Anda di halaman 1dari 3

NAMA / NRP = DIO AGUNG SAPUTRA / 10111510000057

Sebelum dilakukan assesment suatu bangunan, maka diperlukan survei lokasi untuk
mengetahui kondisi dari struktur bangunan tersebut. Serta diperlukan denah bangunan (sketsa
bangunan) agar engineer dapat menentukan lokasi mana saja yang dilakukan pengujian,
sehingga operator alat yang bertugas melakukan pengujian dapat mengetahui titik-titik yang
akan diiuji.

Untuk pengujian yang dilakukan pada struktur bangunan pasca kebakaran ialah:

a) Uji Lebar Retak Beton

Retak dapat dikenali dengan tiga parameter yaitu lebarnya, panjangnya, dan pola umunya.
Lebar retak ini sulit diukur karena bentuknya yang tidak teratur (irregular shape). Retak pada
beton merupakan kontribusi awal dari keadaan yang lebih lagi yaitu spalling, delaminasi.
Untuk melihat lebar retak mikro biasanya menggunakan alat Crack Microscope. Lebar retak
maksimum yang diijinkan dapat pada tabel berikut :

Tabel 1. Lebar Retak Maksimum yang Diizinkan


No Jenis Struktur dan Kondisi Toleransi Lebar Retak (mm)
Struktur dalam ruangan, udara kering,
1. 0,41
pemberian lapisa kedap air
Struktur luar, kelembapan sedang, tidak ada
2. 0,3
pengaruh korosi
Struktur luar, kelembapan tinggi, pengaruh
3. 0,18
kimiawi
Struktur dengan kelembapan tinggi dan
4. 0,15
dipengaruhi oleh korosi (salju/es, air laut)
5. Struktur berkaitan dengan air 0,1
Sumber: ACI Commite 224R (2001)

b) Uji Kedalaman Retak Beton

Untuk pengujian kedalaman retak ini menggunakan alat UPV (Ultrasonic Pulse Velocity),
metode yang digunakan adalah Indirect Method yang bekerja dengan mengukur waktu
perambatan gelombang dari transmitter ke receiver diletakkan berseberangan dalam satu
bidang permukaan dengan jarak yang sama dari garis keretakan permukaan.
c) Uji Rebar Locator

Pengujian ini bertujuan antara lain untuk mendeteksi tulangan dalam elemen beton, dan juga
ketebalan selimut beton. Prinsip alat ini adalah memanfaatkan medan elektromagnetik yang
mudah terpengaruh oleh adanya metal/logam, dalam hal ini berupa tulangan baja didalam
beton.

d) Hammer Test

Pengujian ini bertujuan untuk memperkirakan nilai kuat tekan beton terpasang yang didasarkan
pada kekerasan permukaan beton pada seluruh bagian komponen struktur. Prinsip kerja hammer
test adalah pantulan massa di ujung plat (jadi semacam memukulkan palu) pada permukaan
beton yang rata. Pada sisi luar alat terdapat bagian yang akan menunjukkan nilai pantulan
tersebut.

e) Ultra Sonic Pulse Velocity (UPV)

UPV adalah metode yang digunakan untuk mengukur kecepatan hantaran dari gelombang
(pulse velocity) ultrasonik yang melewati suatu beton. Untuk mengetahui standar nilai dari
UPV dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hubungan Pulse Velocity dengan Kualitas Beton


Pulse Velocity
Result
(km/dtk)
< 2,13 Kurang
2,13 – 3,05 Cukup
3,06 – 3,66 Cukup Baik
3,67 – 4,57 Baik
> 4,57 Sangat Baik

f) Permeability Test

Permeabilitas beton adalah kemudahan beton untuk dapat dilalui air.


g) Core Drill

Core drill adalah salah satu cara untuk mengetahui kekuatan beton dilapangan dengan cara
merusak struktur beton. Dari hasil core drill tersebut didapatkan benda uji. Silinder beton yang
diperoleh tergantung ukuran diameter mata bornya yang umumnya 50 mm – 150 mm.

h) Uji Tekan Beton

Dari hasil core drill tersebut dilakukan pengujian tekan beton sehingga mendapatkan mutu
yang terpasang dilapangan, dengan mengkalikan faktor modifikasi dari benda uji core drill.

i) Uji Tarik Baja

Dari benda uji yang didapat dari core drill beton maka terdapat tulangan didalamnya, sehingga
dari tulangan tersebut kita mengetahui mutu tulangan yang terpasang.

Anda mungkin juga menyukai