Anda di halaman 1dari 9

Pertumbuhan Biji Dendrobium capra secara in vitro

PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN BAP TERHADAP


PERTUMBUHAN BIJI Dendrobium capra J.J. Smith SECARA IN VITRO

LIZA FEBBY KURNIANTI


Program Studi Biologi, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Raya ITS, Sukolilo-Surabaya 10111
Email : kurnianti.liza@gmail.com

ABSTRACT
The research aims to investigate the effect of the combination of concentrations NAA and BAP
on the percentage of Dendrobium capra. The seeds were grown on ½ MS medium with combination
treatments of plant growth regulators NAA (0.1: 0.2: 0.3: 0.4, 0.5 ppm) and BAP (0.1; 0.3, 0.5 ppm ). The
results showed that the percentage of seed germination ranges from 3.75% - 18.79%. The percentage of
seed germination on 0,4 NAA dan 0,1 BAP was 18.79% while the percentage of seed germination on
medium without plant growth regulator (control) that was 3.75%. ANOVA test showed that the
combination concentrations of PGR of NAA and BAP did not significantly affect the germination of D.
capra. The research of this study focuses on optimizing the growth and development of seed Dendrobium
capra J.J. Smith with the influence of a combination of NAA and BAP as well as to support the
conservation of rare orchids in particular D. capra J.J. Smith.

The key words: NAA, BAP, protocorm, persentase growing of seed, Dendrobium capra and
conservation

PENDAHULUAN ini masih banyak terjadi, akan mengancam


Anggrek merupakan tanaman hias yang kelestarian anggrek alam yang ada. Kondisi
mempunyai nilai estetika tinggi dengan bentuk tersebut bila dibiarkan terus, maka tidak
dan warna bunga anggrek serta karakteristik mustahil anggrek alam Indonesia lambat laun
unik lainnya menjadi daya tarik tersendiri untuk akan punah. Hal ini juga dipertegas oleh Cribb
mengkoleksi anggrek sebagai tanaman hias (2003) dalam Hendriyani (2007) bahwa tingkat
(Yulia dan Ruseani, 2008). Menurut Comber kepunahan anggrek semakin cepat dengan
(1990) keanekaragaman anggrek di Pulau Jawa terjadinya kerusakan habitat, penurunan kualitas
tercatat sebanyak 1.327 jenis. Dari jumlah yang lingkungan dan perubahan fungsi alam.
dilaporkan, 642 jenis tumbuh di Jawa Barat, 295 Upaya konservasi perlu dilakukan untuk
jenis tumbuh di Jawa Tengah dan 390 jenis menyelamatkan anggrek langka ini dari
tumbuh di Jawa Timur. Salah satu jenis anggrek kepunahan. Salah satu upaya konservasi anggrek
alam endemic Jawa Timur adalah Dendrobium ini adalah dengan propagasi anggrek melalui
capra J.J. Smith. Berdasarkan laporan Comber kultur biji secara in vitro. Mengingat satu kapsul
(1990) keberadaan D. capra J.J. Smith di Jawa buah anggrek mengandung jutaan biji (Dutta S.,
Timur ditemukan di kaki gunung Penanggungan, et al, 2011), dimana ukuran biji yang sangat
Pandaan dan di Gunung Lamongan Kraksaan, kecil dan ringan atau yang dikenal dengan
Probolinggo. sebutan “Dust Seed” tidak memiliki endosperm
Berdasarkan daftar CITES (Convention (cadangan makanan), maka untuk
on International Trade in Endangered Species of pertumbuhannya dibutuhkan nutrisi tambahan
Wild Fauna and Flora) Apendiks II dan hasil (Amilah dan Yuni, 2006) melalui media kultur.
workshop di Kebun Raya Bogor pada tanggal 2- Kultur biji merupakan salah satu aplikasi yang
3 juni 2009 (Risna et al, 2010), D. capra sering digunakan untuk konservasi anggrek
merupakan salah satu jenis anggrek yang masuk langka dan taksa punah (Pedroza-Manrique et
dalam daftar jenis tanaman anggrek langka yang al., 2005; Stewart and Kane, 2006; Deb and
mendapatkan prioritas konservasi berdasarkan Temjensangba, 2006).
tingkat keterancamannya di alam. Hal ini Kultur biji secara in vitro telah
disebabkan tingkat permintaan yang tinggi dilakukan pada beberapa spesies anggrek pada
sehingga banyak kolektor dan pebisnis tanaman beberapa jenis media dengan garam mineral dan
hias melakukan eksploitasi langsung dari habitat zat pengatur tumbuh untuk perkecambahan dan
aslinya secara besar-besaran. Selain itu, propagasi (Arditti and Ernst, 1993). Beberapa
kerusakan hutan di Indonesia yang sampai saat jenis zat pengatur tumbuh (ZPT) memiliki
Pertumbuhan Biji Dendrobium capra secara in vitro

