Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HIDROLOGI DAN LINGKUNGAN

“Air Larian (Runoff)”

Dosen : Dr. H. Sidharta Adyatma, M.Si

Disusun Oleh:

Gaza Muhammad Yasin

(2210115310010)

KELAS A1

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah serta inayahnya
hingga penulis dapat menyelesaikan Makalah “Runoff (Air Larian)” . Sholawat
dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita semua ke jalan yang lurus.

Tidak lupa penulis mengucapkan Terima kasih Kepada Dr. H. Sidharta


Adyatma, M.Si, Sebagai bentuk syukur penulis yang Sudah dibimbing. Penulis
Mengucapkan terima kasih kepada teman teman yang sudah memberikan
Motivasi dan Saran. Dengan Tersusunnya Makalah ini diharapkan pula dapat
memberikan Manfaat dan evaluasi Bagi Penulis, Agar bisa meningkatkan
Kreativitas.

Banjarmasin, 6 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB I......................................................................................................................1

PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................1

BAB II.....................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. Pengertian Intersepsi...................................................................................2

B. Pengukuran Intersepsi.................................................................................3

C. Jenis Intersepsi........................................................................................5

D. Dampak bagi tanah..................................................................................7

BAB III..................................................................................................................11

PENUTUP............................................................................................................11

A. Kesimpulan................................................................................................11

Daftar Pustaka......................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siklus air, juga dikenal sebagai siklus hidrologi atau siklus hidrologi,
adalah siklus biogeokimia yang menggambarkan pergerakan air secara terus
menerus di atas, dan di bawah permukaan bumi. Massa air di Bumi tetap
konstan sepanjang waktu namun pembagian air menjadi reservoir utama yaitu es
, air tawar, air asin (air asin) dan air atmosfer bervariasi tergantung pada
berbagai variabel iklim. Dalam proses dari hujan yang turun tersebut untuk
menjadi hujan kembali selain menguap secara langsung, dari tumbuhan atau
intersepsi, menyerap ke dalam tanah dan mengalir ke sungai, ada proses lain
yaitu aliran permukaan atau disebut dengan runoff.

Pertama kali yang terjadi saat hujan adalah butiran air hujan tertahan oleh
tajuk pohon dimana akan menguap kembali, jika volume semakin banyak maka
akan menyerap ke dalam 3tanah yang biasanya disebut dengan ground water,
kemudian jika volume bertambah lagi dimana saat air volume air hujan melebihi
kapasitas infiltrasi tanah dan di tahan ini akan terjadi volume air larian di
permukaan tanah atau runoff. Runoff yang sering kita lihat adalah salah satunya
sungai. Komponen limpasan hujan dapat berupa runoff (Air larian) atau aliran
yang lebih besar, seperti aliran air di sungai. Runoff adalah bagian air hujan yang
masuk ke dalam badan sungai dan mengalir kembali ke dalamnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Itu Air Larian


2. Faktor Yang Mempengaruhi Air Larian
3. Pengukuran Air Larian
4. Penghitungan Air Larian
5. Potensi Air Larian
6. Dampak Air Larian

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Air Larian

Air Larian adalah aliran air melintasi bumi, dan merupakan komponen
utama dalam siklus hidrologi . Limpasan yang mengalir di atas daratan sebelum
mencapai aliran air disebut limpasan permukaan atau aliran darat . Setelah
berada di aliran air, limpasan disebut sebagai aliran sungai , limpasan saluran ,
atau limpasan sungai.

Terdapat beberapa hal yang


dapat mempengaruhi dari volume limpasan air hujan ini.Hal pertama yang
memengaruhi adalah iklim dimana biasanya di daerah khatulistiwa yang beriklim
tropis memiliki rezim hujan yang cukup stabil sehingga volume limpasan air hujan
juga terkontrol dimana masa debit aliran limpasannya juga relatif stabil serta
contoh pada daerah kutub bagian utara memiliki rezim hujan yang kurang stabil
maka es pada wilayah tersebut mencari terlebih dahulu menjadi lautan. Hal
kedua yang memengaruhi adalah topografi dimana jika topografi curam, maka
volume limpasan air hujan akan mengalir deras dan mengikis daerah yang di

2
lewati serta daerah dengan topografi landai maka volume limpasan akan
mengalir secara perlahan. Hal ketiga yang memengaruhi adalah karakter tanah
dimana faktor ini terkait pula dengan topografi dimana saat volume limpasan air
hujan melewati wilayah dengan tanah gembur dan juga landai akan mengurangi
jumlah volume limpasan air hujan karena kemungkinan akan terserap. Hal ke
empat yang memengaruhi adalah tutupan lahan dimana jika lahan tertutupi oleh
vegetasi maka akan mengurangi volume limpasan air hujan seperti hal nya pada
karakter tanah.

