Anda di halaman 1dari 21

Kandungan Kimia pada Tanah dan Pengaruhnya Terhadap Karakteristik Tanah

Tanah merupakan salah satu komponen abiotik penting dalam kehidupan. Digunakan
dalam berbagai kepentingan makhluk hidup seperti lahan bercocok tanam, lahan perumahan dan
perkantoran. Dalam penggunaan tanah, perlu diperhatikan beberpa aspek, supaya tanah bisa
berfungsi optimal sesuai dengan kebutuhan. Aspek yang perlu diperhatikan seperti, profil tanah,
jenis tanah, karateristik tanah, dan sifat tanah baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Salah satu
sifat yang akan dibahas di sini adalah sifat kimia. Bagaimana sifat kimia pada masing-masing
profil tanah atau dalam klasifikasi tanah, parameter kimia dari sifat tanah, dan bengaruh parameter
sifat kimia tersebut pada karakteristik tanahnya.

Profil Tanah
Profil merupakan penampang vertikal dari tanah yang memperlihatkan susunan horison.
Pengamatan profil tanah ini bisa dilakukan di lapangan. Profil tanah berbeda dari satu tempat
dengan tempat yang lain dalam hal susunan horison-horisonnya. Dalam horizonisasi, proses
diferisiansiasi menjadi suatu profil tanah, dikenal juga pembagian horison dari horison utama (O,
E, A, B, C, R); horison penciri permukaan atas (epipedon) dan horison bawah (endopedon).

Horison Tanah

Tabel 1. Susunan Horison Utama pada Suatu Profil Tanah


NO Horison Ciri-ciri
1 O (Organik)  Kadar organik tinggi
 Fraksi mineral sedikit
 Semakin tebal akumulasi bahan organik, semakin
tebal
 Terjadi aktivitas biologi yang tinggi

O1 :Bentuk asli sisa-sisa tanaman masih dapat


dibedakan
O2 : Bentuk aslsi sisa-sisa tanaman tidak dapat
dibedakan
2 A  Akumulasi bahan organik halus dengan bahan
mineral
 Dijumpai perakaran kasar, halus, dan sedang
 Pencucian liat, asam-asam organik, kation tanah
(Ca2+, K+, Mg2+)

A1 : bahan mineral bercampur dengan bahan organik


(humus) dan memiliki warna gelap
A2 : horizon A yang telah mengalami pencucian
maksimal dari liat, bahan organik, dan kation.
Warnanya lebih terang daripada A1
A3 : peralihan horison A ke B, tapi lebih mirip A
3 E (Eluviasi)  Mengalami eluviasi dan pencucian liat, Fe, Al, dan
bahan organik
 Berwarna paling pucat dan terang
 Dominasi pasir dan debu
4 B  Iluviasi (penimbunan) liat, Fe, Al, humus, karbonat,
gipsum, atau silika
 Penimbunan seskuioksida (Fe2O3 dan Al2O3) akibat
pencucian Si
 Berwarna lebih merah
 Struktur tanah gumpal, gumpal bersudut, prismatik,
atau tiang

B1 : peralihan A ke B tapi lebih mirip B


B2 : iluvasi maksimum terhadap bahan liat, kation, Fe,
Al, dan bahan Organik
B3 : peralihan B ke C tapi lebih mirip B
5 C  Banyak batuan tidak padat, pecahan batu
 Terdapat akar tanaman halus
6 Batuan Induk (R)  Batuan keras

Horizonisasi

Tabel 2. Horison Permukaan Tanah Bagian Atas (Epipedon)


