Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MENARA/TIANG LISTRIK

Oleh :
KELOMPOK 1
M. IQBAL RAMLI
WEMPI
FAJAR
MUHAMMAD REZKI
ANGGRIANI SULTAN
RAHMANIA K.
IRFAN
SRY HANDAYANI
ASNOVITA SARI DUHRI
HASTIH RAHMI LEO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW.

Berkat

limpahan

dan rahmat-Nya

penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Mesin Arus Searah.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun
hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penyusun hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
transmisi arus bolak balik khususnya mengenai menara/tiang listrik, yang
penyusun sajikan berdasarkan sumber informasi, referensi, dan berita.
Saya berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Hasanuddin. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu penyusun meminta kritik dan saran demi
perbaikan pembuatan makalah lainnya di masa yang akan datang.

Gowa, Februari 2016

Penyusun,

BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Pusat-pusat listrik, biasa juga disebut sentral-sentral listrik (electric power
stations), terutama yang menggunakan tenaga air, biasanya jauh letaknya dari
tempat-tempat dimana tenaga listrik itu digunakan. Karena itu, tenaga listrik yang
dibangkitkan harus disalurkan melalui kawat-kawat (saluran-saluran) transmisi.
Saluran-saluran ini membawa tenaga listrik dari Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)
atau Pusat Listrik Tenaga Termis (PLTT) ke pusat-pusat beban(load centers), baik
langsung maupun melalui saluran-saluran penghubung, gardu-gardu induk
( substations) dan gardu-gardu relay (relay substations).
Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada
umumnya menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai
media isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya, dan
untuk menyanggah / merentang kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak
yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat penghantar
tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa
disebut menara / tower. Antara menara / tower listrik dan kawat penghantar
disekat oleh isolator.
II. RUMUSAN MASALAH
Adapun Rumusan Masalah yang di angkat dalam penulisan makalah ini yaitu
1. Apa saja jenis-jenis menara/tiang listrik yang digunakan dalam transmisi
listrik?
2. Apa komponen/material dari menara/tiang transmisi listrik?

3. Bagaimana perencanaan struktur menara listrik tegangan tinggi?

III.

TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui jenis-jenis menara/tiang listrik yang digunakan
dalam transmisi
2. Untuk mengetahui komponen-komponen pada menara/tiang transmisi
listrik
3. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan struktur menara/tiang
listrik tegangan tinggi

BAB II
PEMBAHASAN
Pada suatu Sistem Tenaga Listrik, energi listrik yang dibangkitkan dari pusat
pembangkit listrik ditransmisikan ke pusat-pusat pengatur beban melalui
suatu saluran transmisi, saluran transmisi tersebut dapat berupa saluran
udara atau saluran bawah tanah, namun pada umumnya berupa saluran udara.
Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya
menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media
isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya, dan untuk
menyanggah / merentang kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang
aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut
dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa disebut menara
/ tower. Antara menara / tower listrik dan kawat penghantar disekat oleh isolator.
Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan
tinggi (SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang
paling banyak digunakan di jaringan PLN, karena mudah dirakit terutama untuk
pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan raya, harganya yang relatif
lebih murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah serta
pemeliharaannya yang mudah. Namun demikian perlu pengawasan yang intensif,
karena besi-besinya rawan terhadap pencurian. Seperti yang telah terjadi
dibeberapa daerah di Indonesia, dimana pencurian besi-besi baja pada menara /
tower listrik mengakibatkan menara / tower listrik tersebut roboh, dan penyaluran

energi listrik ke konsumen pun menjadi terganggu. Suatu menara atau tower listrik
harus kuat terhadap beban yang bekerja padanya, antara lain yaitu:
- Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan).
- Gaya tarik akibat rentangan kawat.
- Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower.
Jenis-Jenis Menara / Tower Listrik
Menurut bentuk konstruksinya, jenis-jenis menara / tower listrik dibagi atas 4
macam, yaitu:
1. Lattice tower
Tower yang terbuat dari besi dan disebut juga Steel Lattice Tower
Komponen dalam tower dibedakan dalam :

Steel member (selalu menggunakan prifile Equal Angle (siku-siku sama


kaki)

Steel plate

Stub and cleat

Anti-climbing devices

Bolt, nut, washer

Bahan steel lattice tower terdiri dari gabungan mutu bahan :

Middle tensile strength steel (SS 400)

High tensile strength steel (SS 540)

2. Tubular steel pole


3. Concrete pole
4. Wooden pole

Gambar 1. Lattice tower

Gambar 2. Tubular steel pole


Menurut fungsinya, menara / tower listrik dibagi atas 7 macam yaitu:
1. Dead end tower, yaitu tiang akhir yang berlokasi di dekat Gardu induk, tower
ini

hampir

sepenuhnya

menanggung

gaya

tarik.

