A. Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang sangat penting di dunia setelah
gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang sangat penting karena beras masih
digunakan sebagai makanan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia terutama Asia sampai
sekarang. Beras merupakan komoditas strategis di Indonesia karena beras mempunyai pengaruh
yang besar terhadap kestabilan ekonomi dan politik (Purnamaningsih, 2006).
Saat ini, Indonesia masih sering menghadapi masalah pangan seperti adanya alih fungsi
lahan pertanian menjadi kawasan industri dan pemukiman yang menyebabkan penurunan
produktivitas beras. Selain itu, perubahan musim yang tidak menentu juga dapat menyebabkan
produksi beras menurun sehingga pemerintah harus mengimpor beras untuk memenuhi keperluan
nasional. Kondisi ini diperburuk dengan adanya krisis ekonomi yang berdampak pada daya beli
petani terhadap sarana produksi terutama pupuk dan pestisida (Purnamaningsih, 2006).
Penyediaan bibit yang berkualitas dari segi produktivitas yang tinggi merupakan salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa depan.
Peningkatan produksi padi sebagai makanan pokok tetap merupakan tantangan utama di masa
depan (Aak, 1995). Bagi sebagian besar petani, varietas unggul tidak diragukan lagi peranannya
dalam meningkatkan produktivitas. Akan tetapi, keunggulan suatu varietas
Salah satu upaya peningkatan poduksi padi yang telah dilakukan yaitu program intensifikasi,
ekstensifikasi dan diversifikasi. Peningkatan produksi ini tidak lepas dari peran penggunaan pupuk
sebagai faktor produksi penting. Teknologi dibidang pemupukan merupakan salah satu faktor
penentu didalam upaya meningkatkan produksi padi. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan
teknologi di bidang pemupukan serta terjadinya perubahan status hara didalam tanah maka terkait
pemanfaatan pupuk hayati perlu dikaji. Seperti keterkaitan unsur hara nitrogen dengan azotobacter.
2
upaya meningkatkan produksi padi. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi
di bidang pemupukan serta terjadinya perubahan status hara didalam tanah maka terkait
pemanfaatan pupuk hayati perlu dikaji. Seperti keterkaitan unsur hara nitrogen dengan
azotobacter.
Hasil padi yang ditargetkan hanya bisa dicapai bila hara (nutrisi) yang diberikan
jumlahnya sesuai dan pemberiannya tepat waktu sehingga memenuhi kebutuhan tanaman
padi selama masa pertumbuhan (De Datta, 1989; Fairhurst et al. 2007). Efisiensi
penggunaan hara pupuk adalah bagian yang sangat penting dalam sistem usahatani padi
Nitrogen merupakan salah satu unsur makro yang berperan penting sebagai
penyusun utama asam amino yang digunakan untuk sintesis peptida dan protein serta
berbagai komponen biologis, namun ketersediaan unsur nitrogen dalam tanah sering sangat
terbatas. Sumber nitrogen (N2) paling banyak terdapat di atmosfer, yaitu sekitar 78-80%.
Dalam bentuk N2, nitrogen tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman sehingga perlu
diubah terlebih dahulu menjadi nitrat atau amonium agar dapat tersedia bagi tanaman
Azotobacter sp. merupakan bakteri non simbiotik yang mampu menambat N dari
udara. Azotobacter sp. yang bersifat aerobik dan mampu mengubah nitrogen (N2) dalam
atmosfer menjadi amoniak (NH4+) dan kemudian ammonia yang dihasilkan diubah menjadi
PEMBAHASAN
II
A. Syarat tumbuh
Pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan bukan merupakan faktor pembatas tanaman
padi, setiap tanaman mempunyai syarat tumbuh yang berbeda untuk dapat tumbuh dengan baik dan
mempunyai produktivitas yang tinggi. Begitu pula tanaman padi sawah. Seperti kita ketahui, jenis
tanaman padi sangat banyak, tetapi tanaman padi sawah mempunyai syarat tumbuh yang berbeda
dengan jenis padi yag tumbuh di ladang atau di sawah pasang surut.
1. Lokasi tanam. Sesuai dengan namanya, padi sawah, maka tanaman padi jenis ini harus di tanam
di sawah dengan ketinggian optimal 0 – 1500 meter diatas permukaan laut.