No Epipedon Ciri-ciri
1 Antropik  Mirip epipedon mollik, tapi kandungan P2O5 lebih tinggi (>1500 ppm
dalam asam sitrat)
 Tulang belulang meningkatkan kadar Ca dan P tanah
 Tinggi kadar P meningkatkan persentase kejenuhan basa (KB) tanah.
 Jika tanah tidak diirigasi, seluruhnya kering selama 9 bulan setiap tahunnya
2 Folistik  Tersusun oleh bahan organik
o Tebalnya ≥20 cm dan mengandung 75% serat sphagnum atau
mempunyai BV <0.1 Mgm-3; atau
o Tebalnya ≥ 15 cm; atau
 Horison Ap yang dicampur sampai kedalaman 25 cm mempunyai kadar C
organik (persen berat) :
o Sebesar ≥16% jika tanah mengandung ≥60% liat; atau
o Sebesar ≥8% jika tanah tidak mempunyai liat; atau
o 8% + (%liat)/7.5 jika liat tanah <60%
 Ditemui di daerah sejuk dan basah
3 Histik  Tersusun oleh bahan organik
o Tebalnya 20 cm sampai 60 cm dan mengandung ≥75% serat
sphagnum atau mempunyai BV <0.1 Mgm-3; atau
o Tebalnya 20 sampai 40 cm; atau
 Horison Ap yang dicampur sampai kedalaman 25 cm mempunyai kadar C
organik (persen berat) :
o Sebesar ≥16% jika tanah mengandung ≥60% liat; atau
o Sebesar ≥8% jika tanah tidak mempunyai liat; atau
o 8% + (%liat)/7.5 jika liat tanah <60%
4 Melanik  Tebal ≥30 cm
 Hitam
 Bahan organik tinggi
 Dijumpai pada bahan induk vulkanis
 Mempunyai sifat dan ciri tanah andik,
o Al0 + ½ Fe0 ≥2% (Al dan Fe terlarut dengan amonium oksalat asam)
o Berat Volume (BV) ≤0.90 Mgm-3
o Retensi P ≥85%
 Warna Munsell value dan chroma ≤ 2 dan indek melanik ≤1.7
 Kadar C organik ≥6%, pada horison lain ≥4%
5 Mollik  Permukaan gelap, warna Munsell value dan chroma ≤ 3 (basah) dan ≤ 5
(kering)
 Kaya bahan organik, kadar C organik ≥2.5%
 Relatif tebal sekitar 25 cm
 Kejenuhan Basa (NH4OAc) ≥50%
 Mengandung 1500 ppm P2O5 larut dalam asam sitrat
6 Ochrik  Biasanya terdapat dibawah vegetasi hutan
 Berwarna cerah dan tipis
 Kadar bahan organik rendah
 Dapat mencapai horison eluviasi yang terletak di atas horison argillik,
kandik, natrik, atau spodik
7 Plaggen  Permukaan berwarna yang dibuat oleh manusia
 Warna gelap, warna Munsell value 1-4 chroma ≤2
 Tebal > 50 cm akibat pemupukan tahunan
 Kadar C organik 1.5%-4%
 Mengandung serpihan atau bongkahan batu bata/keramik
 Terdapat jejak penggunaan skop atau cangkul
8 Umbrik  Permukaan tebal
 Berwarna gelap
 Kaya bahan organik
 Perbedaan dengan epipedon mollik : KB epipedon umbrik ≤ 50%, tidak
harus lunak jika kering serta berkembang karena curah hujan yang tinggi

Tabel 3. Horison Penciri Di Bawah Permukaan (Endopedon)


No Horison Ciri-ciri
1 Agrik  Mengandung akumulasi debu, liat, dan humus
 Ketebalan ≥10 cm
 5% atau lebih lobang cacing termasuk ‘coating’ tebalnya ≥2 mm dan
warna Munsell value (lembab) ≤4 dan chroma ≤2; atau
 5 % atau lebih lamellae tebalnya ≥5 mm dan warna Munsell value
(lembab) ≤4 dan chroma ≤2
2 Albik  Berwarna putih
 Kehilangan liat dan tekstur kasar
 Kya mineral yang stabil seperti kuarsa, turmalin, dan rutil
 Tidak ada bahan organik
 Pertikel tanah tidak beragregat
 pH dan Eh tanah lebih tinggi daripada argilik
 KTK rendah
 Struktur tanah lempeng (platy)
3 Argillik  Akumulasi liat silikat ≥20% dari horison diatasnya
 Akumulasi oksida-oksida besi dan alumunium
 Bahan organik terikat dengan komples liat
 pH dan Eh lebih rendah (pH 4.5-6.0) dibandingkan dengan horison
eluvial ataupun albik
 KTK cukup tinggi
 Struktur tanah gumpal (blocky)
4 Kalsik  Ketebalan ≥15 cm
 Horison tidak mengeras atau tersedimentasi
 Kadar CaCO3 ≥15% yang 5% dari horison diatasnya atau;
 Kadar CaCO3 ≥5% dengan kadar liat ≤18%
 Kelas butir tanah lebih kasar dari berpasir
5 Kandik  Illuvasi liat aktivitas rendah
 KTK < 16 cmolckg-1 liat
 mempunyai ketebalan 30 cm; atau 15 cm jika dibawahnya
terdapat kontak densik, litik, paralitik atau petroferrik;
 Tekstur pasir sangat halus berlempung atau lebih halus;
 kandungan C organik menurun secara teratur dengan bertambahnya
kedalaman
6 Kambik  hasil perubahan secara fisika, pelapukan
kimia minimal ataupun perpindahan partikel-partikel tanah.
 Tebal 15 cm
 Bertekstur pasir sangat halus ataupun lebih halus lagi dan tanah tidak
keras;
 masih mengandung beberapa mineral mudah lapuk;
 perkembangan tanah genetik tetapi tanpa akumulasi liat yang
ekstrim;
 tidak dijumpai mantel liat (clay skin);
 Warna Munsell chroma keras dan hue kemerahan;
 perpindahan karbonat ataupun oksida-oksida besi dan aluminium.
7 Duripan  horison bawah-permukaan tersementasi oleh silika dan
tidak mudah hancur oleh air atau HCl.
 horison tersementasi oleh silika lebih dari 50% (berdasarkan
volume);
 adanya akumulasi opal atau bentukan lain dari silika seperti tudung
laminar, coating atau mengisi sebahagian celah dan penyambung
antara butiran pasir dan fragmen batuan;
 kurang dari 50% dari volume fragmen kering udara pecah dalam 1 N
HCl jika terendam cukup lama dan sebahagian lain pecah jika
direndam dengan NaOH atau KOH pekat;
 akar hanya dapat menembus tanah melalui rekahan-rekahan vertikal
yang berjarak 10 cm.
8 Fragnipan  horison bawah-permukaan dengan bulk density yang
tinggi, rapuh bila lembab dan keras bila kering.
 tebal 15 cm;
 terlihat bukti telah terjadi proses pedogenesis seperti perubahan
struktur tanah;
 struktur berupa prismatik yang kasar, tiang, gumpal atau masif;
 kurang dari 50% dari volume kemasan tanah (berukuran 5 - 10 cm)
kering udara pecah jika direndam dalam air;
 akar hanya dapat menembus tanah melalui rekahan-rekahan struktur
tanah yang berjarak 10 cm.
10 Glossik  horison yang menyerupai lidah dan terbentuk
sebagai hasil degradasi horison argilik, kandik atau natrik dimana liat
dan senyawa besi oksida bebas telah dipindahkan.
 tebal 5 cm;
 terletak antara horison albik dan argillik, kandik, natrik atau
fragipan;
 15 - 85 % dari horison glosik tersusun dari bahan albik eluvial dan
sisanya dari bahan iluvial horison argilik, kandik atau natrik
11 Gipsik  horison illuvial yang senyawa gipsum
sekundernya telah terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar.
 tebal 15 cm;
 tidak tersementasi atau tidak mengeras seperti horison petrogipsik;
 terdapat gipsum sebesar 5% dan 1% terlihat sebagai gipsum
sekunder
 hasil kali antara ketebalan (dalam cm) dan persentase kandungan
gipsum 150.
11 Natrik  illuviasi liat yang mempunyai struktur tanah berbentuk
prismatik atau tiang akibat tingginya kadar natrium (Na) di dalam tanah.
 Salah satu hal berikut:
Struktur tiang atau prisma pada sebagian horison; atau
Struktur gumpal dengan partikel-partikel debu dan pasir tanpa
coating
 Salah satu hal berikut:
Na-dd 15%; rasio adsorpsi natrium 13; atau
Jumlah Mg + Na-dd > Ca-dd + H-dd (pada pH 8.2).

