Tanah merupakan salah satu komponen abiotik penting dalam kehidupan. Digunakan
dalam berbagai kepentingan makhluk hidup seperti lahan bercocok tanam, lahan perumahan dan
perkantoran. Dalam penggunaan tanah, perlu diperhatikan beberpa aspek, supaya tanah bisa
berfungsi optimal sesuai dengan kebutuhan. Aspek yang perlu diperhatikan seperti, profil tanah,
jenis tanah, karateristik tanah, dan sifat tanah baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Salah satu
sifat yang akan dibahas di sini adalah sifat kimia. Bagaimana sifat kimia pada masing-masing
profil tanah atau dalam klasifikasi tanah, parameter kimia dari sifat tanah, dan bengaruh parameter
sifat kimia tersebut pada karakteristik tanahnya.
Profil Tanah
Profil merupakan penampang vertikal dari tanah yang memperlihatkan susunan horison.
Pengamatan profil tanah ini bisa dilakukan di lapangan. Profil tanah berbeda dari satu tempat
dengan tempat yang lain dalam hal susunan horison-horisonnya. Dalam horizonisasi, proses
diferisiansiasi menjadi suatu profil tanah, dikenal juga pembagian horison dari horison utama (O,
E, A, B, C, R); horison penciri permukaan atas (epipedon) dan horison bawah (endopedon).
Horison Tanah
Horizonisasi
Klasifikasi Tanah
Tanah sangat beragam, tapi ada yang memiliki beberapa ciri yang sama atau hampir sama.
Tanah yang memiliki kesamaan kemudian dikelompokkan dalam kelompok yang sama, dan
dibedakan dengan yang lainnya dalam klasifikasi tanah. Pengelompokkan didasarkan pada
kesamaan ciri-ciri yang dapat berupa warna, kandungan mineral, tingkat kesuburan, dan
sebagainya. Pengelopokan ini ditujukan agar tepat dalam pengelolaan tanah sesuai dengan
sifatnya. Klasifikasi ada klasifikasi alami yang lebih umum dan klasifikasi teknis sesuai dengan
penggunaan lahan. Klasifikasi alami yang dikenal di Indonesia ada 3, yaitu klasifikasi oleh USDA
(Amerika Serikat), Klasifikasi oleh FAO/UNESCO, dan klasifikasi oleh Pusat Penelitian Tanah
(PPT) Bogor. Berikut klasifikasi tanah tersebut beserta dengan karakteristik, horison penciri, dan
ciri lainnya.
Tabel 4. Karakteristik Ordo Tanah pada Klasifikasi USDA
Horison Penciri
Ordo Karakteristik
Penciri Utama Lain
Tanah yang memiliki penimbunan liat di
Kejenuhan
horizon bawah (horizon argillik); kejenuhan
Horizon basa
Alfisol basa tinggi (> 35%) pada kedalaman 180 cm.
argillic tinggi
Liat yang tertimbun adalah berasal dari
(>35%)
pencucian horizon di atasnya
Tanah yang mempunyai kelembaban tanah
Regim
arid (sangat kering), mempunyai epipedon
Aridisol kelembaban
ochrik, kadang-kadang dengan horizon penciri
aridic
lain
Tanah yang masih sangat muda, yaitu baru
Epipedon
pada tingkat permulaan dalam perkembangan
Entisol ochric, albic
tanah. Tidak ada horizon penciri lain kecuali
atau histic
epipedon ochrik, albik, atau histik
Tanah dengan kandungan bahan organik lebih
Epipedon
dari 20% (tekstur pasir), atau lebih dari 30%
Histosol histic tebal (>
(tekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan
40 cm)
organik tersebut tebalnya lebih dari 40 cm
Merupakan tanah muda tetapi lebih
berkembang daripada entisol. Umumnya tanah
Horizon
Inceptisol ini mempunyai horizon kambik. Karena tanah
kambic
ini belum berkembang lanjut, kebanyakan
tanah ini cukup subur
Tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm
KB
yang berwarna hitam (gelap), kandungan
Epipedon seluruh
Mollisol bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa
mollic solum >
lebih dari 50%. Agregasi tanah baik sehingga
50%
tanah tidak keras bila kering
Tanah tua sehingga mineral-mineral yang
mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat
tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas
Oxisol Horizon oxic
tukar kation rendah (<16 me/100 g liat).
Banyak mengandung oksida-oksida Fe atau
Al, batas horizon tidak jelas
Tanah yang horizon bawahnya mengalami
Spodosol penimbunan oksida Fe dan Al serta humus Horizon spodic
(horizon spodik), sedangkan di lapisan atas
terdapat horizon eluviasi yang berwarna pucat
(albic).
Tanah yang mengalami penimbunan liat di
KB
horizon bawah (argillic), bersifat masam, Horizon
Ultisol rendah (<
kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm argillic
35%)
kurang dari 35%.
