Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang sangat penting di dunia setelah
gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang sangat penting karena beras masih
digunakan sebagai makanan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia terutama Asia sampai
sekarang. Beras merupakan komoditas strategis di Indonesia karena beras mempunyai pengaruh
yang besar terhadap kestabilan ekonomi dan politik (Purnamaningsih, 2006).
Saat ini, Indonesia masih sering menghadapi masalah pangan seperti adanya alih fungsi
lahan pertanian menjadi kawasan industri dan pemukiman yang menyebabkan penurunan
produktivitas beras. Selain itu, perubahan musim yang tidak menentu juga dapat menyebabkan
produksi beras menurun sehingga pemerintah harus mengimpor beras untuk memenuhi keperluan
nasional. Kondisi ini diperburuk dengan adanya krisis ekonomi yang berdampak pada daya beli
petani terhadap sarana produksi terutama pupuk dan pestisida (Purnamaningsih, 2006).
Penyediaan bibit yang berkualitas dari segi produktivitas yang tinggi merupakan salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa depan.
Peningkatan produksi padi sebagai makanan pokok tetap merupakan tantangan utama di masa
depan (Aak, 1995). Bagi sebagian besar petani, varietas unggul tidak diragukan lagi peranannya
dalam meningkatkan produktivitas. Akan tetapi, keunggulan suatu varietas

Salah satu upaya peningkatan poduksi padi yang telah dilakukan yaitu program intensifikasi,

ekstensifikasi dan diversifikasi. Peningkatan produksi ini tidak lepas dari peran penggunaan pupuk

sebagai faktor produksi penting. Teknologi dibidang pemupukan merupakan salah satu faktor

penentu didalam upaya meningkatkan produksi padi. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan

teknologi di bidang pemupukan serta terjadinya perubahan status hara didalam tanah maka terkait

pemanfaatan pupuk hayati perlu dikaji. Seperti keterkaitan unsur hara nitrogen dengan azotobacter.
2

upaya meningkatkan produksi padi. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi

di bidang pemupukan serta terjadinya perubahan status hara didalam tanah maka terkait

pemanfaatan pupuk hayati perlu dikaji. Seperti keterkaitan unsur hara nitrogen dengan

azotobacter.

Hasil padi yang ditargetkan hanya bisa dicapai bila hara (nutrisi) yang diberikan

jumlahnya sesuai dan pemberiannya tepat waktu sehingga memenuhi kebutuhan tanaman

padi selama masa pertumbuhan (De Datta, 1989; Fairhurst et al. 2007). Efisiensi

penggunaan hara pupuk adalah bagian yang sangat penting dalam sistem usahatani padi

untuk menghasilkan efisiensi agronomi, peningkatan efisiensi ekonomis dan dampak

positif bagi kelestarian fungsi lingkungan.

Nitrogen merupakan salah satu unsur makro yang berperan penting sebagai

penyusun utama asam amino yang digunakan untuk sintesis peptida dan protein serta

berbagai komponen biologis, namun ketersediaan unsur nitrogen dalam tanah sering sangat

terbatas. Sumber nitrogen (N2) paling banyak terdapat di atmosfer, yaitu sekitar 78-80%.

Dalam bentuk N2, nitrogen tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman sehingga perlu

diubah terlebih dahulu menjadi nitrat atau amonium agar dapat tersedia bagi tanaman

(Handayanto dan Hairiah, 2007).

Azotobacter sp. merupakan bakteri non simbiotik yang mampu menambat N dari

udara. Azotobacter sp. yang bersifat aerobik dan mampu mengubah nitrogen (N2) dalam

atmosfer menjadi amoniak (NH4+) dan kemudian ammonia yang dihasilkan diubah menjadi

protein yang dibutuhkan tanaman. Pemanfaatan teknologi penambatan nitrogen dapat

menurunkan penggunaan urea sebagai


3
4

PEMBAHASAN

II

A. Syarat tumbuh
Pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan bukan merupakan faktor pembatas tanaman
padi, setiap tanaman mempunyai syarat tumbuh yang berbeda untuk dapat tumbuh dengan baik dan
mempunyai produktivitas yang tinggi. Begitu pula tanaman padi sawah. Seperti kita ketahui, jenis
tanaman padi sangat banyak, tetapi tanaman padi sawah mempunyai syarat tumbuh yang berbeda
dengan jenis padi yag tumbuh di ladang atau di sawah pasang surut.

1. Lokasi tanam. Sesuai dengan namanya, padi sawah, maka tanaman padi jenis ini harus di tanam
di sawah dengan ketinggian optimal 0 – 1500 meter diatas permukaan laut.

2. Kondisi tanah. Padi sawah ditanam di tanah berlumpur yag subur dengan ketebalan 18-22 cm.
Tanah yang cocok untuk areal persawahan adalah tanah berlempung yang berat atau tanah yang
memiliki lapisan keras 30 cm dibawah permukaan tanah sehingga air dapat tertampung
diatasnya dan menciptakan lumpur.

3. Iklim. Padi sawah dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, terutama di daerah dengan cuaca
panas, kelembaban tinggi dengan curah hujan 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Tanaman
padi dapat tumbuh baik pada suhu 23oC.

4. Intensitas cahaya matahari harus penuh sepanjang hari tanpa ada naungan.

5. pH tanah harus berkisar antara 4,0 – 7,0. pH tanah yang tinggi atau diatas 7,0 akan mengurangi
hasil produksi.

6. Angin akan berpengaruh terhadap proses penyerbukan bunga padi. Karena itu lokasi sawah harus
terbuka dan tidak terhalang sehingga angin dapat bertiup dengan bebas.

