Anda di halaman 1dari 14

Electronic Load Controller Untuk PLTMh

Abstrak
Sebagai pengganti governor dalam upaya menjaga mutu/kualitas daya
listrik sistem PLTMh, dua dekade terakhir ini mulai dikembangkan
beberapa alat Pengatur Beban Elektronis (Electronic Load Controllers).
Pada sistem PLTMh, Electronic Load Controller (ELC) merupakan alat
untuk mengatur keseimbangan beban utama dan ballast load yang
diharapkan sistem PLTMh tersebut bisa selalu terjaga pada kondisi beban
relatif konstan. Dengan mengoperasikan sistem PLTMh pada beban relatif
konstan, maka akan membuat generator berputar pada putaran yang
relatif konstan pula, sehingga dengan demikian tegangan dan frekuensi
sistem pun akan ikut konstan tidak terpengaruh oleh perubahan
pemakaian beban utama yang kondisinya tidak menentu. Mikrokontroler
AT89S51 yang merupakan keluarga MCS-51 mempunyai aplikasi yang
sangat luas. Dengan memanfaatkan mikrokontroler AT89S51 sebagai
pengendali utama (main controller) ELC, maka rangkaian ELC menjadi
cukup sederhana. AT89S51 yang diaplikasikan sebagai pencacah siklus
listrik sistem, mikrokontroler cukup membutuhkan tambahan rangkaian
Zero Crossing Detector sebagai pengubah isyarat sinusiodal menjadi
persegi dan Thyristor atau Kontaktor sebagai komponen switching ballast
load. ELC mampu mengendalikan ballast load sesuai dengan kapasitas
sistem PLTMh dengan menggunakan komponen switching yang sesuai.
Sebagai sebuah penenelitian, maka dalam pembuatan pengatur beban
elektronis ini, ELC adalah ELC 1 fase dan hanya berkapasitas 5 kW
Kata kunci: PLTMh, ELC, Ballast load
1.Pendahuluan
Disaat hangat-hangatnya isu berkenaan dengan krisis energi listrik
nasional, global warming dan climate changes sekarang ini, keberadaan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh) sepertinya menjadi salah
satu solusi alternatif dari beberapa solusi yang ada. Terutama untuk
daerah-daerah yang masih disuplai dengan listrik tenaga diesel dan lebih
khusus untuk desa/daerah-daerah terpencil yang belum mendapat
pelayanan aliran listrik karena sulit dicapai oleh jaringan listrik yang
pembangkitnya berada jauh dari pedesaan (remote area). Didukung
dengan potensi kelistrikan tenaga air di Nusantara yang mencapai 72.000
MW, 10 persennya atau 7.500 MW, dapat dimanfaatkan untuk sistem
PLTMh [6]. Sistem PLTMh yang sudah terkenal ramah lingkungan,
kemampuan menghasilkan listrik yang kontinyu (siang-malam) dan juga
ketersediaan teknologi yang terjamin serta kokoh mampu berumur 20
sampai 30 tahun, sangat menarik sebagai sumber energi listrik mandiri
terbarukan [1]
Sayangnya dari beberapa kelebihan yang dimiliki sistem PLTMh tersebut,
sampai sekarang ini teknologi PLTMh di masyarakat masih kurang familier,
sehingga pertumbuhannya pun menjadi lambat. Dari potensi kelistrikan
tenaga air di Indonesia yang mencapai 75.000 MW tersebut, pada

