Anda di halaman 1dari 10

Nama : Dyah Ayu Prosanti

NIM : 175040201111001
Kelas : B

UJIAN AKHIR PRAKTIKUM


MORFOLOGI, GENESIS DAN KLASIFIKASI TANAH

NO. PEDON : JB_MNA_HILLOCK_5_TS0226

250 meter arah timur laut dari perumahan cikubang, Selasari, Parigi,
Lokasi : Pangandaran, Jawa Barat
Long : 108.4964 BT Lat : -7.6439  LS
Elevasi : 848 Mdpl
Penggunaan Lahan : Kebun
Vegetasi : Mahoni, kelapa, sengon, nangka
Kode Geologi : Tmpl
Bahan Induk : Batugamping klastik
Relief : Berbukit Kecil
Lereng : 25 %, Beda Tinggi: m
Batuan Permukaan : 30%
Erosi : Permukaan, Ringan
Drainase : Baik
Permeabilitas : Sedang
Aliran Permukaan : Sedang
Rejim Lengas Tanah : Udik
Rejim Suhu Tanah : Isohipotermik
Surveyor : Luqman

Deskripsi Tanah
( A ) 0-18 cm; Black (10YR 2/1) Lembab; lempung berdebu ; Gumpal
Membulat, Halus, Lemah; , , ; Batuan 15-35, 1-5; Pori-pori mikro Banyak,
meso Banyak dan makro Sedikit; Akar halus sedikit; pH Netral 7.36; KB
98.9 % H2O2 10% = sedang ; H2O2 3% = Sedikit ; HCl = banyak ;
Fragment gamping; Batas Rata dan Baur. Beralih ke-

( Bw ) 18-32 cm; Very dark gray (10 YR 3/1) Lembab;lempung berliat ;


Gumpal Membulat, Sedang, Sedang; Agak teguh, , ; Batuan , ; Pori-pori
mikro Banyak, meso Biasa dan makro Sedikit; Akar halus sedikit; pH 6.92;
KB 97.0% H2O2 10% = sedikit ; HCl = Sedikit; Batas Rata dan Jelas.
Beralih ke-
( C ) 32-40 cm; Dark yellowish brown (10YR 3/4) Lembab; lempung
berliat; ; Gumpal Membulat, Sedang , Sedang ; Agak teguh , , ; Batuan
>35, 5-10; Pori-pori mikro banyak , meso biasa dan makro sedikit ; Akar
halus sedikit ; pH ; ; Batas dan . Beralih ke-

( R ) >40 cm; (Batugamping Klastik)

SALINITA KEJENUHAN
COLE BAHAN ORGANIK KTK
KET S pH H20 BASA
mm % % cmol(+)/kg %
Top Soil 7.36 5.80 48.44 98.93
Sub Soil 6.92 3.55 49.51 97.04

DISKUSI PEDON 1 (JB_MNA_HILLOCK_5_TS0226)


1. Tentukan horizon penciri dan horizon genetik deskripsi tanah di atas!
Jawab:
A : hal ini dikarenakan lahan digunakan sebagai kebun dengan vegetasi tanaman tahunan,
sehingga sedikit sekali dilakukan pengolahan tanah
Bw1 : adanya perkembangan warna, tekstur, dan ukuran struktur
C : batuan yang mulai melapuk
R : lapisan batuan dasar yang sudah tersementasi kuat, yaitu batu gamping
Epipedon : Molik  dikarenakan memenuhi syarat ketebalan yaitu 18 cm, KB > 50%, BO >
1,0%
Endopedon : Kambik  dikarenakan memenuhi syarat ketebalan yaitu > 15 cm, terdapat
alterasi warna, tidak termasuk bagian dari horison Ap

2. Klasifikan profil tanah di atas menggunakan Keys of Soil Taxonomy!


Jawab:
Epipedon : Molik
Endopedon : Kambik
Ordo : Mollisols  dikarenakan memenuhi persyaratan mempunyai epipedon molik,
dengan nilai KB pada seluruh lapisan > 50%
Sub Ordo : Rendolls  dikarenakan memiliki epipedon molik setebal < 50 cm, tidak
memiliki horison argilik atau kalsik, memiliki bahan dari tanah mineral dengan diameter <
7,5 cm serta mengandung CaCO3 ekuivalen sebanyak 40% di dalam epipedon molik, dan
memiliki rejim kelembaban tanah udik
Group : Haprendolls  karena tidak memenuhi syarat grup yang lain, Rendolls yang lain
Sub Group : Inceptic Haprendolls  ialah tanah Haprendolls lain yang memiliki horison
kambik

3. Jelaskan proses pedogenesis yang terjadi!


Jawab: Mollisols ialah tanah yang biasanya terbentuk pada daerah semi kering untuk
wilayah semi-lembab. Mollisols terbentuk pada daerah yang memiliki curah hujan tinggi
serta memiliki bahan induknya biasanya batu gamping, loess, atau pasi tertutup angin. Di
Indonesia, mollisols umumnya ditemukan di daerah bukit kapur (sub ordo Rendoll),
sehingga karena tanah bersolum dangkal penggunaannya cukup terbatas[CITATION Ali01 \l
1033 ]. proses melanisasi ialah proses pedogenesis utama yang terjadi pada tanah Mollisol
merupakan proses percampuran bahan organik dengan bahan mineral sehingga terbentuk
warna hitam (gelap) seperti pada horison A yang berwarna gelap [ CITATION Ray171 \l 1057 ].
Adapun proses melanisasi menurut Allen dan Fanning (1983) ialah gabungan dari beberapa
proses yaitu :
a. Prolifirasi akar-akar rumput, yaitu penyebaran akar-akar ke dalam profil tanah
b. Pelapukan bahan organik di dalam tanah membentuk senyawa-senyawa yang stabil dan
berwarna gelap (polisakharida dan liat)
c. Pencampuran bahan organik dan bahan mineral tanah akibat kegiatan biota tanah
sehingga membentuk kompleks mineral organik yang berwarna gelap dan membentuk
gundukan
d. Eluviasi dan iluviasi koloid organik dan beberapa koloid mineral melalui rongga tanah
membentuk selaput bahan organik hitam di sekeliling tanah
e. Pembentukan senyawa lingo protein yang resisten sehingga warna tanah menjadi hitam

4. Bagaimana pengelolaan lahan yang tepat pada jenis tanah tersebut?


Jawab: Tanah Mollisols pada daerah kapur memiliki solum yang dangkal sehingga dapat
menghambat perkembangan akar tanaman. Apabila dikelola sebagai lahan pertanian maka
dibutuhkan jenis tanaman dengan perakaran yang dangkal dan manajemen pengairan yang
baik. Pada daerah berlereng dan mempunyai solum agak dalam biasanya ditanami
tanaman tahunan untuk mencegah terjadinya erosi [ CITATION Sim03 \l 1057 ].
NO. PEDON : JB_TGM_FOOT SLOPE_5_TS0092

300 meter arah barat laut situ rancamaya, Sukasenang, Sindangkasih,


Lokasi : Ciamis, Jawa Barat
Long : 108.2511  BT Lat : -7.2938  LS

Elevasi : 1774 mdpl

Penggunaan Lahan : Kebun Campuran

Vegetasi : Bambu, mahoni, singkong

Kode Geologi : QTvs

Bahan Induk : Volcanic breccia, lava and tuff; its distribution forming flat and hilly areas

Relief : Berombak

Lereng : 28 %, Beda Tinggi: 17.2 m

Batuan Permukaan : -

Erosi : Permukaan, Ringan

Drainase : Baik

Permeabilitas : Sedang

Aliran Permukaan : Sedang

Rejim Lengas Tanah : Udik

Rejim Suhu Tanah : Isohipotermik

Surveyor : Luqman

Deskripsi Tanah

( A ) 0-20 cm; Dark brown (7,5YR 3/3) Lembab; Lempung Berliat;


Gumpal Membulat, Halus, Lemah; , , Agak Plastis; Batuan , ; Pori-pori
mikro Biasa, meso Biasa dan makro Sedikit; Akar halus biasa; pH Agak
Masam 6.53; KB 34.3%; Bereaksi dengan H 2O2 10% Sedang; Batas
Rata dan . Beralih ke-

( Bw1 ) 20-45 cm; Dark reddish brown (5YR 3/4) Lembab; Liat; Gumpal
Membulat, Halus, Lemah; Gembur, Lekat, Plastis; Batuan , ; Pori-pori
mikro Banyak, meso Biasa dan makro Sedikit; Akar halus biasa; pH Agak
Masam 6.91; KB 22.7%; Bereaksi dengan H 2O2 10% sedikit; Batas Rata
dan . Beralih ke-
( Bw2 ) 45-76 cm; Reddish brown (5YR 4/3) Lembab; Liat; Gumpal
Membulat, Halus, Sedang; Gembur, Lekat, Plastis; Batuan , ; Pori-pori
mikro Banyak, meso Biasa dan makro Sedikit; Akar halus biasa; pH Agak
Masam pH Agak Masam 6.91; KB 22.7%; ; Batas Rata dan . Beralih ke-

( Bt1 ) 76-90 cm; Yellowish red (5YR 4/6) Lembab; Liat; Gumpal
Membulat, Medium , Sedang; Gembur, Lekat, Plastis; Batuan , ; Pori-pori
mikro Banyak, meso Biasa dan makro Sedikit; Akar halus , sedang ,
kasar ; pH Agak Masam pH Agak Masam 6.91; KB 22.7%; Selaput liat;
Batas Rata dan . Beralih ke-
( Bt2 ) 90-130 cm; Yellowish red (5YR 5/6) Lembab ;Liat ;Gumpal
Membulat ,Medium , Sedang, Agak Teguh ;Lekat ,Plastis , ; Batuan , ;
Pori-pori mikro Banyak, meso Biasa dan makro Sedikit ; Akar halus
sedikit, terdapat selaput liat; pH Agak Masam 6.91; KB 22.7% ; ; Batas
dan . Beralih ke-

130 -… cm; (pengamatan hanya sampai 130 cm selebihnya


diasumsikan sama dengan horizon sebelumnya)

SALINITA KEJENUHAN
COLE BAHAN ORGANIK KTK
S BASA
KET pH H20
cmol(+)/k
mm % % %
g
Top Soil 6.53 2.52 27.05 34.40
Sub Soil 6.91 3.77 39.69 22.79

DISKUSI PEDON 2 (JB_TGM_FOOT SLOPE_5_TS0092)


1. Tentukan horizon penciri dan horizon genetik deskripsi tanah di atas!
Jawab:
A : vegetasi tanaman tahunan mengindikasikan tidak ada pengolahan
Bw1 : adanya perkembangan warna dan tekstur
Bw2 : adanya perkembangan warna
Bt1 : adanya akumulasi liat ditandai dengan selaput liat
Bt2 : adanya akumulasi liat ditandai dengan selaput liat
Epipedon : Umbrik  ketebalan epipedon >18 cm, KB <50%, BO > 1,0%
Endopedon : Argilik  adanya iluviasi liat terbukti dengan selaput liat

2. Klasifikan profil tanah di atas menggunakan Keys of Soil Taxonomy!


Jawab:
Epipedon : Umbrik
Endopedon : Argilik
Ordo : Alfisols  tidak mempunyai epipedon plagen, mempunyai horison argilik
Sub Ordo : Udalfs  Alfisols yang lain
Group : Hapludalfs  Udalfs yang lain
Sub Group : Typic Hapludalfs  Hapludalfs yang lain

3. Jelaskan proses pedogenesis yang terjadi!


Jawab : Tanah alfisol ialah tanah yang telah mengalami perkembangan dengan karakteristik
profil tanah membentuk sekuen horison A/E/Bt/C. Tanah ini terbentuk melalui proses
kombinasi antara podsolisasi dan laterisasi pada daerah iklim basah. Podsolisasi ialah
proses pedogenesis tanah dimana terjadi pemindahan Al dan Fe dan/atau bahan organik
dari suatu horison ke horison lain secara kimia lalu terjadi penimbunan Si karena tidak ikut
tercuci [ CITATION Ray171 \l 1057 ]. Pada tanah alfisol terbentuk horizon argilik diakibatkan
adanya perpindahan dan akumulasi liat di horison B pada kedalaman 23-74 cm.
Kemampuan memasok kation basa sedang hingga tinggi memberikan bukti hanya terjadi
pencucian sedang di tanah Alfisol (Wijanarko et al., 2007). Selain itu tanah alfisol terbentuk
pada daerah dengan curah hujan tinggi yang berguna untuk menggerakkan lempung turun
ke bawah sehingga terbentuk horizon argilik. Alfisol umumnya terbentuk dibawah berbagai
ragam hutan atau tertutup semak. Alfisol terjadi di beberapa daerah hutan yang
memperoleh hujan kurang atau di daerah basah dimana memiliki bahan induk batu kapur
yang menghambat terjadinya kemasaman tanah [ CITATION Sud02 \l 1033 ].

4. Bagaimana pengelolaan lahan yang tepat pada jenis tanah tersebut?


Jawab: Alfisol sangat potensial untuk pengembangan budidaya tanaman. Namun usaha
pertanian yang dilakukan secara terus menerus tanpa pengelolaan yang baik akan
menurunkan kualitas dan potensi tanah alfisol menjadi tanah marginal. Secara teknis tanah
alfisol berpotensi untuk budidaya tanaman palawija terbesar terutama tanaman kacang
tanah. Tanah alfisol cenderung memiliki persoalan terkait miskin unsur hara P, K, S, Mg, Zn
dan Cu. Sehingga pngelolaan yang tepat untuk tanah alfisol ialah pemupukan berimbang
untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman terutama kacang tanah yang
berpotensi besar ditanam pada tanah alfisol. Teknik pengelolaan yang dapat dilakukan ialah
pemupukan N, P, K, S, serta penambahan pupuk kandang [ CITATION Sud02 \l 1033 ].
NO. PEDON : JB_BBG_LOWER SLOPE_5_TS0239_2

250 m arah selatan permukiman, Tanjungkerta, Karangkancana,


Lokasi : Kuningan, Jawa Barat
Long : 108.6744 BT Lat : -7.0867  LS
Elevasi : 72 mdpl
Penggunaan Lahan : Semak
Vegetasi : semak, mengkudu, jati
Kode Geologi : Tmph
Bahan Induk : Sediment: clastic: medium: flysch
Relief : Berbukit Kecil
Lereng : 16 %, Beda Tinggi: m
Batuan Permukaan : tidak ada
Erosi : Permukaan,
Drainase : Baik
Permeabilitas : Sedang
Aliran Permukaan : Sedang
Rejim Lengas Tanah : Udik
Rejim Suhu Tanah : Isohipotermik
Surveyor : Luqman

Deskripsi Tanah
( A ) 0-20 cm; cokelat kemerahan (5YR 4/4) Lembab; Liat; Gumpal
Membulat, Halus, Lemah; , , Agak Plastis; Batuan , ; Pori-pori mikro
Banyak, meso Biasa dan makro Sedikit; Akar halus , sedang , kasar ;
pH Netral 6.79; KB 74.89% ; Batas dan . Beralih ke-
( Bw ) 20-30 cm; merah kekuningan (5YR 4/6) Lembab; Lempung
Berliat; Gumpal Membulat, Sedang, Lemah; Gembur, Agak Lekat,
Agak Plastis; Batuan -; Pori-pori mikro Banyak, meso Biasa dan
makro Sedikit; Akar halus , sedang , kasar ; pH Netral 6,93 ; KB
74.81% tidak ada penciri khusus; Batas dan . Beralih ke-

( Bt1 ) 30-66 cm; merah kekuningan (5YR 5/6) Lembab; Liat; Gumpal
Membulat, Sedang, Sedang; Agak teguh, Lekat, Agak Plastis; Batuan
, ; Pori-pori mikro Banyak, meso Banyak dan makro Sedikit; Akar
halus , sedang , kasar ; pH Netral 6.93 ; KB 74.8%; terdapat selaput
liat; Batas dan . Beralih ke-
( Bt2 ) 66-100 cm; merah kekuningan (5YR 5/8) Lembab; Liat;
Gumpal Bersudut, Sedang, Kuat; Teguh, Lekat, Plastis; Batuan , ;
Pori-pori mikro Banyak, meso Banyak dan makro Sedikit; Akar halus
Sedikit, sedang , kasar ; pH Netral 6.93 ; KB 74.8% ; terdapat selaput
liat; Batas dan . Beralih ke-

100 -… cm; (pengamatan hanya sampai 100 cm selebihnya


diasumsikan sama dengan horizon sebelumnya)
KEJENUHAN
COLE SALINITAS BAHAN ORGANIK KTK
BASA
KET pH H20
cmol(+)/k
mm % % %
g
Top Soil 6.79 1.13 10.91 74.89

Sub Soil 6.93 2.33 32.11 74.81

DISKUSI PEDON 3 (JB_BBG_LOWER SLOPE_5_TS0239_2)


1. Tentukan horizon penciri dan horizon genetik deskripsi tanah di atas!
Jawab:
A : penggunaan lahan dan vegetasi semak dan tanaman tahunan, mengindikasikan tidak
ada pengolahan
Bw : adanya perkembangan warna dan tekstur
Bt1 : adanya akumulasi liat ditandai dengan selaput liat
Bt2 : adanya akumulasi liat ditandai dengan selaput liat
Epipedon : Okrik  value warna lembab 4, kroma 4
Endopedon : Argilik  adanya iluviasi liat terbukti dengan selaput liat

2. Klasifikan profil tanah di atas menggunakan Keys of Soil Taxonomy!


Jawab:
Epipedon : Okrik
Endopedon : Argilik
Ordo : Alfisols  tidak mempunyai epipedon plagen, mempunyai horison argilik
Sub Ordo : Udalfs  Alfisols yang lain
Group : Hapludalfs  Udalfs yang lain
Sub Group : Typic Hapludalfs  Hapludalfs yang lain

3. Jelaskan proses pedogenesis yang terjadi!


Jawab: Tanah alfisol ialah tanah yang telah mengalami perkembangan dengan karakteristik
profil tanah membentuk sekuen horison A/E/Bt/C. Tanah ini terbentuk melalui proses
kombinasi antara podsolisasi dan laterisasi pada daerah iklim basah. Podsolisasi ialah
proses pedogenesis tanah dimana terjadi pemindahan Al dan Fe dan/atau bahan organik
dari suatu horison ke horison lain secara kimia lalu terjadi penimbunan Si karena tidak ikut
tercuci [ CITATION Ray171 \l 1057 ]. Pada tanah alfisol terbentuk horizon argilik diakibatkan
adanya perpindahan dan akumulasi liat di horison B pada kedalaman 23-74 cm.
Kemampuan memasok kation basa sedang hingga tinggi memberikan bukti hanya terjadi
pencucian sedang di tanah Alfisol (Wijanarko et al., 2007). Selain itu tanah alfisol terbentuk
pada daerah dengan curah hujan tinggi yang berguna untuk menggerakkan lempung turun
ke bawah sehingga terbentuk horizon argilik. Alfisol umumnya terbentuk dibawah berbagai
ragam hutan atau tertutup semak. Alfisol terjadi di beberapa daerah hutan yang
memperoleh hujan kurang atau di daerah basah dimana memiliki bahan induk batu kapur
yang menghambat terjadinya kemasaman tanah [ CITATION Sud02 \l 1033 ].

4. Bagaimana pengelolaan lahan yang tepat pada jenis tanah tersebut?


Jawab: Alfisol sangat potensial untuk pengembangan budidaya tanaman. Namun usaha
pertanian yang dilakukan secara terus menerus tanpa pengelolaan yang baik akan
menurunkan kualitas dan potensi tanah alfisol menjadi tanah marginal. Secara teknis tanah
alfisol berpotensi untuk budidaya tanaman palawija terbesar terutama tanaman kacang
tanah. Tanah alfisol cenderung memiliki persoalan terkait miskin unsur hara P, K, S, Mg, Zn
dan Cu. Sehingga pngelolaan yang tepat untuk tanah alfisol ialah pemupukan berimbang
untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman terutama kacang tanah yang
berpotensi besar ditanam pada tanah alfisol. Teknik pengelolaan yang dapat dilakukan ialah
pemupukan N, P, K, S, serta penambahan pupuk kandang [ CITATION Sud02 \l 1033 ].
Daftar Pustaka

Abtahi, A., & FArhad, K. (2001). GENESIS AND MORPHOLOGICAL Charakteristics of mollisols
formed in a catena under water table influence in southern iran. communication soil
science plant analysis, 1643-1658.
Allen, B. L., & Fanning, D. S. (1983). Compotition and Soil Genesis. Dalam L. P. Wilding, N. E.
Smeck, & G. F. Hall, Pedogenesis and Soil Taxonomy (hal. 141-192). New York:
Elsevier Science Publishers.
Rayes, M. L. (2017). Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Malang: UB Press.
Simanjuntak, B. H. (2003). Evaluasi Lahan untuk Bidang Pertanian di Wilayah Kabuupaten
Timor Tengah Selatan. Seminar Sistem Manaajemen Informasi Daerah dan Tata Guna
Lahan, di Kabupaten Timor Tengah Selatan (hal. 1-18). Salatiga: Universitas Kristen
Satya Wacana.
Sudaryono. (2002). pemberdayaan alfisol untuk pengembangan sentra area tanam dan
agribisnis kacang tanah di Indonesia. buletin palawija, 84-99.
Wijanarko, A., Sudaryono, & Sutarno. (2007). Karakteristik Sifat Kimia dan Fisika Tanah Alfisol
di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Iptek Tanaman Tangan, 214-226.

Anda mungkin juga menyukai