Tanah dengan kandungan liat tinggi (> 30%) di Sifat vertic
seluruh horizon, memiliki sifat mengembang (mengembang
Vertisol dan mengkerut. Pada saat kering, tanah dan
mengkerut dan pecah-pecah, sedangkan pada mengkerut),
saat basah, tanah mengembang dan lengket liat > 30%
Mineral yang tersusun oleh atom oksigen dan silikon dinamakan dengan silikat, sedangkan
silikat yang mengandung aluminium di dalam kerangka mineralnya dinamakan dengan
alumino silikat.
Terdapat tiga struktur dasar mineral liat yang kita ketahui, yaitu tetra hedron, okta hedron, dan
kubus.
Tetrahedron adalah bentuk tiga dimensi yang terdiri atas empat buah segitiga. Bentuk ini
dapat digambarkan seperti piramida dengan sisi-sisinya berbentuk segitiga. Struktur ini
terdiri atas empat atom oksigen pada empat sudutnya, sedangkan di tengahnya terisi oleh
kation yang berukuran kecil seperti Si32+ atau Al3+. Pada struktur tetrahedron ini lebih
sering terisi oleh kation Si3,2+, sedangkan Al3+ lebih banyak dijumpai pada struktur
oktahedron.
Oktahedron dapat digambarkan seperti dua buah piramida bersisi empat yang dasarnya
digabungkan satu sama lain. Struktur oktahedron ini memiliki enam buah sudut yang terisi
oleh enam atom oksigen. Rongga di antara atom oksigen ini terlalu besar untuk kation
seperti Si3,2+. Oleh karena itu biasanya ruang ini terisi oleh kation yang berukuran sedang seperti
Al3+,Mg2+,atauFe2+.
Kubus merupakan struktur mineral yang memiliki delapan sudut yang setiap diisi oleh
oksigen. Rongga di antara sudut-sudut ini adalah cukup besar untuk diisi oleh ion
berukuran besar seperti Na+, Ca2+, dan K+.
Kelompok/Nama Rumus
Mineral Silikat Primer
Kuarsa SiO2
Velspat - Ortoklas K.AlSi3O8
- Na-plagioklas Na.AlSi3O8
-Ca-Plagioklas Ca.A12SiO8
Piroksin -Augit Ca2(Al,Fe)4(Mg,Fe)4Si6O24
-Hipersten (Mg,Fe)SiO3
-Diopsida (Mg,Ca)SiO3
1. Susunan kimia dan mineral bahan induk berpengaruh terhadap intensitas tingkat
pelapukan dan menentukan jenis vegetasi yang tumbuh di atasnya. Sebagai contoh, tanah
mineral yang kaya kapur akan menghambat terjadinya pemasaman tanah.
2. Kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi batuan beku masam, batuan beku
intermedier, dan batuan beku basa. Semakin tinggi kadar SiO2 maka sifat batuan semakin
asam.
3. Kandungan unsur kimia pada tanaman juga mempengaruhi sifat tanah yang ada di
sekitarnya. Misalnya, jenis cemara tertentu mengandung kation Ca, Mg, dan K yang
rendah
4. Nilai kejenuhan basa (KB), persentase dari total kapasitas tukar
kation (KTK) yang ditempati oleh kation-kation basa seperti kalium, kalsium,
magnesium, dan natrium. Nilai KB berhubungan erat dengan pH. Kemasaman akan
menurun dengan meningkatnya KB. Kejenuhan basa tanah berkisar 50%-80%
Tingkat kejenuhan basa suatu tanah mempengaruhi kation tanah. Hal ini
terjadi karena ada interaksi antara partikel kapur dengan partikel bahan organik
hasil dari dekomposisi oleh mikroorganisme. Partikel organik yang semula
dipengaruhioleh H+ digantikan oleh Ca+
5. Besarnya KTK tanah tergantung pada tekstur tanah, tipe mineral liat tanah, dan kandungan
bahan organik. Semakin tinggi kadar liat suatu tekstur semakin halus maka semakin besar
KTK tanah. Demikian pula pada bahan organik tanah, semakin tinggi bahan organik tanah,
semakin tinggi KTK dalam tanah
6. Kadar air menyebabkan volume tanah (bulk density) menjadi rendah dan berefek pada
daya menahan atau menyangga beban (bearing capacity).
7. Kandungan organik dalam tanah akan membuat tanah lebih lunak, lebih subur karena bisa
menahan kation (unsur hara), mencegahnya dari pencucian oleh air hujan misalnya.
Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan partikel tanah mudah pecah oleh
curah hujan dan terbawa oleh aliran permukaan sebagai erosi, dan pada kondisi ekstrem
mengakibatkan terjadinya desertifikasi.
Sulaeman, dkk. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor :
Balai Penelitian Tanah.
Dian Fiantis. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Padang : LPTIK Universitas Andalas.
Gusmara, Herry. 2016. Bahan Ajar Dasar-dasar Ilmu Tanah. Bengkulu : Universitas Bengkulu.