pertengahan tahun 2008 ini, baru terdapat sekitar 60 unit sistem PLTMh
yang tersebar di 60 wilayah Indonesia [6]. Terlebih lagi pembangunan
sistem PLTMh yang sudah dilakukan, masih sering mengabaikan
mutu/kualitas daya listrik (power quality) yang dihasilkannya.
Mutu/kualitas daya listrik yang biasanya dikaitkan dengan perubahan
tegangan, frekuensi dan pergeseran fase jika PLTMh merupakan sistem
tiga fase sangat penting untuk diperhatikan. Kualitas daya listrik yang
jelek secara signifikan akan berdampak pada umur/usia peralatan, baik
peralatan beban sistem maupun peralatan (komponen) sistem PLTMh itu
sendiri [1].
Teknik yang digunakan untuk menjaga kualitas daya listrik setiap sistem
pembangkit berbeda-beda, dan demikian pula dengan sistem PLTMh. Pada
sistem PLTMh tidak menggunakan governor (pengatur kecepatan putaran
turbin/penggerak mula) yang digunakan untuk menyesuaikan atau
menyeimbangkan energi pada penggerak mula dengan kebutuhan
pemakaian beban konsumen. Teknik yang digunakan pada sistem PLTMh
adalah dengan menerapkan sistem selalu beroperasi mendekati beban
penuh (putaran konstan). Metode ini dilakukan dengan cara memasang
beban tiruan resistif (ballast loads atau dummy loads) pada sistem. Balast
loads diatur secara otomatis sebagai kompensasi perubahan beban utama
sistem, sehingga total beban sistem tetap mendekati beban penuh
(putaran konstan). Untuk mengatur ballast loads bisa bekerja otomatis,
pada sistem PLTMh yang menggunakan generator induksi digunakan
induction generator controller (IGC), sedangkan pada sistem PLTMh yang
menggunakan generator sinkron digunakan electronic load controller [7].
Untuk sekarang ini seiring dengan pertumbuhan sistem PLTMh di berbagai
negara (terutama negara-negara berkembang), generator sinkron dengan
kapasitas kecil mulai banyak diproduksi dan tersedia di pasaran, sehingga
sedikit demi sedikit pembangunan PLTMh yang tadinya memakai
generator induksi kini mulai beralih menggunakan generator sinkron.
Hanya saja sistem PLTMh yang menggunakan generator sinkron masih
memiliki kelemahan ketika terjadi perubahan pembebanan, pemulihan
perubahan frekuensi keluaran ke frekuensi nominal agak tertunda
(terlambat) dibandingkan dengan pemulihan tegangannya. Hal ini karena
perbaikan tegangan pada generator sinkron yang dilakukan oleh
automatic voltage regulator (AVR) bersifat elektris, sedangkan untuk
pemulihan frekuensi keluarannya bersifat mekanis (berkaitan dengan
putaran). Oleh karena itu aplikasi ballast loads dengan kapasitas kecil
(kurang dari 10 kW) diperlukan berikut dengan alat pengaturnya, ELC.
2.
Perancangan
ELC
Prinsip kerja pengatur beban elektronis (electronic load controller, ELC) ini
adalah ELC akan memonitor frekuensi sistem secara terus menerus.
Frekuensi hasil monitor akan dibandingkan dengan frekuensi offset (nilai
frekuensi yang sudah ditentukan sebelumnya sesuai dengan nilai toleransi
yang diijinkan). Hasil dari perbandingan digunakan untuk mengatur besarkecilnya ballast loads secara otomatis yakni dengan cara menambah atau

mengurangi ballast loads sebagai kompensasi beban utama yang


pemakaiannya tidak menentu, sehingga diharapkan total beban generator
PLTMh akan terjaga pada beban aman dan putaran generator menjadi
relatif mendekati putaran konstan.
2.1. Perangkat Lunak ELC

Sebagaimana diperlihatkan pada Gbr.1, ELC terdiri atas beberapa blok.


A.
Zero
Crossig
Detector
Secara sederhana Zero Crossing Detector (ZCD) didefinisikan sebagai
rangkaian elektronik untuk mengubah sinyal sinusiodal menjadi persegi.