12 Orstein  horison bawah-permukaan tanah yang tersementasi oleh


bahan-bahan spodik
 tebal 25 mm dan 50% tersementasi;
 pada Aquods, ortstein terletak sejajar dengan permukaan tanah
 sedangkan pada Orthods berbentuk tiang, lidah-lidah atau jembatan
yang tidak beraturan dengan arah vertikal;
 akar hanya dapat menembus tanah melalui rekahan-rekahan struktur
tanah yang berjarak 10 cm
13 Oksik  horison yang telah mengalami pelapukan lanjut
dan terdiri dari campuran oksida besi dan aluminium, kuarsa dan
kaolinit, biasanya dijumpai di daratan geomorfik tropis tua dan stabil
 tebal 30 cm;
 kadar liat tinggi;
 mengandung sedikit ataupun tanpa mineral mudah lapuk (primer);
 KTK 16 cmol kg-1 tanah; KTK (NH4Cl tanpa buffer) < 10 me/100 g
liat
 tanah sulit terdispersi
14 Petrokalsik  horison illuvial dari calsium karbonat
sekunder yang telah tersementasi atau mengeras (indurasi) dengan atau
tanpa silica atau bahan sementasi lainnya;
 tebal 10 cm; atau 1 cm jika ada tudung laminar yang terletak
langsung diatas batuan dasar
 akar hanya dapat menembus tanah melalui rengkahan-rengkahan
vertikal yang berjarak 10 cm atau lebih
15 Petrogipsik  horison illuvial dari calsium sulfat (gipsum)
sekunder yang telah tersementasi atau mengeras
 tebal 10 cm;
 akar hanya dapat menembus tanah melalui rekahan-rekahan vertikal
yang berjarak 10 cm atau lebih;
 kadar gipsum 5% dan hasil kali kadar gipsum dengan ketebalan
horison 150.
16 Placik  horison padas yang tipis berwarna hitam sampai
merah gelap
 tersementasi akibat Fe, Mn dan bahan organik dengan atau
tanpa bahan sementasi lainnya
 tebal 1 - 10 mm, terletak pada kedalaman kurang dari 50 cm
 terdapat pada daerah sejuk, beriklim lembab dengan tingkat
evapotranspirasi yang rendah
 akar hanya dapat menembus tanah melalui rekahan-rekahan vertikal
yang berjarak 10 cm
17 Salik  horison akumulasi garam mudah larut seperti NaCl,
biasa ditemui di daerah beriklim kering dimana evapotranspirasi
melebihi presipitasi
 tebal 15 cm atau lebih
 selama 90 hari atau lebih dalam tahaun-tahun normal mempunyai:
o daya hantar listrik (DHL = EC = electrical conductivity) dari
pasta jenuh air 30 dS/m; dan
o hasil kali antara DHL (dalam dS/m) dengan ketebalan horison
(dalam cm) adalah 900.
18 Sombik  berwarna gelap
akibat iluviasi bahan organik tetapi tidak mengandung Al atau Fe
 terdapat di daerah pegunungan dengan iklim yang dingin
 pelindihan berjalan intensif, KB < 50% (dengan NH4OAc)
 mengandung lebih banyak bahan organik dibandingkan horison di
atasnya dan warna Munsell value dan chroma rendah
19 Spodik  iluvial yang diperkaya dengan oksida Fe
dan Al serta bahan organik yang amorfus
 berwarna coklat kemerahan akibat akumulasi sekunder dari 85%
bahan spodik
 biasanya terdapat dibawah horizon albik dan bertekstur debu kasar
hingga berpasir;
 pH (H2O) 5.9;
 karbon organik 0.6%;
 Alo + 1/2 Feo 0.5%
20 Sulfurik  terdapat pada tanah sulfat masam yang telah didrainase secara buatan
dan diatas bahan sulfidik
 pH tanah sangat rendah (pH H2O < 3.5)
 terdapat mottling (karatan) berwarna kekuningan
 banyak ditemui mineral jarosit

Klasifikasi Tanah
Tanah sangat beragam, tapi ada yang memiliki beberapa ciri yang sama atau hampir sama.
Tanah yang memiliki kesamaan kemudian dikelompokkan dalam kelompok yang sama, dan
dibedakan dengan yang lainnya dalam klasifikasi tanah. Pengelompokkan didasarkan pada
kesamaan ciri-ciri yang dapat berupa warna, kandungan mineral, tingkat kesuburan, dan
sebagainya. Pengelopokan ini ditujukan agar tepat dalam pengelolaan tanah sesuai dengan
sifatnya. Klasifikasi ada klasifikasi alami yang lebih umum dan klasifikasi teknis sesuai dengan
penggunaan lahan. Klasifikasi alami yang dikenal di Indonesia ada 3, yaitu klasifikasi oleh USDA
(Amerika Serikat), Klasifikasi oleh FAO/UNESCO, dan klasifikasi oleh Pusat Penelitian Tanah
(PPT) Bogor. Berikut klasifikasi tanah tersebut beserta dengan karakteristik, horison penciri, dan
ciri lainnya.
Tabel 4. Karakteristik Ordo Tanah pada Klasifikasi USDA
Horison Penciri
Ordo Karakteristik
Penciri Utama Lain
Tanah yang memiliki penimbunan liat di
Kejenuhan
horizon bawah (horizon argillik); kejenuhan
Horizon basa
Alfisol basa tinggi (> 35%) pada kedalaman 180 cm.
argillic tinggi
Liat yang tertimbun adalah berasal dari
(>35%)
pencucian horizon di atasnya
Tanah yang mempunyai kelembaban tanah
Regim
arid (sangat kering), mempunyai epipedon
Aridisol kelembaban
ochrik, kadang-kadang dengan horizon penciri
aridic
lain
Tanah yang masih sangat muda, yaitu baru
Epipedon
pada tingkat permulaan dalam perkembangan
Entisol ochric, albic
tanah. Tidak ada horizon penciri lain kecuali
atau histic
epipedon ochrik, albik, atau histik
Tanah dengan kandungan bahan organik lebih
Epipedon
dari 20% (tekstur pasir), atau lebih dari 30%
Histosol histic tebal (>
(tekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan
40 cm)
organik tersebut tebalnya lebih dari 40 cm
Merupakan tanah muda tetapi lebih
berkembang daripada entisol. Umumnya tanah
Horizon
Inceptisol ini mempunyai horizon kambik. Karena tanah
kambic
ini belum berkembang lanjut, kebanyakan
tanah ini cukup subur
Tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm
KB
yang berwarna hitam (gelap), kandungan
Epipedon seluruh
Mollisol bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa
mollic solum >
lebih dari 50%. Agregasi tanah baik sehingga
50%
tanah tidak keras bila kering
Tanah tua sehingga mineral-mineral yang
mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat
tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas
Oxisol Horizon oxic
tukar kation rendah (<16 me/100 g liat).
Banyak mengandung oksida-oksida Fe atau
Al, batas horizon tidak jelas
Tanah yang horizon bawahnya mengalami
Spodosol penimbunan oksida Fe dan Al serta humus Horizon spodic
(horizon spodik), sedangkan di lapisan atas
terdapat horizon eluviasi yang berwarna pucat
(albic).
Tanah yang mengalami penimbunan liat di
KB
horizon bawah (argillic), bersifat masam, Horizon
Ultisol rendah (<
kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm argillic
35%)
kurang dari 35%.
Tanah dengan kandungan liat tinggi (> 30%) di Sifat vertic
seluruh horizon, memiliki sifat mengembang (mengembang
Vertisol dan mengkerut. Pada saat kering, tanah dan
mengkerut dan pecah-pecah, sedangkan pada mengkerut),
saat basah, tanah mengembang dan lengket liat > 30%

Tabel 5. Padanan Nama Tanah Menurut Berbagai Sistem Klasifikasi (Disederhanakan)


