Alfisols merupakan ordo tanah yang telah mengalami proses perkembangan tanah agak
lanjut. Alfisol merupakan tanah yang relatif muda, masih banyak mengandung mineral primer
yang mudah lapuk dan kaya unsur hara dengan kesuburan alami yang tinggi. Karakteristik
utama Alfisol adalah banyak mengalami penimbunan klei (clay) dari horison-horison di
atasnya sehingga memiliki kepadatan tanah tinggi yang sulit ditembus perakaran tanaman,
rendahnya kandungan bahan organik, pori aerasi dan kapasitas memegang air (Pathak et al.
2013). Epipedon penciri umumnya umbrik atau okrik sedangkan horizon bawah adalah argilik,
kandik ataupun natrik. Di beberapa Alfisols juga dijumpai fragipan, duripan ataupun horizon
petrokalsik.
Alfisol merupakan tanah-tanah yang biasanya dijumpai pada daerah beriklim basah
(humid) atau subhumid. mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Tanah ini mempunyai
kejenuhan basa tinggi, KTK dan cadangan unsur hara tinggi. Alfisol merupakan tanah-tanah
di mana terdapat penimbunan liat di horison bawah, liat yang tertimbun di horison bawah ini
berasal dari horison diatasnya dan tercuci ke bawah bersama gerakan air perkolasi
(Hardjowigeno 1993). Alfisol atau tanah Mediteran merupakan kelompok tanah merah yang
disebabkan oleh kadar besi yang tinggi disertai kadar humus yang rendah (Wirjodihardjo
1963). Warna tanah Alfisol pada lapisan atas sangat bervariasi dari coklat abu-abu sampai
coklat kemerahan (Tan 2000).
Berdasarkan Soil Survey Staff (2014) Ordo Tanah Alfisols memiliki ciri ciri salah satu
sebagai berikut;
Berdasarkan Klasifikasi Tanah Nasional (2016), ordo tanah Alfisols memiliki ciri tanah
yang mempunyai horison B argilik, atau kandic. Kejenuhan basa ≥ 50% pada beberapa bagian
horison B di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan. Tanah ini mempunyai solum yang
tebal sampai sangat tebal yaitu antara 90-200 cm, tekstur sedang hingga halus, warna merah,
coklat sampai kekuningan. Kandungan bahan organiknya berkisar antara rendah hingga
sedang, reaksi tanah antara agak asam sampai netra Tidak mempunyai horison albik yang
berbatasan langsung dengan horison argilik atau fragipan.
C. PROSES PEMBENTUKAN
Alfisols pada umumnya berkembang dari batuan induk yang mengandung kapur,
feldspar, breksi volkanik, dan lahar. Tanah ini terbentuk dari proses-proses pelapukan, atau
hasil pelapukan batuan sedimen, serta telah mengalami pencucian mineral liat dan unsur-
unsur lainnya dari bagian lapisan permukaan ke bagian subsoilnya (lapisan tanah bagian
bawah), yang merupakan bagian yang menyuplai air dan unsur hara untuk tanaman.
Perkembangan tanah alfisols yang belum stabil, sehingga terjadi pelindian unsur hara, bahan
organik dan silika dengan meninggalkan senyawa sesquioksida sebagai sisa yang
mempunyai warna merah (Darmawijaya, 1997). Tanah ini cukup produktif untuk
pengembangan berbagai komoditas tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura,
dan perkebunan. Tingkat kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik. pH-nya rata-rata
mendekati netral.
DATA MORFOLOGI
Tabel 1. Data Morfologi Pedon 1
BA 42-54 cm 7,5 YR 3/2 dark brown (coklat gelap); Debu; struktur gumpal bersudut,
kuat dan besar; konsistensi sangat teguh, lekat dan sangat plastis;
akar halus banyak; pH 6.7; C-Organik 0.4%; batas horison baur dan
lurus; beralih ke-
BC 83-123 cm 7,5 YR 3/1 very dark grey (kelabu sangat gelap); Lempung Berdebu;
struktur gumpal membulat, sedang dan sedang; konsistensi teguh,
lekat dan sangat plastis; akar halus banyak; pH 6.6; C-Organik 0.5%;
batas horison baur dan tak beraturan; beralih ke-
ENDOPEDON Argilik salah satu horison memenuhi syarat argilik yaitu bila
horison eluviasi mengandung liat <15%, maka horison
argilik ≥ 3% (absolut) lebih liat. Horison tersebut
menunjukkan bukti adanya illuviasi liat.