7. Air harus tersedia setiap saat mencukupi untuk mengenangi tanah persawahan. Kekurangan dan
kelebihan air akan dapat mengurangi hasil produksi. karena itu di perlukan saluran irigasi yang baik
untuk mengatur keluar masuknya air kedalam lahan persawahan yang akan di tanami padi sawah.
5

B. Varietas Unggul

Gunakan VUB (varietas unggul baru) yang mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk menjamin
pertumbuhan tanaman yang baik, hasil tinggi dan kualitas baik serta rasa nasi diterima pasar. Tanam
VUB secara bergantian untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit. Saat ini telah tersedia
berbagai varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah, mempunyai produktivitas
tinggi, dan sesuai permintaan konsumen. Sebagai Contohnya varietas unggul baru yang dapat
dikembangkan di Provinsi Aceh antara lain varietas Mekongga, Mira 1, Batang Gadis, Ciherang,
Cigeulis, Ciliwung, Cibogo, dan Bondoyudo.

Gambar 1. Varietas unggul padi sawah: Cibogo, Batang Gadis, Ciherang dan Mekongga

C. Benih Bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan vigor tinggi dan bersertifikat. Pemilihan benih bermutu
dilakukan dengan cara:
o Mer e n d a m b e n i h d a l a m l a r u t an ga r a m d e n g a n menggunakan indikator telur. Telur
diletakkan didasar air dan masukkan garam sampai telur mulai terangkat kepermukaan,
kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke dalam air garam, selanjutnya benih yang
mengambang dibuang.
6

Tabel 1. Varietas unggul padi sawah dan beberapa karakteristik Penting


Produktivitas Umur
Ketahanan terhadap Tekstur
Varietas (ton/ha) Tanaman
Hama dan penyakit Nasi
GKG (hari)
IR-64 5,0-6,0 110 -120 Tahan WCK biotipe 1, 2,
Pulen
agak tahan WCK biotipe 3
Ciherang 6,0-8,5 116 -125 Tahan WCK biotipe 2,
agak tahan WCK biotipe Pulen
3, dan tahan HDB
Ciliwung 5,0-6,0 117 - 125 Tahan WCK biotipe 1,2,
WH, ganjur. Tahan Tungro Pulen
dan HDB
Mekongga 6,0-8,4 116 -125 Agak tahan WCK biotipe
2, 3, Agak tahan HDB Pulen
biotipe strain IV

Cibogo 6,98-8,0 110 -125 Agak tahan WCK biotipe


1, Agak peka biotipe 2, 3 Pulen

Cigeulis 5,0-8,0 115 -125 Tahan WCK biotipe 2, 3,


dan HDB strain IV Pulen

Bondoyudo 6,0-8,4 110 -120 Tahan WCK clan tungro Pulen


Batang 6,0-7,6 97 -120 Tahan terhadap penyakit
Gadis blas daun dan blas leher
Pera
malai

Keterangan : WCK = Wereng Coklat; HDB = Hawar Daun Bakteri

o Dapat juga dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gr garam dapur dalam 1 It air) atau
larutan pupuk ZA (1 kg pupuk ZA dalam 2,7 It air), masukkan benih ke dalam larutan
garam atau pupuk ZA (Volume larutan 2 kali volume benih), kemudian diaduk-aduk dan
benih yang mengambang dibuang.
Keuntungan menggunakan benih bermutu:
1. Benih tumbuh cepat dan serempak
2. Jika disemaikan akan menghasilkan bibit yang tegar dan sehat
3. Pada saat ditanam pindah, bibit tumbuh lebih cepat
4. Jumlah tanaman optimum, sehingga akan memberikan hasil yang tinggi

D. Persemaian
Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan sebanyak ±20 kg. Benih
bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air bersih dan kemudian direndam dalam air selama 24 jam.
Selanjutnya diperam dalam karung selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan cara
membasahi karung dengan air. Untuk benih hibrida langsung direndam dalam air dan
selanjutnya diperam. Luas persemaian sebaiknya 400 m2/ha (4% dari luas tanam). Lebar
bedengan
7

pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi campuran pupuk kandang, serbuk kayu dan abu sebanyak 2 kg/m2.
Penambahan ini memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar bisa dikurangi. Antar
bedengan dibuat parit sedalam 25-30 cm.

Gambar 2. Pencabutan bibit dipersemaian basah

E. Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo

Proses bertani atau budidaya pertanian dalam hal tanam padi menjadi hal yang sangat
penting bagi kehidupan negara Indonesia, bagai mana tidak.. beras menjadi salahsatu produk yang
sangat penting, ini dikarenakan beras menjadi produk yang termasuk pada Sembilan bahan pokok.

Banyak hal yang mempengaruhi proses meningkatnya produksi padi, mulai dari penggunaan
bibit unggul, pemupukan yang tepat sasaran, pengairan yang tepat, pengendalian hama penyakit,
dan lain sebagainya. Pada saat ini ada cara yang bisa di tempuh oleh petani dalam proses
meningkatkan produksi padi salah satu yang bisa di pilih yaitu dengan Cara Tanam Padi dengan
Sistem Jajar Legowo

“Legowo” di ambil dari bahasa jawa yang berasal dari kata “Lego” yang berarti Luas dan “Dowo”
yang berarti panjang. Tujuan utama dari Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo yaitu
meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam dan memanipulasi lokasi dari
tanaman yang seolah-olah tanaman padi berada di pinggir (tanaman pinggir) atau seolah-olah
tanaman lebih banyak berada di pinggir.