Dudal-Soepraptoharjo PPT FAO/UNESCO Soil Taxonomy
Tanah Aluvial Tanah Aluvial Fluvisol Entisol, Inceptisol
Andosol Andosol Andosol Inceptisol
Tanah hutan- coklat Kambisol Cambisol Inceptisol
Grumosol Grumosol Vertisol Vertisol
Latosol Kambisol Cambisol Inceptisol
Latosol Nitosol Ultisol
Lateritik Ferralsol Oxisol
Mediteran Mediteran Luvisol Alfisol/ Inceptisol
Organosol Organosol Histosol Histosol
Podsol Podsol Podsol Spodosol
Podsolik merah kuning Podsolik Acrisol Ultisol
Podsolik coklat Kambisol Cambisol Inceptisol
Podsolik coklat
Podsolik Acrisol Ultisol
kekelabuan
Regosol Regosol Regosol Entisol
Rendzina Rendzina Rendzina Rendoll
Tanah berglei Gleisol Gleysel Aquic (sub-order)
Glei humus rendah Gleisol humik Glei humus Gleisol
Hidromorf kelabu Podsolik gleiik Acrisol Gleyic
Aluvial Gleisol hidrik Hidromorf
Planosol Planosol Planosol Aqualf
Tabel 6.Sifat Umum Jenis Tanah (Great Group) Menurut Sistem PPT
No Jenis Tanah Sifat-sifat
1 Organosol  Tanah organik (gambut) dengan ketebalan >50 cm
2 Lithosol  Tanah mineral dengan ketebalan ó 20 cm
 Di bawahnya terdapat batuan keras yang padu
3 Rendzina  Tanah dengan epipedon mollik ( warna gelap, bahan organik > 1%,
kejenuhan basa >50%)
 di bawahnya terdapat batuan kapur
4 Grumusol  kadar liat >30%
 mengembang dan mmengerut
5 Gleisol  Jenuh air,
 Berwarna kelabu
 Sifatnya hidromorf yang lain
6 Alluvial  Berasal dari endapan baru
 Berlapis-lapis
 Bahan organik jumlahnya tidak stabil
7 Latosol  Kadar liat >60%
 Remah sampai gumpal
 Gembur
 Warna tanah seragam
 Kejenuhan Basa <50%
8 Kambisol  Seperti Latosol, Kejenuhan Basa >50%
9 Nitosol  Penimbunan liat
 Kadar liat <20%
 Sifat ortoksik (KTK <24 me/100g liat)
10 Podsolik  Penimbunan liat
 Kejenuhan Basa <50%
11 Mediteran  Seperti podsolik, kejenuhan basa >50%
12 Planosol  Permeabilitas lambat
 Ciri-ciri hidromorfik
13 Podsol  Penimbunan besi, Al oksida, dan bahan organik
14 Oksiol  Tanah tua
 Fraksi liat dengan aktivitas rendah
 KTK rendah (<16 me/100 g liat)
Tingkat Perkembangan Tanah
Pada proses pembentukan tanah melaui tahapan pelapukan. Dari faktor waktu, tanah juga
bisa dibedakan berdasarkan tingkat perkembangan waktu, sebagai tanah muda, tanah dewasa,
dan tanah tua.

Tabel 7. Tingkat Perkembangan Tanah dan Ciri-ciri


No Tingkat Perkembangan Tanah Ciri-ciri
1 Tanah muda  pembentukan tanah baru pada tahap pencampuran
bahan organik dengan bahan mineral yang terdapat di
permukaan tanah
 Pembentukan struktur tanah terjadi karena adanya
pengaruh bahan organic
 Horizon yang terbentuk pada tanah ini baru horizon A
dan C
 sifat tanahnya masih didominasi oleh sifat bahan
induknya
Contoh tanah ini adalah Entisol (Aluvial, Regosol).
2 Tanah dewasa terus mengalami pelapukan serta pencucian lanjut
sehingga terbentuklah horizon B
Tingkat kesuburan tanah ini adalah yang paling tinggi
karena di satu fihak unsur hara dari mineral telah
tersedia dan di lain fihak pencucian/pelindian hara
belum begitu intensif
Contoh tanah ini adalah Inceptisol (latosol coklat,
andosol), Vertisol, dan Mollisol.
3 Tanah tua pelapukan serta pencucian bahan-bahan telah berjalan
secara lanjut
horizon tanah telah mengalami diferensiasi secara
nyata
kekurangan kation basa sehingga tanah menjadi
masam dan miskin unsur hara.
Contoh tanah tua adalah Ultisol (Podsolik Merah
Kuning; PMK) dan Oxisol (Laterit).
Klasifikasi Tanah di Lapangan

No Klasifikasi Tanah Ciri-Ciri


1 Pasir dan kerikil  agregat tak berkohesi
 tersusun dari regmin-regmin subangular
 berukuran 1/8 inch untuk pasir
 berukuran 1/8-8 inch untuk kerikil
 >8 inch disebut bongkahan
2 Hardpan  Tanah dengan tahanan besar
 Bergradasi baik
 Padat
 Agregat partikel mineral kohesif

