NPM : 150510230258
Kelas :G
1) Histosol (Ist)
Merupakan tanah organic(gambut).
• Keunggulan : kaya akan bahan organic dan tidak mengalami permafrost.
• Kelemahan : kemasaman yang ekstrim.
• Horizon : tidak memiliki horizon
2) Entisol (Ent)
Merupakan jenis tanah yang paling muda, biasanya berasal dari abu vulkan dan
endapan sedimen. Di indonesi tanah ini banyak terdapat di sekitar daerah
gunung berapi, biasanya ditandai dengan dormansi pasir.
• Keunggulan: jenis tanah ini secara fisik adalah memiliki drainase dan
aerasi yang baik.
• Kelemahan: tanah ini adalah miskin bahan organic dan juga hara tanah
khususnya nitrogen.
• Horizon: Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik
atau histik.
3) Inceptisol (Ept)
merupakan tanah muda tetapi lebih berkembang dari entisol. Tanah inceptisol
menyebar luas dibandingkan jenis tanah lainnya. Tanah ini dapat dijumpai
terutama di pulaupulau besar seperti: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
dan Papua.
• Keunggulan: pengolahan tanah ini lebih memperkaya K dan
menetralkan pH tanah.
• Kelemahan: miskin K dan pH tanah sangat masam.
• Horizon: Kambik
4) Andisol (And)
Jenis tanah mineral yang mengalami perkembangan profil, solum yang tebal,
warna kecoklatan kelabu hingga hitam. Termasuk tanah yang subur, biasanya
dimanfaatkan untuk persawahan. Berasal dari batuan induk abu atau tuf
vulkanik.
• Keunggulan: kejenuhan basa yang tinggi, memiliki tanah yang gembur
dan daya absorspi sedang.
• Kelemahan: tanah yang mudah tererosi, rentan terhadap longsor
• Horizon: kambi
5) Mollisol (Oll)
Tanah ini berkembang pada vegetasi padang rumput atau lereng, memiliki
solum tanah yang dangkal. Bahan induk tanah ini berasal dari batuan kapur,
sehingga kebanyakan ditemukan di daerah karst(berkapur).
• Keunggulan: kaya akan bahan organic, struktur remah dan aerasi yang baik.
• Kelemahan: Horizon:
• Horizon : bawah antara lain kambik, argillik, albik, natrik, gipsik
ataupun duripan tetapi tidak mungkin memiliki horizon oksik ataupun
spodik
6) Vertisol (Ert)
Keberadaan mineral montmorilonit menyebabkan tanah ini mampu
mengembangkan tanah ini mampu mengembangan dan mengerut. Pada musim
penghujan akan mengembang, sementara musim kemarau tanah akan kering
dan retak-retak.
• Keunggulan: kaya akan lempung, relative memiliki pH netral samapai alkalin.
• Kelemahan: pada budidaya tanaman sifat kembang kerut ini
menyebabkan kerusakan pada perakaran tanaman(putus).
• Horizon: horizon atas termasuk kedalam horizon bawah
7) Alfisol (Alf)
Merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan lempeng di horizon bawah
dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu dari 35% pada kedalaman 130 cm
dari permukaan tanah. Lempung yang tertimbun di horizon bawah ini berasal
dari horizon diatasnya dan tercuci kebawah bersama dengan Gerakan air.
• Keunggulan: melimpahnya kalsium, magnesium, dan kalium.
• Kelemahan: miskin unsur N, P, dan bahan organic.
• Horizon: Argilik
8) Ultisol (Ult)
Tanah yang sering disebut PMK(Podsolik Merah Kuning). Memiliki lapisan
akumulasi lempung, tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik,
bersifat asam.
• Keunggulan: mengalami pelindiran hara yang tinggi, sehingga dapat
melindikan kation-kation basa dan bahan organic.
• Kelemahan: bersifat asam dan miskin akan zat hara.
• Horizon: Argilik
9) Spodosol (Od)
Tanah ini termasuk salah satu tanah yang kurang baik untuk budidaya tanaman.
berprodukivitas rendah dengan tekstur kasar dan sedikit hara yang terbentuk
dari bahan berupa pasir tunggal atau tanah liat yang kasar.
• Keunggulan: -
• Kelemahan: tingginya kandungan pasir kuarsa menyebabkan tanah
relative masam dan miskin unsur hara.
• Horizon: Albik dan spodik
2. Menguraikan sifat – sifat penciri pada jenis tanah (Sistem Klasifikasi Nasional) 20 jenis
1) Litosol Merupakan tanah hasil pelapukan batuan beku dan batuan sedimen yang
baru terbentuk sehingga butirannya besar. Ciri-ciri tanah ini yaitu miskin unsur hara
dan mineralnya masih terikat pada butiran yang besar. Tanah litosol kurang subur
sehingga hanya cocok bagi tanaman-tanaman besar di hutan.