Yang berdasarkan pengalaman, tanaman padi yang berada di pinggir akan menghasilkan produksi
padi lebih tinggi dan kualitas dari gabah yang lebih baik, ini dikarenakan tanaman padi di pinggir
akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak. Itulah sebabnya sistem jajar legowo menjadi
salah satu pilihan dalam proses meningkatkan produksi gabah.
8

Tipe sistem jajar Legowo

1. Jajar Legowo 2:1 – Setiap dua baris diselingi satu baris yang kosong dengan lebar dua kali
jarak tanam, dan pada jarak tanam dalam baris yang memanjang di perpendek menjadi
setengah jarak tanam dalam barisannya.
2. Jajar Legowo 3:1 – Setiap tiga baris tanaman padi di selingi dengan satu baris kosong
dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir
menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya
3. Jajar Legowo 4:1 – setiap empat baris tanaman padi diselingi dengan satu baris kosong
dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir
menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya

Berikut merupakan gambar dari Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo

Sistem Tanam Tegel

Disebut “Tegel” karena penempatan tanaman kelihatan seperti susun tegel rumahdimana jarak

sisinya sama misalnya 20 X 20 cm atau 25 X 25 cm. Untuk varietas padi yang memiliki jumlah anakan

relative sedikit atau pada lahan yang kurang subur bisa menggunakan jarak tanam yang lebih rapat 20

X 20 cm.

Sistem tegel
9

Keuntungan cara tanam jejer legowo :


 Rumpun tanaman yang berada pada bagian pinggir lebih banyak.
 Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong mas atau untuk
mina padi.
 Pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah.
 Pada tahap awal areal pertanaman lebih terang sehingga kurang disenangi tikus
 Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.
Sistem tanam tegel (20 x 20 cm, 22 x 22 cm, 25 x 25 cm), maupun sistem tebar benih
langsung, juga dapat digunakan dalam pendekatan PTT.
Tabel 2. Populasi tanaman per hektar pada berbagai jarak tanam

Populasi % terhadap
No Cara Tanam tanaman tiap populasi model
hektar tegel
1 Tegel 20 x 20 cm 250.000 100
2 Tegel 22 x 22 cm 206.661 100
3 Tegel 25 x 25 cm 160.000 100
4 Legowo 2:1 (10 x 20 cm) 333.333 133
5 Legowo 3:1 (10 x 20 cm) 375.000 150
6 Legowo 4:1 (10 x 20 cm) 400.000 160
7 Legowo 2:1 (12,5 x 25 cm) 213.000 133
8 Legowo 3:1 (12,5 x 25 cm) 240.000 150
9 Legowo 4:1 (12,5 x 25 cm) 256.000 160

Gambar 3. Cara tanam model jejer Legowo 2 : 1 dan 4:1


10

F. Pengairan Berselang
Pemberian air berselang (intermittent) adalah pengaturan kondisi sawah dalam kondisi kering
dan tergenang secara bergantian. Tujuan pengairan berselang adalah:
1. Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi, lebih luas
2. Memberi kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat
berkembang lebih dalam. Akar yang dalam dapat menyerap unsur hara dan air yang
lebih banyak.
3. Mencegah timbulnya keracunan besi.
4. Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat
perkembangan akar.
5. Mengaktifkan jasad renik ( mikroba tanah) yang bermanfaat.
6. Mengurangi kerebahan
7. Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan
gabah).
8. Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
9. Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
10. Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat
dan penggerek batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.
Cara pemberian air yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah diairi dengan tinggi
genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air. Pada hari ke-4 lahan sawah
diari kembali dengan tinggi genangan 3 cm. Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal.
Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus. Sejak 10 -15 hari
sebelum panen sampai saat panen tanah dikeringkan. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu
pergiliran pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air selama satu musim tanam kurang
mencukupi, pengairan bergilir dapat dilakukan dengan selang 5 hari. Pada sawah-sawah yang sulit
dikeringkan (drainase jelek), pengairan berselang tidak perlu dipraktekkan.

G. Pemupukan
Pemupukan berimbang, yaitu pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk
memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan
hara yang tersedia dalam tanah. Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman padi
membutuhkan hara N sekitar 17,5 kg, P sebanyak 3 kg clan K sebanyak 17 kg. Dengan demikian jika
kita ingin memperoleh hasil gabah tinggi, sudah barang tentu diperlukan pupuk yang lebih
banyak. Namun demikian tingkat hasil yang ditetapkan juga memperhatikan daya dukung lingkungan
setempat dengan melihat produktivitas padi pada tahun-tahun sebelumnya.
Agar efektif dan efisien, penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan
ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat
kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Nilai pembacaan BWD
digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai
dengan kondisi tanaman.

Pupuk awal N diberikan pada umur padi sebelum 14 hst ditentukan berdasarkan tingkat
kesuburan tanah. Takaran pupuk dasar N untuk padi varietas unggul baru sebanyak 5075 kg urea/ha,
sedangkan untuk padi tipe baru dengan takaran 100 kg urea/ha.
11

Gambar 4. Pengujian Bagan Warna Daun

Pembacaan BWD adalah sbb:


 Apabila warna daun berada pada skala 3 BWD, gunakan 75 kg urea/ha bila tingkat hasil 5
ton/ha GKG. Tambahkan 25 kg urea untuk kenaikan setiap kenaikan 1 ton/ha
 Apabila warna daun mendekati skala 4 BWD, gunakan 50 kg urea/ha bila tingkat hasil 5
ton/ha GKG. Tambahkan 25 kg urea untuk kenaikan setiap kenaikan 1 ton/ha.
 Apabila warna daun pada skala 4 BWD atau mendekati skala 5 BWD tanaman tidak
perlu dipupuk N bila tingkat hasil 5-6 ton/ha GKG. Tambahkan 50 kg/ha urea jika
tingkat hasil di atas 6 ton/ha.
Selanjutnya gunakan Tabel 3 untuk menyesuaikan kebutuhan pupuk N berdasar rata-rata
tingkat hasil.
Tabel 3. Takaran urea susulan yang diperlukan bila warns dawn di bawah nilai kritis (<4 BWD) berdasar
pengamatan tetap