2. Kondisi tanah. Padi sawah ditanam di tanah berlumpur yag subur dengan ketebalan 18-22 cm.
Tanah yang cocok untuk areal persawahan adalah tanah berlempung yang berat atau tanah yang
memiliki lapisan keras 30 cm dibawah permukaan tanah sehingga air dapat tertampung
diatasnya dan menciptakan lumpur.
3. Iklim. Padi sawah dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, terutama di daerah dengan cuaca
panas, kelembaban tinggi dengan curah hujan 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Tanaman
padi dapat tumbuh baik pada suhu 23oC.
4. Intensitas cahaya matahari harus penuh sepanjang hari tanpa ada naungan.
5. pH tanah harus berkisar antara 4,0 – 7,0. pH tanah yang tinggi atau diatas 7,0 akan mengurangi
hasil produksi.
6. Angin akan berpengaruh terhadap proses penyerbukan bunga padi. Karena itu lokasi sawah harus
terbuka dan tidak terhalang sehingga angin dapat bertiup dengan bebas.
7. Air harus tersedia setiap saat mencukupi untuk mengenangi tanah persawahan. Kekurangan dan
kelebihan air akan dapat mengurangi hasil produksi. karena itu di perlukan saluran irigasi yang baik
untuk mengatur keluar masuknya air kedalam lahan persawahan yang akan di tanami padi sawah.
5
B. Varietas Unggul
Gunakan VUB (varietas unggul baru) yang mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk menjamin
pertumbuhan tanaman yang baik, hasil tinggi dan kualitas baik serta rasa nasi diterima pasar. Tanam
VUB secara bergantian untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit. Saat ini telah tersedia
berbagai varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah, mempunyai produktivitas
tinggi, dan sesuai permintaan konsumen. Sebagai Contohnya varietas unggul baru yang dapat
dikembangkan di Provinsi Aceh antara lain varietas Mekongga, Mira 1, Batang Gadis, Ciherang,
Cigeulis, Ciliwung, Cibogo, dan Bondoyudo.
Gambar 1. Varietas unggul padi sawah: Cibogo, Batang Gadis, Ciherang dan Mekongga
C. Benih Bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan vigor tinggi dan bersertifikat. Pemilihan benih bermutu
dilakukan dengan cara:
o Mer e n d a m b e n i h d a l a m l a r u t an ga r a m d e n g a n menggunakan indikator telur. Telur
diletakkan didasar air dan masukkan garam sampai telur mulai terangkat kepermukaan,
kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke dalam air garam, selanjutnya benih yang
mengambang dibuang.
6
o Dapat juga dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gr garam dapur dalam 1 It air) atau
larutan pupuk ZA (1 kg pupuk ZA dalam 2,7 It air), masukkan benih ke dalam larutan
garam atau pupuk ZA (Volume larutan 2 kali volume benih), kemudian diaduk-aduk dan
benih yang mengambang dibuang.
Keuntungan menggunakan benih bermutu:
1. Benih tumbuh cepat dan serempak
2. Jika disemaikan akan menghasilkan bibit yang tegar dan sehat
3. Pada saat ditanam pindah, bibit tumbuh lebih cepat
4. Jumlah tanaman optimum, sehingga akan memberikan hasil yang tinggi
D. Persemaian
Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan sebanyak ±20 kg. Benih
bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air bersih dan kemudian direndam dalam air selama 24 jam.
Selanjutnya diperam dalam karung selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan cara
membasahi karung dengan air. Untuk benih hibrida langsung direndam dalam air dan
selanjutnya diperam. Luas persemaian sebaiknya 400 m2/ha (4% dari luas tanam). Lebar
bedengan
7
pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi campuran pupuk kandang, serbuk kayu dan abu sebanyak 2 kg/m2.
Penambahan ini memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar bisa dikurangi. Antar
bedengan dibuat parit sedalam 25-30 cm.
Proses bertani atau budidaya pertanian dalam hal tanam padi menjadi hal yang sangat
penting bagi kehidupan negara Indonesia, bagai mana tidak.. beras menjadi salahsatu produk yang
sangat penting, ini dikarenakan beras menjadi produk yang termasuk pada Sembilan bahan pokok.
