STRUCTURE)
WBS adalah pemecahan kegiatan atau pekerjaan dan menjadikannya menjadi lebih
rinci dengan tujuan memudahkan dalam pengendaliannya.
Pemecahan kegiatan sampai beberapa tingkat atau level yang lebih detail.
CBS adalah struktur prosentase biaya yang berkaitan dengan rincian pekerjaan
pada WBS tersebut.
WBS dan CBS merupakan tools atau alat pengendalian proyek agar pemilik proyek
tidak mengalami kesalahan dalam perhitungan progress fisik dan pembayarannya
(over paid).
Pelaksana pekerjaan wajib menyampaikan draft perhitungan progress fisik dan
pemberi pekerjaan juga wajib melakukan verifikasi draft tersebut.
Dasar Pembuatan WBS dan CBS
Dalam buku dokumen kontrak EPC schedule 1.1 SPS (Summary Price Schedule)
telah ditetapkan biaya untuk masing-masing sub pekerjaan seperti pekerjaan sipil,
pekerjaan mekanikal, elektrikal serta pekerjaan lainnya. Demikian pula biaya atau
nilai kontrak keseluruhan.
Ada juga schedule 1.2 Detail Price Schedule (DPS) yang dibuat lebih rinci dari
masing-masing sub pekerjaan.
Schedule 1.1 dan 1.2 yang sudah rapi dikerjakan oleh panitia lelang.
Pemilik pekerjaan masih perlu menetapkan WBS yang lebih rinci untuk dapat
mengukur progress fisik.
Level Penyusunan WBS dan CBS
Adalah breakdown atau rincian yang lebih detail dari suatu pekerjaan pemasangan
peralatan tertentu.
Contoh:
Level 1:
1.Coal Fired Steam Power Plant
(Scope of Work [SPS Sch 1.1])
Level 2:
2.1 Mechanical
Level 3:
2.1.1. Boiler and Auxiliary Equipment
Level 4:
2.1.1.1. Boiler Proper
Level 5:
2.1.1.1.1. Boiler Control System and Safety Devices
Level
Level
Level
Level
2:
3:
4:
5:
Dari WBS level 5 akan terlihat besaran masing-masing sub pekerjaan rinci terkait
pada CBS (Bobot terlihat hingga 0,00sekian %)
Pembuatan WBS dan CBS Level 5
Kontraktor membuat dan mengusulkan WBS dan CBS level 5 kepada owner.
Draft WBS dibahas bersama untuk verifikasi kewajaran prosentase dari masingmasing pekerjaan.
Para Enjinir dan analyst / officer di PLN UIP/UPK dan Tim Supervisi Konstruksi dari
PLN PUSMANKON (Pusat Management Konstruksi [JMK]) dapat menggunakan WBS
dan CBS level 5 yang sudah disahkan untuk melakukan verifikasi atas draft
progress payment yang disampaikan oleh pelaksana pekerjaan.
Kemungkinan terjadinya over paid dapat terhindarkan.
Pembuatan Pembobotan Progress Fisik
Konversi WBS dan CBS
Pada kontrak EPC, ada kalanya pelaksana proyek memberi porsi yang lebih besar
pada bagian procurement misalnya sampai 80 persen dan nilai tersebut tidak wajar.
Konversi WBS adalah pemindahan sebagian bobot pekerjaan antara ketiga
komponen di atas agar menjadi wajar.
Umumnya porsi yang wajar adalah:
E= 2,5% - 5%
P= 50% - 60%
C= (100-(E+P))%
Pengesahan WBS dan CBS
Setelah dilakukan pembahasan dan sudah ada kesepakatan antara pemberi kerja
dan pelaksana kerja maka WBS dan CBS harus disahkan. Kemudian dapat
digunakan sebagai alat ukur progress.
Pengesahan dilakukan bersama antara GM UIP, GM PUSMANKON, dan Perwakilan
Konsorsium.