Respon terhadap pupuk N

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi


Pembacaan BWD Rata-rata hasil (ton/ha GKG)
=5,0 =6,0 =7,0 =8,0
Takaran Urea yang digunakan (kg/ha)
BWD<3 75 100 125 150
BWD 3,5 50 75 100 125
BWD > 4 0 0-50 50 50

Cara pemberian pupuk N dilakukan dengan cara disebar merata di permukaan tanah. Pupuk
Urea merupakan pupuk yang mudah larut dalam air, sehingga pada saat pemupukan sebaiknya saluran
pemasukan dan pengeluaran air ditutup. Berdasarkan hasil penelitian, efisiensi pupuk N dapat
ditingkatkan dengan memasukan hara N ke dalam lapisan reduksi. Namun teknologi ini tidak mudah
diterapkan petani.
Pemupukan P dan K disesuaikan dengan hasil analisis status hara tanah dan kebutuhan tanaman.
Pengukuran status P dan K tanah dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu rendah (R), Sedang (S) dan
tinggi (T). Dari masing-masing kelas status P dan K tanah sawah telah dibuatkan acuan pemupukan
P (dalam bentuk SP-36) dan K (dalam bentuk KCI) yang dapat dilihat pads Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Acuan umum pemupukan fosfor pada tanaman padi sawah


12

Kelas status hara Kadar hara Dosis acuan


P tanah terekstrak pemupukan
HCI 25% (mg P (kg SP-36/ha)
P205/100g)
Rendah <20 100
Sedang 20-40 75
Tinggi >40 50

Tabel 5. Acuan umum pemupukan kalium pada tanaman padi sawah

Kelas status hara Kadar hara Dosis acuan


K tanah Terekstrak HCI 25% Pemupukan K( k g K C l / h a )
+ Jerami - Jerami
Rendah <20 50 100
Sedang 10-20 0 50
Tinggi >20 0 50
13

H. Penanganan dan Pasca panen

A. Penentuan Saat Panen

Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen padi.
Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan
mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan pengamatan
visual dan pengamatan teoritis.

1) Pengamatan Visual
Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan lahan
sawah. Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95 %
butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada
kondisi tersebut akan menghasilkan gabah ber-kualitas baik sehingga menghasil-kan rendemen
giling yang tinggi.

2) Pengamatan Teoritis
Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan mengukur kadar
air dengan moisture tester. Berdasar-kan deskripsi varietas padi, umur panen padi yang tepat adalah
30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau antara 135 sampai 145 hari setelah tanam.
Berdasarkan kadar air, umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23 %
pada musim kemarau, dan antara 24 – 26 % pada musim penghujan (Damardjati, 1974; Damardjati
et al,1981).

B. Pemanenan

Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan mesin
panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis, serta menerapkan
sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan
kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat
mencapai 9,52 % apabila pemanen padi dilakukan secara tidak tepat.

1) Umur Panen Padi


Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
(a) 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning.
(b) Malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga merata.
(c) Kadar air gabah 22 – 26 % yang diukur dengan moisture tester.

2) Alat dan Mesin Pemanen Padi


Pemanenan padi harus meng-gunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis,
kesehatan, ekonomis dan ergo-nomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus
sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen
padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi
telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan
baja yang sangat tajam dan terakhir telah diintroduksikan reaper, stripper dan combine harvester.
14

Berikut ini adalah cara-cara pemanen padi dengan menggunakan ani-ani, sabit biasa/bergerigi,
reaper dan stripper.
(a) Cara Pemanenan Padi dengan Ani-ani.
Ani-ani merupakan alat panen padi yang terbuat dari bambu diameter 10 – 20 mm, panjang ± 10
cm dan pisau baja tebal 1,5 – 3 mm. Ani-ani dianjurkan digunakan untuk memotong padi varietas
lokal yang berpostur tinggi. Pemanenan padi dengan ani-ani dilakukan dengan cara sebagai berikut
:

 Tekan mata pisau pada malai padi yang akan dipotong.


 Tempatkan malai diantara jari telunjuk dan jari manis tangan kanan.
 Dengan kedua jari tersebut tarik malai padi ke arah pisau, sehingga malai terpotong.
 Kumpulkan di tangan kiri atau masukkan kedalam keranjang.

(b) Cara Pemanen Padi dengan Sabit


Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2 jenis yaitu
sabit biasa dan sabit bergerigi. Sabit biasa/ bergerigi pada umumnya digunakan untuk memotong
padi varietas unggul baru yang berpostur pendek seperti IR-64 dan Cisadane. Penggunaan sabit
bergerigi sangat dianjurkan karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 % (Damardjati et al,
1989; Nugraha et al, 1990). Spesifikasi sabit bergerigi yaitu:

 Gagang terbuat dari kayu bulat diameter ± 2 cm dan panjang 15 cm.


 Mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi antara 12 – 16 gerigi
sepanjang 1 inci.

Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah dan potong
bawah tergantung cara perontokan. Pemotongan dengan cara potong bawah dilakukan bila
perontokan dengan cara
dibanting/digebot atau meng-gunakan pedal thresher. Pemotongan dengan cara potong atas atau
tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher.

Berikut ini cara panen padi dengan sabit biasa/bergerigi:

 Pegang rumpun padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi
tanaman.
 Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas tanaman (tergantung
cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga jerami terputus.

(c) Cara Pemanenan Padi dengan Reaper


Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip kerjanya mirip
dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan
menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau me-robohkan tanaman tersebut
15

kearah samping mesin reaper dan ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti
berbentuk sapu lidi ukuran besar.
Pada saat ini terdapat 3 jenis tipe mesin reaper yaitu reaper 3 row, reaper 4 row dan reaper 5 row.

