Anda di halaman 1dari 29

DAGANG TEKNOLOGI

KEMASAMAN TANAH

Arjuna Judeo Sipayung


Permasalahan dan Solusi Pemecahan

Tanah Pertanian di Indonesia


1. Sebagian besar tanah tidak subur
2. Kepemilkan lahan rata-rata sempit
3. Banyak dimiliki orang kota
4. Konversi lahan sangat cepat
5. Penurunan kualitas lahan karena erosi
Lahan yang relatif subur di gunakan untuk
kegiatan non pertanian.

1. Setiap tahun 30.000 ha lahan pertanian


dikonversi ke lahan non pertanian.
2. Justru banyak terjadi di P Jawa yang relatif
subur
Jalan tol Padaleunyi, 2004

Lahan kepemilikan petani umumnya sangat


kecil.

3. Rata-rata petani hanya mempunyai 0.25 ha.


4. Banyak petani yang hanya mengandalkan
tenaga sebagai buruh tani.

Majingklak- Pangandaran, 2004


Karakteristik Tanah di Indonesia

Beriklim basah
1. Tanah dominan: Podsolik, Latosol /
Ultisol, Inceptisol
2. Reaksi tanah masam Jasinga, 2003
3. Lahan datar sebagian besar sudah
digunakan
4. Lahan yang banyak tersedia adalah
daerah berlereng, berbukit dan
bergunung)

Pelabuhan Ratu, 2003

Erosi

Akibat Erosi ? Usaha pencegahan ?

Banten, 2003
Erosi
Faktor-faktor yang mempengaruhi:

• Sifat hujan ……. Curah Hujan, Intensitas hujan

• Sifat lahan …….. Lereng,


……... penutup lahan

• Sifat Tanah …….. Tebal solum,


tekstur, kemantapan agregat
Lahan terbuka
mempercepat erosi
Lahan berlereng dan terbuka mempercepat erosi
Lahan berlereng yang ditanami akan mengurangi erosi
Permasalahan Tanah Masam

• Kandungan basa-basa rendah


• Al-dd yang dapat meracuni tanaman tinggi
• Umumnya KTK rendah
• Ketersediaan hara P rendah
• Activitas bakteri tidak optimum

Erosi mungkin terjadi pada daerah berlereng curam dan terbuka.


Hukum Minimum Liebig

• Liebig's Law of Limiting Factors:


• the most deficient factor limits
plant growth
• increasing the supply of non-limiting
factors will not increase plant growth
• Only by increasing most deficient
factor will the plant growth increase
• There is also an optimum
combination of the factors and
increasing them, individually or in
various combinations, can lead to
toxicity for the plant
5.5 pH Tanah
 pH tanah menunjukkan konsentrasi ion hidrogen dalam
tanah.
 Semakin tinggi konsentrasi ion H, semakin masam sifat
tanah tersebut.

pH = – Log [ H+]

pH = 0 14
Masam Netral Basa
pH & Ca dan Mg:
Ketersediaan Ketersediaan maksimum: pH = 6 - 8.5
Hara Ketersediaan minim pada tanah dg : pH < 4.0

N, K dan S:
Ketersediaan maksimum: pH > 6
Ketersediaan minim pada tanah dg : pH < 4.0

Fosfat :
Ketersediaan maksimum: pH = 6 - 7.5
Ketersediaan minim pada tanah dg : pH < 4.0

Fe, Mn,Zn, Cu,Co :


Ketersediaan maksimum: pH < 5.5
Ketersediaan minim pada tanah dg : pH > 7.5

Mo: Ketersediaan maksimum pd pH > 6.5


SIFAT KIMIA TANAH

Sumber Kemasaman Tanah

Sumber kemasaman tanah :


 ion H,
 Ion Al yang dalam reaksinya akan menyumbangkan ion H.

Al+3 + H2O  Al(OH)+2 + H+

Al(OH)+2 + H2O  Al(OH)2+ + H+

Al(OH)+ + H2O  Al(OH)3 + H+


Gibsit
SIFAT KIMIA TANAH

Pengapuran Tanah :
1. Jenis-jenis Kapur Pertanian
a. Kapur Karbonat
 Dari penggilingan batu kapur
 Kalsit (CaCO3) dan Dolomit (Ca.Mg(CO3)2
b. Kapur Tohor (kapur Oksida)
 Dari pembakaran batu kapur
 Kalsium Oksida (CaO)

c. Kapur Hidroksida (Kapur Tembok)


 Dari pemberian air pada kapur oksida
 Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)
SIFAT KIMIA TANAH

Kapur karbonat
i l i ng
G
Batu Kapur Bak Bakar
ar
Kapur oksida

+Air
Kapur
hidroksida
SIFAT KIMIA TANAH

Pengapuran Tanah :
2. Peranan Kapur Pertanian
a. Perbaikan Sifat Fisik Tanah
 Granulasi : Kemantapan Struktur Tanah

b. Perbaikan Sifat Kimia Tanah


 Sumber hara Ca dan Mg
 Meingkatkan KTK, pH  ketersediaan hara lain
 Menghilangkan pengaruh buruk unsur mikro

c. Perbaikan Biologi Tanah


 Sumber hara Ca dan Mg
 Meingkatkan aktivitas biologi tanah
SIFAT KIMIA TANAH

Pengapuran Tanah :
3. Pengaruh Buruk Kapur Pertanian
 Over liming : Unsur mikro dan P Tidak tersedia
4. Ukuran Kapur Pertanian
 50 % melalui saringan 20 mesh, 100 % melalui
saringan
60 mesh
5. Kebutuhan Kapur Pertanian
 1 sampai 1,5 kali Al-dd
SIFAT KIMIA TANAH

Perhitungan Kebutuhan Kapur :


Misal Kandungan Al-dd tanah = 2 me/100 g.
 Kebutuhan Kapur = 1 kali Al-dd = 2 me Ca/100 g tanah
atau tiap 100 g tanah perlu 2 me Ca = 40 mg Ca
 Bobot tanah 1 ha, tebal 20 cm, bobot isi 1,2 g/cm3
= 2.400.000 kg = 2,4 x 109 g
2,4 x 109 g
 Kebtuhan Ca = x 40 mg = 96 x
107 mg
100 g
 Kebutuhan Ca = 960 kg atau CaCO3 = 2,4 ton
pH & Ca dan Mg:
Ketersediaan Ketersediaan maksimum: pH = 6 - 8.5
Hara Ketersediaan minim pada tanah dg : pH < 4.0

N, K dan S:
Ketersediaan maksimum: pH > 6
Ketersediaan minim pada tanah dg : pH < 4.0

Fosfat :
Ketersediaan maksimum: pH = 6 - 7.5
Ketersediaan minim pada tanah dg : pH < 4.0

Fe, Mn,Zn, Cu,Co :


Ketersediaan maksimum: pH < 5.5
Ketersediaan minim pada tanah dg : pH > 7.5

Mo: Ketersediaan maksimum pd pH > 6.5


pH & Ca dan Mg:
Ketersediaan Ketersediaan maksimum: pH = 6 - 8.5
Hara Ketersediaan minim pada tanah dg : pH < 4.0

N, K dan S:
Ketersediaan maksimum: pH > 6
Ketersediaan minim pada tanah dg : pH < 4.0

Fosfat :
Ketersediaan maksimum: pH = 6 - 7.5
Ketersediaan minim pada tanah dg : pH < 4.0

Fe, Mn,Zn, Cu,Co :


Ketersediaan maksimum: pH < 5.5
Ketersediaan minim pada tanah dg : pH > 7.5

Mo: Ketersediaan maksimum pd pH > 6.5


SUMBER (5)

Coal ash
POTENSI
• Tahun 1998 Amerika Serikat menghasilkan sekitar 74.9 juta ton produk
pembakaran batubara (PPB) atau coal combustion products (CCP), Inggris
sekitar 10 juta ton dan Australia sekitar 8 juta ton. Sebagian PSPB ini, dalam
bentuk abu terbang, telah digunakan untuk campuran semen, beton,
konstruksi jalan raya, dan lain-lain
• Indonesia? ESDM memperkirakan konsumsi batubara Indonesia tahun 2010
untuk PLTU saja sekitar 60-70 juta ton. Lainnya: industri semen, baja,
kertas, tekstil, dll
• Contoh PT. PJB Paiton (800 MW)  konsumsi batubara 220.000 ton/bulan
• Secara teoritis, dengan memperhitungkan kadar PPB sebesar 1.0-1.5 %,
maka PPB yang dihasilkan Indonesia diperkirakan sekitar 600 ribu – 1 juta
ton/tahun  berapa fly ash? berapa bottom ash?
KOMPOSISI (1)