peranan penting untuk meningkatkan penggunaan kombinasi NAA dan BAP dengan
perkecambahan dan pertumbuhan biji anggrek beragam konsentrasi diharapkan dapat
(Bey, 2006). Zat pengatur tumbuh (ZPT) meningkatkan pertumbuhan biji D. capra secara
merupakan senyawa organik bukan hara yang in vitro.
dalam jumlah sedikit dapat mendukung,
menghambat serta dapat merubah proses METODOLOGI
fisiologi tumbuhan (Hendaryani dan Wijayani Waktu dan Tempat Penelitian
(1994) dalam Andaryani (2010)). Dalam kultur Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
biji, dua golongan ZPT yang sangat penting Agustus 2011 November 2011 di laboratorium
adalah auksin dan sitokinin. Auksin berpengaruh Kultur Jaringan Kebun Raya Purwodadi - LIPI.
terhadap metabolisme asam nukleat dan dapat Eksplan biji Dendrobium capra J.J. Smith
meningkatkan sintesis protein yang penting diperoleh dari Greenhouse Kebun Raya
dalam mendukung pertumbuhan embrio biji Purwodadi - LIPI.
menjadi plantlet (Wareing and Phillips, 1978, Cara Kerja
Pedroza-Manrique and Mican-Gutierrez, 2006). Tahap Persiapan
Selain itu, menurut Heddy (1996) dalam a. Sterilisasi Ruang
Miryam et al (2008) auksin juga mampu Laminair Air Flow (LAF) disterilisasi
merangsang proses pemanjangan sel pada dengan menggunakan handsprayer berisi alkohol
tanaman. Sitokinin berperan dalam menstimulasi 70%. Alat – alat yang dibutuhkan dalam
sintesis asam nukleat dan protein, juga diduga inokulasi eksplan disemprot dengan alkohol
berperan sebagai regulator aktivitas enzim yang 70% dan dimasukkan ke dalam LAF. Kemudian
esensial dalam metabolisme pertumbuhan dan lampu ultraviolet (UV) dinyalakan selama 1
meningkatkan pembelahan sel pada jaringan jam. Saat akan digunakan lampu UV dimatikan,
tanaman (Wareing and Phillips, 1978; lampu neon dan kipas dinyalakan (Zulkarnain,
Zulkarnain, 2009). 2009 dalam Desriatin (2010)).
Salah satu jenis auksin adalah NAA dan b. Sterilisasi Alat
jenis dari sitokinin adalah BAP. Menurut Astuti Sterilisasi dilakukan pada scalpel,
dan Andayani (2005) dalam Sugiyanti (2008) Petridish, dan pinset dengan menggunakan
NAA merupakan zat pengatur tumbuh golongan sabun cuci, dibilas, kemudian dikeringkan. Alat
auksin yang tidak mudah terurai oleh enzim dibungkus dengan kertas coklat, (Santoso (2003)
yang dikeluarkan oleh sel atau saat proses dalam Desriatin (2010)). Semua alat tersebut
sterilisasi melalui pemanasan, sedangkan BAP disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121oC dan
menurut George dan Sherrington (1984) dalam tekanan 1,5 atm selama 45 menit (Andaryani,
Andaryani (2010) adalah golongan hormon 2010). Sterilisasi aquades, dituang ke dalam
sitokinin hasil sintetik yang aktif dan daya botol (erlenmeyer) dan ditutup dengan plastik
rangsangnya lebih lama karena tidak mudah dan alumunium foil.
dirombak oleh tanaman. NAA dan BAP c. Sterilisasi Media
merupakan jenis golongan ZPT yang sering Media yang digunakan adalah media
digunakan dalam kultur biji dan kultur jaringan. Murashige and Skoog atau MS (lampiran 1) di
Beberapa penelitian menunjukkan masukkan ke dalam botol kultur dan disterilisasi
penggunaan kombinasi NAA dan BAP dapat dengan autoklaf dengan suhu 1210C selama 15
meningkatkan perkecambahan biji anggrek. menit (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Luan V.Q., et al (2006) melaporkan bahwa d. Sterilisasi Biji D. capra
penggunaan kombinasi NAA 1 mg.L-1 dan BAP Biji yang akan digunakan sebagai bahan
0,5 mg.L-1 baik untuk perkecambahan tanam dalam penelitian adalah biji yang telah
Dendrobium sp. secara in vitro . Shin et al. masak (umur + 2,5 bulan setelah penyerbukan
(2011) juga melaporkan bahwa penambahan 0,1 (hand pollination)). Biji diletakkan di kertas
mg l-1 NAA atau 0,5 mg l-1 BA dalam saring kemudian dilipat dan ditutup rapat
perlakuan pemberian 0,1 g/L arang terbukti (menggunakan stapler). Setelah itu dimasukkan
efektif untuk meningkatkan tingkat ke dalam larutan Bayclin 10% selama 30 menit
perkecambahan biji Calanthe hybrid. dan dibilas dengan aquades steril sebanyak 3
Berdasarkan uraian di atas, maka kali masing – masing selama 10 menit. Setelah
diperlukan penelitian mengenai pengaruh itu, kertas saring yang berisi biji diambil
kombinasi konsentrasi NAA dan BAP terhadap menggunakan pinset steril kemudian dipindah di
pertumbuhan biji D. capra secara in vitro untuk atas Petri dish. Kertas saring dibuka
mendukung upaya perbanyakan D. capra yang menggunakan gunting dan pinset dan biji di
efektif dan efisien. Pada penelitian ini
Pertumbuhan Biji Dendrobium capra secara in vitro

dalam kertas saring siap untuk diinokulasi c. Pembuatan Larutan Stok FeSO 4 . 7 H 2 O dan
(McKendrick, 2000). Na 2 EDTA
Padatan FeSO 4 . 7 H 2 O ditimbang
Pembuatan Media sebanyak 2,78 g/l kemudian dilarutkan dalam
a. Pembuatan Larutan Stok Zat Pengatur aquades sedikit demi sedikit. Setelah padatan
Tumbuh NAA dan BAP larut, larutan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
Pembuatan larutan stok NAA (MERCK) 50 dengan ukuran 1000 mL. larutan ditambah
ppm dilakukan dengan penimbangan bahan aquades hingga mecapai batas 1 L dalam
sebanyak 5 mg. padatan NAA dilarutkan Erlenmeyer. Larutan dikocok lalu dipindah
dengan KOH 1 N sambil di aduk sampai larut dalam botol dengan di beri label stok
lalu ditambahkan 50 ml aquades steril ke dalam FeSO 4 . 7 H 2 O dan dismpan dalam lemari es.
erlenmeyer 100 ml (Hendaryono dan Wijayani, Pembuatan larutan stok Na 2 EDTA
1994). Setelah larutan homogen, larutan dilakukan dengan menimbang padatan
ditambahkan aquades kembali hingga Na 2 EDTA ditimbang sebanyak 3,73 g/l
volumenya mencapai 100 ml. kemudian dilarutkan dalam aquades sedikit demi
Pembuatan larutan stok BAP 50 ppm yaitu sedikit. Setelah padatan larut, larutan
bahan ditimbang sebanyak 5 mg dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dengan
ditambahkan HCl 1 N lalu 50 ml aquades steril ukuran 1000 mL. larutan ditambah aquades
ke dalam erlenmeyer 100 ml. setelah bahan larut hingga mecapai batas 1 L dalam Erlenmeyer.
(homogen) larutan ditambahkan aquades steril Larutan dikocok lalu dipindah dalam botol
sampai 100 ml. Stok zat pengatur tumbuh dengan di beri label stok Na 2 EDTA dan
disimpan dalam erlenmeyer 100 ml dan dismpan dalam lemari es.
permukaan botol ditutup dengan alumunium foil
serta diberi label. Semua larutan stok ZPT d. Pembuatan Media Kultur (1/ 2 MS)
disimpan dalam lemari pendingin. Unsur makro ditimbang dan dilarutkan
Penghitungan volume larutan stok zat menggunakan aquades. Unsur makro, larutan
pengatur tumbuh yang dicari menggunakan stok, sukrosa, agar, air kelapa dan zat pengatur
rumus di bawah ini : tumbuh dituang kedalam gelas Beaker.
Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh
V1.M1 = V2.M2 ditambahkan ke dalam gelas Beaker sesuai
(Hendaryono perlakuan (Tabel 3.1). Larutan media ditambah
dan Wijayani (1994) aquades hingga mencapai volume 1L. pH diset
dalam Desriatin (2010)) 5,8 dengan penambahan NaOH atau HCl. Media
Keterangan : dipanaskan di atas api dan diaduk hingga
V1 = volume larutan stok yang dicari homogen dan mendidih. Media dituang kedalam
M1 = konsentrasi larutan stok yang tersedia tabung sterilisasi. Media disterilisasi
V2 = volume larutan stok yang akan dibuat menggunakan autoklaf pada suhu 121oC dan
M2 = konsentrasi larutan stok yang akan tekanan 1,5 atm selama 30 menit. Setelah suhu
dibuat autoklaf turun, media dikeluarkan dan dituang
pada Petri dish diruang Laminar Air Flow.
b. Pembuatan Larutan Stok Mikro
Bahan penyusun unsur mikro ditimbang Inokulasi Eksplan
satu persatu dengan 1000 kali konsentrasi, yaitu Jarum oose disterilisasi dengan teknik
MnSO 4 . 7 H 2 O (22,3 g/l), ZnSO4.7H2O (8,6 g/l), pembakaran yaitu dilewatkan diatas api bunsen
H 3 BO 3 (6,2 g/l), KI (0,83 g/l), CuSO4.H2O dan didinginkan pada kertas saring yang steril.
(0,025 g/l), Na2MoO4.2H2O (0,25 g/l), Biji anggrek diambil dengan jarum Oose dan
CoCl2.6H2O (0,025 g/l). Masing – masing disebar pada permukaan medium dalam Petri
padatan dilarutkan dalam aquades secara dish. Petri dish ditutup kemudian dililitkan
terpisah. Setelah padatan larut, larutan disatukan parafilm pada bagian tepinya. Media yang berisi
dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan biji diinkubasi di rak kultur dan diberi
aquades hingga mencapai tanda batas cekungan penyinaran 16 jam photoperiod suhu 25oC.
dibagian leher Erlenmeyer. Larutan dikocok dan Rancangan Penelitian dan Hipotesis
dipindahkan pada botol dengan label Stok Rancangan Penelitian
Mikronutrien. Setelah itu, larutan stok disimpan Rancangan penelitian ini menggunakan
dalam lemari es. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial
dengan faktor kombinasi NAA dan BAP.
Masing – masing perlakuan dilakukan 3 kali
Pertumbuhan Biji Dendrobium capra secara in vitro

