kesemuanya ini mewujudkan kebudayaan. Tingkah laku perbuatan dan
hasil karya disebut amal. Takwa yang mempunyai sifat pasif menjadi aktif
dalam bentuk amal.
Kebudayaan timbul karena kesatuan sosial. Kesatuan sosial terwujud
dari hubungan antara manusia dengan manusia, hal ini merupakan
kesinambungan adanya hubungan tersebut yang melahirkan adanya hubungan
antara manusia dengan Tuhan. Hubungan antara manusia dengan Tuhan
menimbulkan sistem agama yang disebut dengan sistem ibadat, hubungan
manusia dengan diri sendiri menimbulkan sistem antropologi yang disebut
dengan sistem takwa, hubungan manusia dengan manusia lain dan alam
semesta menimbulkan sistem kebudayaan disebut dengan sistem muamalat,
kemudian menjadi wadah kebudayaan yaitu kebudayaan Islam. Islam bukan
saja agama, namun Islam juga kebudayaan, maka Islam adalah segala sesuatu
yang melingkupi semua kehidupan umat manusia; dengan demikian Islam
dapat dikategorikan sebagai way of life atau cara (sikap) hidup. Dengan kata
lain Islam adalah kesatuan kehidupan orang-orang Islam. Pusat kehidupan
orang-orang Islam adalah masjid, maka masjid merupakan pusat ibadat dan
kebudayaan Islam pada khususnya serta pusat kehidupan Islam pada
umumnya.

Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam


lahir dan berkembang dari negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia
tidak terlepas dari budaya Arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah Islam
ke Indonesia dirasakan sangat sulit membedakan mana ajaran Islam dan
mana budaya Arab. Masyarakat awam menyamakan antara perilaku yang
ditampilkan oleh orang arab dengan perilaku ajaran Islam. Seolah-olah apa
yang dilakukan oleh orang arab itu semua mencerminkan ajaran Islam,
bahkan hingga kini budaya arab masih melekat pada tradisi masyarakat
Indonesia.
Dalam perkembangan dakwah islam di Indonesia, para daI
mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan
oleh para wali ditanah jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam
mengemas

ajaran Islam

dengan

bahasa

budaya

setempat,

sehingga

masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi
tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai
islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan
mereka. Seperti dalam upacara-upacara adat dan dalam penggunaan bahasa
sehari-hari. Bahasa al-Quran/arab sudah banyak masuk kedalam bahasa
daerah bahkan kedalam bahasa Indonesia yang baku. Semua itu tanpa
disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari ajaran Islam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kebudayaan adalah upaya yang dilakukan umat manusia untuk
menghasilkan dan mengembangkan sesuatu, baik yang sudah ada maupun
yang belum ada agar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
2. Islam memandang kebudayaan sebagai suatu prose dan meletakannya
sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan Islam sendiri adalah hasil
olah akal, budi, cipta rasa, karsa, dan karya manusia yang berlandaskan
pada nilai-nilai tauhid. Sebagai agama, Islam merupakan sumber nilai,
yang memberikan inspirasi dan corak kebudayaan. Karena itu kebudayaan

Islam bukan kebudayaan yang diciptakan oleh orang Islam semata, tetapi
juga meliputi dari hasil pemikiran atau kegiatan non-Islam.
3. Prinsip-prinsip yang diperlukan untuk menghasilkan kebudayaan yang
Islami antara lain: 1) Dibangun atas dasar nilai-nilai Illahiyah. 2)
Munculnya sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan manusia. 3)
Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan alam dan
penghuninya. 4) Pengembangan ide, perbuatan, dan karya, dituntut sesuai
kemampuan maksimal manusia. 5) Keseimbangan individu, sosial, dan
antara makhluk lain dengan alam merupakan cita tertinggi dari
kebudayaan sejarah Intelektual Islam.
4. Masjid kebanyakan dipahami oleh umat Islam hanya sebagai tempat
shalat, padahal banyak fungsi-fungsi lain yang bermanfaat yang dapat
dilakukan dalam masjid. Masjid dapat digunakan sebagai pusat pendidikan
dan potensi umat, sebagai pusat perekonomian, dan sebagai perpustakaan.
5. Budaya Indonesia berasal dari suku bangsa yang sangat beragam, sehingga
banyak sekali perbedaan satu dengan lainnya. Islam yang dibawa oleh para
pedagang dari Arab menyebabkan menyatunya budaya Islam dengan
budaya daerah masing-masing. Tapi seiring dengan zaman yang semakin
modern membuat intelektual individu Islam di Indonesia meningkat
sehingga dapat mengintegrasikan budaya Islam dengan budaya daerahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen PAI. 2012. Buku Daras Pendidikan Agama Islam. Malang: Pusat
Pembinaan Agama (PAA) Universitas Brawijaya.
Wardiman Djojonegoro. 1996. Dalam Buku Daras Pendidikan Agama Islam.
Malang: Pusat Pembinaan Agama (PAA) Universitas Brawijaya.
Efendi. 2012. Kebudayaan dalam Islam. Di http://estehmak.blogspot.com/2013 /
05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html. Diakses tanggal 29 April
2015.
Oktario,Tino. 2010. Konsep Kebudayaaan Islam. Di http://tinooctario.blogspot
.com/2012/09/ kebudayaan-islam-tugas-kuliah.html. Diakses tanggal 29
April 2015

Anda mungkin juga menyukai