• Abu terbang memiliki pH alkalin (11-12) dengan susunan kimia


didominasi oleh SiO2 dan Al2O3. Karena susunan kimianya sangat
bervariasi, abu terbang dikelompokkan menjadi kelas F (kaya Fe)
dan kelas C (kaya Ca)
KOMPOSISI (2)
Typical Chemistry of Coal Fly Ash (in Wt.%)

Class F Class F Class C


Intermediate
(low Fe) (high Fe) (high Ca)
SiO2 46-57 42-54 25-42 46-59

Al2O3 18-29 16.5-24 15-21 14-22

Fe2O3 6-16 16-24 5-10 5-13

CaO 1.8-5.5 1.3-3.8 17-32 8-16

MgO 0.7-2.1 0.3-1.2 4-12.5 3.2-4.9

K 2O 1.9-2.8 2.1-2.7 0.3-1.6 0.6-1.1

Na2O 0.2-1.1 0.2-0.9 0.8-6.0 1.3-4.2

SO3 0.4-2.9 0.5-1.8 0.4-5.0 0.4-2.5

LOI 0.6-4.8 1.2-5.0 0.1-1.0 0.1-2.3

TiO2 1-2 1-1.5 <1 <1

Sumber: ASTM C618


KOMPOSISI (3)
Trace Elemental Analysis Coal Fly Ash (Class F)

in mg/kg (NA = Not Available)

(Range) (Range)
As 286 (100-300) Li 270 (NA)
Ba 1.003 (100-1000) Mn 290 (NA)
B 290 (NA) Mo 46 (NA)
Cd <0.5 (NA) Ni 169 (30-200)
Cr 218 (NA) Se 11 (5-30)
Co NA (10-90) Ag 14 (NA)
Cu 185 (30-200) P2O5 3800 (NA)
Pb 114 (120-270) Sr NA (200-2600)
Sumber: ? Ti 8.500 (NA)
Zn 254 (200-450)
KOMPOSISI (4)
Trace Elemental Analysis Coal Ash (PLTU Paiton)*

Abu dasar Kadar Normal Batas kritis


Logam Berat
segar* dalam Tanah** dalam tanah**
Pb (ppm) 35 2 - 300 100 - 400
Cd (ppm) 3 0.001 - 2.0 3-8
Co (ppm) 26 0.5 - 65 25 - 50
Cr (ppm) td 5 - 1500 75 - 100
Ni (ppm) 21 2 - 750 100
As (ppm) td 0.1 - 40 20 - 50
Hg (ppm) td 0.01 - 0.5 0.3 - 5

Sumber:
* Agustini (2016)
** Alloway (1995)
KOMPOSISI (5)
Perubahan komposisi akibat pencucian di landfill

Abu terbang 6 Abu terbang 5


Parameter Abu segar
bulan tahun
pH H2O (1:2) 11,1 9,4 8,4
EC (1:2) (dSm-
3,12 0,76 0,39
1
)
K (ppm) 150 100 50
Na (ppm) 1.808 1.572 751
Ca (ppm) 1.780 808 559
Mg (ppm) 82 48 34
Fe (ppm) 648 528 453
Cu (ppm) 12 6 4
Zn (ppm) 30 24 22
Mn (ppm) 223 198 158
Cr (ppm) 14 13 2
Ni (ppm) 40 38 31
Sumber: Hardiyanti (2011); bahan: abu terbang PLTU Suralaya
KOMPOSISI (6)
Kekhawatiran terhadap kandungan logam berat
• Logam berat dalam abu terbang dikhawatirkan
mencemari lingkungan akibat infiltrasi
• PP 18/1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
• PP 85/1999 tentang Perubahan atas PP 18/1999
• Syarat uji TCLP (Toxicity Characteristic Leaching
Procedure), LD50 (Lethal Dose 50%),
• PP 101/2014 tentang Pengelolaan Limbah B3

Anda mungkin juga menyukai