ulangan. Tabel rancangan penelitian ditunjukkan (kontrol) dan media ½ MS dengan perlakuan
sebagai berikut: penambahan kombinasi konsentrasi zat pengatur
Tabel 3.1 Kombinasi Konsentrasi NAA dan tumbuh NAA (0.1; 0.2; 0.3;0.4; dan 0.5 ppm)
BAP dan BAP (0.1; 0.3; dan 0.5 ppm). Data rata –
• Kontrol (Tanpa Perlakuan NAA dan BAP) rata persentase pertumbuhan biji D. capra J.J.
Smith setelah 4 MSI berkisar 3.75% sampai
NAA(N) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 18,79% (data not shown).
ppm ppm ppm ppm ppm Berdasar uji ANOVA rerata persentase
(N 1 ) (N 2 ) (N 3 ) (N 4 ) (N 5 ) pertumbuhan biji D. capra J.J. Smith secara in
BAP(B) vitro menunjukkan bahwa perlakuan
0,1 ppm N 1 B 1 N2B1 N3B1 N4B1 N5B1 penambahan ZPT NAA dan BAP tidak
(B 1 ) berpengaruh secara signifikan terhadap
0,3 ppm N 1 B 2 N2B2 N3B2 N4B2 N5B2 pertumbuhan biji D. capra J.J. Smith (disajikan
(B 2 ) dalam Lampiran IX). Kondisi ini diduga hormon
0,5 ppm N 1 B 3 N2B3 N3B3 N4B3 N5B3 endogen pada biji D. capra J.J. Smith
(B 3 ) mencukupi untuk proses pertumbuhan sehingga
penambahan hormon eksogen tidak memberikan
3.4.2 Uji Kuantitatif pengaruh secara signifikan. Hal ini sesuai
Persentase biji yang tumbuh dihitung dengan penelitian Hosain (2010) yang
menggunakan rumus: menggunakan biji anggrek Cymbidium
% pertumbuhan biji = jumlah biji yang membentuk protocorm X 100%
giganteum Wall. ex Lindl. sebagai objek
Jumlah biji yang ditabur
penelitiannya dengan pemberian perlakuan
(Hossain, 2010) pengaruh media dan penambahan ZPT Auksin
Jumlah protocorm dalam Petri dish dihitung (2,4D) dan Sitokinin (BAP) (0; 1; 2 ppm),
menggunakan ”hand tally counter” kemudian diketahui bahwa penambahan auksin dan
data yang diperoleh dianalisis dengan sitokinin tidak berpengaruh nyata terhadap
menggunakan ANOVA dan jika ada pengaruh persentase germinasi. Aplikasi penambahan ZPT
beda nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan NAA dan BAP tidak berpengaruh, namun biji
dengan tingkat kesalahan 5% menggunakan anggrek D. capra J.J. Smith pada penelitian ini
SPSS 16. tetap menunjukkan kemampuan untuk tumbuh
Adapun hipotesis dalam penelitian ini secara in vitro. Pertumbuhan tersebut
adalah sebagai berikut : ditunjukkan dengan adanya pembentukan
H0 = Tidak ada pengaruh kombinasi konsentrasi protocorm pada umur 4 minggu inokulasi yang
zat pengatur tumbuh NAA dan BAP terhadap diamati pada mikroskop stereo 20X (Gambar
pertumbuhan biji D. capra J.J. Smith 4.1).
H1 = Ada pengaruh kombinasi konsentrasi zat A
pengatur NAA dan BAP terhadap pertumbuhan
biji D. capra J.J. Smith
biji
Uji Kualitatif
a. Respon Warna Protocorm D. capra
Pengamatan warna protocorm dilakukan
untuk mengetahui kualitas protocorm untuk
perkembangan ke fase selanjutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Persentase pertumbuhan biji Dendrobium
capra Protocorm
Parameter respon kuantitas
pertumbuhan biji anggrek D. capra J.J. Smith Gambar 4.1. Pertumbuhan biji D. capra J.J.
pada media ½ MS dengan variasi kombinasi Smith A) biji D. capra J.J. Smith berumur 0
konsentrasi NAA dan BAP diukur melalui MSI; B) protocorm D. capra J.J. Smith
persentase pertumbuhan biji selama 4 MSI berumur 4 MSI.
(Minggu Setelah Inokulasi). Kultur biji Protocorm adalah struktur berbentuk bulat yang
Dendrobium capra J.J. Smith pada media ½ MS siap membentuk pucuk dan akar sebagai awal
Pertumbuhan Biji Dendrobium capra secara in vitro