Rangkaian Zero Crossing Detector Gbr.2 diperlukan, karena mikrokontroler sebagai


pengendali utama ELC hanya bisa membaca sinyal tinggi dan rendah (persegi). Oleh karena
itu sumber sinyal masukan dari saluran jala-jala yang berupa sinyal sinus harus diubah
menjadi sinyal persegi.
B. Pengendali Utama
Pengendali utama yang merupakan otak ELC memanfaatkan sebuah IC mikrokontroler
AT89S51. Mikrokontroler diprogram untuk mengatur beban ballast loads secara otomatis
berdasarkan perubahan frekuensi saluran yang dirasakannya. Adapun diagram alur yang
dirancang pada pengendali utama adalah sebagai berikut :

C.Switching
Triac merupakan keluarga thyristor, yakni suatu devais yang berisi dua buah SCR yang
dirangkai anti parallel. Triac mampu mengontol listrik AC gelombang penuh tanpa
membutuhkan banyak komponen tambahan. Dibandingkan kontaktor, mengaplikasikan Triac
sebagai komponen switching ballast loads, maka rangkaian rangkaian switching menjadi
sederhana, no noise dan lebih ekonomis.

Cukup memakai empat buah Triac, maka ELC bisa dioperasikan untuk mengendalikan ballast
loads sebesar kapasitas nominal generator PLTMh yakni dengan load 1 = 10 %, load 2 = 20
%, load 3 = 30 % dan load 4 = 50 % dari kapasitas nominal generator. Total kemampuan
rangkain switching Gbr.4 adalah 5 kW.
Triac T10 % adalah Triac dengan seri Q4004 dimana memiliki tegangan dan arus nominal
400V/4A sehingga untuk dioperasikan pada ballast loads 10 % (500 W) akan aman. Pada T20
% dan T30 % dipilih Triac dengan seri BT137 dimana memiliki tegangan dan arus nominal
600V/8A sehingga untuk menanggung ballast loads 20 % dan 30 % (1 kW dan 1.5 kW), Triac
masih mampu. T50 % digunakan Triac dengan seri BT139 dimana memiliki tegangan dan
arus nominal 600V/16A sehingga untuk menanggung ballast loads (2.5 kW) juga aman.
Keempat Triac tersebut diatur konduksinya oleh port keluaran mikrokontroler (P1.0, P1.1,
P1.2, P1.3) yang masing-masing melalui IC Optoisolator MOC3020. IC MOC2030 dipilih

karena selain keluarannya sebagai driver Triac, IC MOC3020 juga sebagai pengisolasi
mikrokontroler dari tegangan jala-jala. Sehingga walaupun mikrokontroler digunakan untuk
mengontrol tegangan AC 220 V, mikrokontroler tetap aman.
D. Indikator Frekuensi
Sebagai tanda pengaman untuk mengetahui PLTMh terbebani lebih (overload) atau beban
lepas (loss of load), maka pada ELC dilengkapi dengan lampu indikator under/over frekuensi.

Lampu indikator frekuensi under/over Gbr.5 memakai lampu LED 12 mm. LED-LED
tersebut diaktifkan melalui Q2 dan Q3 transistor PNP 9012 yang difungsikan sebagai saklar.
LED akan menyala dengan memberikan bias tegangan kurang lebih sebesar 2 V dan arus
sekitar 7 mA pada kaki anoda-katoda, serta kaki basis Q2 dan Q3 diberi bias rendah (low). R1
dan R3 berfungsi untuk membatasi arus LED.
E. Catudaya
Agar semua rangkaian pada alat yang dirancang bisa bekerja dengan baik maka diperlukan
suplai catudaya yang baik sesuai dengan kebutuhan atau karakteristik masing-masing
komponen. Untuk pengontrol utama IC AT89S51 membutuhkan supali catu daya DC +5 Volt,
sedangkan IC OpAmp LM111 dan LM741 pada rangkaian ZCD membutuhkan suplai
catudaya DC ganda 15 Volt, dan oleh karena itu diperlukan rangkaian catudaya tunggal dan
ganda.

3. Hasil Pengujian

4. Ucapan Terima Kasih


Terima kasih disampaikan Bpk. M. Isnaeni dan Bpk. Sujoko Sumaryono selaku dosen
pembimbing serta kepada sahabat Athhar Arrosyad yang telah berbagi ilmu mikrokontroler
dan sahabat-sahabat KOMUNIKE yang telah banyak men-support dalam menyelesaikan
penelitian ini.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium dan pembahasan hasil penelitian dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Aplikasi ballast loads dengan menggunakan alat pengatur beban elektronis (Electronic
Loads Controller) yang terdiri atas tiga rangkaian utama: Zero Crossing Detector, Pengandali
utama (Main Controller) dan Switching, dapat digunakan untuk menjadikan mutu/kualitas
daya listrik sistem PLTMh lebih baik.
2. Selain frekuensi sistem menjadi relatif konstan, implementasi ballast load dan ELC pada
sistem PLTMh dapat pula turut menjaga bahaya kenaikan tegangan sistem akibat beban
ringan (underloads) ataupun saat beban lepas (no load/loss of load).
6. Referensi
[1] Fritz, J. Jack., Small and Mini Hydropower System, McGraw-Hill, New York, 1984.
[2] Malvino, Paul Albert., Prinsip-prinsip Elektronis, Erlangga, Jakarta, 1996.
[3] Nalwan, Andi P., Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler
AT89C51, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003.
[4] Putra, Eko Agfianto., Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 (Teori dan Aplikasi). Edisi
kedua, Gava Media, Yogyakarta, 2004.
[5] http://epsdin.wordpress.com/2008/04/15/membangun-kemandirian-masyarakat-danbangsa-melalui-PLTMh/ (diakses, 27/08/2008)
[6] http://energialternatif.ekon.go.id (diakses, 27/08/2008)
[7] http://www.oregon.gov/ENERGY/RENEW/Hydro/docs/MicroHydroGuide.pdf (diakses,
23/01/2008)
[8] www.smartdraw.com/tutorials/flowcharts/tutorial_02.htm (diakses, 22/08/2008)

Batasan Tegangan Saluran Transmisi


Sistem tenaga listrik mencakupi pusat-pusat tenaga listrik, sistem transmisi dan distribusi
serta beban. Transmisi dan sistem distribusi merupakan bagian penting penghubung antara
pusat-pusat tenaga listrik dengan pusat-pusat beban. Pusat tenaga listrik umumnya terletak
dekat dengan sumber energy primer atau akses untuk mendapatkan sumber energi primer
tersebut mudah sehingga biaya untuk menghasilkan listrik menjadi ekonomis. Oleh karena
itu, dalam praktiknya akan didapatkan bahwa pusat-pusat pembangkit terletak dipinggirpinggir pantai (PLTG/U) atau didekat danau-danau (PLTA) dan jauh dari pusat-pusat
beban/daerah padat penduduk. daya tersebut kemudian diteruskan ke beban dengan jalur
transmisi dan jaringan distribusi.
Saluran transmisi dibangun untuk suatu jaringan listrik tegangan tinggi, umumnya 110-765
kV. Semakin tinggi level tegangan saluran transmisi, maka semakin rendah rugirugi/hilangnya daya pada transmisi. Level tegangan saluran transmisi dibatasi oleh
kemampuan perlengkapan isolasi dan pengaman.
Standar tegangan transmisi garis tergantung pada negara dan perusahaan kelistrikan masingmasing, umumnya adalah: 765, 550, 500, 400, 345, 275, 230, 169, 150, 145, 132, 110, 70, 66,
33 kV. Tegangan di kisaran 345-765 kV diklasifikasikan sebagai tegangan ekstra tinggi/ extra
high voltage (EHV). Tegangan di atas 765 kV dianggap sebagai ultra tegangan tinggi / ultra
high voltage (UHV). Saat ini, sistem UHV yang dikembangkan adalah, level tegangan 1000,
1500, 2250kV semuannya masih dalam tahap penelitian. Tingkat tegangan yang digunakan
untuk transmisi tenaga arus searah / high voltage direct current (HVDC)* adalah: 250 kV,
400 kV, 500 kV dan 550 kV. Tegangan DC level yang lebih tinggi sedang direncanakan.
Sistem Distribusi adalah bagian yang menghubungkan antara sistem transmisi dan beban.
Investasi utama dalam sistem tenaga berada pada sektor pembangkit, kemudian sistem
distribusi. Hal ini karena beban pemeliharaan dan operasi besar berada pada sektor
pembangkit, kemudian sektor distribusi. Dengan demikian kepentingan ekonomi dari sistem
distribusi yang sangat tinggi. Selanjutnya, sistem distribusi yang dekat dengan konsumen,
memainkan peran penting dalam memberikan kualitas yang baik dan pasokan biaya listrik
yang efektif. Dengan demikian, pentingnya ekonomis dan teknis dari sistem distribusi
menentukan perencanaan yang matang, desain, konstruksi, dan pengoperasiannya. Tegangan
tingkat sistem distribusi adalah: 20kV, 11kV, 6,6 kV, 4,16 kV, 415/400 V 240/230 V dan di
Amerika Serikat menggunakan tegangan 110 V untuk fase tunggal.

Mechatron Power
Kontraktor Mikrohidro Buatan Malang
Hanya 50 Juta Rupiah = 10 kVA (Mesin Turbin Lengkap)

Mechatron Power - Kontraktor Mikrohidro Buatan Malang


Gedung KPRI. Universitas Brawijaya. Lantai Ke 2. Jalan MT. Haryono No. 169
Malang, Jawa Timur 65144
Indonesia
ph: +623416106108
fax: +62341394574
mechatron_plc@yahoo.co.id

Home

Microhydro

Price List

Consultant

Solar Cells

News

About Us

Contact Us

Perusahaan kami. Mechatron Power. Mikrohidro Kontraktor. Microhydro Contractor. Sebuah


Perusahaan Khusus Bidang Energi Terbarukan. Pengalaman Dan Dedikasi kami. Terhadap
pemerataan hadirnya Energi Listrik. Di seluruh Indonesia.
Dengan berbagai Pilihan Model Pembangkit. Yang dapat disesuaikan dengan kondisi
lingkungan yang ada dan alokasi anggaran yang dimiliki.

Kini. Memiliki Energi. Tidak Perlu Menunggu.


Manfaatkan "Masa Promo". Hanya dengan 50 Juta Rupiah. Untuk Kapasitas Mesin 10 kVA.
Permesinan Turbin Lengkap.
Terdiri atas. Turbin Cross Flow, Transmisi Mekanik, Generator, Electronic Load Controller
(ELC), dan Ballast Load. Semua bisa anda dapatkan. Hanya untuk Masa Pemesanan. Agustus
2011.
Manfaatkan Masa Promo. Mikrohidro TERMURAH. Hubungi Kami.

What We Do

Perusahaan kami. Memiliki Pengalaman bertahun tahun. Dan telah menangani berbagai
Pekerjaan. Baik yang bersifat Swasta maupun Pekerjaan Proyek Pemerintah. Pekerjaan

Mikrohidro. Meliputi Survey Pengukuran Kelayakan, Pembangunan DAM, Perbengkelan


Mesin Turbin, Hingga Pembangunan Rumah Mesin dan Elektrikal.
Untuk memenuhi kebutuhan Masyarakat Umum, Pabrik, dan Pemerintah Daerah, terhadap
adanya pasokan energi kelistrikan. Maka, saat ini, Perusahaan kami, menyediakan dan
melayani, Pengadaan dan Pembangunan. Berbagai Sistem Pembangkit dan Teknologi
Pendukung Performa Pembangkitan. Diantaranya adalah:

PLTM (Mikrohidro)

PLTB (Tenaga Angin)

PLTS (Tenaga Surya)

Energy Audit And Monitoring (SCADA)

Call Us Today!

Jika Energi adalah kebutuhan anda. Jika Pemerintah tak kunjung tiba.
Team kami. Menyediakan waktu. Khusus untuk berdiskusi dengan anda. Untuk
membicarakan. Solusi yang paling efektif.

Segera hubungi kami! Senang sekali untuk mengundang anda dalam sebuah Diskusi
Perbincangan yang Akrab dan Penuh Solusi.
Hotline:
0812.33.22.988
0818.387.487
Copyright 2005 Microhydro Contractor. All rights reserved.
Web Hosting by Yahoo!
Mechatron Power - Kontraktor Mikrohidro Buatan Malang
Gedung KPRI. Universitas Brawijaya. Lantai Ke 2. Jalan MT. Haryono No. 169
Malang, Jawa Timur 65144
Indonesia
ph: +623416106108
fax: +62341394574
mechatron_plc@yahoo.co.id

Pada dasarnya ada dua macam sistem pengaturan pada pembangkit listrik mikrohidro, yaitu
governor (Sistem pengatur debit air) dan electronic load controller/ELC (sistem pengatur
beban elektronis). GOVERNOR Governor didesain agar putaran turbin-generator konstan .....
Sistem Kontrol Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Pada dasarnya ada dua macam sistem
pengaturan pada pembangkit listrik mikrohidro, yaitu governor (Sistem pengatur debit air)
dan electronic load controller/ELC (sistem pengatur beban elektronis). GOVERNOR
Governor didesain agar putaran turbin-generator konstan dalam range yang dikehendaki
dengan menambah atau mengurangi debit air yang masuk ke runner turbin untuk
mempertahankan keseimbangan daya antara masukan daya (Power input) dan permintaan
daya (power demand). Governor bekerja bila terjadi suatu perubahan pada permintaan daya
yang menyebabkan fluktuasi putaran turbin-generator. Turbin air seperti layaknya penggerak

mula, membutuhkan sistem pengaturan agar suatu perubahan beban tidak mengakibatkan
terjadinya perubahan putaran. Hal ini secara tradisional dicapai dengan pengaturan debit air
yang masuk ke turbin dengan menggunakan governor mekanis. Kerugian sistem ini adalah
ketidakmampuannya bereaksi cepat bila terjadi perubahan beban secara mendadak. Pada
beberapa sistem kontrol debit air, dibutuhkan suatu katup pengontrol air yang mahal.
Governor mekanis membutuhkan kesesuaian antara turbin dan pipa pesat (penstock).
ELECTRONIC LOAD CONTROLLER (ELC) Pada prinsipnya pengontrolan dengan ELC
bertujuan agar besar daya yang dibangkitkan oleh generator selalu sama dengan daya yang
diserap oleh konsumen ditambah dengan daya yang dibuang ke beban ballast, dengan
demikian akan diperoleh frekuensi yang stabil. Pada kondisi penyerapan daya oleh beban
konsumen melebihi daya yang dibangkitkan generator (overload) akan terjadi penurunan
frekuensi (under frequency). Kondisi ini umumnya tidak diinginkan karena penurunan
frekuensi bersifat merusak khususnya peralatan listrik yang bersifat induktif (kumparan,
transformator). ELC dilengkapi fasilitas under frequency trip yang akan memutuskan
hubungan ke beban konsumen dan semua daya akan dibuang pada beban ballast. Prinsip kerja
ELC secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila daya yang diserap pada
beban konsumen berubah akan mengakibatkan pula perubahan frekuensi (frekuensi akan
menurun bila beban konsumen bertambah dan sebaliknya), perubahan frekuensi akan segera
dideteksi dan dimanipulasikan untuk mengatur sudur penyalaan pada thyristor. Thyristor pada
ELC tidak lain merupakan sakelar elektronik yang mengatur besar kecilnya daya yang harus
dibuang ke beban ballast atau diambil dari beban ballast sesuai dengan perubahan frekuensi
yang terjadi, sehingga dapat dicapai kembali kondisi daya yang dibangkitkan oleh generator
sama dengan daya yang diserap oleh beban konsumendan beban ballast. Karena dilakukan
secara elektronik, perubahan frekuensi yang terjadi untuk kembali stabil ke setting frekuensi
yang telah ditetapkan akan berlangsung singkat, hanya memerlukan waktu kurang dari 0.25
detik, dengan penyimpangan frekuensi kurang dari 0,25 Hz

Gambar single Line Diagram ELC untuk PLTMH

Anda mungkin juga menyukai