Anda di halaman 1dari 36

Materi UU No.

35/2009,ttg Narkotika

dalam rangka
Pencegahan, Pemberantasan,
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN)

OLEH : Drs. MARTIAS WANTO


Kepala Badan Kesbang Pol dan Linmas
Kabupaten Agam

Bio Data
Nama
NIP
TTL
Jabatan
Riwayat
Pendidikan

: Drs. MARTIAS WANTO


: 19660301 198602 1 002
: Lubuk Basung / 1 Maret 1966
: Kepala Badan Kesbang Pol dan Linmas Kab.
Agam
: - APDN Bukitiinggi Tahun 1989
- IIP Jakarta Tahun 1994
- Pasca Sarjana UNP Padang

PENDAHULUAN
a. BNK
BERSAMA-SAMA
DENGAN
INSTANSI
TERKAIT
MENGANGGAP
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
DAN
KEJAHATANNYA SEBAGAI MUSUH NEGARA YANG MESTI
DITENTANG DAN DIPERANGI SECARA TEGAS OLEH SEMUA
WARGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA INI.
b. KETEGASAN TERSEBUT SESUAI UU
NARKOTIKA No. 22/97
YANG TELAH DIREVISI MENJADI UU N0. 35/2009.
c. UU NARKOTIKA YG BARU INI MEMBERIKAN SANKSI PIDANA YG
LEBIH KERAS NAMUN JUGA PENERAPAN YG LEBIH HUMANIS
BAGI PARA PENYALAHGUNAAN NARKOBA UNT DPT MENGIKUTI
TERAPI.
d. TERBONGKARNYA CLANDESTINE LABORATORY OLEH SATGAS
PEMBERANTASAN BNN, INDIKASI BHW INDONESIA DISAMPING
SBG BLACK MARKET AREA JUGA DIGUNAKAN SBG DAERAH
PRODUSEN PSIKOTROPIKA / NARKOTIKA
DAN TIMBULNYA
CLAND LAB TERKAIT ERAT DGN KETERSEDIAAN BAHAN-BAHAN
KIMIA YANG LAZIM DISEBUT PREKURSOR.
e. UNTUK ITU PARA PESERTA DIHARAPKAN MAMPU MEMAHAMI
DAN MENANGANI PERMASALAHAN KEJAHATAN TINDAK PIDANA
NARKOTIKA DITUNTUT PROFESIONALISME DAN MEMPUNYAI

Penggunaan Narkotika.
Narkotika hanya dapat digunakan untuk

kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau


pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(Pasal 7).
Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan.
Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I
dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia
laboratorium stlh mendapatkan persetujuan
Menteri atas rekomendasi Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
(Pasal 8 ayat 1 dan 2 ).

Penggolongan
Narkotika.
Golongan I : Narkotika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
Golongan II : Narkotika berkhasiat pengobatan,
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dlm terapi dan/atau utk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
Golongan III : Narkotika berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dlm terapi dan/atau utk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.

DATA PENYALAGUNA NARKOTIKA &


PSIKOTROPIKA

(Angka Prevalensi; Hasil Gakkum; Fas Rehab)


PREVALENSI 1,99 % (2008)
COBA PAKAI

TERATUR
PAKAI

PECANDU

JUMLAH

PELAJAR / MAHASISWA

785.933

352.314

216.809

1.355.056

BUKAN PELAJAR /
MAHASISWA

80.229

542.017

1.385.154

2.007.400

RESIDEN KELUAR

39

43

87

161

PENEGAKAN HUKUM 2008


KONSUMEN

JUMLAH

NARKOTIKA

8.125

PSIKOTROPIKA

6.927

DATA FASILITAS REHABILITASI SEL INDONESIA


FASILITAS

KAPASITAS

RAWAT INAP

RAWAT JALAN

OSC

203

9.814

7.024

578

ORC

65

60

33

1.449

Konsiderans.
Bahwa Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yg

bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan


kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan disisi
lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat
merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa
pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama.

Bahwa tindak pidana Narkotika telah bersifat transnasional

yang dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang


tinggi, teknologi canggih, didukung oleh jaringan organisasi
yang luas dan sudah banyak menimbulkan korban,
terutama di kalangan generasi muda bangsa yang sangat
membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa dan
Negara, sehingga UU No.22/1997 tentang Narkotika sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi dan kondisi
yang berkembang untuk menanggulangi dan memberantas
tindak pidana tersebut.