Bagian komponen mesin reaper adalah sebagai berikut :

 Kerangka utama terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja dengan diameter
± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling, tuas pengatur ke-cepatan, tuas kopling pisau
pemotong yang merupakan kawat baja.
 Unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras
dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai dengan tenaga dan kecepatan
putar yang diinginkan.
 Unit pisau pemotong ter-letak dalam rangka pisau pemotong yang terbuat dari pipa besi,
besi strip, besi lembaran yang ukurannya bermacam-macam.
 Pisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau berbentuk segitiga yang panjangnya 120
cm.
 Unit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang.
 Motor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM.

Penggunaan reaper di-anjurkan pada daerah-daerah yang kekurangan tenaga kerja dan dioperasikan
di lahan dengan kondisi baik (tidak tergenang, tidak berlumpur dan tidak becek). Menurut hasil
penelitian, penggunaan reaper dapat menekan kehilangan hasil sebesar 6,1 %.

Berikut ini cara pengoperasian mesin reaper :

 Sebelum mengoperasikan mesin reaper, terlebih dahulu potong/panen padi dengan sabit
pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m sebagai tempat berputarnya
mesin reaper.
 Sebelum mesin dihidupkan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen.
Pemanenan dimulai dari sisi sebelah kanan petakan.
 Pemotongan dilakukan se-kaligus untuk 2 atau 4 baris tanaman dan akan terlempar satu
tertumpuk di sebelah kanan mesin tersebut.
 Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan.

(d) Cara Pemanenan padi dengan Reaper Binder


Reaper binder merupa-kan jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan cepat dan mengikat
tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar. Bagian komponen mesin
reaper binder adalah sebagai berikut :

 Kerangka utama yang terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja dengan
diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat
baja terserot.
16

 Unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras
dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai dengan reduksi tenaga dan
kecepatan putar yang diinginkan.
 Unit pisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau mata pisau berbentuk segitiga yang
panjangnya antara 40-60 cm.
 Pisau pengikat terbuat dari besi plat baja, kawat baja, dan besi bulat yang ukurannya
bermacam-macam.
 Unit pengikat ini dilengkapi dengan tali yang terbuat dari yute berbentuk gulungan.
 Unit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang.
 Motor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM.

Berikut ini cara pengoperasian mesin reaper binder :

 Sebelum mengoperasikan mesin pemanen, terlebih dahulu potong / panen padi dengan sabit
pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m sebagai tempat berputarnya
mesin stripper.
 Sebelum mesin dihidup-kan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen.
Pemanenan dilakukan mulai dari sisi sebelah kanan petakan.
 Pemotongan dilakukan sekaligus untuk 1 atau 2 baris tanaman sekaligus dan akan terlempar
ke sisi kanan alat, sebelum terlempar, batang jerami yang sudah terpotong diikat dengan tali
pengikat melalui mekanisme pengikat pada mesin tersebut.
 Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan.

C. Penumpukan dan Pengumpulan


Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah padi
dipanen. Ketidak-tepatan dalam penumpukan dan pe-ngumpulan padi dapat mengakibatkan
kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan
hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengangkutan padi menggunakan alas. Penggunaan
alas dan wadah pada saat penumpukan dan pengangkutan dapat menekan kehilangan hasil antara
0,94 – 2,36 %.

D. Perontokan
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan
pengum-pulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan
perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan
dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher.

1) Perontokan padi dengan pedal thresher


Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana dan digerakan meng-
gunakan tenaga manusia. Ke-lebihan alat ini dibandingkan dengan alat gebot adalah mampu
menghemat tenaga dan waktu, mudah diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja
75 – 100 kg per jam dan cukup
dioperasikan oleh 1 orang. Unit transmisi tenaga melalui rantai sepeda dan spocket yang prinsip
kerjanya sama seperti mesin jahit.
Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher :
17

(a) Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun.


(b) Putaran poros pemutar memutar silinder perontok.
(c) Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan dengan memukul gabah
yang menempel pada jerami sampai rontok.
(d) Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (men-jauh dari operator).

2) Perontokan padi dengan power thresher


Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak enjin.
Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja
lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.
Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher :

 Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin perontok tipe “throw
in” dimana semua bagian yang akan dirontok masuk ke dalam ruang perontok.
 Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual denngan alat atau
mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung
padi yang ada butirannya ditekankan kepada alat perontok.
 Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan yang diinginkan
untuk merontok padi
 Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-masukkan dari pintu pemasuk-
kan.
 Jerami akan berputarputar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan terbawa oleh gigi
perontok dan sirip pembwa menuju pintu pengeluaran jerami.
 Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok, sedang jerami
akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-eluaran jerami.
 Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan perontok akan jatuh ke
ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh kipas angin.
 Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang melalui pintu
pengeluaran kotoran ringan.
 Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan yang berlubang,
sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu pengeluaran padi bernas.

E. Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu
sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama. Kehilangan
hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan proses pengeringan dapat mencapai 2,13 %. Pada saat
ini cara pengeringan padi telah berkembang dari cara penjemuran menjadi pengering buatan.

1) Pengeringan Padi dengan Cara Penjemuran


Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan panas sinar
matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran, kehilangan butiran gabah, memudahkan
pengumpulan gabah dan meng-hasilkan penyebaran panas yang merata, maka penjemuran harus
dilakukan dengan menggunakan alas. Penggunaan alas untuk penjemuran telah berkembang dari
anyaman bambu kemudian menjadi lembaran plastik/terpal dan terakhir lantai dari semen/beton.

Berikut ini cara penjemuran gabah basah.