2) Rezina Tanah ini merupakan hasil pelapukan batuan kapur di daerah dengan curah
hujan tinggi. Ciri tanah ini yaitu berwarna hitam dan miskin zat hara. Tanah renzina
banyak terdapat di daerah berkapur seperti Gunung Kidul (Yogyakarta)
3) Regosol Tanah berciri-ciri: berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning, dan
berbahan organik sedikit. Tanah ini cocok untuk tanaman palawija (seperti jagung),
tembakau, dan buahbuahan. Jenis tanah ini banyak terdapat di P. Sumatra, Jawa,
dan Nusa Tenggara.
4) Arenosol Merupakan salah satu jenis tanah dengan tekstur kasar yang tersusun dari
bahan horizon albic yang memiliki tebal 1 cm atau lebih dengan kedalaman rata-
rata mencapai 50 cm diatas permukaan, atau juga dapat membuktikan dengan
karakteristik horison bawah permukaan atau horison yang telah mengalami
pelapukan.
6) Kambisol Merupakan jenis tanah yang tumbuh di atas batu kapur. Horison tanah
ini berwarna merah tua sampai coklat kemerahan tua dan memiliki tekstur tanah
Tanah kambisol adalah tanah yang mempunyai horizon B kambik atau dengan
horizon A okrik, umrik atau molik
7) Nitosol Tanah nitosol adalah tanah yang mempunyai horison B argilik dengan
kadar liat tinggi dan terdapat penurunan kadar liat < 20% terhadap liat maksimum
di dalam penampang 150 cm dari permukaan, kandungan mineral mudah lapuk <
10% di dalam 50 cm dari permukaan, tidak mempunyai plintit, sifat vertik dan
ortoksik
8) Mediteran Tanah adalah tanah yang sifatnya tidak subur yang terbentuk dari
pelapukan batuan kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
9) Podsol Tanah ini terbentuk akibat pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu yang
rendah. Tanah podzol bercirikan miskin unsur hara, tidak subur, dan berwarna
merah sampai kuning. Tanah ini baik untuk tanaman kelapa dan jambu mete. Tanah
podzol banyak dijumpai di daerah pegunungan tinggi Sumatra, Jabar, Sulawesi,
Maluku, Kalimantan, dan Papua.
10) Laterik Tanah adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur
hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang
tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung
11) Oksisol Tanah merupakan tanah yang memiliki ciri hirison oksik yang tebal. Proses
pelapukan yang terjadi dalam waktu kurun waktu yang panjang mengakibatkan
pelindian basa dan silika, pelonggokan nisbi sesquioksida (oksida besi dan
Alumunium) dan pembentukan lempung kaolinit. Proses pembentukkan pada
oxisol yang utama adalah proses desilikasi dan konsentrasi besi bebas dan
kadangkadang gibsit. Hal ini kemudian mempengaruhi jenis mineral mudah lapuk
yang didalamnya termasuk mineral liat.
12) Planosol Tanah inimerupakan jenis kelompok tanah mineral dengan ciri lapisan
bawah dari akumulasi lempung, biasanya terdapat di daerah dataran rendah basah
dengan temperatur musim kering dan daerah subtropis. Planosol memiliki susunan
horizon ABtgC, horison bagian atas ochrik atau umbrik, horison bagian bawahnya
natrik argik, atau albik, dan horison permukaan berwarna terang. Jenis tanah ini
terdapat pada permukaan yang keras di atas horison bawah dan permeabilitas
lambat. Planosol memiliki macam-macam tanah yakni planosol distrik, planosol
solodik, planosol humik, planosol molik, dan planosol eutrik. Planosol memiliki
kandungan tanah liat yang menyebabkan timbulnya genangan air musiman akibat
nutrisi yang rendah
13) Podsolik adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah
hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
14) Gleisol Merupakan tanah beku abadi yang ada pada daerah yang sangat dingin
karena didalamnya terdapat kandungan Permafrost (lapisan bahan membeku
permanen terletak di atas solum tanah) sampai kedalaman 2 meter (sekitar enam
kaki) dari permukaan tanah dan dapat dicirikan dengan adanya lapisan es. Gelisol
hanya ditemukan pada beberapa daerah di Kutub Utara, seperti Kanada, Rusia, dan
Alaska. Gelisol Sebagian berwarna hitam atau coklat tua.
15) Mollisol adalah jenis tanah yang memiliki ke dalam antara 60 sampai 80 cm, bahan
organik tinggi, tanah permukaan yang kaya nutrisi (horizon). Mollisol dicirikan
dengan horizon permukaan yang tebal dan gelap. Mollik yang mempunyai
kejenuhan basa dan karbon organik yang tinggi serta berstrutur granular atau remah
16) Andosol Tanah merupakan salah satu jenis tanah vulkanik yang terbentuk akibat
proses vulkanisme di gunung berapi. Tanah ini sangat subur dan baik untuk
tanaman. Warna tanah andosol coklat keabu-abuan. Tanah ini sangat kaya akan
mineral, unsur hara, air dan mineral sehingga sangat baik untuk tanaman. Tanah ini
sangat cocok untuk semua jenis tanaman di dunia. Distribusi andosol biasanya
terdapat di daerah yang dekat dengan gunung api. Di Indonesia sendiri yang
merupakan daerah ring of fire banyak terdapat tanah andosol seperti di Jawa, Bali,
Sumatera dan Nusa Tenggara.