Banyak hal yang mempengaruhi proses meningkatnya produksi padi, mulai dari penggunaan
bibit unggul, pemupukan yang tepat sasaran, pengairan yang tepat, pengendalian hama penyakit,
dan lain sebagainya. Pada saat ini ada cara yang bisa di tempuh oleh petani dalam proses
meningkatkan produksi padi salah satu yang bisa di pilih yaitu dengan Cara Tanam Padi dengan
Sistem Jajar Legowo
“Legowo” di ambil dari bahasa jawa yang berasal dari kata “Lego” yang berarti Luas dan “Dowo”
yang berarti panjang. Tujuan utama dari Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo yaitu
meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam dan memanipulasi lokasi dari
tanaman yang seolah-olah tanaman padi berada di pinggir (tanaman pinggir) atau seolah-olah
tanaman lebih banyak berada di pinggir.
Yang berdasarkan pengalaman, tanaman padi yang berada di pinggir akan menghasilkan produksi
padi lebih tinggi dan kualitas dari gabah yang lebih baik, ini dikarenakan tanaman padi di pinggir
akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak. Itulah sebabnya sistem jajar legowo menjadi
salah satu pilihan dalam proses meningkatkan produksi gabah.
8
1. Jajar Legowo 2:1 – Setiap dua baris diselingi satu baris yang kosong dengan lebar dua kali
jarak tanam, dan pada jarak tanam dalam baris yang memanjang di perpendek menjadi
setengah jarak tanam dalam barisannya.
2. Jajar Legowo 3:1 – Setiap tiga baris tanaman padi di selingi dengan satu baris kosong
dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir
menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya
3. Jajar Legowo 4:1 – setiap empat baris tanaman padi diselingi dengan satu baris kosong
dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir
menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya
Berikut merupakan gambar dari Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
Disebut “Tegel” karena penempatan tanaman kelihatan seperti susun tegel rumahdimana jarak
sisinya sama misalnya 20 X 20 cm atau 25 X 25 cm. Untuk varietas padi yang memiliki jumlah anakan
relative sedikit atau pada lahan yang kurang subur bisa menggunakan jarak tanam yang lebih rapat 20
X 20 cm.
Sistem tegel
9
Populasi % terhadap
No Cara Tanam tanaman tiap populasi model
hektar tegel
1 Tegel 20 x 20 cm 250.000 100
2 Tegel 22 x 22 cm 206.661 100
3 Tegel 25 x 25 cm 160.000 100
4 Legowo 2:1 (10 x 20 cm) 333.333 133
5 Legowo 3:1 (10 x 20 cm) 375.000 150
6 Legowo 4:1 (10 x 20 cm) 400.000 160
7 Legowo 2:1 (12,5 x 25 cm) 213.000 133
8 Legowo 3:1 (12,5 x 25 cm) 240.000 150
9 Legowo 4:1 (12,5 x 25 cm) 256.000 160
F. Pengairan Berselang
Pemberian air berselang (intermittent) adalah pengaturan kondisi sawah dalam kondisi kering
dan tergenang secara bergantian. Tujuan pengairan berselang adalah:
1. Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi, lebih luas
2. Memberi kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat
berkembang lebih dalam. Akar yang dalam dapat menyerap unsur hara dan air yang
lebih banyak.
3. Mencegah timbulnya keracunan besi.
4. Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat
perkembangan akar.
5. Mengaktifkan jasad renik ( mikroba tanah) yang bermanfaat.
6. Mengurangi kerebahan
7. Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan
gabah).
8. Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
9. Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
10. Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat
dan penggerek batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.
Cara pemberian air yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah diairi dengan tinggi
genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air. Pada hari ke-4 lahan sawah
diari kembali dengan tinggi genangan 3 cm. Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal.
Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus. Sejak 10 -15 hari
sebelum panen sampai saat panen tanah dikeringkan. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu
pergiliran pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air selama satu musim tanam kurang
mencukupi, pengairan bergilir dapat dilakukan dengan selang 5 hari. Pada sawah-sawah yang sulit
dikeringkan (drainase jelek), pengairan berselang tidak perlu dipraktekkan.
G. Pemupukan
Pemupukan berimbang, yaitu pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk
memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan
hara yang tersedia dalam tanah. Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman padi
membutuhkan hara N sekitar 17,5 kg, P sebanyak 3 kg clan K sebanyak 17 kg. Dengan demikian jika
kita ingin memperoleh hasil gabah tinggi, sudah barang tentu diperlukan pupuk yang lebih
banyak. Namun demikian tingkat hasil yang ditetapkan juga memperhatikan daya dukung lingkungan
setempat dengan melihat produktivitas padi pada tahun-tahun sebelumnya.
Agar efektif dan efisien, penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan
ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat
kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Nilai pembacaan BWD
digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai
dengan kondisi tanaman.
Pupuk awal N diberikan pada umur padi sebelum 14 hst ditentukan berdasarkan tingkat
kesuburan tanah. Takaran pupuk dasar N untuk padi varietas unggul baru sebanyak 5075 kg urea/ha,
sedangkan untuk padi tipe baru dengan takaran 100 kg urea/ha.
11
Cara pemberian pupuk N dilakukan dengan cara disebar merata di permukaan tanah. Pupuk
Urea merupakan pupuk yang mudah larut dalam air, sehingga pada saat pemupukan sebaiknya saluran
pemasukan dan pengeluaran air ditutup. Berdasarkan hasil penelitian, efisiensi pupuk N dapat
ditingkatkan dengan memasukan hara N ke dalam lapisan reduksi. Namun teknologi ini tidak mudah
diterapkan petani.
Pemupukan P dan K disesuaikan dengan hasil analisis status hara tanah dan kebutuhan tanaman.
Pengukuran status P dan K tanah dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu rendah (R), Sedang (S) dan
tinggi (T). Dari masing-masing kelas status P dan K tanah sawah telah dibuatkan acuan pemupukan
P (dalam bentuk SP-36) dan K (dalam bentuk KCI) yang dapat dilihat pads Tabel 4 dan Tabel 5.
Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen padi.
Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan
mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan pengamatan
visual dan pengamatan teoritis.
1) Pengamatan Visual
Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan lahan
sawah. Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95 %
butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada
kondisi tersebut akan menghasilkan gabah ber-kualitas baik sehingga menghasil-kan rendemen
giling yang tinggi.
2) Pengamatan Teoritis
Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan mengukur kadar
air dengan moisture tester. Berdasar-kan deskripsi varietas padi, umur panen padi yang tepat adalah
30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau antara 135 sampai 145 hari setelah tanam.
Berdasarkan kadar air, umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23 %
pada musim kemarau, dan antara 24 – 26 % pada musim penghujan (Damardjati, 1974; Damardjati
et al,1981).
B. Pemanenan
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan mesin
panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis, serta menerapkan
sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan
kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat
mencapai 9,52 % apabila pemanen padi dilakukan secara tidak tepat.
Berikut ini adalah cara-cara pemanen padi dengan menggunakan ani-ani, sabit biasa/bergerigi,
reaper dan stripper.
(a) Cara Pemanenan Padi dengan Ani-ani.
Ani-ani merupakan alat panen padi yang terbuat dari bambu diameter 10 – 20 mm, panjang ± 10
cm dan pisau baja tebal 1,5 – 3 mm. Ani-ani dianjurkan digunakan untuk memotong padi varietas
lokal yang berpostur tinggi. Pemanenan padi dengan ani-ani dilakukan dengan cara sebagai berikut
:
Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah dan potong
bawah tergantung cara perontokan. Pemotongan dengan cara potong bawah dilakukan bila
perontokan dengan cara
dibanting/digebot atau meng-gunakan pedal thresher. Pemotongan dengan cara potong atas atau
tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher.
Pegang rumpun padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi
tanaman.
Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas tanaman (tergantung
cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga jerami terputus.
kearah samping mesin reaper dan ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti
berbentuk sapu lidi ukuran besar.
Pada saat ini terdapat 3 jenis tipe mesin reaper yaitu reaper 3 row, reaper 4 row dan reaper 5 row.
Kerangka utama terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja dengan diameter
± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling, tuas pengatur ke-cepatan, tuas kopling pisau
pemotong yang merupakan kawat baja.
Unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras
dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai dengan tenaga dan kecepatan
putar yang diinginkan.
Unit pisau pemotong ter-letak dalam rangka pisau pemotong yang terbuat dari pipa besi,
besi strip, besi lembaran yang ukurannya bermacam-macam.
Pisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau berbentuk segitiga yang panjangnya 120
cm.
Unit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang.
Motor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM.
Penggunaan reaper di-anjurkan pada daerah-daerah yang kekurangan tenaga kerja dan dioperasikan
di lahan dengan kondisi baik (tidak tergenang, tidak berlumpur dan tidak becek). Menurut hasil
penelitian, penggunaan reaper dapat menekan kehilangan hasil sebesar 6,1 %.
Sebelum mengoperasikan mesin reaper, terlebih dahulu potong/panen padi dengan sabit
pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m sebagai tempat berputarnya
mesin reaper.
Sebelum mesin dihidupkan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen.
Pemanenan dimulai dari sisi sebelah kanan petakan.
Pemotongan dilakukan se-kaligus untuk 2 atau 4 baris tanaman dan akan terlempar satu
tertumpuk di sebelah kanan mesin tersebut.
Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan.
Kerangka utama yang terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja dengan
diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat
baja terserot.
16
Unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras
dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai dengan reduksi tenaga dan
kecepatan putar yang diinginkan.
Unit pisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau mata pisau berbentuk segitiga yang
panjangnya antara 40-60 cm.
Pisau pengikat terbuat dari besi plat baja, kawat baja, dan besi bulat yang ukurannya
bermacam-macam.
Unit pengikat ini dilengkapi dengan tali yang terbuat dari yute berbentuk gulungan.
Unit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang.
Motor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM.
Sebelum mengoperasikan mesin pemanen, terlebih dahulu potong / panen padi dengan sabit
pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m sebagai tempat berputarnya
mesin stripper.
Sebelum mesin dihidup-kan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen.
Pemanenan dilakukan mulai dari sisi sebelah kanan petakan.
Pemotongan dilakukan sekaligus untuk 1 atau 2 baris tanaman sekaligus dan akan terlempar
ke sisi kanan alat, sebelum terlempar, batang jerami yang sudah terpotong diikat dengan tali
pengikat melalui mekanisme pengikat pada mesin tersebut.
Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan.
D. Perontokan
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan
pengum-pulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan
perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan
dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher.
Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin perontok tipe “throw
in” dimana semua bagian yang akan dirontok masuk ke dalam ruang perontok.
Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual denngan alat atau
mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung
padi yang ada butirannya ditekankan kepada alat perontok.
Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan yang diinginkan
untuk merontok padi
Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-masukkan dari pintu pemasuk-
kan.
Jerami akan berputarputar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan terbawa oleh gigi
perontok dan sirip pembwa menuju pintu pengeluaran jerami.
Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok, sedang jerami
akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-eluaran jerami.
Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan perontok akan jatuh ke
ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh kipas angin.
Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang melalui pintu
pengeluaran kotoran ringan.
Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan yang berlubang,
sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu pengeluaran padi bernas.
E. Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu
sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama. Kehilangan
hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan proses pengeringan dapat mencapai 2,13 %. Pada saat
ini cara pengeringan padi telah berkembang dari cara penjemuran menjadi pengering buatan.
Pengeringan buatan merupakan alternatif cara pengeringan padi bila penjemuran dengan matahari
tidak dapat dilakukan. Secara garis besar pengeringan buatan dibagi atas 3 bentuk, yaitu tumpukan
datar (Flat Bed), Sirkulasi (Recirculation Batch) dan kontinyu (Continuous-Flow Dryer).
Kotak pengering terbuat dari plat lembaran, ber-bentuk kotak persegi panjang dengan
ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada kira-kira bagian kotak terdapat sekat/lantai
yang berlubang terbuat dari
plat baja lembaran, terbagi menjadi 2 ruangan, atas dan bawah.
19
Blower/kipas dan kompor panas terletak di sebelah luar kotak pengering, dihubungkan
dengan cerobong.
Kompor pemanas memakai bahan bakar minyak tanah.
Pengeringan dengan meng-gunakan Flat Bed Dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Cara kerja sama dengan drier lainnya, namun padi yang akan dikeringkan diaduk posisinya
oleh screw conveyor.
Alat ini terdiri dari kotak pengering vertikal, pemanas dan dilengkapi dengan screw
conveyor dischange.
Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada bagian atas kotak pengering. Udara pemanas
dihembuskan pada salah satu sisi kotak pengering dan keluar lewat sisi yang lain.
Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada bagian bawah
“Screw Conveyor Dischange” yang terletak pada bagian bawah kotak pengering. Besarnya
kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.
F. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam
keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/ beras
dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, dan serangan serangga, binatang
mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah/beras. Cara penyimpanan gabah/beras
dapat dilakukan dengan :
(1) sistem curah,
yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman dari gangguan
hama maupun cuaca, dan (2) cara penyimpanan menggunakan kemasan/wadah seperti karung
plastik, karung goni, dan lain-lain.
1) Penyimpanan Gabah dengan Sistem Curah
20
Penyimpanan gabah dengan sistem curah dapat dilakukan dengan menggunakan silo. Silo
merupakan tempat menyimpan gabah/beras dengan kapasitas yang sangat besar. Bentuk dan bagian
komponen silo adalah sebagai berikut :
(a) Silo biasanya berbentuk silinder atau kotak segi-empat yang terbuat dari plat lembaran atau
papan.
(b) Silo dilengkapi dengan sistem aerasi, pengering dan elevator.
(c) Sistem aerasi terdiri dari kipas-kipas angin aksial dengan lubang saluran pemasukan dan
pengeluaran pada dinding silo.
(d) Pengering terdiri sumber pe-manas/kompor dan kipas peng-hembus.
(e) Elevator biasanya berbentuk mangkuk yang berjalan terbuat dari sabuk karet atau kulit serta plat
lembaran.
Penyimpanan gabah/beras de-ngan silo dilakukan dengan cara sebagai berkut :
Gabah yang disimpan dialirkan melalui bagian atas silo dengan menggunakan elevator, dan
dicurahkan ke dalam silo.
Ke dalam tumpukan gabah tersebut dialirkan udara panas yang dihasilkan oleh kompor
pemanas dan kipas yang terletak di bagian bawah silo.
Kondisi gabah dipertahankan dengan mengatur suhu udara panas dan aerasi.
G. Penggilingan
Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan gabah
meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan pe-nyimpanan.
Bagian komponen mesin penggiling terdiri dari :
1) Motor penggerak
2) Pengupas sekam biasanya dipakai tipe roll karet. Terdapat 2 buah roll karet yang berputar
berlawanan dengan kecepatan putar yang berbeda. Jarak antara 2 roll karet dapat diatur tergantung
jenis gabah yang akan dikupas, biasanya 2/3 besarnya gabah. Diameter kedua roll karet sama
bervariasi 300 – 500 mm dan lebar 120 – 500 mm.
3) Pemisah gabah mempunyai 3 tipe yaitu :
(a) separator tipe kompartmen, merupakan kotak oscilator terdiri dari 1, 2, 3 atau 4 lapis/dek.
(b) separator tipe dek, terdiri dari 3 sampai 7 rak dengan posisi miring, rak disusun dengan jarak 5
cm.
(c) Separator type saringan, terdiri dari ayakan saringan yang bergetar berjumlah 6 – 15 ayakan.
4) Penyosoh
(a) tipe mesin penyosoh yang dipakai untuk rice milling unit adalah tipe jet parlour.
21
(b) udara dialirkan melalui poros yang tipis dan lubang dari tabung.
(c) Dinding heksagonal yang berlubang membungkus tabung besi yang berputar. Jarak renggang
dinding heksagonal dan tabung besi dapat diatur dengan sekrup.
(d) Unit pembawa/conveyor.
saponin dan rerak sebanyak 20-50 kg/ha sebelum tanam pada Caren.
o Stadia generatif dan setelah panen: Ambil keong mas dan musnahkan, dan gembalakan
itik setelah padi panen
b. Wereng Coklat
Wereng coklat menyukai pertanaman yang dipupuk nitrogen tinggi dengan jarak tanam rapat.