18

(a) Cara penjemuran dengan lantai jemur


Dari berbagai alas pen-jemuran tersebut, lantai dari semen merupakan alas penjemuran terbaik.
Permuka-an lantai dapat dibuat rata atau bergelombang. Lantai jemur rata pembuatannya lebih
mudah dan murah, namun tidak dapat mengalirkan air hujan secara cepat bahkan adakalanya
menyebabkan genangan air yang dapat merusakkan gabah. Lantai jemur bergelombang lebih di-
anjurkan, karena dapat meng-alirkan sisa air hujan dengan cepat. Berikut ini cara penjemuran
dengan lantai jemur :
Jemur gabah di atas lantai jemur dengan ketebalan 5 cm – 7 cm untuk musim kemarau dan 1 cm –
5 cm untuk musim penghujan.
Lakukan pembalikan setiap 1 – 2 jam atau 4 – 6 kali dalam sehari dengan menggunakan garuk dari
kayu.
Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam 14.00 – 17.00 dan tempering time jam
11.00 – jam 14.00.
Lakukan pengumpulan de-ngan garuk, sekop dan sapu.

(b) Cara penjemuran dengan alas terpal/plastik.


Alas terpal/plastik dapat juga dipakai untuk alas penjemuran. Beberapa keuntungan penggunaan
alas terpal/plastik adalah :

 Memudahkan pengumpulan untuk pengarungan gabah pada akhir penjemuran.


 Memudahkan penyelamatan gabah bila pada waktu penjemuran hujan turun secara tiba-tiba.
 Dapat mengurangi tenaga kerja buruh di lapangan.
 Berikut cara penjemuran dengan alas terpal/plastik :
 Jemur gabah di atas alas terpal/plastik dengan ke-tebalan 5 – 7 cm untuk musim kemarau
atau 1 – 5 cm untuk musim peng-hujan.
 Lakukan pembalikan secara teratur setiap 1 – 2 jam sekali atau 4 – 6 kali dalam sehari.
Pembalikan di-anjurkan tanpa mengguna-kan garuk karena dapat mengakibatkan alas sobek.
 Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam 14.00 – 17.00, dan tempering
time jam 11.00 – jam 14.00.
 Lakukan pengumpulan dengan cara langsung digulung.

2) Pengeringan Padi dengan Pengering Buatan

Pengeringan buatan merupakan alternatif cara pengeringan padi bila penjemuran dengan matahari
tidak dapat dilakukan. Secara garis besar pengeringan buatan dibagi atas 3 bentuk, yaitu tumpukan
datar (Flat Bed), Sirkulasi (Recirculation Batch) dan kontinyu (Continuous-Flow Dryer).

(a) Flat Bed Dryer


Flat Bed Dryer merupakan mesin pengering yang terdiri dari:

 Kotak pengering terbuat dari plat lembaran, ber-bentuk kotak persegi panjang dengan
ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada kira-kira bagian kotak terdapat sekat/lantai
yang berlubang terbuat dari
 plat baja lembaran, terbagi menjadi 2 ruangan, atas dan bawah.
19

 Blower/kipas dan kompor panas terletak di sebelah luar kotak pengering, dihubungkan
dengan cerobong.
 Kompor pemanas memakai bahan bakar minyak tanah.

Pengeringan dengan meng-gunakan Flat Bed Dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut :

 Padi yang akan dikeringkan di tempatkan pada kotak pengering.


 Api dari sumber panas akan dihembuskan ke bagian/ ruangan bawah dari kotak pegering
oleh blower yang digerakkan motor penggerak.
 Udara panas naik ke ruang atau kotak pengering yang berisi padi melalui sekat yang
berlubang.
 Udara panas akan me-nurunkan kadar air padi.

(b) Continuous Flow Dryer


Continuous Flow Dryer me-rupakan mesin pengering dengan bagian komponen mesin yeng terdiri
dari kotak pengering, komponen pemanas seperti kompor, kipas / blower, motor penggerak, dan
screw conveyor discharge. Ruangan plenum terletak di bagian tengah butiran padi yang akan
dikeringkan. Tingi kotak pengering 3 – 5 m. Bagian ini terbuat dari plat baja lembaran dan tebalnya
2 – 3 mm.
Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Cara kerja sama dengan drier lainnya, namun padi yang akan dikeringkan diaduk posisinya
oleh screw conveyor.
 Alat ini terdiri dari kotak pengering vertikal, pemanas dan dilengkapi dengan screw
conveyor dischange.
 Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada bagian atas kotak pengering. Udara pemanas
dihembuskan pada salah satu sisi kotak pengering dan keluar lewat sisi yang lain.
 Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada bagian bawah
“Screw Conveyor Dischange” yang terletak pada bagian bawah kotak pengering. Besarnya
kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.

F. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam
keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/ beras
dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, dan serangan serangga, binatang
mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah/beras. Cara penyimpanan gabah/beras
dapat dilakukan dengan :
(1) sistem curah,
yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman dari gangguan
hama maupun cuaca, dan (2) cara penyimpanan menggunakan kemasan/wadah seperti karung
plastik, karung goni, dan lain-lain.
1) Penyimpanan Gabah dengan Sistem Curah
20

Penyimpanan gabah dengan sistem curah dapat dilakukan dengan menggunakan silo. Silo
merupakan tempat menyimpan gabah/beras dengan kapasitas yang sangat besar. Bentuk dan bagian
komponen silo adalah sebagai berikut :
(a) Silo biasanya berbentuk silinder atau kotak segi-empat yang terbuat dari plat lembaran atau
papan.
(b) Silo dilengkapi dengan sistem aerasi, pengering dan elevator.
(c) Sistem aerasi terdiri dari kipas-kipas angin aksial dengan lubang saluran pemasukan dan
pengeluaran pada dinding silo.
(d) Pengering terdiri sumber pe-manas/kompor dan kipas peng-hembus.
(e) Elevator biasanya berbentuk mangkuk yang berjalan terbuat dari sabuk karet atau kulit serta plat
lembaran.
Penyimpanan gabah/beras de-ngan silo dilakukan dengan cara sebagai berkut :

 Gabah yang disimpan dialirkan melalui bagian atas silo dengan menggunakan elevator, dan
dicurahkan ke dalam silo.
 Ke dalam tumpukan gabah tersebut dialirkan udara panas yang dihasilkan oleh kompor
pemanas dan kipas yang terletak di bagian bawah silo.
 Kondisi gabah dipertahankan dengan mengatur suhu udara panas dan aerasi.