2. Section tower, yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan
sejumlah tower penyangga lainnya karena alasan kemudahan saat pembangunan
(penarikan

kawat),

umumnya

mempunyai

sudut

belokan

yang

kecil.

3. Suspension tower, yaitu tower penyangga, tower ini hampir sepenuhnya


menanggung

gaya

berat,

umumnya

tidak

mempunyai

sudut

belokan.

4. Tension tower, yaitu tower penegang, tower ini menanggung gaya tarik yang
lebih besar daripada gaya berat, umumnya mempunyai sudut belokan.
5. Transposision tower, yaitu tower tension yang digunakan sebagai tempat
melakukan perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi transmisi.
6. Gantry tower, yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan antara
dua Saluran transmisi. Tiang ini dibangun di bawah Saluran transmisi existing.

7. Combined tower, yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi
yang

berbeda

tegangan

operasinya.

Gambar 3. Tower 2 sirkit tipe suspensi (kiri) dan tension (kanan).

Gambar 4. Tower 4 sirkit tipe suspensi (kiri) dan tension (kanan).


Menurut susunan / konfigurasi kawat fasa, menara / tower listrik dikelompokkan
atas:
1.

Jenis

delta,

digunakan

2.

Jenis

piramida,

pada

digunakan

konfigurasi
pada

horizontal

konfigurasi

vertikal

mendatar.
/

tegak.

3. Jenis Zig-zag, yaitu kawat fasa tidak berada pada satu sisi lengan tower

Dilihat dari tipe tower, dibagi atas beberapa tipe seperti ditunjukkan pada tabel 1
dan tabel 2.

Tabel 1. Tipe tower 150 Kv

Tabel 2. Tipe Tower 500 kV


Tower dibagi pula atas jumlah sirkuit (satu sirkuit teridir dari R,S,T) yang dikenal
sebagai :
1. single circuit tower
2. double circuit tower
3. multi circuit tower
Tower berdasarkan posisi dan sudut pada jalur :
1. suspension tower (tower yang umumnya pada jalur lurus)
2. tension tower (tower pada jalaur yang bersudut)
Berdasarkan fungsi dan letak dikenal juga istilah :
-

Dead end tower (terletak di ujung jalur TL yang masuk atau keluar dari
gardu distribusi)

Transposition tower

Special purpose tower

Tiang listrik, atau menara transmisi, biasanya struktur yang paling tidak menarik,
karena hanya terdiri dari menara dasar yang membuat kabel listrik tergantung di
udara. Tetapi beberapa arsitek telah merancang menara inovatif yang sangat
menarik bagi mata.

Gambar 5. Tower Transmisi Rusa di Finlandia (2012)

Gambar 6. Tower Transmisi Beruang (2012)

Gambar

Superstring 2010
Gambar 8.. Tower Transmisi Land of Giants, 98-ft (30 m)

Menara

Gambar 9.. Tower Transmisi, 17-32 m (2009)

Gambar 10. Tower Transmisi flower tower (2011)

Gambar 11. Tower Transmisi Badut di Hungaria (2011)

Gambar 12. Tower Transmisi Robot 70m di Argentina (2012)

Gambar 13. Tower Transmisi Bentuk Manusia (2012)


Komponen-komponen Menara / Tower listrik
Secara

umum

suatu

menara

tower

listrik

terdiri

dari:

Pondasi, yaitu suatu konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower
(stub) dengan bumi.

Gambar 14. Pondasi tower (lattice) SUTET 500 kV Gresik Krian

Gambar 15 Pondasi steel 500kV dead end Suralaya


Stub, bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang bersamaan dengan
pemasangan

pondasi

dan

diikat

menyatu

dengan

pondasi.

Leg, kaki tower yang terhubung antara stub dengan body tower. Pada tanah yang
tidak rata perlu dilakukan penambahan atau pengurangan tinggi leg, sedangkan
body harus tetap sama tinggi permukaannya.