perkecambahan pada biji yang tidak mempunyai untuk biji anggrek D. capra J.J. Smith mampu
endosperm (Bey, 2006). mendukung pertumbuhan embrio menjadi
Pertumbuhan biji anggrek D. capra J.J. protocorm pada 4 Minggu Setelah Inokulasi.
Smith memiliki karakteristik yang hampir sama Respon komposisi media ini sesuai dengan
dengan pertumbuhan biji anggrek lainnya, yang beberapa penelitian mengenai pertumbuhan biji
ditandai dengan terbentuknya protocorm, yang Dendrobium strongylanthum Rchb.f. (Yuan et al,
merupakan sebuah fase transisi dari biji ke 2007), Dendobium tosaense (Lo et al, 2004),
plantlet. Pembentukan protocorm biji anggrek Dendrobium formasum (Nasiruddin, 2003).
D. capra J.J. Smith tergolong cepat Proses germinasi biji anggrek D. capra
dibandingkan pertumbuhan biji Vanda coerulea J.J. Smith diawali ketika proses biji dimasukkan
yang membutuhkan waktu untuk membentuk kedalam sodium hypoclorit (NaOCl) sebagai
protocorm selama 8 MSI, Arachnis labrosa 16- bahan pensteril. Larutan hypoclorit memiliki dua
18 MSI, Odontoglossum gloriosum Rchb.F. 16 pengaruh terhadap biji anggrek yaitu (1),
MSI, Dendrobium strongylanthum Rchb.f. 4 mensterilkan biji anggrek dari mikroorganisme
MSI (atau 25 hari setelah inokulasi), Cymbidium dan (2) untuk menghilangkan suberin pada
marorhizon 120 HST, 8-9 MSI pada Malaxis bagian integumen sehingga biji mampu
khasiana (Roy et al, 2011; Temjengsangba & mengalami difusi dan permeabel terhadap air
Deb, 2005; Pedroza-Manrique, 2006; Kong et al, (Ramsay & Dixon, 2003). Suberin adalah zat
2007; Vij dan Pathak,1988 dalam Sungkumlong lilin yang berfungsi sebagai pelindung biji
dan Deb, 2008; Deb dan Temjengsangba, anggrek dari proses pematahan dormansi.
2006), namun pembentukan protocorm D. capra Hilangnya suberin menyebabkan testa biji
J.J. Smith lebih lambat dibandingkan Ansellia menipis dan mengalami imbibisi. Imbibisi
africana Lindl. 2 MSI telah membentuk adalah masuknya air pada ruang interseluler dari
protocorm (Vasudevan dan Staden, 2010). konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Ada
Perbedaan lamanya pembentukan dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya
protocorm disebabkan oleh beberapa faktor, imbibisi yaitu adanya gradien, potensial air
diantaranya adalah respon masing – masing antara permukaan adsorban dengan senyawa
spesies serta faktor eksternal yang lain. Faktor yang diimbibisi dan adanya affinier (daya
eksternal lain yang ikut membantu pertumbuhan gabung) antara komponen adsorban dengan
meliputi komposisi media. Setiap spesies senyawa yang diimbibisi (Gardner, 1991).
memiliki kemampuan untuk merespon Pengaruh imbibisi pada biji anggrek D. capra
bermacam – macam komposisi media yang ada J.J. Smith dapat diketahui ketika sel mengalami
di lingkungannya. Begitu pula sebaliknya, perubahan ultrastruktural yaitu pembengkakan
komposisi media memberikan pengaruh yang testa. Setelah testa biji mengalami
bervariasi terhadap spesies yang ditanam. pembengkakan maka testa pecah dan aktivitas
Biji anggrek D. capra J.J. Smith mampu metabolisme terjadi.
merespon karena ketersediaan nutrisi di Metabolisme adalah suatu reaksi kimia
lingkungan tercukupi. Secara umum biji anggrek yang terjadi dalam organisme untuk
berukuran kecil seperti debu. Biji anggrek mempertahankan hidup. Metabolisme yang
memiliki panjang 0.05 – 6.0 mm dengan lebar terjadi antara lain metabolisme lipid, protein dan
0.01 – 0.9 mm dan berat mulai dari 0.31 – 24 µg karbohidrat. Pada proses germinasi,
(Arditti & Ghani, 1999). Kuantitas produksi biji pengangkutan nutrisi dari media untuk proses
anggrek dalam satu kapsul berkisar 50 hingga 4 metabolisme kedalam tubuh biji dilakukan
juta biji (Arditti, 1992). Karakteristik biji secara difusi dan osmosis dari sel satu ke sel
angggrek yang unik, yaitu dari testa dan embrio lainnya.
saja tanpa memiliki endosperm mengharuskan Metabolisme karbohirat pada
biji ditumbuhkan dalam media buatan. Media perkecambahan biji terjadi ketika sukrosa
buatan untuk pertumbuhan biji anggrek sangat mengalami hidrolisis oleh enzim α & β amylase
bervariasi, diantaranya media VW, KC, menjadi glukosa (gugus monosakarida). Glukosa
Phytamax, MS, ½ MS, B5 dan lainnya. Pada biji mengalami proses glikolisis menjadi asam
anggrek D. capra J.J. Smith mampu tumbuh piruvat dan dilanjutkan ke siklus krebs menjadi
pada media MS berkonsentrasi ½ yang energi berupa ATP. Sedangkan pada protein,
mengadung nutrisi kompleks dengan konsentrasi pemecahan protein dibantu oleh enzim peptidase
mineral yang tinggi dimana terdiri dari unsur menjadi asam amino. Pada protein mengalami
makro dan unsur mikro ½ MS (Lampiran X) hidrolisis menjadi asam amino dan diangkut ke
yang merupakan hara esensial bagi pertumbuhan embrio (Gardner, 1991).
embrio anggrek . Penggunaan media ½ MS
Pertumbuhan Biji Dendrobium capra secara in vitro