2) Penyimpanan Gabah dengan Kemasan/Wadah


Penyimpanan gabah dengan kemasan dapat dilakukan dengan menggunakan karung. Beberapa
aspek penting yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah dengan karung adalah :
(a) Karung harus dapat melindungi produk dari kerusakan dalam pengangkutan dan atau
penyimpanan.
(b) Karung tidak boleh meng-akibatkan kerusakan atau pen-cemaran oleh bahan kemasan dan tidak
membawa OPT.
(c) Karung harus kuat, dapat menahan beban tumpukan dan melindungi fisik dan tahan terhadap
goncangan serta dapat mempertahankan ke-seragaman. Karung harus diberi label berupa tulisan
yang dapat menjelaskan tentang produk yang dikemas.

G. Penggilingan
Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan gabah
meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan pe-nyimpanan.
Bagian komponen mesin penggiling terdiri dari :
1) Motor penggerak
2) Pengupas sekam biasanya dipakai tipe roll karet. Terdapat 2 buah roll karet yang berputar
berlawanan dengan kecepatan putar yang berbeda. Jarak antara 2 roll karet dapat diatur tergantung
jenis gabah yang akan dikupas, biasanya 2/3 besarnya gabah. Diameter kedua roll karet sama
bervariasi 300 – 500 mm dan lebar 120 – 500 mm.
3) Pemisah gabah mempunyai 3 tipe yaitu :
(a) separator tipe kompartmen, merupakan kotak oscilator terdiri dari 1, 2, 3 atau 4 lapis/dek.
(b) separator tipe dek, terdiri dari 3 sampai 7 rak dengan posisi miring, rak disusun dengan jarak 5
cm.
(c) Separator type saringan, terdiri dari ayakan saringan yang bergetar berjumlah 6 – 15 ayakan.
4) Penyosoh
(a) tipe mesin penyosoh yang dipakai untuk rice milling unit adalah tipe jet parlour.
21

(b) udara dialirkan melalui poros yang tipis dan lubang dari tabung.
(c) Dinding heksagonal yang berlubang membungkus tabung besi yang berputar. Jarak renggang
dinding heksagonal dan tabung besi dapat diatur dengan sekrup.
(d) Unit pembawa/conveyor.

Proses penggilingan gabah dilakukan dengan cara sebagai berikut:


1) Hidupkan mesin
2) Masukkan gabah yang akan dikupas ke dalam hoper melalui bagian atas kemudian masuk
diantara kedua rol karet.
3) Atur renggang rol.
4) Hasil pengupasan berkisar 90% beras pecah kulit dan 10% gabah, tergantung perbedaaan
kecepatan putaran rol. Sekam yang terkupas terpecah menjadi 2 dan utuh. Beras pecah kulit yang
dihasilkan tidak banyak yang retak sehingga bila disosoh akan memperoleh persentase beras kepala
yang relatif tinggi.

I. Pengendalian Gulma Secara Terpadu


Gulma dikendalikan dengan cara pengolahan tanah sempurna, mengatur air dipetakan sawah,
menggunakan benih padi bersertifikat, hanya menggunakan kompos sisa tanaman dan kompos pupuk
kandang, dan menggunakan herbisida apabila infestasi gulma sudah tinggi.
Pengendalian gulma secara manual dengan menggunakan kosrok (landak) sangat dianjurkan,
karena cara ini sinergis dengan pengelolaan lainnya. Pengendalian gulma secara manual hanya efektif
dilakukan apabila kondisi air di petakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air.

J. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu


Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang
memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu
mengganggu kesei mbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan
paduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring populasi
hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat lebih tepat.

Hama yang sering menyerang tanaman padi sawah adalah :


a. Keong Mas
Waktu kritis untuk pengendalian keong mas adalah pada saat 10 HST pindah, atau 21
HSS benih (semai basah). PHT pada keong mas dilakukan sepanjang pertanaman dengan
rincian sebagai berikut:
o Pratanam: Ambil keong mas dan musnahkan sebagai cara mekanis.
o Persemaian: Ambil keong mas dan musnahkan, sebar benih lebih banyak untuk sulaman
dan bersihkan saluran air dari tanaman air seperti kangkung.
o Stadia vegetatif: Tanam bibit yang agak tua (>21 hari) dan jumlah bibit lebih banyak,
keringkan sawah sampai 7 HST, tidak aplikasi herbisida sampai 7 HST, ambil keong mas
dan musnahkan, pasang saringan pada pemasukan air, umpan dengan menggunakan
daun talas dan pepaya, pasang ajir agar siput bertelur pada ajir, ambil dan musnahkan
telur siput pada tanaman dan aplikasikan pestisida anorganik dan nabati seperti
22

saponin dan rerak sebanyak 20-50 kg/ha sebelum tanam pada Caren.
o Stadia generatif dan setelah panen: Ambil keong mas dan musnahkan, dan gembalakan
itik setelah padi panen

b. Wereng Coklat
Wereng coklat menyukai pertanaman yang dipupuk nitrogen tinggi dengan jarak tanam rapat.
Ambang ekonomi hama ini adalah 15 ekor per rumpun. Siklus hidupnya 21-33 hari. Cara
pengendaliannya sbb:
 Gunakan varietas tahan wereng coklat, seperti: Ciherang, Kalimas, Bondoyudo,
Sintanur, dan Batang gadis.
 Berikan pupuk K untuk mengurangi kerusakan
 Monitor pertanaman paling lambat 2 minggu sekali.
 Bila populasi hama di bawah ambang ekonomi gunakan insektisida botani atau jamur
ento-mopatogenik (Metarhizium annisopliae atau Beauveria bassiana).
 Bila populasi hama di atas ambang ekonomi gunakan insektisida kimiawi yang
direkomendasi.