Ambang ekonomi hama ini adalah 15 ekor per rumpun. Siklus hidupnya 21-33 hari. Cara
pengendaliannya sbb:
Gunakan varietas tahan wereng coklat, seperti: Ciherang, Kalimas, Bondoyudo,
Sintanur, dan Batang gadis.
Berikan pupuk K untuk mengurangi kerusakan
Monitor pertanaman paling lambat 2 minggu sekali.
Bila populasi hama di bawah ambang ekonomi gunakan insektisida botani atau jamur
ento-mopatogenik (Metarhizium annisopliae atau Beauveria bassiana).
Bila populasi hama di atas ambang ekonomi gunakan insektisida kimiawi yang
direkomendasi.
c. Penggerek batang
Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan penggerek batang adalah dari
pembibitan sampai pembentukan malai. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya
mengakibatkan anakan coati yang disebut sundep pada tanaman stadia vegetatif, dan beluk
(malai hampa) pada tanaman stadia generatif. Siklus hidupnya 40-70 hari. Ambang
ekonomi penggerek batang adalah 10% anakan terserang; 4 kelompok telur per rumpun (pada
fase bunting).
Bila populasi tinggi (di atas ambang ekonomi) aplikasikan insektisida. Bila genangan air
dangkal aplikasikan insektisida butiran seperti karbofuran dan fipronil, dan bila genangan air
tinggi aplikasikan insektisida cair seperti dimehipo, bensultap, amitraz dan fipronil.
d. Tikus
Pengendalian hama tikus terpadu (PHTT) didasarkan pada pemahaman ekologi jenis tikus,
dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus (berkelanjutan) dengan memanfaatkan teknologi
pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam
untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi.
Kegiatan tersebut meliputi gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System)
dan LTBS (tinier Trap Barrier System).
e. Walang Sangit
Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase
pemasa kan. Fase per t umbuhan tanaman padi yang rentan terhadap serangan walang sangit
a d a l a h d a r i k e l u a r n y a ma l a i s a m p a i mat ang s us u. K er usa kan yang
di t i mbul kan n ya men ye bab kan beras berubah warna dan mengapur, serta hampa. Cara
pengendaliannya adalah:
Kendalikan gulma di sawah dan di sekitar pertanaman.
Pupuk lahan secara merata agar pertumbuhan tanaman seragam.
Tangkap walang sangit dengan menggunakan faring sebelum stadia
pembungaan.
Umpan walang sangit dengan menggunakan ikan yang sudah busuk, daging
23
e. Penyakit Blast
Blast dapat menginfeksi tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan. Gejala khas pada
daun yaitu bercak berbentuk belah ketupat – lebar ditengah dan meruncing di kedua ujungnya. Ukuran
bercak kira-kira 1-1,5 x 0,3-0,5 cm berkembang menjadi berwarna abu -abu pada bagian
tengahnya. Bila infeksi terjadi pada ruas batang dan leher malai (neck blast), akan merubah leher
malai yang terinfeksi menjadi kehitam-hitaman dan patah, mirip gejala beluk oleh penggerek batang.
Cara pengendaliannya adalah:
o Gunakan varietas tahan blast secara bergantian.
o Gunakan pupuk nitrogen sesuai anjuran.
o Upayakan waktu tanam yang tepat, agar waktu awal pembungaan tidak banyak
embun dan hujan terus menerus.
o Gunakan fungisida yang berbahan aktif metil tiofanat atau fosdifen dan kasugamisin.
o Perlakuan benih.
24
PENUTUP
III
A. Kesimpulan
teknis pada musim rendeng adalah luas lahan dan benih sedangkan pada musim
gadu adalah luas lahan, pupuk urea, dan pupuk organic. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi padi sawah di lahan sawah beririgasi desa pada musim
rendeng adalah luas lahan, pupuk NPK, pupuk SP36 dan pupuk sedangkan pada
musim gadu adalah luas lahan, benih, pupuk urea, dan pupuk organik.
a) Rata-rata produktivitas teknis rendeng sebesar 4,7 kg/ha, teknis gadu sebesar
3,5 kg/ha, desa rendeng sebesar 2,7 kg/ha, dan desa gadu sebesar 1,9 kg/ha.
sebesar Rp 1.689.287,20/hektar.