3 Lanau Anorganik  Butiran halusa


 Plastisitaas kecil nyaris tak ada
 Mengandung kuarsa sedimentasi
4 Lanau organik  Agak plastis
 Berbutir halus dengan campuran pertikel
organik
 Warna abu-abu terang sampai gelap
 Mengandung H2S, CO2.
 Permeabilitas rendah
 Komprebilitas tinggi
5 Lempung  Agregat partikel berukuran mikroskopis dan
submikroskopis
 Plastis dalam kadar air sedang-luas
 Keras saat kering
 Permeabilitas rendah
6 Lempung organik  Adanya bahan organik yang terpisah dalam
keadaan jenuh
 Kopresibel
 Kekuatannya tnggi dala kondisi kering.
 Warna abu-abu tua-hitam
7 Gambut  Agregat berserat dari tumbuhan
 Warna coklat terang-hitam
 Kopresibel
Tabel Sistem Klasifikasi Tanah USCS
Jenis Tanah Prefiks Sub kelompok Sufiks
Gradasi baik W
Kerikil G Gradasi buruk P
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung C wL < 50% L
Organik O wL < 50% H
Gambut Pt
(Sumber : Bowles, 1989)

Tabel 10 Unsur Kimia Tanah Lempung


Unsur/Senyawa Lempung (%)
Silica (SiO2) 75.40
Kalsium Oksida (CaO) 0.70
Magnesium Oksida (MgO) 0.71
Besi Oksida (Fe2O3) 0.01
Aluminium Karbonat (Al2O3) 14.10
(Sumber : Edriani ; 2012)

Mineral dalam Tanah


Komposisi mineral di dalam tanah akan mempengaruhi kualitas tanah karena kandungan unsur
penyusun mineral biasanya berbeda antara jenis mineral terutama antara mineral primer dan
mineral sekunder. Mineral primer seperti olivin, feldspar, apatit, mika, dan sejenisnya
mengandung sejumlah unsur hara seperti Ca, Mg, Fe, dan K sehingga lebih baik terhadap
kesuburan tanah (Sposito, 2010). Jika mineral ini mengalami pelapukan lanjut, maka akan
terbentuk mineral sekunder yang menyebabkan unsur-unsur tersebut hilang dan mineral tanah
cenderung didominasi oleh Si, Al, dan Fe (Bohn et al., 2005). Identifikasi mineral tanah bisa
dilakukan dengan diraksi sinar-X (XRD), sayatan tipis dan mikroskop polarisasi (elektron).
Dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat 9 unsur utama yang paling banyak dijumpai di
dalam mineral tanah, yaitu:

Unsur Kimia Kandungan (%)


1. Oksigen 60
2. Silikon 20
3. Aluminium 6
4. Hidrogen 3
5. Natrium 3
6. Kalsium 2
7. Besi 2
8. Magnesium 2
9. Kalium 1

Mineral yang tersusun oleh atom oksigen dan silikon dinamakan dengan silikat, sedangkan
silikat yang mengandung aluminium di dalam kerangka mineralnya dinamakan dengan
alumino silikat.
Terdapat tiga struktur dasar mineral liat yang kita ketahui, yaitu tetra hedron, okta hedron, dan
kubus.
Tetrahedron adalah bentuk tiga dimensi yang terdiri atas empat buah segitiga. Bentuk ini
dapat digambarkan seperti piramida dengan sisi-sisinya berbentuk segitiga. Struktur ini
terdiri atas empat atom oksigen pada empat sudutnya, sedangkan di tengahnya terisi oleh
kation yang berukuran kecil seperti Si32+ atau Al3+. Pada struktur tetrahedron ini lebih
sering terisi oleh kation Si3,2+, sedangkan Al3+ lebih banyak dijumpai pada struktur
oktahedron.
Oktahedron dapat digambarkan seperti dua buah piramida bersisi empat yang dasarnya
digabungkan satu sama lain. Struktur oktahedron ini memiliki enam buah sudut yang terisi
oleh enam atom oksigen. Rongga di antara atom oksigen ini terlalu besar untuk kation
seperti Si3,2+. Oleh karena itu biasanya ruang ini terisi oleh kation yang berukuran sedang seperti
Al3+,Mg2+,atauFe2+.
Kubus merupakan struktur mineral yang memiliki delapan sudut yang setiap diisi oleh
oksigen. Rongga di antara sudut-sudut ini adalah cukup besar untuk diisi oleh ion
berukuran besar seperti Na+, Ca2+, dan K+.

Pembagian Mineral Liat di dalam Tanah


1. Mineral liat Al-Silikat, tersusun atas Al dan silikat, dibedakan menjadi
a. Mineral Al-silikat dengan bentuk kristalin. Contoh : kaolinit, haloisit,
montmorillonit, dan illit.
b. Mineral Al-silikat amoft. Contoh alofan pada andosol.
c. Berdasarakan jumlah lapisan Si-tetrahedron : Al-oktahedron, dibedakan menjadi :
i. Mineral liat tipe 1:1
ii. Mineral liat tipe 2:1
iii. Mineral liat tipe 2:2
2. Seskuioksida
Mineral banyak terdapat pada tanah tua di daerah tropika. Oksida-nya bersifat amoft dan
memiliki KTK rendah. Sebaliknya oksida Al dan Fe biasanya bermuatan positif sehingga
dapat memfiksasi ion fosfat melalui pertukaran anion.
Al(OH)3  Al(OH)2+ + OH
Al(OH)2+ + H2PO4-  Al(OH)2H2PO4
3. Mineral Primer
Di dalam fraksi liat tanah, kadang dijumpai mineral primer seperti kuarsa, feldspar, dan
sebagainya. Mineral-mineral ini berukuran sangat halus, yaitu kurang dari 2æ

Tabel Beberapa Mineral Liat Penting

No Mineral Liat Ciri-Ciri


1 Kaolinit  Tipe 1:1
 Ikatan hidrogen kuat
 Tidak mudah mengembang atau mengerut
 Substitusi isomorfik kecil, muatan negatifnya
rendah
 Muatan negatif tergantung pada pH, pH tinggi
muatan negatifnya tinggi
 Dijumpai di tanah merah (coklat) terdrainase
baik
2 Montmorillonit  Tipe 2:1
 Ikatan oksigen lemah
 Mudah mengembang (basah) dan mengerut
(kering)
 Memiliki kelebihan muatan negatif
 Dijumpai pada Vertisol (grumosol)
3 Illit  Hidrous mika
 Tipe 2 :1
 Terjadi pergantian sebagian ion K+ oleh ion H+
 Muatan negatif cukup tinggi akibat pergantian
ion Si3,2+ dengan Al3+
 KTK 10-40 me 100 g-1
4 Alofan  Amorf
 Dijumpai pada tanah andosol
 KTK sangat tinggi
 Fiksasi fosfor (P) tinggi
Tabel Mineral Primer dan Sekunder, Silikat dan Bukan Silikat yang Umum Dijumpai
dalam Tanah.

Kelompok/Nama Rumus
Mineral Silikat Primer
Kuarsa SiO2
Velspat - Ortoklas K.AlSi3O8
- Na-plagioklas Na.AlSi3O8
-Ca-Plagioklas Ca.A12SiO8
Piroksin -Augit Ca2(Al,Fe)4(Mg,Fe)4Si6O24
-Hipersten (Mg,Fe)SiO3
-Diopsida (Mg,Ca)SiO3

Mineral Silikat Sekunder


Mineral liat -Kaolit Al4Si4 O10(OH)8
-Montmorillonit (Al,Mg)4 Si8O20(OH)4
- Illit Al4SiAlO20(OH)4K

Mineral Sekunder Lainnya


Kalsit CaCO3
Dolomit CaMg(CO3)2
Gips CaSO4.H2O
Tabel 9 rumus kimia beberapa mineral liat penting dimana terjadi substitusi dalam
lempeng Oktaeder dan Tetraeder dan Molekul yang terdapat unit kristal.
Kation dominan dalam lempeng Jumlah Antar unit Unit muatan
Mineral Liat
Oktaeder Tetraeder O dan H kation lempeng
Kaolit Al4 Si4 O10 OH8 0
-
Pirovilit Al4 Si4 O20 OH 0
-
Monmorillonit Al3,5 Mg0,5 (Na Si8 O20 OH4 0,5
-
0,5)

Vermikulit Mg6 Si7Al O20 OH 4 nH2O 1,0


Klorit Mg6 Si6Al2 O20 OH 4 Mg6(OH )12 2,0
Illit Al4 Si7Al O20 OH4 K0,8 1,0
Muskovit Al4 Si6Al2 O20 OH 4 K2 2,0

Pengaruh Sifat Kimia Terhadap Karakteristik Tanah


Parameter sifat kimia tanah yang menjadi ciri-ciri dari beberapa klasifikasi tanah di atas,
yaitu kadar organik (C-organik), kandungan unsur kimia (Na, Ca, Mg, Fe, Al, dsb), Kejenuhan
basa (KB), Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan pH tanah. Parameter-parameter tersebut secara
garis besar memberi pengaruh pada kemasaman tanah. Di mana tingkat kemasaman tanah bisa
dilihat dari pH tanahnya. Kadar bahan organik (C-organik) memberi pengaruh pada naiknya pH
(menjadi alkalin), seiring meningkatnya kadar organik. Ketika pH naik (kemasaman rendah) unsur
hara dapat bertahan (tidak mengalammi pencucian). Parameter kimia tersebut juga dapat
digunakan sebagai tolok ukur klasifikasi tanah, pembagian horizon tanah sebagai penciri. Peran
pH dalam tanah sendiri ialah menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap tanaman,
menunjukkan kemungkinan adanya unsur beracun, dan mempengaruhi perkembangan jasad renik.

Pengaruh dari sifat kimia terhadap karakteristik tanah, yaitu :

1. Susunan kimia dan mineral bahan induk berpengaruh terhadap intensitas tingkat
pelapukan dan menentukan jenis vegetasi yang tumbuh di atasnya. Sebagai contoh, tanah
mineral yang kaya kapur akan menghambat terjadinya pemasaman tanah.
2. Kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi batuan beku masam, batuan beku
intermedier, dan batuan beku basa. Semakin tinggi kadar SiO2 maka sifat batuan semakin
asam.
3. Kandungan unsur kimia pada tanaman juga mempengaruhi sifat tanah yang ada di
sekitarnya. Misalnya, jenis cemara tertentu mengandung kation Ca, Mg, dan K yang
rendah
4. Nilai kejenuhan basa (KB), persentase dari total kapasitas tukar
kation (KTK) yang ditempati oleh kation-kation basa seperti kalium, kalsium,
magnesium, dan natrium. Nilai KB berhubungan erat dengan pH. Kemasaman akan
menurun dengan meningkatnya KB. Kejenuhan basa tanah berkisar 50%-80%
Tingkat kejenuhan basa suatu tanah mempengaruhi kation tanah. Hal ini
terjadi karena ada interaksi antara partikel kapur dengan partikel bahan organik
hasil dari dekomposisi oleh mikroorganisme. Partikel organik yang semula
dipengaruhioleh H+ digantikan oleh Ca+
5. Besarnya KTK tanah tergantung pada tekstur tanah, tipe mineral liat tanah, dan kandungan
bahan organik. Semakin tinggi kadar liat suatu tekstur semakin halus maka semakin besar
KTK tanah. Demikian pula pada bahan organik tanah, semakin tinggi bahan organik tanah,
semakin tinggi KTK dalam tanah
6. Kadar air menyebabkan volume tanah (bulk density) menjadi rendah dan berefek pada
daya menahan atau menyangga beban (bearing capacity).
7. Kandungan organik dalam tanah akan membuat tanah lebih lunak, lebih subur karena bisa
menahan kation (unsur hara), mencegahnya dari pencucian oleh air hujan misalnya.
Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan partikel tanah mudah pecah oleh
curah hujan dan terbawa oleh aliran permukaan sebagai erosi, dan pada kondisi ekstrem
mengakibatkan terjadinya desertifikasi.

8. Kation mempengaruhi pH, kemasaman, tanah.


9. Keasaman mempengaruhi tingkat korosifitas terhadap beton dan baja, semakin asam tanah
akan meningkatkan tingkat pelapukan, asam membuat tanah semakin lunak.
10. Karbonasi menurunkan pH beton dan berpengaruh pada kemampuannya untuk menahan
komponen di dalamnya. Ketika terpapar keasaman lingkungan, beton melapuk menjadi
pasir dan batuan.
11. Semen portland, agen pengikat beton, memiliki pH 11, membuatnya alkalin. Masalahnya
semen tersebut tidak tahan terhadap berbagai senyawa asam dengan baik. Seiring pH
menurun di bawah 6,5, deorientasi beton bertambah.
12. Warna hitam biasanya dikaitkan oleh penyelimutan mineral tanah oleh bahan organic
sedangkan warna merah disebabkan oleh oksida besi
13. Dengan jenis tanah utamanya Ultisol, Oxisol, Inceptisol, dan kadang-kadang Alfisol
(Alexander and DuShey, 2011; Furian et al., 1999; Chappel, 1999). Jenis tanah sangat erat
kaitannya dengan kandungan mineral tanah didalamnya. Mineral tanah sangat
mempengaruhi proses infiltrasi dan perkolasi air tanah. Infiltrasi dan perkolasi air akan
lambat jika kadar mineral liat tanah meningkat dan menjadi lebih cepat jika kadar mineral
resisten tanah lebih banyak. Oleh sebab itu sangat penting untuk mengetahui kandungan
mineral tanah sebagai indicator dalam menilai stabilitas tanah pada daerah berlereng.
14. Tanah-tanah yang banyak mengandung lempung mengalami perubahan volume ketika
kadar air berubah. Perubahan itulah yang membahayakan bagunan. Tingkat
pengembangan secara umum bergantung pada beberapa faktor yaitu tipe dan jumlah
mineral yang ada di dalam tanah, kadar air, susunan tanah, konsentrasi garam dalam air
pori, sementasi, adanya bahan organik,
15. pH asam tanah akan menetralisir flokasi (penggumpalan) sedangkan alkali akan
mempercepat adanya flokasi pada tanah lempung.
16. Mineral liat ini memiliki muatan listrik negatif (anion) yang terjadi disebabkan (1)
terjadinya kelebihan muatan negatif pada ujung patahan kristal, baik pada lembar Si-
tetrahedron maupun pada Al-oktahedron, (2) terjadinya disosiasi ion H+ dari gugusan OH
yang terdapat pada tepi atau ujung kristal. Pada pH rendah, ion H+ terikat erat, sedangkan
pada pH tinggi, ion H+ mudah terlepas sehingga muatan negatif mineral meningkat.
Muatan ini disebut dengan muatan tergantung pH, dan (3) substitusi isomorfik, yaitu
penggantian kation dalam struktur kristal oleh kation lain yang berukuran sama, namun,
bervalensi berbeda. Misalnya penggantian Al3+ oleh Mg2+ atau Fe2+ dalam sisi Al-
oktahedron, atau penggantian Si32+ oleh Al3+ pada lembar Si-tetrahedron. Penggantian ini
mengakibatkan kelebihan muatan negative pada liat
Daftar Pustaka
How Humidity and pH Affect Concrete Degradation https://www.polygongroup.com/en-
US/blog/how-humidity-and-ph-affect-concrete-degradation/ diakses pada 17/01/2020.

Sulaeman, dkk. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor :
Balai Penelitian Tanah.
Dian Fiantis. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Padang : LPTIK Universitas Andalas.
Gusmara, Herry. 2016. Bahan Ajar Dasar-dasar Ilmu Tanah. Bengkulu : Universitas Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai