Anda di halaman 1dari 14

Sebaran Tanah Masam

Tanah masam (acid soils) dalah tanah-tanah yang


memiliki pH rendah (agak masam hingga sangat
masam atau <6 5), baik berupa lahan kering atau
natai (upland) maupun lahan basah (wetland).

Umumnya tanah masam tersebar di kawasan


iklim tropika basah dengan curah hujan tinggi
(1.500 3.000 mm/tahun) seperti Indonesia,
Brazil, Afrika Tengah Barat, Malaysia,Thailand,
Banglades, Papua Newgini, dll.

Indonesia, memiliki tanah masam yang cukup


luas, sebagian besar tersebar di berbagai pulau,
yaitu :

Tabel : Sebaran tanah


masam di Jenis
Indonesia
tanah
Pulau Aluvia Latoso Organoso Podsol Podsolik Jumlah
l

(Juta
ha)
Jawa madura
Sumatera
Kalimantan
Sulawesi
Nusa
Tenggara
Maluku
Irian Jaya

2,55
5,68
5,74
1,56
0,31
0,49
2,58

2,78
6,01
4,47
2,65
0,56
0,33
0,36

0.03
8,18
6,52
0,24
0,53
10,88

1.03
4,58
-

0,33
14,70
10,95
1,31
2,41
8,71

5,69
35,6
32,26
5,76
0,87
3,76
22,53

Jumlah

18,91

17,16

26,39

5,61

38,41

106,4
7

Persen

17,76

16,12

24,78

5,27

36,08

100.0

POTENSI TANAH MASAM

Potensi tanah masam dapat berupa :

Lahan kering (upland) : Ultisol, Oxisol, Spodosol, sebagian Inseptisol, Alfisol, dan Andisol

Lahan basah (wetland/lowland)


- Tanah gambut (histosol)
- Tanah sulfat masam (sulfaquent, Sulfaquept)
- Tanah rawa lainnya.

Jenis tanah Podsolik (setara Ultisol,Alfisol, Inseptisol) merupakan tanah masam yang terluas (38.41 juta
ha), sedangkan urutan kedua ditempati oleh Organosol atau Histisol (27.06 juta ha) selebihnya adalah
Aluvial (Entisol)& Latosol (Oxisol, Inceptisol).

Aluvial dan Latosol umunya telah digunkan sebagi lahan pertanian. yang masih dapat dikembngkan
adalah jenis tanah Podsolik (PMK) & tanah Organosol (gambut, sulfat masam).

Tanah Podsolikn (terutama ordo Ultisol) dan Organosol merupakan tanah masam yang berdasarkan
luas/penyebarannya masih cukup berpotensi untuk dikembangkan sebagai areal pertanian tetapi
dihadapkan pada sejumlah persoalan.Karena kedua lahan tersebut lahan marjinal.

Lahan marjinal: lahan dengan potensi rendah sampai sangat rendah untuk menghasilkan tanaman
pertanian, N00r, 1996).

PENYEBAB KEMASAMAN
TANAH
Tanah Mineral

Curah hujan tinggi

Pencucian basa-basa (CaO, MgO, Na2O,

K2O, dll)

Pemekatan Al dan Fe (Residual)(Al2O3, Fe2O3, SiO2 & Aluminosilika)

Pelapukan Al dari mineral Alumino-silikat)(membebskan Al++


+)

Al dijerap oleh Koloid tanah

Hidrolisis Al menyumbangkan H+ (Al+++ Tanah Mineral

TANAH MENJADI MASAM

PENYBAB KEMASAMAN
TANAH

Kemasaman tanah juga disebabkan oleh :


- Asam-asam yang berasal dari
dekomposisi bahan
asam
karbonat (H2CO3)
- H2SO4 dan HNO3 dari aktivitas organisme dan pelapukan
- Oksidasi mineral pirit
- Reaksi dari pupuk seperti urea, fosfat, dan ZA

organik & anorganik, seperti


bahan organik

Contoh reaksi Pupuk Urea :