Secara umum run off terbagi menjadi tiga jenis, Yaitu :

1. Surface Runoff
Surface Runoff merupakan limpasan permukaan yang mengalir
diatas permukaan menuju sungai, danau, atau laut yang dapat
disebabkan akibat curah hujan yang melebihi kapasitas infiltrasi.
Surface runoff termasuk aliran diatas permukaan tanah dan air hujan
yang langsung mengalir ke sungai (Choe et al., 2002) .
2. Subsurface Runoff atau interflow
Subsurface runoff merupakan bagian curah hujan yangterinfiltrasi
yang keluar secara lateral melalui bagian atas horizon tanah hingga
mencapai sungai (stream channel). Subsurface runoff ini mengalir
lebih lambat dari surface runoff dan bergabung dengan surface runoff
selama atau setelah hujan. Proporsi subsurface runoff initergantung
pada karakteristik geologi daerah aliran sungai (DAS) dan sifat ruang
atau waktu curah hujan.
3. Baseflow atau Groundwatter runoff
Baseflow atau grandwater merupakan bagian air hujan yang
terinfiltrasi hingga mencapai muka air tanah (water table) dan
kemudian mengalir ke sungai. Aliran ini berpindah sangat lambat dan
sedikit mempengaruhi puncak banjir (flood peaks) pada DAS yang
kecil. Baseflow tergantung pada permeabilitas tanah.

3
B. Faktor Yang Mempengaruhi Air Larian (Runoff)

Faktor-faktor yang mempengaruhi air larian berhubungan dengan faktor


iklim, terutama curah hujan, manusia dan karakteristik daerah aliran Sungai.
Lama waktu hujan, intensitas, dan penyebaran hujan memengaruhi laju dan
volume air (Chay Asdak, 2023) .

Adapun penjelasannya, Sebagai Berikut :

1. Intensitas Hujan
Intensitas hujan akan memengaruhi laju dan volume air larian.
Pada hujan dengan intensitas tinggi, kapasitas infiltrasi akan terlampaui
dengan beda yang cukup besar jika dibandingkan dengan hujan yang
kurang intensif. Dengan demikian, total volume air larian akan lebih besar
padahujan intensif dibandingkan dengan hujan yang kurang intensif
meskipun curah hujan total untuk kedua hujan tersebut sama besarnya.
Namun demikian, hujan dengan intensitas tinggi dapat menurunkan
infiltrasi akibat kerusakan struktur permukaan tanah (pemadatan) yang
ditimbulkan oleh tenaga kinetis hujan dan air larian yang dihasilkannya.
2. Daerah Aliran Sungai
Pengaruh DAS terhadap air larian adalah melalui bentuk dan
ukuran (morfometri) DAS, topografi, geologi, dan tata guna lahan (jenis
dan kerapatan vegetasi). Semakin besar ukuran DAS, semakin besar air
larian dan volume air larian. Akan tetapi, baik laju maupun volume air
larian per satuan wilayah dalam DAS tersebut turun apabila luas damah
tangkapan air (catchment area) bertambah besar.