NARKOTIKA
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun


semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan kedalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam UU ini

Perubahan pada ketentuan


umum.
Terdapat penyempurnaan pengertian, berupa

penambahan atau pengurangan maupun perubahan


pengertian.
Penambahan pengertian umum.
- Prekursor Narkotika, adalah zat atau bahan pemula
atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam
pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabel
sebagaimana dalam undang-undang ini.
- Kejahatan Terorganisasi, adalah kejahatan yang
dilakukan oleh suatu kelompok yang terstruktur yang
terdiri atas 3 (tiga) orang atau lebin yang telah ada untuk
suatu waktu tertentu dan bertindak bersama-sama
dengan tujuan melakukan suatu tindak pidana Narkotika.
- Menteri, adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

BEBERAPA MATERI UU NO. 35 THN


2009
(KORELASI DENGAN PENATAAN ORGANISASI BNN)
PEMBENTUKAN ORGANISASI BNN : Pasal 64 (1)

DALAM RANGKA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAGUNAAN DAN


PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN PREKUSOR NARKOTIKA, DENGAN UNDANGUNDANG INI DI BENTUK BADAN NARKOTIK NASIONAL BNN

BENTUK DAN KEDUDUKAN BNN : Pasal 64 (2)

BNN
MERUPAKAN
LEMBAGA
PEMERINTAH
NON
KEMENTRIAN
YANG
BERKEDUDUKAN DI BAWAH PRESIDEN DAN BERTANGGUNG JAWAB KEPADA
PRESIDEN.

HUBUNGAN BNN, BNN PROVINSI, DAN BNN KAB/KOTA :


BNN
PROVINSI
DAN BNN KABUPATEN/KOTA SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM
Pasal
66
PASAL 65 AYAT (3) MERUPAKAN INSTANSI VERTIKAL.

STRUKTUR ORGANISASI : Pasal 67 (1) & (2)


BNN DIPIMPIN OLEH SEORNG KEPALA DAN DIBANTU OLEH SEORANG SEKERTARIS
UTAMA DAN BEBERAPA DEPUTI.
DEPUTI MEMBIDANGI URUSAN :
BIDANG PENCEGAHAN;
BIDANG PEMBERANTASAN;
BIDANG REHABILITASI;
BIDANG HUKUM DAN KERJASAMA; DAN
BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA


BNN : Pasal 68
Kepala BNN DIANGKAT DAN DIBERHENTIKAN OLEH PRESIDEN.

PERUBAHAN DAN
PENAMBAHAN
SUBSTANSI PASAL DLM
UU No. : 35/2009 ttg
NARKOTIKA

Badan Narkotika Nasional RI

www.bnn.go.id
11

PERLUASAN PENGERTIAN
permufakatan jahat

PASAL 1 NO 18 :
PERBUATAN 2 ORANG / LEBIH
SEKONGKOL, SEPAKAT, MELAKS,
BANTU, TURUT SERTA, SURUH,
FASILITASI, BERI KONSULTASI, JADI
ANGGT OC / MENGKOOR TP N & PN
.
(UU No.22/1997 perbuatan 2 orang atau lebih dg
maksud sepakat lakukan tp Narkotika).

Badan Narkotika Nasional RI

www.bnn.go.id
12

KEJAHATAN TERORGANISASI
(SESUAI UN CONVENTION AGAINTS
TRANSNATIONAL OC, 2000) :

PASAL 1 NO 20 :
DLKK OLH SUATU POK YG
TERSTRUKTUR 3 ORG / LEBIH
YG TLH ADA UTK SUATU WAKTU
TTT & BERTINDAK BERSAMA DG
TUJUAN MLKK TP NARKOTIKA.

Badan Narkotika Nasional RI

www.bnn.go.id
13

PENGGOLONGAN NARKOTIKA :
Gol I

- Dilarang unt yankes, dpt digun


unt bang iptek & reagensia
diagnostik/lab.
- Lembaga iptek (lemdiklat serta
litbang) pem/swasta dpt
peroleh, tanam, simpan &
gunakan iptek.
Gol II (unt yankes) ;
Gol III (unt yankes).
Badan Narkotika Nasional RI

www.bnn.go.id
14

PREKURSOR
Prekursor Narkotika adalah zat atau
bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan dalam pembuatan
Narkotika yang dibedakan dalam tabel
sebagaimana terlampir dalam UndangUndang ini.
(psl 1 ayat 2 )

GOLONGAN DAN JENIS PREKURSOR


Dlm UU No. 35/2009
TABEL I
1. Acetic Anhydride.
2. N-Acetylanthranilic Acid.
3. Ephedrine.
4. Ergometrine.
5. Ergotamine.
6. Isosafrole.
7. Lysergic Acid.
8. 3,4-Methylenedioxyphenyl2propanone.
9. Norephedrine.
10. 1-Phenyl-2-Propanone.
11. Piperonal.
12. Potassium Permanganat.
13. Pseudoephedrine.
14. Safrole.