Selama perkecambahan, yang paling BAP(B) 0,1 ppm 0,3 ppm 0,5 ppm
berperan adalah lipid. Pada perkecambahan biji (N 1 ) (N 2 ) (N 3 )
anggrek, lipid mengalami lipolisis. Lipolisis
adalah hal yang penting dalam perkecambahan
biji anggrek (Manning & Van Staden, 1987). NAA(N)
Lipolisis merupakan pemecahan lemak oleh 0,1 ppm
enzim hidrolase menjadi asam lemak dan (B 1 )
gliserol. Pada saat pembentukan protocorm
tingkat lipolisis dibutuhkan lebih tinggi.
Gliserol yang terbentuk kemudian diangkut ke
embrio sedangkan asam lemak mengalami
oksidasi lebih lanjut melalui proses daur Krebs.
Pada daur krebs, residu asam lemak bereaksi 0,2 ppm
dengan substrat yaitu Asetil Co-A terurai (N 2 )
menjadi karbon dioksida, air dan energi berupa
ATP. Pada saat inilah, cytokinin memainkan
peranan penting yaitu membantu proses
mobilisasi (Dimalla dan van Staden (1977)
dalam Kauth, 2005).
Selain proses metabolisme, aktivitas 0,3 ppm
mitosis dimulai di bagian sel meristematik (N 3 )
embrio. Sel meristematik meluas dan akhirnya
membentuk protocorm (Arditti, 1981;
Rännbäck, 2007).
0,4 ppm
Respon Warna Protocorm D. capra (N 4 )
Selain rerata persentase pertumbuhan,
respon warna protocorm merupakan parameter
penting dalam pertumbuhan biji D. capra J.J.
Smith. Berikut disajikan Tabel respon warna
protocorm (Tabel 4.2 )
Tabel 4.2 Respon Warna Pertumbuhan biji 0,5 ppm
anggrek D. capra J.J. Smith (N 5 )

Warna protocorm yang baik adalah


berwarna hijau (Shin, 2011). Karena warna hijau
pada protocorm diduga mengandung klorofil.
Menurut Mulyani (2006), klorofil tedapat pada
kloroplas. Kloroplas merupakan plastid yang
mengandung pigmen klorofil. Kloroplas yang
mengandung klorofil bersama-sama dengan
enzim dan molekul lain yang berfungsi dalam
produksi makanan dengan cara fotosintesis
untuk proses pertumbuhan dan perkembangan
protocorm. Adapun fase pada proses
pertumbuhan dan perkembangan biji anggrek
setelah membentuk protocorm yaitu fase dimana
protocorm mulai membentuk primordial daun
kemudian dilanjutkan pembentukan beberapa
daun dan primordial akar dan menjadi planlet
(Nurfadilah, 2011).
Pertumbuhan Biji Dendrobium capra secara in vitro

Kesimpulan D’Agostino, Ingrid B dan Kieber, Joseph J.


Berdasarkan penelitian yang telah 1999. Molecular Mechanisms Of Cytokinin
dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai Action. Department of Biological Sciences,
berikut : Laboratory for Molecular Biology,
1. Pengaruh kombinasi konsentrasi ZPT University of Illinois USA; Current
NAA dan BAP terhadap pertumbuhan Opinion in Plant Biology 1999, 2:359–
biji D. capra J.J. Smith selama 4 MSI 364.
sebesar 3.75% -18,79%.
2. Berdasar hasil Anova bahwa Deb dan Temjensangba. 2006. Effect Of
penambahan kombinasi konsentrasi ZPT Different Factor On Non-symbiotic Seed
NAA dan BAP tidak berpengaruh secara Germination, Formation Of Protocorm
signifikan terhadap pertumbuhan biji D. Like Bodies And Planlet Morphology Of
capra J.J. Smith.. Cleisostoma racemiferum (Lindl.) Garay.
Departement Of Botany. Nagaland
DAFTAR PUSTAKA University: India. Indian Journal Of
Biotechnology. Vol 5, pp 223-228
Amilah dan Astuti Y. 2006. Pengaruh
Konsentrasi Ekstrak Taoge Dan Kacang Desriatin, N.L. 2010. Pengaruh Kombinasi Zat
Hijau Pada Media Vacin And Went (Vw) Pengatur Tumbuh Iaa Dan Kinetin
Terhadap Pertumbuhan Kecambah Terhadap Morfogenesis Pada Kultur In
Anggrek Bulan ( Phalaenopsis amabilis, Vitro Tanaman Tembakau (Nicotiana
L). Bulletin Penelitian No.09 Tahun 2006 Tabacum L. Var. Prancak-95). Skripsi.
Biologi FMIPA ITS : Surabaya
Andaryani, S. 2010. Kajian Penggunaan
Berbagai Konsentrasi BAP Dan 2,4-D Dutra, Daniela. 2008. Reproductive Biology
Terhadap Induksi Kalus Jarak Pagar And Asymbiotic Seed Germination Of
(Jatropha Curcas L.) Secara In Vitro. Cyrtopodium punctatum, An Endangered
Skripsi. Agronomi Fakultas Pertanian Florida Orchid. Thesis. University Of
UNS : Surakarta Florida : Florida