4
Luas DAS merupakan salah satu faktor penting dalam
pembentukan hidrograf aliran. Semakin besar luas DAS, ada
kecenderungan semakin besar jumlah curah hujan yang diterima. Akan
tetapi, beda waktu (time lag) antara puncak curah hujan dengan puncak
hidrograf aliran menjadi lebih lama. Demikian pula waktu yang diperlukan
untuk mencapai puncak hidrograf dan lama waktu untuk keseluruhan
hidrograf aliran juga menjadi lebih panjang.
Kemiringan lereng DAS memengaruhi perilaku hidrograf dalam hal
timing. Semakin besar kemiringan lereng suatu DAS, semakin cepat laju
air larian sehingga mempercepat respons DAS tersebut karena adanya
curah hujan. Bentuk topografi seperti kemiringan lereng, keadaan parit,
dan bentuk-bentuk cekungan permukaan tanah lainnya akan
memengaruhi laju dan volume air larian. DAS dengan sebagian besar
bentang lahan datar atau pada daerah dengan cekungan-cekungan tanah
tanpa saluran pembuangan (outlet) akan menghasilkan air larian yang
lebih kecil dibandingkan daerah DAS dengan kemiringan lereng besar
serta pola pengairan yang dirancang dengan baik. Dengan kata lain,
sebagian aliran air ditahan dan
3. Manusia
Pengaruh selanjutnya yaitu manusia, Karena dari perilakunya
manusia membuat kerusakan ataupun perbaikan yang berdampak
terhadap lingkungannya, contohnya saja untuk kegiatan bercocok tanam,
karena pengaruh vegetasi dan cara bercocok tanam terhadap air larian

5
dapat dijelaskan bahwa vegetasi dapat memperlambat jalannya air larian
dan memperbesar jumlah air yang tertahan di atas permukaan tanah
(surface detention) Sehingga menurunkan laju air larian.
Urbanisasi meningkatkan limpasan permukaan dengan
menciptakan permukaan yang lebih kedap air seperti trotoar dan
bangunan yang tidak memungkinkan air meresap melalui tanah menuju
akuifer . Air tersebut justru dibuang langsung ke sungai atau saluran
pembuangan air hujan , dimana erosi dan pendangkalan dapat menjadi
masalah besar, meskipun tidak terjadi banjir. Peningkatan limpasan air
mengurangi pengisian kembali air tanah , sehingga menurunkan
permukaan air dan memperburuk kekeringan , terutama bagi petani
pertanian dan pihak lain yang bergantung pada air sumur .

C. Pengukuran Air Larian

1. Analisis Morfometri DAS

Daerah Aliran Sungai (Catchment Area, Watershed) adalah suatu


wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan Sungai dan
anak-anak Sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktifitas daratan.
Tahapan Analisis Morfometri DAS :
a. Lereng Rata-rata DAS
Luas DAS adalah luas keseluruhan DAS atau SubDAS
sebagai satu sistem Sungai yang diproyeksikan secara
horizontal pada bidang datar. Luas suatu DAS atau Sub DAS
dapat diukur secara langsung di lapangan atau secara
langsung di peta topografi (TOP) atau peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI) dengan menggunakan alat ukur luas
(planimeter), atau dengan sistem GIS (Geographic

6
Information System). Luas DAS berpengaruh terhadap volume
aliran permukaan.
b. Lereng Rata-rata DAS
Pengukuran Lereng di lapangan dapat digunakan dengan alat
Bernama Abney Level atau Clinometer, Sedangkan
pengukuran lereng melalui peta topografi atau peta Rupa
Bumi Indonesia (RBI) dapat menggunakan Slope meter atau
dengan mencari beda tinggi dengan paralaks meter atau
dengan menggunakan aplikasi Arcgis 10.6-10….
c. Ketinggian Tempat dan Gradien Sungai Utama
Ketinggian suatu tempat dapat diketahui dari peta topografi,
diukur di lapangan atau melalui foto udara jika terdapat salah
satu titik control sebagai titik ikat. Ketinggian rata-rata pada
suatu DAS merupakan faktor penting yang berpengaruh
terhadap temperature dan pola hujan khususnya pada daerah
topografi bergunung. Gradien Sungai utama adalah
perbandingan antara beda tinggi ujung Sungai utama bagian
hulu dan ujung Sungai utama bagian hilir (outer) terhadap
Panjang Sungai utama

Di mana :
A = Ketinggian ujung Sungai utama bagian hulu (MDPL)
B = Ketinggian ujung Sungai utama bagian hilir (MDPL)
L = Panjang Sungai utama (km)
Gradien Sungai utama berpengaruh terhadap kecepatan
aliran pada sungai utama. Semakin besar greadien Sungai,
semakin cepat aliran mencapai tempat keluaran.
d. Kerapatan drainase (km/km²) dan pola drainase (Drainage
Patter)
Kerapatan aliran (drainage density) adalah perbandingan
antara Panjang seluruh alur Sungai dengan luas DAS.

7
Kerapatan drainase dihitung dengan rumus sebagai berikut
(Nagle & Spencer, 1997)

Di mana
Dd = Kerapatan Drainase
£L = Total Panjang alur Sungai (km)
Ad = luas DAS (km²)
Pola aliran adalah susunan dari anak-anak Sungai dan Sungai
utamanya dalam suatu DAS. Menurut
(Garrett Nagle & Kris Spencer, 2000)
pola drainase dapat digunakan sebagai
indicator permukaan DAS dan sifat permeabilitas dari formasi
akuifer.

Mekanisme Run-off. Proses limpasan dapat diamati pada skala


DAS dengan lereng berbukit. Limpasan (run-off) adalah air yang mengalir
melintasi permukaan tanah sebelum mencapai Sungai. Di bawah
permukaan, aliran lateral terjadi di bawah permukaan dangkal, meskipun
melalui Qt

2. Pengukuran Sungai

Seperti dalam pengukuran curah hujan, pengukuran aliran Sungai


merupakan prosedur sampling. Untuk mata air dan aliran yang sangat
kecil, jumlah volumetrik yang akurat selama interval waktu dapat diukur.
Untuk aliran yang besar, Pengukuran kontinu dari satu variable,
ketinggian Sungai, terkait dengan debit yang dihitung dari nilai sampel
variabel, kecepatan dan kedalaman, sehingga hasil akhir sesungguhna
merupakan pengukuran estimasi (Dr. Bokiraiya Latuamury, 2023) . Debit
Sungai Q, di peroleh dari penjumlahan dari produk kecepatan rata-rata
dalam vertikal, V, dan segemen A dari luas
total penampang A.

8
Luas penampang ditentukan dengan relatif mudah, tetapi jauh
lebih sulit untuk memastikan pengukuran kecepatan aliran yang konsisten
untuk memperoleh nilai V. untuk memperoleh perkiraan debit sungai yang
terukur, pertama-tama perlu untuk memilih lokasi atau hamparan saluran
pendek di mana variasi debit akan menyebabkan modifikasi paling sedikit
pada penampang. Idealnya, sebuah lokasi di mana semua debit
tertampung di dalam bantara sungai, tetapi banjir yang hampir selalu
parah melebihi aliran maksimum yang diketahui dan sungai pecah di atas
dataran banjir yang diperluas. Persyaratan utama dari lokasi pengukuran
sungai yang baik adalah profil dasar sungai yang stabil dan teratur.
Estimasi debit sungai terukur dapat diperoleh dengan mudah pada saat
ketika akses ke seluruh lebar sungai memungkinkan dan kecepatan serta
kedalaman yang diperlukan dilakukan pengukuran. Pemantauan aliran
sungai secara terus menerus melintasi sungai bukanlah propoisis praktis.
Namun demikian, relatif sederhana untuk mengatur pengukuran muka air
sungai secara kontinyu. Hubungan yang konstan diperlukan antara muka
air sungai dan debit di lokasi pengukuran. Ini terjadi di sepanjang
bantaran saluran regular, di mana amannya lambat dan seragam dan
hubungan pada fase pelepasan berada di bawah kontrol saluran. Dalam
jangkauan di mana aliran biasanya tidak seragam, penting untuk
mengatur hubungan yang unik antara ketinggian air dan debit. Oleh
karena itu perlu menemukan kontrol kondisi yang alami. Aliran kritis
terjadi dalam beberapa aliran yang tenang dan jeram di sebelah hulu,
atau untuk membangun struktur kontrol melintasi dasar sungai yang
menyebabkan aliran mengalami kondisi kritis. Dalam kedua kasus
tersebut, pelepasan Q adalah fungsi khas dari ye. dan karenanya tinggi
muka air hanya di hulu di kontrol.

D. Potensi Air Larian

Potensi Limpasan diklasifikasikan menjadi empat kelompok hidrologi


utama mengutip dari (:Dr. Bokiraiya Latuamury, n.d.) , yaitu :

1. Kelompok A

9
Tanah ini dalam, sangat permeable dan kelas teksturnya meliputi
pasir, pasir lempung, dan lempung berpasir. Karena kandungan
lempung yang rendah, tanah dalam kelompok ini memiliki
konduktivitas hidrolik jenuh dan laju infiltrasi yang sangat tinggi
bahkan Ketika benar-benar basah dan karenanya memiliki kandungan
lempung yang rendah.
2. Kelompok B
Kelompok ini mencakup lempung lanau atau tanah lempung, yang
cukup dalam dan permeabel. Tanah kelompok ini mentransmisikan air
pada tingkat yang sedikit lebih rendah daripada Kelompok A,
meskipun harga masih di atas rata-rata. Permeabilitas sedang
menghasilkan tanah dengan potensi limpasan yang cukup rendah.
3. Kelompok C
Tanah-tanah kelompok ini kurang permeabel dan lebih dangkal
dibandingkan dengan kelompok B karena kandungan lempung yang
relatif tinggi atau adanya lapisan permeabel lambat di bawah tanah.
4. Kelompok D
Tanah-tanah kelompok ini terdiri dari lempung liat, lempung liat
berdebu, lempung berpasir, lempung berdebu atau lempung. Ini
termasuk tanah dengan lapisan yang hamper tidak dapat ditembus,
Misalnya Claypan. Dan dengan permukaan air yang dangkal. Tanah
ini memiliki laju infiltrasi yang sangat rendah konduktivitas hidrologi
jenuh dan memeiliki potensi limpasan tertinggi.

E. Dampak Air Larian

1. Dampak Air Larian

Dampak yang terjadi Ketika air larian berdebit tinggi, Yaitu :

a. Genangan Tanah
Hal ini terjadi ketika laju curah hujan di suatu permukaan melebihi laju
infiltrasi air ke dalam tanah, dan cekungan penyimpanan telah terisi. Ini

10
juga disebut aliran darat Hortonian (Failache & Zuquette, 2018) atau aliran
darat tak jenuh. Hal ini lebih sering terjadi di daerah kering dan semi-kering ,
dimana intensitas curah hujan tinggi dan kapasitas infiltrasi tanah berkurang
karena penutupan permukaan , atau di daerah perkotaan dimana trotoar
mencegah infiltrasi air (Stewart et al., 2019) .
b. Erosi dan pengendapan
Limpasan permukaan dapat menyebabkan erosi pada permukaan bumi
material yang terkikis dapat disimpan pada jarak yang cukup jauh. Ada
empat jenis utama erosi tanah oleh air :
 Erosi percikan
Erosi percikan merupakan akibat tumbukan mekanis tetesan air
hujan dengan permukaan tanah: partikel tanah yang copot akibat
benturan tersebut kemudian berpindah bersama limpasan
permukaan.
 Erosi lembaran
Erosi lembaran adalah pengangkutan sedimen melalui darat oleh
limpasan tanpa saluran yang jelas.

 Erosi Alur
Penyebab kekasaran permukaan tanah dapat menyebabkan
limpasan terkonsentrasi ke jalur aliran yang lebih sempit saat jalur
ini menoreh, saluran-saluran kecil namun berbatas jelas yang
terbentuk dikenal sebagai anak sungai (rills). Saluran-saluran ini
bisa berukuran lebar satu sentimeter atau besar hingga beberapa
meter.
 Erosi Selokan
Jika limpasan air terus mengalir dan memperbesar anak sungai,
maka sungai tersebut pada akhirnya akan tumbuh menjadi
selokan . Erosi selokan dapat mengangkut material tererosi dalam
jumlah besar dalam jangka waktu yang singkat. Berkurangnya
produktivitas tanaman biasanya disebabkan oleh erosi, dan
dampak ini dipelajari dalam bidang konservasi tanah . Partikel
tanah yang terbawa limpasan bervariasi ukurannya mulai dari

11
diameter sekitar 0,001 milimeter hingga 1,0 milimeter. Partikel
yang lebih besar akan mengendap dalam jarak pengangkutan
yang pendek, sedangkan partikel yang kecil dapat terbawa dalam
jarak yang jauh dan tersuspensi dalam kolom air . Erosi pada
tanah berlanau yang mengandung partikel lebih kecil
menimbulkan kekeruhan dan mengurangi transmisi cahaya,
sehingga mengganggu ekosistem perairan .
c. Banjir
Banjir terjadi ketika aliran air tidak mampu menyalurkan jumlah limpasan
yang mengalir ke hilir. Frekuensi terjadinya hal ini dijelaskan oleh periode
ulang . Banjir merupakan proses alami yang menjaga komposisi dan
proses ekosistem, namun juga dapat diubah oleh perubahan penggunaan
lahan seperti rekayasa sungai. Banjir dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat atau menimbulkan kerugian. Pertanian di sepanjang dataran
banjir Nil memanfaatkan banjir musiman yang menyimpan nutrisi yang
bermanfaat bagi tanaman. Namun, seiring dengan meningkatnya jumlah
dan kerentanan permukiman, banjir semakin menjadi bencana alam. Di
wilayah perkotaan, limpasan permukaan merupakan penyebab utama
banjir perkotaan, yang dikenal karena dampaknya yang berulang dan
merugikan masyarakat. Dampak buruknya mencakup hilangnya nyawa,
kerusakan properti, kontaminasi pasokan air, hilangnya hasil panen, dan
dislokasi sosial serta tunawisma sementara. Banjir merupakan salah satu
bencana alam yang paling dahsyat. Penggunaan irigasi tambahan juga
diakui sebagai cara yang signifikan agar tanaman seperti jagung dapat
mempertahankan pupuk nitrogen di dalam tanah, sehingga meningkatkan
ketersediaan air tanaman (Barron & Okwach, 2005) .

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Air Larian adalah aliran air melintasi bumi, dan merupakan komponen
utama dalam siklus hidrologi . Limpasan yang mengalir di atas daratan sebelum
mencapai aliran air disebut limpasan permukaan atau aliran darat . Setelah
berada di aliran air, limpasan disebut sebagai aliran sungai , limpasan saluran ,
atau limpasan Sungai

Faktor-faktor yang mempengaruhi air larian berhubungan dengan faktor


iklim, terutama curah hujan, manusia dan karakteristik daerah aliran Sungai.

13
Lama waktu hujan, intensitas, dan penyebaran hujan memengaruhi laju dan
volume air (Chay Asdak, 2023) .

1. Intensitas Hujan
2. Daerah Aliran Sungai
3. Manusia

Daftar Pustaka

Barron, J., & Okwach, G. (2005). Run-off water harvesting for dry spell mitigation in
maize (Zea mays L.): results from on-farm research in semi-arid Kenya.
Agricultural Water Management, 74(1), 1–21.
https://doi.org/10.1016/j.agwat.2004.11.002

Chay Asdak. (2023). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM PRESS.

Choe, J. S., Bang, K. W., & Lee, J. H. (2002). Characterization of surface runoff in
urban areas. Water Science and Technology, 45(9), 249–254.
https://doi.org/10.2166/wst.2002.0251

14
Dr. Bokiraiya Latuamury, S. Hut. , M. Sc. (2023). Buku Ajar Hidrologi Pulau Kecil.
Deepublish.

:Dr. Bokiraiya Latuamury, S. Hut. , M. Sc. B. (n.d.). Buku Ajar Konservasi Tanah Dan
Air. Deepublish.

Failache, M. F., & Zuquette, L. V. (2018). Geological and geotechnical land zoning for
potential Hortonian overland flow in a basin in southern Brazil. Engineering
Geology, 246, 107–122. https://doi.org/10.1016/j.enggeo.2018.09.032

Garrett Nagle, & Kris Spencer. (2000). Geographical Enquiries Skills and Techniques
for Geography. Stanley Thornes.

Stewart, R. D., Bhaskar, A. S., Parolari, A. J., Herrmann, D. L., Jian, J., Schifman, L.
A., & Shuster, W. D. (2019). An analytical approach to ascertain saturation‐
excess versus infiltration‐excess overland flow in urban and reference
landscapes. Hydrological Processes, 33(26), 3349–3363.
https://doi.org/10.1002/hyp.13562

15

Anda mungkin juga menyukai