TABEL II
1. Acetone.
2. Anthranilic Acid.
3. Ethyl Ether.
4. Hydrochloric Acid.
5. Methyl Ethyl
Ketone.
6. Phenylacetic Acid.
7. Piperidine.
8. Sulphuric Acid.
9. Toluene.

Peredaran Gelap Narkotika dan


Prekursor Narkotika adalah
setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara tanpa hak atau
melawan hukum yang ditetapkan sebagai
tindak pidana Narkotika dan Prekursor
Narkotika.
(Pasal 1 ayat 6)

Ketentuan Prekursor:
Pasal 48
Pengaturan prekursor dalam Undang-Undang ini
bertujuan:
a.
melindungi
masyarakat
dari
bahaya
penyalahgunaan
Prekursor
Narkotika
b. mencegah dan memberantas peredaran gelap
Prekursor Narkotika; dan
c. mencegah terjadinya kebocoran dan
penyimpangan Prekursor Narkotika.

Pasal 49
(1)Prekursor Narkotika sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 digolongkan ke dalam
Prekursor Tabel I dan Prekursor Tabel II
dalam Lampiran Undang-Undang ini.
(2) Penggolongan Prekursor Narkotika
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
pertama kali ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II dan merupakan
bagian tak terpisahkan dari Undang-Undang
ini.
(3) Ketentuan mengenai perubahan
penggolongan Prekursor Narkotika
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri setelah
berkoordinasi dengan menteri terkait.

Pasal 129
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat
4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling banyak Rp
5.000.000,00 (lima miliar rupiah) setiap orang
a.
memiliki,
menyimpan,
menguasai,
atau
yang
tanpa hak
atau melawan
hukum:
menyediakan Prekursor Narkotika untuk
pembuatan Narkotika;
b. memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau
menyalurkan Prekursor Narkotika untuk
pembuatan Narkotika;
c. menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,
menerima, menjadi perantara dalam jual
beli, menukar, atau menyerahkan Prekursor
Narkotika untuk pembuatan Narkotika;
d. membawa, mengirim, mengangkut, atau
mentransito Prekursor Narkotika untuk
pembuatan Narkotika.

Prekursor diatur dlm UU


Narkotika
Tujuan pengaturan prekursor :
lindungi masy dr bahaya lahgun
Prekursor
cegah & berantas darlap
Prekursor ;
cegah kebocoran &
penyimpangan Prekursor.
Pasal 129
Dipidana penjara min 4 th & maks 20 th & denda maks
Rp5 M yg tanpa hak atau melawan hukum :
a. miliki, simpan, kuasai, atau sediakan ;
b. produksi, impor, ekspor, atau salurkan ;
c. tawarkan, beli, terima, perantara, tukar, atau
serahkan ;
d. bawa, kirim, angkut, atau transito.
Badan Narkotika Nasional RI

www.bnn.go.id
21

Prekursor unt pembuatan Narkotika.

Diselenggarakan di RS, puskesmas &


lembaga Rehab yg ditunjuk, dpt
selenggarakan pem/masy mll agama &
tradisional :
-Pecandu & korban wajib rehab ( Ps
54 );
-Ortu/wali pecandu blm cukup umur
wajib lapor ( Ps 55 ayat 1,
tdk lapor pidana maks 3 bl, denda maks
Rp1.jt/Ps 134 (2)

-Pecandu cukup umur wajib lapor


diri/dilaporkan keluarganya ( Ps 55
ayat 2,
tdk lapor kurungan maks 6 bl/denda maks
Rp2.jt/Ps
134
(1)RI
Badan Narkotika
Nasional
www.bnn.go.id
22

Masy memp kesempatan berperan serta bantu


upaya P4GN
Pasal 106
Hak masy diwujudkan dlm bentuk:
a.Cari, peroleh, & berikan inf dugaan terjadi TP
N & P;
b.Yan, peroleh, & berikan info kpd aparat
gakkum /BNN;
c. Saran
dan
pendapat
kpd
aparat
gakkum/BNN ;
d.Peroleh jawaban atas laporannya kpd aparat
gakkum /BNN ;
e.Peroleh perlindungan hukum.
Pasal 108
(1)Peran serta masy dpt dibentuk mll wadah yg
dikoord BNN.
Pasal 109
Pem
berikan
penghargaan
kpd aparat gakkum
Badan Narkotika
Nasional
RI
www.bnn.go.id
23

Tempat Rehabilitasi
Lembaga Rehabilitasi Medis dan sosial yang

dibina dan diawasi oleh BNN.


Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO)
Cibubur.
Rumah Sakit Jiwa di seluruh Indonesia.
Panti Rehabilitasi Depsos RI dan Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).
Tempat Rujukan Lembaga Rehabilitasi Swasta
Akreditasi Depkes atau Depsos.

Lamanya Proses Rehabilitasi,


setelah mendengar ahli
Program Detoksifikasi dan Stabilisasi 1 Bln
Program Primer 6 Bln
Program Re-Entry 6 Bln.

KETENTUAN PIDANA
Pasal 111
(1)Tanam, pelihara, miliki, simpan,
kuasai, atau sediakan Narkotika
Gol I bentuk tanaman, penjara
min 4 th/maks 12 th, denda min
Rp800 jt/maks Rp8 M.
(2)Pd ayat (1) beratnya melebihi 1
kg atau 5 batang pohon, pidana
penjara seumur hidup atau min
5 th/maks 20 th, denda maks pd
ayat (1) ditambah 1/3.
Badan Narkotika Nasional RI

www.bnn.go.id
26

Pasal 112
(1)Miliki, simpan, kuasai, atau sediakan
Narkotika :
Gol I bukan tanaman, penjara min 4 th/maks
12 th, denda min Rp800jt/ maks Rp8 M.
Gol II, penjara min 3 th/maks 10 th, denda
min Rp600 jt/maks Rp5 M (ps 117 ayat 1)
Gol III, penjara min 2 th/maks 7 th, denda
min Rp400 jt/maks Rp3 M (ps 122 ayat 1)
(2) Pd ayat (1) lebih 5 gram, penjara seumur
hidup atau min 5 th/maks 20 th, denda maks
pd ayat (1) ditambah 1/3.
Gol II, penjara min 5 th/maks 15 th, denda
maks ditambah 1/3 (ps 117 ayat 2)
Gol III, penjara min 3 th/maks 10 th, denda
maks ditambah 1/3 (ps 122 ayat 2)
Badan Narkotika Nasional RI

www.bnn.go.id
27

Pasal 113
(1)Produksi, impor, ekspor, atau salurkan
Narkotika :
Gol I, min 5 th/maks 15 th, denda min Rp1
M/maks Rp10 M.
Gol II, penjara min 4 th/maks 12 th, denda
min Rp.800 jt/maks Rp.8 M (ps 118 ayat 1)
Gol III, penjara min 3 th/maks 10 th, denda
min Rp.600 jt/maks Rp.5 M (ps 123 ayat 1)
(2)Tanaman lebih 1 kg/ 5 batang atau bukan
tanaman lebih 5 gram, dipidana mati,
seumur hidup, atau min 5 th/maks 20 th,
denda pd ayat (1) maks ditambah 1/3.
Gol II, idem ps 113 ayat 2 ( ps 118 ayat
2)
Gol III, penjara min 5 th/maks 15 th, denda
pdNarkotika
ayat Nasional
(1) maks
ditambah 1/3 (ps 123
ayat28
Badan
RI
www.bnn.go.id

(1)Menjual, beli, terima, perantara, tukar,


serahkan Narkotika Gol I, penjara min 5
th/maks 20 th, denda min Rp1.M/maks
Rp10.M.
Gol II, penjara min 4 th/maks 12 th, denda
min Rp.800jt/maks Rp8.M (ps 119 ayat 1)
Gol III, penjara min 3 th/maks 10 th, denda
min Rp.600jt/maks Rp5.M (ps 124 ayat 1)
(2). Tanaman lebih 1 kg /5 batang atau bukan
tanaman lebih 5 gram, dipidana mati,
seumur hidup, atau min 6 th/maks 20 th,
denda spt ayat (1) maks ditambah 1/3 .
Gol II, pidana mati, seumur hidup, atau
min 5 th/maks 20 th, denda pd ayat 1 maks
ditambah 1/3 (ps 119 ayat 2)
Gol III, pidana penjara min 5 th/maks 15 th,
Badan
Narkotika
Nasional
RI (1) maks ditambah 1/3
denda
spt
ayat
(ps 29
www.bnn.go.id