Arditti, J., Ernst, R., 1993. Micropropagation Dutta S. et al. 2011. In vitro multiplication and
of Orchids. John Wiley and sons, New protocorm development of Dendrobium
York. aphyllum (Roxb.) CEC Fisher. Assam
University Journal of Science &
Arditti, J. & Ghani, A.K.A. 1999 Numerical Technology : Biological and
And Physical Properties Of Orchid Seeds Environmental Sciences. Vol. 7 Number I
And Their Biological Implications. 57-62, 2011. ISSN 0975-2773.
Tansley Review No. 110. New
Phytologist 145: 367–421. Gardner F.P. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. UI Press. Jakarta
Badhra, S.K dan Hossain, M.M. 2003. In vitro
Germination and Micropropagation of Hendaryono, D. P. 1994. Teknik Kultur
Geodorum densiflorum (Lam.) Schltr., an Jaringan (Pengenalan dan Petunjuk
Endangered Orchid Species. Plant Tissue Perbanyakan Tanaman Secara
Cult. 13(2) : 165-171 Vegetatif-Modern). Kanisius : Yogyakarta

Bey Y, Syafii W dan Sutrisna. 2006. Pengaruh Hendaryono, D. P. 2000. Pembibitan Anggrek
Pemberian Giberelin (Ga3) Dan Air Kelapa dalam Botol. Kanisius : Yogyakarta
Terhadap Perkecambahan Bahan Biji
Anggrek Bulan (Phalaenopsis Amabilis Bl) Hendriyani, E. 2007. Uji Media Pada
Secara In Vitro. Jurnal Biogenesis Vol. Perkecambahan Biji Anggrek
2(2):41-46. ISSN : 1829-5460. Phapiopedilum javanicum (Reinw. ex
Lindl.) Pfitzer. Secara In Vitro. UPT.
Comber, J. B. 1990. Orchids of Java. Kew Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ‘
England: Royal Botanic Gardens. Eka Karya’ Bali-LIPI : Bali
Pertumbuhan Biji Dendrobium capra secara in vitro

Hossain M.M. et al. 2010. Seed germination and Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas
tissue culture of Cymbidium giganteum Andalas. Padang. ISSN 1979-0228
Wall. ex Lindl. Scientia Horticulturae
123 (2010) 479–48. Mulyani. 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius
: Yogyakarta
Karjadi, A.K. dan Buchory A. 2008. Pengaruh
Auksin dan Sitokinin terhadap Nasiruddin, K.M, Begum R. dan S. Yasmin.
Pertumbuhan dan Perkembangan 2003.Protocorm Like Bodies and Planlet
Jaringan Meristem Kentang Kultivar Regeneration from Dendrobium formosum
Granola. Balai Penelitian Tanaman Leaf Callus. Asian Journal of Plant
Sayuran : Bandung Sciences 2 (13):955-957. ISSN 1682-3974.