c. Penggerek batang
Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan penggerek batang adalah dari
pembibitan sampai pembentukan malai. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya
mengakibatkan anakan coati yang disebut sundep pada tanaman stadia vegetatif, dan beluk
(malai hampa) pada tanaman stadia generatif. Siklus hidupnya 40-70 hari. Ambang
ekonomi penggerek batang adalah 10% anakan terserang; 4 kelompok telur per rumpun (pada
fase bunting).
Bila populasi tinggi (di atas ambang ekonomi) aplikasikan insektisida. Bila genangan air
dangkal aplikasikan insektisida butiran seperti karbofuran dan fipronil, dan bila genangan air
tinggi aplikasikan insektisida cair seperti dimehipo, bensultap, amitraz dan fipronil.
d. Tikus
Pengendalian hama tikus terpadu (PHTT) didasarkan pada pemahaman ekologi jenis tikus,
dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus (berkelanjutan) dengan memanfaatkan teknologi
pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam
untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi.
Kegiatan tersebut meliputi gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System)
dan LTBS (tinier Trap Barrier System).
e. Walang Sangit
Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase
pemasa kan. Fase per t umbuhan tanaman padi yang rentan terhadap serangan walang sangit
a d a l a h d a r i k e l u a r n y a ma l a i s a m p a i mat ang s us u. K er usa kan yang
di t i mbul kan n ya men ye bab kan beras berubah warna dan mengapur, serta hampa. Cara
pengendaliannya adalah:
 Kendalikan gulma di sawah dan di sekitar pertanaman.
 Pupuk lahan secara merata agar pertumbuhan tanaman seragam.
 Tangkap walang sangit dengan menggunakan faring sebelum stadia
pembungaan.
 Umpan walang sangit dengan menggunakan ikan yang sudah busuk, daging
23

yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam.


 Apabila serangan suclang mencapai ambang ekonomi, lakukan
penyemprotan insektisida.
 Lakukan penyemprotan pada pagi sekali atau sore hari ketika walang sangit
berada di kanopi.

f. Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB)


Penyakit HDB disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campesti-is pv oryzae dengan gejala
penyakit berupa bercak berwarna kuning sampai putih berawal dari terbentuknya gari s lebam
ber ai r pada bagi an t epi daun. Cara pengendaliannya sebagai berikut :
 Gunakan varietas tahan seperti Conde dan Angke
 Gunakan pupuk nitrogen sesuai dengan kebutuhan tanaman
 Bersihkan tunggul-tunggul dan jerami-jerami yang terinfeksi
 Jarak tanam jangan terlalu rapat
 Gunakan benih atau bibit yang sehat.

Gambar 6. Tanaman padi terserang Hawar Daun Bakteri

e. Penyakit Blast
Blast dapat menginfeksi tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan. Gejala khas pada
daun yaitu bercak berbentuk belah ketupat – lebar ditengah dan meruncing di kedua ujungnya. Ukuran
bercak kira-kira 1-1,5 x 0,3-0,5 cm berkembang menjadi berwarna abu -abu pada bagian
tengahnya. Bila infeksi terjadi pada ruas batang dan leher malai (neck blast), akan merubah leher
malai yang terinfeksi menjadi kehitam-hitaman dan patah, mirip gejala beluk oleh penggerek batang.
Cara pengendaliannya adalah:
o Gunakan varietas tahan blast secara bergantian.
o Gunakan pupuk nitrogen sesuai anjuran.
o Upayakan waktu tanam yang tepat, agar waktu awal pembungaan tidak banyak
embun dan hujan terus menerus.
o Gunakan fungisida yang berbahan aktif metil tiofanat atau fosdifen dan kasugamisin.
o Perlakuan benih.
24

PENUTUP

III

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah di lahan sawah beririgasi

teknis pada musim rendeng adalah luas lahan dan benih sedangkan pada musim

gadu adalah luas lahan, pupuk urea, dan pupuk organic. Faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi padi sawah di lahan sawah beririgasi desa pada musim

rendeng adalah luas lahan, pupuk NPK, pupuk SP36 dan pupuk sedangkan pada

musim gadu adalah luas lahan, benih, pupuk urea, dan pupuk organik.

2. Rata-rata produktivitas dan pendapatan usahatani tertinggi pada penelitian ini

dihasilkan oleh petani responden yang melakukan kegiatan usahatani di lahan

sawah beririgasi teknis pada saat musim rendeng.

a) Rata-rata produktivitas teknis rendeng sebesar 4,7 kg/ha, teknis gadu sebesar

3,5 kg/ha, desa rendeng sebesar 2,7 kg/ha, dan desa gadu sebesar 1,9 kg/ha.

b) Rata-rata pendapatan usahatani (pendapatan atas biaya total) teknis rendeng

sebesar Rp 10.923.891,07/hektar; teknis gadu sebesar Rp

6.506.170,60/hektar; desa rendeng sebesar Rp 3.996.989,13/hektar; dan desa gadu

sebesar Rp 1.689.287,20/hektar.

Anda mungkin juga menyukai