Anda di halaman 1dari 6

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa sangat penting di Indonesia, mengingat sebagian besar wilayahnya terletak dalam wilayah gempa dengan intensitas moderat hingga tinggi (Yosafat, 2006). Kementrian Riset dan Teknologi (Ristek) menyebutkan bahwa kepulauan Indonesia merupakan daerah rawan bencana gempa karena merupakan daerah tektonik aktif tempat berinteraksinya lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng pasifik dan lempeng Laut Filipina, dengan sendirinya kepulauan Indonesia merupakan daerah rawan terjadinya gempa. Tahun 2004, tercatat tiga gempa besar di Indonesia yaitu di kepulauan Alor (11 Nov. skala 7.5), gempa Papua (26 Nov., skala 7.1) dan gempa Aceh (26 Des., skala 9.2) yang disertai tsunami. Gempa Aceh menjadi yang terbesar pada abad ini setelah gempa Alaska 1964 (Dewobroto, 2006). Dengan kondisi Indonesia yang rawan gempa tersebut, maka diperlukan suatu kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh bencana gempa tersebut, khususnya runtuhnya bangunan, sehingga dapat mengurangi korban bencana dan juga kerugian materi. Selain memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai langkah langkah dalam mitigasi bencana gempa tersebut, melaksanakan pembangunan rumah dan gedung yang mampu menahan beban gempa merupakan solusi terbaik karena dapat dijadikan tempat perlindungan saat bencana tersebut terjadi. Salah satu metode mendesain sebuah gedung yang mampu menahan beban gempa yaitu dengan meningkatkan kinerja bangunan tersebut. Berbagai metode telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja bangunan dalam menerima beban gempa, salah satu metode yang dikembangkan adalah dengan

2
menggunakan peredam atau damper untuk mengontrol respon struktur yang menerima pembebanan gempa, dengan jalan dengan mendisipasikan energi gempa melalui peredam yang dipasang pada struktur utama. Pada dasarnya pengontrol respon struktur terbagi atas kontrol aktif, kontrol pasif, kontrol aktif hybrid (semiaktif). Kontrol aktif memerlukan arus listrik untuk operasi alat dan menghasilkan gaya kontrol, sedangkan kontrol pasif menggunakan energi potensial yang dibangkit kan oleh respons struktur untuk menghasilkan gaya kontrol. Kelebihan kontrol aktif adalah karakteristik dinamik struktur dapat beradaptasi dengan beban dinamis yang timbul, sedangkan kelebihan kontrol pasif adalah karena kesederhanaan dalam desain, pemasangan, dan terutama pemeliharaannya ( W.F.Tjong, 2004), sistem kontrol pasif terdiri atas Tuned Mass Damping, Energy Disappation, Seismic Isolation (D.J. Dowrick, 2003). Dimana salah satu alat kontrol pasif pada struktur yang berdasarkan penggunaan massa tambahan sebagai sistem penyerap energi adalah Tuned Mass Damper. Tuned Mass Damper (TMD) adalah sebuah alat yang terdiri dari massa, pegas, dan peredam (damper) yang diletakkan pada sebuah struktur dengan tujuan untuk mengurangi respon dinamik dari struktur tersebut. Konsep TMD pertama kali diteliti oleh Frahm pada tahun 1909, yang kemudian konsep ini dikembangkan oleh Profesor Emeritus Jacob Den Hartog pada bukunya Mechanical Vibrations(1940) (Kourakis, 2005). Frekuensi peredam diselaraskan dengan frekuensi struktur utama, sehingga saat sebuah frekuensi terjadi peredam akan beresonansi terhadap pergerakan struktur. Gaya inersia peredam tersebut akan mendisipasikan energi pada struktur tersebut. Massa dari peredam tersebut akan mendistribusikan gaya inersia pada struktur tersebut dalam arah yang berbeda dengan pergerakan struktur itu sendiri, dengan demikian akan mengurangi goyangan struktur tersebut ( Kourakis, 2005 ).

3
Alat ini dipasang pada bermacam-macam struktur seperti gedung bertingkat, menara dan jembatan. Tujuan utama pemasangan TMD pada gedung tinggi adalah untuk mengurangi goyangan akibat gempa bumi dan angin, pada jembatan untuk mengurangi goyangan akibat angin atau getaran akibat lalu lintas (Tjong. 2004). Pada umumnya TMD dipasang pada lantai teratas dari struktur gedung dengan tujuan agar dapat bergetar secara harmonis dengan periode getaran gedung tersebut (www.takenaka.co.jp). Penerapan TMD pada struktur bangunan tingkat tinggi telah dapat dijumpai seperti pada John Hancock Tower, Citicorp Center, Canadian National Tower dan Chiba Port Tower (Kourakis, 2005). Selanjutnya berkembang wacana untuk menggunakan beberapa massa tambahan sebagai damper, sistim redaman ini disebut Multiple Tuned Mass damper. Penggunaan lebih dari satu TMD, dengan karateristik dinamik yang berbeda dapat meningkatkan kemampuan dan kekuatan TMD. Penelitian mengenai MTMD ini telah dilakukan oleh Xu dan Igusa (1992), Yamaguchi dan Harnpornchai (1993), Abe dan Fujino (1994), Abe dan Igusa (1995), Janggid (1995, 1999) dan Li (2000) ( Li dan Liu, 2002). Dalam tugas akhir ini akan membahas perilaku struktur yang menggunakan TMD (Tuned Mass Damper) sebagai peredam, keefektifannya dalam meredam gaya lateral khususnya gaya gempa. Seperti diketahui bahwa TMD (Tuned Mass Damper) dapat mereduksi respon struktur, namun seberapa besar pengaruhnya dalam mereduksi respon struktur terhadap gaya lateral khususnya gaya gempa. 1.2. Rumusan Permasalahan

Adapun perumusan masalah yang diangkat pada tugas akhir ini adalah :

4
1. Menganalisis parameter TMD (k, c, m) yang optimal pada sebuah struktur. 2 Menganalisis struktur tidak beraturan dengan penempatan TMD yang paling baik untuk menerima beban gempa. 3. Menganalisis rasio massa yang paling efektif untuk menerima beban gempa 4. Menganalisis perbandingan perilaku struktur yang tanpa menggunakan TMD dan yang dengan menggunakan TMD Tujuan Penelitian

1.3.

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Menghitung parameter TMD (k, c, m) yang optimal dari sebuah struktur 2. Mengidentifikasi penempatan TMD yang paling baik ditinjau dari perilaku struktur saat dibebani beban gempa. 3. Mengetahui rasio massa TMD yang paling efektif dalam menerima beban gempa 4. Mengidentifikasi perbandingan perilaku struktur yang tanpa menggunakan TMD dengan struktur yang menggunakan TMD 1.4. Ruang Lingkup Studi

Yang menjadi ruang lingkup studi dalam penyelesaian tugas akhir ini : 1. Penempatan TMD akan dilakukan pada beberapa lokasi untuk mengevaluasi pengaruh dari lokasi TMD terhadap perilaku struktur ketika dibebani beban gempa. Untuk itu total rasio massa yang dipakai akan dijadikan besaran konstan.

5
2. Pada posisi penempatan TMD yang memiliki massa TMD lebih dari satu, rasio massa total TMD akan terbagi secara merata pada tiap tiap massa TMD 3. Rasio massa TMD ditetapkan sebesar 1%-3 % dari total massa struktur utama 4. Pembebanan lateral yang digunakan dalam analisis adalah beban gempa. 5. Studi bangunan yang akan digunakan dalam studi kasus terbuat dari material beton. 6. Hasil analisis yang digunakan adalah dengan membandingkan respon struktur, pada tiap-tiap struktur dengan penempatan dan rasio massa TMD yang berbeda. 7. Respon struktur yang ditinjau dalam analisis adalah simpangan antar tingkat (drift), perpindahan, reaksi tumpuan, momen balok dan momen kolom. 8. Biaya dan metode pelaksanaan tidak tercakup pada penelitian ini.

Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai