MENARA/TIANG LISTRIK
Oleh :
KELOMPOK 1
M. IQBAL RAMLI
WEMPI
FAJAR
MUHAMMAD REZKI
ANGGRIANI SULTAN
RAHMANIA K.
IRFAN
SRY HANDAYANI
ASNOVITA SARI DUHRI
HASTIH RAHMI LEO
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW.
Berkat
limpahan
dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Mesin Arus Searah.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun
hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penyusun hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
transmisi arus bolak balik khususnya mengenai menara/tiang listrik, yang
penyusun sajikan berdasarkan sumber informasi, referensi, dan berita.
Saya berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Hasanuddin. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu penyusun meminta kritik dan saran demi
perbaikan pembuatan makalah lainnya di masa yang akan datang.
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Pusat-pusat listrik, biasa juga disebut sentral-sentral listrik (electric power
stations), terutama yang menggunakan tenaga air, biasanya jauh letaknya dari
tempat-tempat dimana tenaga listrik itu digunakan. Karena itu, tenaga listrik yang
dibangkitkan harus disalurkan melalui kawat-kawat (saluran-saluran) transmisi.
Saluran-saluran ini membawa tenaga listrik dari Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)
atau Pusat Listrik Tenaga Termis (PLTT) ke pusat-pusat beban(load centers), baik
langsung maupun melalui saluran-saluran penghubung, gardu-gardu induk
( substations) dan gardu-gardu relay (relay substations).
Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada
umumnya menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai
media isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya, dan
untuk menyanggah / merentang kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak
yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat penghantar
tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa
disebut menara / tower. Antara menara / tower listrik dan kawat penghantar
disekat oleh isolator.
II. RUMUSAN MASALAH
Adapun Rumusan Masalah yang di angkat dalam penulisan makalah ini yaitu
1. Apa saja jenis-jenis menara/tiang listrik yang digunakan dalam transmisi
listrik?
2. Apa komponen/material dari menara/tiang transmisi listrik?
III.
TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui jenis-jenis menara/tiang listrik yang digunakan
dalam transmisi
2. Untuk mengetahui komponen-komponen pada menara/tiang transmisi
listrik
3. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan struktur menara/tiang
listrik tegangan tinggi
BAB II
PEMBAHASAN
Pada suatu Sistem Tenaga Listrik, energi listrik yang dibangkitkan dari pusat
pembangkit listrik ditransmisikan ke pusat-pusat pengatur beban melalui
suatu saluran transmisi, saluran transmisi tersebut dapat berupa saluran
udara atau saluran bawah tanah, namun pada umumnya berupa saluran udara.
Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya
menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media
isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya, dan untuk
menyanggah / merentang kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang
aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut
dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa disebut menara
/ tower. Antara menara / tower listrik dan kawat penghantar disekat oleh isolator.
Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan
tinggi (SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang
paling banyak digunakan di jaringan PLN, karena mudah dirakit terutama untuk
pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan raya, harganya yang relatif
lebih murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah serta
pemeliharaannya yang mudah. Namun demikian perlu pengawasan yang intensif,
karena besi-besinya rawan terhadap pencurian. Seperti yang telah terjadi
dibeberapa daerah di Indonesia, dimana pencurian besi-besi baja pada menara /
tower listrik mengakibatkan menara / tower listrik tersebut roboh, dan penyaluran
energi listrik ke konsumen pun menjadi terganggu. Suatu menara atau tower listrik
harus kuat terhadap beban yang bekerja padanya, antara lain yaitu:
- Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan).
- Gaya tarik akibat rentangan kawat.
- Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower.
Jenis-Jenis Menara / Tower Listrik
Menurut bentuk konstruksinya, jenis-jenis menara / tower listrik dibagi atas 4
macam, yaitu:
1. Lattice tower
Tower yang terbuat dari besi dan disebut juga Steel Lattice Tower
Komponen dalam tower dibedakan dalam :
Steel plate
Anti-climbing devices
hampir
sepenuhnya
menanggung
gaya
tarik.
2. Section tower, yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan
sejumlah tower penyangga lainnya karena alasan kemudahan saat pembangunan
(penarikan
kawat),
umumnya
mempunyai
sudut
belokan
yang
kecil.
gaya
berat,
umumnya
tidak
mempunyai
sudut
belokan.
4. Tension tower, yaitu tower penegang, tower ini menanggung gaya tarik yang
lebih besar daripada gaya berat, umumnya mempunyai sudut belokan.
5. Transposision tower, yaitu tower tension yang digunakan sebagai tempat
melakukan perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi transmisi.
6. Gantry tower, yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan antara
dua Saluran transmisi. Tiang ini dibangun di bawah Saluran transmisi existing.
7. Combined tower, yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi
yang
berbeda
tegangan
operasinya.
Jenis
delta,
digunakan
2.
Jenis
piramida,
pada
digunakan
konfigurasi
pada
horizontal
konfigurasi
vertikal
mendatar.
/
tegak.
3. Jenis Zig-zag, yaitu kawat fasa tidak berada pada satu sisi lengan tower
Dilihat dari tipe tower, dibagi atas beberapa tipe seperti ditunjukkan pada tabel 1
dan tabel 2.
Dead end tower (terletak di ujung jalur TL yang masuk atau keluar dari
gardu distribusi)
Transposition tower
Tiang listrik, atau menara transmisi, biasanya struktur yang paling tidak menarik,
karena hanya terdiri dari menara dasar yang membuat kabel listrik tergantung di
udara. Tetapi beberapa arsitek telah merancang menara inovatif yang sangat
menarik bagi mata.
Gambar
Superstring 2010
Gambar 8.. Tower Transmisi Land of Giants, 98-ft (30 m)
Menara
umum
suatu
menara
tower
listrik
terdiri
dari:
Pondasi, yaitu suatu konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower
(stub) dengan bumi.
pondasi
dan
diikat
menyatu
dengan
pondasi.
Leg, kaki tower yang terhubung antara stub dengan body tower. Pada tanah yang
tidak rata perlu dilakukan penambahan atau pengurangan tinggi leg, sedangkan
body harus tetap sama tinggi permukaannya.
K frame, bagian tower yang terhubung antara common body dengan bridge
maupun cross arm. K frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang simetri. K
frame tidak dikenal di tower jenis pyramid.
Bridge, penghubung antara cross arm kiri dan cross arm tengah. Pada tengahtengah bridge terdapat kawat penghantar fasa tengah. Bridge tidak dikenal di
tower jenis pyramida.
Rambu tanda bahaya, berfungsi untuk memberi peringatan bahwa instalasi
SUTT/SUTET mempunyai resiko bahaya. Rambu ini bergambar petir dan
tulisanAWAS BERBAHAYA TEGANGAN TINGGI. Rambu ini dipasang di
kaki tower lebih kurang 5 meter diatas tanah sebanyak dua buah, dipasang disisi
yang mengahadap tower nomor kecil dan sisi yang menghadap nomor besar.
identifikasi
tower
dan
penghantar
jalur,
berfungsi
untuk
diudara untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit kegardu induk
(GI) gardu induk tegangan ekstra tinggi (GITET) atau dari GI/GITET lainnya
yang disalurkan melalui konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower)
melalui insulatorinsulator dengan system tegangan tinggi (30 kV, 70kV,150 kV)
atau tegangan ekstra tinggi (275 kV, 500 kV).
Jenis SUTT, secara umum kriteria dasar desain konstruksi SUTT 70 kV dan 150
kV dengan tiang beton dan tiang baja dengan contoh pemakaian untuk beberapa
jenis kawat penghantar ACSR.Sedangkan jenis SUTET,(saluran transmisi) yaitu
isolasi udara dengan tengangan sistem 275 kV sampai dengan 500 kV.Terbuat dari
profil,disusun sedemikian rupa sehingga merupakan suatu menara yang telah
diperhitungkan kekuatanya disesuaikan dengan kebutuhannya. Beban yang terjadi
pada konstruksitowerrangka baja SUTT dan SUTET digunakan untuk menentukan
dimensi batang dan baut daritoweryang menentukan kekuatantower pada kondisi
rencana pembebanan normal dan abnormal.
Jenis pembebanan yang diperhitungkan pada konstruksi tower SUTT dan tower
SUTET adalah, beban permanen, beban acak dan beban khusus besarnya beban
acak dan beban khusus yang ditentukan dalam standar digunakan untuk tower
normal dan tower khusus dengan tarikan kerja maksimum tidak melampui besaran
yang ditentukan pada kriteria tarikan kerja maksimum kawat penghantar (SPLN,
1996). Beban permanen dari suatu tower transmisi adalah berat sendiri tower
dengan seluruh kelengkapannya, berat kawat penghantar dan kawat tanah,
insulator berikut serta beban lainnya, jika ada, yang setiap saat selalu berada pada
tower tersebut.
Beban acak yang diperhitungkan pada tower normal adalah beban yang
ditimbulkan oleh angin yang mengenai permukaan tower, konduktor dan isulator.
Besarnya beban angin tersebut mengacu pada international standard IEC 60826
namun tidak boleh kurang dari besaran tekanan angin minimum yang ditentukan
dalam standar ini.Tekanan angin minimum pada satu sisi permukaan yang
digunakan untuk menghitung beban kerja akibat angin pada konduktor. Insulator
dan tower adalah sebagai berikut :
1.SUTT 66 kV dan 150 kV :
a. Tower: 180 kg/m2
b. .Kawat : 40 kg/m2
c. Insulator : 60 kg/m2
2.SUTET 275 kV :
a. Tower: 235 kg/m2
b. Kawat : 71 kg/m2
c. Insulator : 95 kg/m2
3.SUTET 500 kV :
a. Tower : 245 kg/m2
b. .Kawat : 73 kg/m2
c. Insulator : 107 kg/m2
transversal pada badan tower, konduktor, isolator serta akibat sudut jalur
transmisi. Sedangkan beban longitudinal berasal dari perbedaan tarikan pada
seluruh kawat penghantar dan kawat tanah pada bentang yang bersebelahan.
Sedangkan beban abnormal yang diperhitungkan terdiri dari beban vertikal, beban
transversal, beban longitudinal dan beban torsional yang diakibatkan oleh beban
permanen, beban acak serta beban khusus. Beban vertikal terdiri dari berat sendiri
tower, berat konduktor dan berat isolator. Beban transversal berasal dari tekanan
angin transversal pada badan tower, konduktor, isolator serta akibat sudut jalur
transmisi. Beban longitudinal berasal dari tarikan kawat penghantar putus
sedangkan beban torsional terjadi diakibatkan oleh tarikan kawat penghantar putus
pada satu sisi. Besarnya beban kerja akibat tarikan kawat adalah tarikan kerja
kawat maksimum (maximum working tension/MWT) yang dihitung berdasarkan
perhitungan andongan dan tarikan kawat (sagtension calculation) pada rentang
dasar dan kriteria sebagai berikut. Tarikan kerja pada saat kondisi harian
(everyday tension/EDT) yaitu pada temperatur ratarata harian dan tanpa tekanan
angin tidak melampaui 20% dari kekuatan tarik batas (ultimate Tensions
Strength/UTS) serta tarikan kerja maksimum (maksimum working tension/MWT)
pada saat kondisi temperatur minimum dan tekanan angin maksimum tidak
diperbolehkan melampaui 50 % dari kekuatan tarik batas
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan
tinggi (SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang
paling banyak digunakan di jaringan PLN, karena mudah dirakit terutama untuk
pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan raya, harganya yang relatif
lebih murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah serta
pemeliharaannya yang mudah.
Secara umum suatu menara / tower listrik terdiri dari: pondasi, stub, leg kaki,
common body, super struktur, cros arm, rambu identifikasi tower, anti climbing
device, step bolt, dan halaman tower.
Pada desain tower perhitungan beban harus dilakukan dengan meninjau
kombinasi antara beban normal dan beban abnormal yang akan menentukan
ukuran batang dan baut rangka baja tower.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional,(2002),Peraturan Beton Bertulang Indonesia (SNI
2847-2002), BSN, Bandung.