Gambar 16 Kabel Pentanahan Tower Transmisi


Common Body, badan tower bagian bawah yang terhubung antara leg dengan
badan tower bagian atas (super structure). Kebutuhan tinggi tower dapat
dilakukan dengan pengaturan tinggi common body dengan cara penambahan atau
pengurangan.
Super structure, badan tower bagian atas yang terhubung dengan common body
dan cross arm kawat fasa maupun kawat petir. Pada tower jenis delta tidak dikenal
istilah super structure namun digantikan dengan K frame dan bridge.
Cross arm, bagian tower yang berfungsi untuk tempat menggantungkan atau
mengaitkan isolator kawat fasa serta clamp kawat petir. Pada umumnya cross arm
berbentuk segitiga kecuali tower jenis tension yang mempunyai sudut belokan
besar berbentuk segi empat.

K frame, bagian tower yang terhubung antara common body dengan bridge
maupun cross arm. K frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang simetri. K
frame tidak dikenal di tower jenis pyramid.
Bridge, penghubung antara cross arm kiri dan cross arm tengah. Pada tengahtengah bridge terdapat kawat penghantar fasa tengah. Bridge tidak dikenal di
tower jenis pyramida.
Rambu tanda bahaya, berfungsi untuk memberi peringatan bahwa instalasi
SUTT/SUTET mempunyai resiko bahaya. Rambu ini bergambar petir dan
tulisanAWAS BERBAHAYA TEGANGAN TINGGI. Rambu ini dipasang di
kaki tower lebih kurang 5 meter diatas tanah sebanyak dua buah, dipasang disisi
yang mengahadap tower nomor kecil dan sisi yang menghadap nomor besar.

Gambar 17 Rambu Tanda Bahaya


Rambu

identifikasi

tower

dan

penghantar

jalur,

berfungsi

untuk

memberitahukan identitas tower seperti: Nomor tower, Urutan fasa, Penghantar /


Jalur dan Nilai tahanan pentanahan kaki tower.
Anti Climbing Device (ACD), berfungsi untuk menghalangi orang yang tidak
berkepentingan untuk naik ke tower. ACD dibuat runcing, berjarak 10 cm dengan
yang lainnya dan dipasang di setiap kaki tower dibawah Rambu tanda bahaya.
Step bolt, baut panjang yang dipasang dari atas ACD ke sepanjang badan tower
hingga super structure dan arm kawat petir. Berfungsi untuk pijakan petugas
sewaktu naik maupun turun dari tower.
Halaman tower, daerah tapak tower yang luasnya diukur dari proyeksi keatas
tanah galian pondasi. Biasanya antara 3 hingga 8 meter di luar stub tergantung
pada jenis tower .
PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI
Ratarata di Indonesia untuk membangun sistem sumber listrik menggunakan
konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan
tinggi (SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang
paling banyak digunakan di jaringan PLN, karena mudah dirakit terutama untuk
pemasangan didaerah pegunungan dan jauh dari jalan raya, harganya yang relatif
lebih murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah serta
pemeliharaannya yang mudah. Saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dan saluran
udara tegangan tinggi ekstra tinggi (SUTET) adalah sarana yang terbentang

diudara untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit kegardu induk
(GI) gardu induk tegangan ekstra tinggi (GITET) atau dari GI/GITET lainnya
yang disalurkan melalui konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower)
melalui insulatorinsulator dengan system tegangan tinggi (30 kV, 70kV,150 kV)
atau tegangan ekstra tinggi (275 kV, 500 kV).
Jenis SUTT, secara umum kriteria dasar desain konstruksi SUTT 70 kV dan 150
kV dengan tiang beton dan tiang baja dengan contoh pemakaian untuk beberapa
jenis kawat penghantar ACSR.Sedangkan jenis SUTET,(saluran transmisi) yaitu
isolasi udara dengan tengangan sistem 275 kV sampai dengan 500 kV.Terbuat dari
profil,disusun sedemikian rupa sehingga merupakan suatu menara yang telah
diperhitungkan kekuatanya disesuaikan dengan kebutuhannya. Beban yang terjadi
pada konstruksitowerrangka baja SUTT dan SUTET digunakan untuk menentukan
dimensi batang dan baut daritoweryang menentukan kekuatantower pada kondisi
rencana pembebanan normal dan abnormal.
Jenis pembebanan yang diperhitungkan pada konstruksi tower SUTT dan tower
SUTET adalah, beban permanen, beban acak dan beban khusus besarnya beban
acak dan beban khusus yang ditentukan dalam standar digunakan untuk tower
normal dan tower khusus dengan tarikan kerja maksimum tidak melampui besaran
yang ditentukan pada kriteria tarikan kerja maksimum kawat penghantar (SPLN,
1996). Beban permanen dari suatu tower transmisi adalah berat sendiri tower
dengan seluruh kelengkapannya, berat kawat penghantar dan kawat tanah,
insulator berikut serta beban lainnya, jika ada, yang setiap saat selalu berada pada
tower tersebut.