17) Grumusol Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik.
Kandungan organic di dalamnya rendah karena dari batuan kapur jadi dapat
disimpulkan tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman. Tekstur
tanahnya kering dan mudah pecah terutama saat musim kemarau dan memiliki
warna hitam
18) Aluvial / Endapan adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap
di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan
pertanian.
19) Umbrisol Jenis tanah ini mengandung kejenuhan basa yang rendah. Lapisan dari
jenis tanah umbrisol memiliki banyak humus, tetapi tidak ada kalsium di dalamnya.
Hal ini terjadi karena curah hujan yang tinggi menyebabkan pengikisan yang
ekstensif dan kondisi tanah menjadi asam.
20) Organosol Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok
tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Seperti di rawa
Kalimantan, Papua dan Sumatera.
3. Studi Literatur terhadap Ordo Tanah di Kawasan Kampus Jatinangor (Identifikasi Ordo
Tanah dan sifat-sifat pencirinya)
Didapati bahwa pengamatan pedon jatinangor terhadap sifat morfologi tanah menunjukan
ada 11 horison tanah yang dapat dikelompokan menjadi 3 timbuhan bahan yang berbeda
yaitu :
a. timbunan pertama sampai kedalaman 50 cm dari permukaan tanah yang terdiri dari
empat horison (Ap, AB, Bw1, Bw2). Warna tanah lembab sampai kedalaman 50
cm dari permukaan tanah berkisar dari coklat gelap (7,5 YR3/4) sampai coklat
kemerahan gelap (5YR3/4)
b. timbunan kedua dari kedalaman 50 cm sampai dengan 138 cm yang terdiri dari
empat horison (2A’b, 2B’w1, 2B’w2, 2Bw3). Warna tanah pada kedalaman 50 –
200 cm memiliki warna lebih terang yaitu merah kekuningan (5YR 4/6)
c. timbunan ketiga dari kedalaman 138 cm sampai dengan 200 cm yang terdiri dari
tiga horizon (3a”b, 3B”w1, 3B”w2). Warna tanah pada kedalaman 50 – 200 cm
memiliki warna lebih terang yaitu merah kekuningan (5YR 4/6)
• Susunan Mineral Fraksi Liat
Hasil analisis mineral fraksi liat berdasarkan thermogram DTA dalan uji coba
tersebut maka didapati bahwa Pedon Jatinangor didominasi oleh mineral liat
kaolinit, yang dicirikan dengan puncak reaksi endotermik pada suhu 530oC.
semakin dalam kedalaman tanah menunjukkan semakin tinggi kandungan
mineralnya. Selain mineral kaolinit, ditemukan juga mineral haloisit dicirikan
dengan puncak reaksi endotermik pada suhu rendah (70-80oC) dan puncak reaksi
eksotermik pada 925oC. Mineral ketiga yang dijumpai yaitu mineral gibsit
dicirikan dengan puncak reaksi endotermik pada suhu 275- 285oC
• Klasifikasi Tanah
Maka setelah kita melihat data data terkait morfolgi, fisika dan kimia tanah serta
mineraloginya maka akan kita dapati bahwa tanah di Jatinangor bisa
diklasifikasikan sebagai Fluventic Eutrudepts, berliat, kaolinitik, isohipertermik.
Tanah ini memiliki kandungan bahan organik 0,2 persen atau lebih pada kedalaman
125 cm di bawah permukaan tanah, kejenuhan basa tinggi >60 % pada satu horison
atau lebih diantara kedalaman 25 - 75 cm, memiliki kandungan liat 35 persen atau
lebih, didominasi oleh mineral liat kaolinit dan suhu tanah tahunan rata-rata 22 oC.
DAFTAR PUSTAKA
Soil Health. USDA Natural Resources Conservation Service. Diakses pada 25 Maret
2024, dari https://www.nrcs.usda.gov/wps/portal/nrcs/main/soils/health/
Soil Characteristics. University of Minnesota Extension. Diakses pada 25 Maret 2024,
dari https://extension.umn.edu/soil-and-water-management/soil-characteristics
Tisdall, J. M., & Oades, J. M. (1982). Organic matter and water-stable aggregates in
soils. Journal of Soil Science, 33(2), 141-163.
Tanah, J., & Journal, W. (2020). Jurnal Tanah dan Air ( Soil and Water Journal ).
17(Desember), 56–64
S, D. S., Ritung, S., Anda, M., Suryani, E., & Subandiono, R. E. (2014). Petunjuk Teknis.
Science, S., & Staff, D. (n.d.). Soil Survey Manual. 18.
Studi, P., Fakultas, A., & Udayana, U. (2010). Klasifikasi tanah dan kesesuaian lahan
Map, F. A. O. S. (n.d.). No Title. No Title. (2011). 1–9.