CO(NH2)2 + 2 H2O ----> (NH4)2CO3
(NH4)2CO3 ----> 2 NH4 + CO3=
2 NH4+ + 3O2 ----> 2 HNO2 + 2H+ + 2H2O
2 NHO2+ + ----> 2 NO- + 2H+
Tanah Organik, kemasaman tanahnya bisa disebabkan oleh :
- Asam-asam yang berasal dari dekomposisi Bahan Organik dan
- Oksidasi mineral pirit
- Reaksi dari pupuk yang diberikan

SIFAT KEMASAMAN TANAH


Kemasaman Tanah dibedakan atas :
a. Kemasaman Aktif (aktual)
Kemasaman ini ditunjukkan oleh kepekatan ion H +
dalam larutan tanah
b. Kemasaman Potensial (cadangan)
Kemasaman ini ditunjukkan oleh
kepekatan
ion
H+
yang terjerap
pada
kompleks koloid yang
selalu menyumbangkan ion tersebut ke
dalam
larutan
tanah.
Hubugan tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut :
Ion H terjerap koloid <==> Ion H dalam larutan tanah
(kemasaman potensial)
(kemasaman aktif).
Kemasaman potensial lebih berbahaya karena hidrolisis Al dapat meningkat
konsentrasi Al dalam larutan tanah sehingga mengganggu pertumbuhan
tanaman.
Hidrolisis ini biasanya akan terjadi jika pH tanah < 5,5, sedangkan pada pH > 5,5
Al3+ akan mengendap menjadi Al(OH)3o
Untuk menetralkan Al3+ (Al dapat ditukar = Al-dd) dapat dilakukan dengan
pengapuran (liming).

PROBLEMA KEMASAMAN
TANAH
Pada dasarnya kemasaman tanah tidak menjadi masalah jika digunakan asas
adaptasi yaitu menanam tanaman yang toteran terhadap reaksi yang
masam. Tetapi bagi tanaman yang tidak toleran seperti : padi gogo, jagung,
kedelai,tomat, leguminosa, cabai dst akan menjadi masalah yang serius.
Mengingat sebagian besar lahan yang tersedia bereaksi masam, maka
masalah kemasaman tanah ini perlu ditangani dengan sungguh-sungguh.
Problema dan Pengaruh Kemasaman Tanah :
1.
Kelarutan Al yang tinggi sehingga meracuni tanaman (masalah utama)
2.
Kelarutan Mn dan Fe yang cukup tinggi
3.
Ketersediaan P yang sangat rendah karena diikat oleh Fe dan Al
4.
Kekahatan Mo, N, dan S
5.
Penambatan N oleh Rhizobium terhambat
6.
Ketersediaan unsur basa (K, Ca, adan Mg) rendah
7.
Kapasitas Tukar Kation (KTK) Rendah
8.
Dan lain-laim.

Keracunan pada tanaman dapat ditinjau


dari aspek :

Fisiologi, yaitu gangguan proses fisiologi


pada tanaman

morfologis, yaitun berkurangnya potensi


tumbuh dan atau komponen produksi dari
sutu tanaman atau rusaknya bagian
tanaman.

RACUNAAN ALUMINIUM PADA


KETANAMAN

Akibat keracunan Al :
1. Gangguan metabolisme seperti
heksosoa fosfat pada proses respirasi
2. Menghambat translokasi P dan unsur
hara lainnya ke bagian atas
3. Menghambat pembelahan sel
4. Pertumbuhan akar pendek-pendek
bahkan sistem perakaran akan rusak
5. Menghambat penyerapan hara oleh
tanaman seperti p, Ca, K, Mn, Fe, dan
Cu (Lee, 1971, Chandler & Silva, 1979).

PENGAPURAN (LIMING)
Pengapuran yaitu pemberian kapur ke dalam tanah untuk memperbaiki
kesuburan tanah baik sifat-sifat fisika, kimia, maupun biologi tanah
(pengertian umum).
Secara khusus, pengapuran adalah pemberian kapur untuk menetralisir
kemasaman tanah.
Tujuan pengapuran :
1. Menaikkan pH tanah (di wilayah tropika)
Misalnya pH dinaikkan hingga 6,5 atau 7
2. Menetralkan Al-dd (di wilayah tropika)
misalnya : pemberian kapur didsarkan pada Al-dd
3. Menyediakan hara Ca dan atu Mg bagi tanaman
misalnya pemberian domit (Ca,Mg(CO3)2).
4. Memperbaiki sifat-sifat fisika tanah, karena kapur dianggap sebagai
agen penyemen agregat (cementing agent).
5. Merangsang aktivitas mikroorgaisme.
6. Dan lain-lain

BAHAN DAN MUTU KAPUR


MACAM-MACAM BAHAN KAPUR :
1. Kapur karbonat (kapur dari batu kapur, sehingga perlu digiling terlebih dahulu)
Misalnya : - kalsit (CaCO 3)
- dolomit Ca,Mg(CO3)2
2. Kapur oksida (kapur yang diperoleh dari hasil pembakaran batu kapur)
Misalnya : tepung kapur (CaO)
3. Kapur hidroksida (kapur yang diperoleh dengan menambah air pada kapur bakar).
Misalnya : kapur tembok Ca(OH) 2
4. Kapur silikat (kapur yang mengandung silikat)
Misalnya : kapur silikat (CaSiO 3).
5. Kapur sulfat (kapur yang mengandung sulfat)
Misalnya : gibbs (CaSO 4)
6. Kapur fosfat (kapur yang mengandung fosfat)
Misalnya : batuan fosfat (Ca3(PO3)2
7. Pupuk kandang
Mutu kapur tergantung pada : jenis kapur, tingkat kehalusan, dan pengaruhnya pada
tanah.

12

PENENTUAN KEBUTUHAN KAPUR


Metode Penentuan Kebutuhan Kapur :
1. Metode titrasi asam basa
Mentitrasi sampel tanah dengan larutan basa standar dan menentukan
jumlah basa yang dibtuhkan untuk menaikkan pH ke sutu nilai tertentu.
Misalnya : 1 me basa setara 2,25 ton CaCO3 murni.
2. Metode larutan penyangga (bufer solution methods)
Misalnya :
Setiap penurunan pH 0,1 dari pH semula penyangga disetarakan dengan 1
ton CaCO3/ha.
3. Metode Al dapat ditukar (Al-dd)
kebutuhan kapur didasarkan pada tingkat netralitas Al-dd yang diinginkan.
Al-dd diektrak dengan 1N KCl.
Misalnya : 50 % ~ 0,5 x Al-dd
100 % ~ 1,0 x Al-dd, dst.
standar kapur : 1 me Al ~ 1,5 me Ca yang setara dengan 1.50 1,65 ton
CaCO3/ha
3. Metode Sanchez & salinas (1981)
Mempertimbangkan toleransi tanaman terhadap Al.

DAMPAK PENGAPURAN
DAMPAK PASITIF :
Aspek kimia tanah :
Menurunkaan kandungan Al tertukar (Al-dd)
Menurunkan kelarutan Mn dan Fe
Meningkatkan ketersediaan Ca, Mg, K. dan N
Meningkatkan ketersediaan P, Mo dan S
Meningkatkan KTK tanah
Meningkatkan pH tanah masam
Dengan demikian berarti bahwa mikoriza sangat berperan dalam penyerapan hara tanaman.
Aspek Fisika Tanah :
Merangsang perbaikan struktur tanah/agregat tanah, dll
Aspek Biologi Tanah :
Merangsang pertumbuhan organisme tanah
Merangsang perombakan/mineralisasi bahan organik dan hara tanaman
Meningkatkan aktivitas penambatan N baik simbioti maupun non-simbiotik.
DAMPAK NEGATIF :
Pemberian berlebihan dapat berpengaruh buruk pada tanah dan lingkungan, antara lain :
Dapat meningkatkan pencucian hara kation selain Ca
Menurunkan peran Fe-oksida dalam stabilitas agregat
Menurunkan ketersediaan hara mikro
Mempercepat kehabisan bahan organik tanah
Meningkat umlah muatan positif karena sebagian besar bahan kapur mempunyai PZT tinggi.

Anda mungkin juga menyukai