Beban acak yang diperhitungkan pada tower normal adalah beban yang
ditimbulkan oleh angin yang mengenai permukaan tower, konduktor dan isulator.
Besarnya beban angin tersebut mengacu pada international standard IEC 60826
namun tidak boleh kurang dari besaran tekanan angin minimum yang ditentukan
dalam standar ini.Tekanan angin minimum pada satu sisi permukaan yang
digunakan untuk menghitung beban kerja akibat angin pada konduktor. Insulator
dan tower adalah sebagai berikut :
1.SUTT 66 kV dan 150 kV :
a. Tower: 180 kg/m2
b. .Kawat : 40 kg/m2
c. Insulator : 60 kg/m2
2.SUTET 275 kV :
a. Tower: 235 kg/m2
b. Kawat : 71 kg/m2
c. Insulator : 95 kg/m2
3.SUTET 500 kV :
a. Tower : 245 kg/m2
b. .Kawat : 73 kg/m2
c. Insulator : 107 kg/m2

Pada desain tower perhitungan beban harus dilakukan dengan meninjau


kombinasi antara beban normal dan beban abnormal yang akan menentukan
ukuran batang dan baut rangka baja tower. Beban normal yang diperhitungkan
adalah beban vertikal, beban transversal dan beban longitudinal yang diakibatkan
oleh beban permanen serta beban acak. Beban vertikal terdiri dari berat sendiri
tower, berat konduktor, berat isolator, beban transversal berasal dari tekanan angin

transversal pada badan tower, konduktor, isolator serta akibat sudut jalur
transmisi. Sedangkan beban longitudinal berasal dari perbedaan tarikan pada
seluruh kawat penghantar dan kawat tanah pada bentang yang bersebelahan.
Sedangkan beban abnormal yang diperhitungkan terdiri dari beban vertikal, beban
transversal, beban longitudinal dan beban torsional yang diakibatkan oleh beban
permanen, beban acak serta beban khusus. Beban vertikal terdiri dari berat sendiri
tower, berat konduktor dan berat isolator. Beban transversal berasal dari tekanan
angin transversal pada badan tower, konduktor, isolator serta akibat sudut jalur
transmisi. Beban longitudinal berasal dari tarikan kawat penghantar putus
sedangkan beban torsional terjadi diakibatkan oleh tarikan kawat penghantar putus
pada satu sisi. Besarnya beban kerja akibat tarikan kawat adalah tarikan kerja
kawat maksimum (maximum working tension/MWT) yang dihitung berdasarkan
perhitungan andongan dan tarikan kawat (sagtension calculation) pada rentang
dasar dan kriteria sebagai berikut. Tarikan kerja pada saat kondisi harian
(everyday tension/EDT) yaitu pada temperatur ratarata harian dan tanpa tekanan
angin tidak melampaui 20% dari kekuatan tarik batas (ultimate Tensions
Strength/UTS) serta tarikan kerja maksimum (maksimum working tension/MWT)
pada saat kondisi temperatur minimum dan tekanan angin maksimum tidak
diperbolehkan melampaui 50 % dari kekuatan tarik batas

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan
tinggi (SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang
paling banyak digunakan di jaringan PLN, karena mudah dirakit terutama untuk
pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan raya, harganya yang relatif
lebih murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah serta
pemeliharaannya yang mudah.
Secara umum suatu menara / tower listrik terdiri dari: pondasi, stub, leg kaki,
common body, super struktur, cros arm, rambu identifikasi tower, anti climbing
device, step bolt, dan halaman tower.
Pada desain tower perhitungan beban harus dilakukan dengan meninjau
kombinasi antara beban normal dan beban abnormal yang akan menentukan
ukuran batang dan baut rangka baja tower.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional,(2002),Peraturan Beton Bertulang Indonesia (SNI
2847-2002), BSN, Bandung.

Badan Standardisasi Nasional, 2002,Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk


bangunan gedung (SNI 03-1729-2002),Badan Standardisasi Nasional, Bandung

Anda mungkin juga menyukai