Kegunaan WBS dan CBS
a. Dengan menggunakan WBS dan CBS level 5 (yg sudah disahkan), Tim
Supervisi Konstruksi PUSMANKON dan officer UPK dapat lebih mudah
melakukan verifikasi atas pengajuan presentase progress yang disampaikan
pelaksana proyek.
b. Pembayaran atas progress pekerjaan akan dapat terhindarkan dari
kemungkinan kelebihan pembayaran yang merugikan PLN.
c. Umumnya presentase progress fisik yang disampaikan pelaksana proyek
tidak langsung diterima oleh pihak PLN UIP/UPK.
Revisi WBS dan CBS
Bilamana dalam pelaksanaan pekerjaan proyek terdapat perubahan / deviasi
terhadap peralatan yang disupply oleh kontraktor atau ada perubahan desain yang
mengakibatkan perbedaan biaya (cost implication) yang cukup signifikan, maka
WBS yang sudah disahkan dimungkinkan untuk dilakukan revisi.
Mekanisme Revisi WBS dan CBS
Perubahan atas usulan kontraktor, baik perubahan peralatan maupun perubahan
desain, dan agar dapat diterima oleh PLN maka terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan dari konsultan enjiniring.
Bilamana ada perbedaan harga yang cukup signifikan, maka harus disepakati dan
ditetapkan. Keputusan besar cost reduction dilakukan oleh GM UIP dan keputusan
tersebut harus ditindaklanjuti dengan penerbitan Amandemen.
Berikutnya dilakukan revisi WBS dan CBS atas WBS dan CBS yang disahkan
sebelumnya.
S-CURVE
S-curve merupakan penggambaran kemajuan pekerjaan dalam suatu presentase
kumulatif (bobot 0-100%) pada sumbu vertikal terhadap waktu selama masa
kontrak pada sumbu horizontal.
Disebut s-curve karena kurva ideal yang dibuat menyerupai bentuk huruf S.
a. Kegiatan masih sedikit dan progress rendah di awal kegiatan proyek (landai)
b. Progress akan meningkat secara signifikan di tangah waktu pelaksanaan
proyek (curam)
c. Progress akan menurun kembali menjelang akhir pelaksanaan proyek.
(landai)
Dengan membandingkan antara s-curve plan dengan s-curve actual, maka dapat
diketahui apakah progress proyek : ahead, on, delay.
Dasar pembuatan s-curve
Pemilik pekerjaan menginstruksikan pelaksana pekerjaan untuk membuat
dan menyampaikan usulan s-curve plan untuk dibahas dan disahkan.
s-curve plan dibuat berdasarkan progress rencana pekerjaan yang telah
ditetapkan pada barchat dan bobot masing-masing pekerjaan sesuai WBS
dan CBS. (PMS, WBS, dan CBS).
s-curve diperhitungkan mulai dari Contract Effective sampai Taking Over
Certificate.
Kegunaan s-curve
s-curve plan digunakan sebagai tool atau alat pengendalian terhadap jadwal
pelaksanaan proyek atau estimasi atas pembayaran progress.
Mengukur apakah progress ahead, on schedule, atau delay.
Jika delay:
a. Membuat surat teguran kepada pelaksana pekerjaan (bisa dikeluarkan
berapakalipun)
b. Menginstruksikan kontraktor membuat dan menyampaikan catch-up schedule
atau speed-up schedule.
c. Menginstruksikan kontraktor untuk menyiapkan action plan.
Revisi S-Curve
Perpanjangan waktu (EOT) dimungkinkan untuk diberikan kepada pelaksana
pekerjaan bilamana penyebab keterlambatan di luar kendali kedua belah pihak
misalnya:
a. Gempa bumi
b. Perang
c. Banjir, dll
Tindak lanjutnya:
1. Amandeman perpanjangan waktu kontrak diterbitkan
2. S-curve diterbitkan
Jika ada kelalaian dari pemberi pekerjaan misalnya:
1. Ada permasalahan dengan lahan proyek
2. Proses engineering karena kondisi tanah
3. Public demo
Diperlukan evaluasi secara cermat atas evidence yang disampaikan oleh pelaksana
pekerjaan.
EOT bisa diberikan lebih dari satu kali.
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Daily inspection
Joint inspection (penerbitan Berita Acara Pengukuran)
Site meeting (biasanya membahas hal-hal yang bersifat teknis)
Surat tindakan pencegahan
Manajer patrol