Kauth, Philip. 2005. In Vitro Seed Germination Nurfadilah, Siti. 2011. The Effect of light on the
And Seedling Development Of Calopogon germination and the growth of the seeds of
tuberosus And Sacoila lanceolata var. Dendrobium spectabile Bl (Orchidaceae) in
lanceolata: Two Florida Native Terrestrial vitro. Prosiding Makalah Seminar
Orchids. Thesis. University Of Florida. Kebun Raya Cibodas-LIPI
Florida
Pedroza-Manrique J. dan Gutie´ rrez Y.M, 2006.
Kong Q. et al. 2007. Micropropagation of an Asymbiotic Germination Of
orchid Dendrobium strongylanthum Odontoglossum Gloriosum Rchb.F.
Rchb.f. International Journal of (Orchidaceae) Under In Vitro Conditions.
Horticultural Science 2007, 13 (1): 61– In Vitro Cell. Dev. Biol.—Plant 42:543–
64. Agroinform Publishing House, 547.
Budapest, Printed in Hungary. ISSN 1585-
0404 Pedroza-Manrique, J., Fernandez-Lizarazo, C.,
Suarez-Silva, A. 2005. Evaluation of the
Luan V.Q. et al. 2006. In Vitro Germination effect of three growth regulators in the
Capacity And Plant Recovery Of Some germination of Comparettia falcata seeds
Native And Rare Orchids. Nong Lam under in vitro conditions. In Vitro Cell.
University Ho Chi Minh City. Vietnam. Dev. Biol. – Plant 44, 838–843.
Proceedings of International Workshop
on Biotechnology in Agriculture Ramsay M. Margaret dan Dixon W. K. 2003.
Propagation Science, Recovery, And
Lo et al. 2004. Asymbiotic Germination Of Translocation Of Terrestrial. Copyright
Immature Seeds, Plantlet Development Of Orchid Conservation.
And Ex Vitro Establishment Of Plants Of
Dendrobium tosaense Makino – A Rännbäck, Linda-Marie. 2007. Propagation,
Medicinally Important Orchid. In Vitro cultivation and breeding of terrestrial
Cell. Dev. Biol.—Plant 40:528–535 DOI: temperate orchids, with focus on
10.1079/IVP2004571. Society for In Vitro Cypripedium spp. Bachelor project.
Biology Danish-Swedish Horticulture programme.
SLU. Alnarp
Manning, J.C. and J. van Staden. 1987. The
development and mobilization of seed Risna R.A, et al. 2010. Spesies Prioritas Untuk
reserves in some African orchids. Konservasi Tumbuhan Indonesia. Seri I.
Australian Journey of Botany Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor-LIPI.
McKendrick, Sheena. 2000. In vitro
germination of orchids : a manual. Roy, et al. 2011. Asymbiotic seed germination,
Copyright Ceiba Foundation for Tropical mass propagation and seedling
Conservation development of Vanda coerulea Griff
ex.Lindl. (Blue Vanda): An in vitro
Miryam A., Suliansyah I., dan Amril D. 2006. protocol for an endangered orchid. Division
Multiplikasi Jeruk Kacang (Citrus nobilis of Horticulture, I.C.A.R. Research
L.) Pada Beberapa Konsentrasi NAA DAN Complex for NEH Region, Umiam,
BAP Pada Media Wpm Secara In Vitro.
Pertumbuhan Biji Dendrobium capra secara in vitro

Meghalaya 793 103, India. Scientia Pietermaritzburg. South Africa. Scientia


Horticulturae 128 (2011) 325–331. Horticulturae 123 (2010) 496–504

Santoso dan Nursandi, Fatimah. 2003. Kultur Yulia, N. D. dan Ruseani S. Nur. 2008. Studi
Jaringan Tanaman. Universitas Habitat dan Inventarisasi Dendrobium
Muhammadiyah Malang. Malang capra J.J. Smith J.J. Smith di Kabupaten
Madiun dan Bojonegoro. Biodiversitas
Shin Y-K. et al. 2011. Effects of activated Volume 9, Nomor 3 Halaman: 190-
charcoal, plant growth regulators and 193.ISSN: 1412-033X
ultrasonic pre-treatments on in vitro
germination and protocorm formation of Yuliarti N.S. 2008. Pengaruh Konsentrasi Zat
Calanthe hybrids. Australian Journal Of Pengatur Tumbuh BA dan NAA Terhadap
Crop Science. AJCS AJCS 5(5):582-588 Pertumbuhan dan Perkembangan
(2011). ISSN:1835-2707 Protocorm Biji Anggrek Bulan
(Phalaenopsis amabilis L. (BI.)). Skripsi.
Stewart, S.L., Kane, M.K., 2006. A symbiotic UNAIR : Surabaya.
seed germination and invitro seedling
development of Habernaria macroceratitis
(Orchidaceae) a rare Florida terrestrial
orchid. Plant Cell Tiss. Org. Cult. 86,
147–158.

Sugiyanti, E. 2008. Pengaruh Kombinasi BAP


(Benzil Amino Purine) Dan NAA
(Naphtalene Acetic Acid) Terhadap
Pertumbuhan Tunas Zodia (Euodia
Suaveolens Scheff.) Secara In Vitro.
Skripsi. Agronomi Fakultas Pertanian
UNS : Surakarta

Sungkumlong dan Deb. 2008. Effects Of


Different Factors On Immature Embryo
Culture, PLBs Differentiation And Rapid
Mass Multiplication Of Coelogyne
suaveolens (Lindl.) Hook. Indian Journal
Of Experimental Biology. Vol. 46, pp. 243
– 248.

Temjengsangba dan Deb, C. R. 2005.


Regeneration And Mass Multiplication of
Arachnis labrosa (Lind. Ex Paxt.) Reichb
A rare And Threatened Orchid. Curr
Science 88-1966

Thompson Dave I dan Edward T. J. 2006.


Evaluating Asymbiotic Seed Culture
Methods And Establishing Disa
(Orchidaceae) Germinability In Vitro:
Relationships, Requirements And First-
Time Reports. Review Paper. Plant
Growth Regul (2006) 49:269–284. DOI
10.1007/s10725-006-9137-z.

Vasudevan R. dan Staden J. V. 2010. In vitro


asymbiotic seed germination and seedling
growth of Ansellia africana Lindl.
University of KwaZulu-Natal

Anda mungkin juga menyukai