WRB
RSG Principal Qualifiers Supplementary RSG Qualifiers
Qualifiers
Luvisols, memiliki Chromic karena Anthric, karena Chromi Luvisols
horizon agrik ≤ 100 memiliki jarak ≤ 150 memiliki horizon (Anthric, Cutanic,
cm dari permukaan cm dari permukaan molik. Differentic)
tanah, aktivitas liat tanah, tebal lapisan Cutanic, memiliki
dan kejenuhan bawah permukaan ≥ horizon argik
basanya tinggi 30cm, yang memiliki Differentic, memiliki
corak warna Munsell horizon argilik dan
lembab lebih merah peningkatan liat di
dari 7,5YR lapisan lebih bawah
D. MASALAH DAN PENGELOLAAN
Tanah Alfisol banyak di temukan di daerah beriklim sedang, tetapi dapat pula ditemukan
di daerah tropika dan subtropika. Alfisol merupakan tanah yang subur, banyak digunakan
untuk pertanian, rumput ternak atau hutan. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa yang tinggi.
Kapasitas tukar kation tinggi, dan cadangan unsur hara yang banyak. Bahaya erosi yang perlu
diperhatikan pada tanah ini ketika horison argilik muncul di permukaan, tanah menjadi kurang
baik (liat terlalu tinggi). Salah satu tindakan untuk pengelolaan Alfisol dengan olah tanah
konvensional.
Olah tanah konservasi (conservation tillage) menjadi alternatif penyiapan lahan yang
dilaporkan dapat mempertahankan produktivitas tanah tetap tinggi Olah tanah konservasi
(OTK) adalah cara penyiapan lahan yang menyisakan sisa tanaman di atas permukaan tanah
sebagai mulsa dengan tujuan untuk mengurangi erosi dan penguapan air dari permukaan
tanah (Rachman et al., 2004).
2. KTT 2014
3. KTN 2016
Jenis Tanah Mediteran, Tanah mempunyai horison B argilik, atau kandik, KB >
50% pada beberapa bagian horison B di dalam kedalaman 125 cm
dari permukaan dan tidak mempunyai horison albik yang berbatasan
langsung dengan horison argilik atau fragipan
Macam tanah Mediteran Kromik (Mc), Warna horison B coklat tua sampai merah
(hue 7,5 YR atau lebih merah)
4. WRB
RSG Anthrosols Tanah lain yang mempunyai: - Salah satu
horison hortic, irragric, plagic, atau terric pada
kedalaman 50 cm atau lebih; atau - Mempunyai
horizon anthraquic dan horizon bawahan
hydragic yang bertumpuk/ berada pada
kedalaman 50 cm atau lebih
Unit Hortic Escalic Anthrosols Tanah yang mempunyai horison hortic, yaitu
horison permukaan tanah mineral yang
merupakan akibat pengolahan tanah,
pemupukan intensif dan atau penggunaan sisa
organik dan hewan secara berkelanjutan, dan
sisa organik lain (misalnya kotoran hewan,
sampah dapur, dan kompos)
Sub Unit Hortic Escalic Anthrosols Mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50
(Dystric, Clayic) persen pada seluruh bagian antara 20 dan 100
cm dari permukaan tanah mineral - Mempunyai
tekstur lempung pada lapisan 30 cm atau lebih
dalam, pada kedalaman 100 cm dari permukaan
tanah
Abdurracman, A, I. Juarsah dan U. Kurnia, 1999. Pengaruh berbagai Jenis dan Takaran Pupuk
Kandang terhadap Produktivitas Tanah Ultisols Terdegradasi di Desa Batin Jambi.
Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim dan Pupuk. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Darmawijaya, M.I. 1997. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana
Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah.Akademika Pressindo. Jakarta.
Lopulisa, C., Husni, H, 2011. Evaluasi Lahan. Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat.
Universitas Hasanuddin, Makasar.
Pathak, P., R. Sudi, S.P. Wani and K.L. Sahrawat. 2013. Hydrological Behavior of Alfisols and
Vertisols in the Semi-Arid Zone: Implications for Soil and Water Management.
Agricultural Water Management, 118: 12-21
Rachman, A., A. Dariah, dan E. Husen, 2004. Olah Tanah Konservasi. Teknologi Konservasi
Tanah pada Lahan Kering. Puslitbangtanak. Badan Litbang Pertanian. Departemen
Pertanian 2004.
Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy. 11thed. USDA, NRCS, Washington
Tan, K.H. 2000. Environmental soil science. Marcel Dekker, New York.
Wirjodihardjo, M.W. 1963. Ilmu tanah. Jilid III. Yasaguna. Jakarta.