Pasal 115
(1)Kirim, angkut, atau transito Narkotika :
Gol I, penjara min 4 th/maks 12 th, denda
min Rp800 jt/maks Rp8.M.
Gol II, penjara min 3 th/maks 10 th, denda
min Rp600 jt/maks Rp5.M (ps 120 ayat 1)
Gol III, penjara min 2 th/maks 7 th, denda
min Rp400 jt/maks Rp3.M (ps 125 ayat 1)
(2)Tanaman lebih 1 kg/5 batang atau bukan
tanaman lebih 5 gram, pidana seumur hidup
atau min 5 th/maks 20 th, denda maks
ditambah 1/3.
Gol II, pidana seumur hidup atau min 5
th/maks 15 th, denda maks ditambah 1/3 (ps
120 ayat 2)
Gol III, pidana penjara min 3 th & maks 10 th
Badan Narkotika Nasional RI
www.bnn.go.id
& denda maks ditambah 1/3 (ps 125 ayat
2)30

Pasal 116
(1)(1) Gunakan Narkotika thd / berikan unt
digunakan orang lain : Gol I, penjara min 5
th/maks 15 th, denda min Rp1.M/maks
Rp10.M.
Gol II, penjara min 4 th/maks 12 th, denda
min Rp800jt/maks Rp8.M (pa 121 ayat 1)
Gol III, penjara min 3 th/maks 10 th, denda
min Rp600jt/ maks Rp5.M (pa 126 ayat 1)
(2)Mengakibatkan orang lain mati atau cacat
permanen, pidana mati, seumur hidup,
atau penjara min 5 th/maks 20 th & denda
maks ditambah 1/3.
Gol II, pidana mati, seumur hidup, atau
penjara min 5 th/maks 20 th, denda maks
ditambah 1/3 (ps 121 ayat 2)
Badan Narkotika Nasional RI
www.bnn.go.id
31
Gol III, pidana penjara min 5 th/maks
15 th,

Pasal 127
(1) Penyalah Guna Narkotika bagi diri
sendiri :
Gol I maks 4 th ; Gol II maks 2 th &
Gol III maks 1 th.
(3) Terbukti sbg korban wajib rehab.
Pasal 128
(4)Orang tua / wali pecandu blm cukup
umur & tdk lapor : kurungan maks 6
bl / denda maks Rp1.jt.
(5)Tsb ayat (1) bila dilaporkan tdk
dipidana.
(3) Pecandu sedang jalani rehab medis 2
x tdk dipidana.
Badan Narkotika Nasional RI

www.bnn.go.id
32

Pasal 130
(1) Bila dlkk korporasi, selain penjara & denda unt
pengurusnya, unt korporasi denda dg pemberatan 3x;
(2) Selain itu ada pid tambahan cabut ijin & status
badan hukum;

Pasal 131
Setiap org yg tdk lapor adanya TP N & P, dipidana
penjara maks 1 th & denda maks Rp50 jt

Pasal 132
(1) Percobaan/mufakat jahat, dijatuhi pd sama ;
(2) Dlkk sec terorganisir ditambah 1/3 ;
(3) Pemberatan ayat (2) tdk berlaku bg TP yg diancam
pidana mati, seumur hidup/20 th.

Pasal 133
(1) Suruh, beri/janjikan, beri kesempatan, anjurkan,
beri kemudahan, paksa dg ancaman/kekerasan, tipu
muslihat, bujuk anak bawah umur unt lakk TP diatas,
pidana mati/seumur hidup, atau min 5 th/maks 20 th,
denda min 2 M/maks 20M;
(2) Ayat 1 unt gunakan narkotika, pidana min 5 th/maks
15 th, denda min 1 M/maks 10M;
Badan Narkotika Nasional RI

www.bnn.go.id
33

Pasal 137
(1)Tempatkan, bayarkan, belanjakan, titipkan,
tukarkan,
sembunyikan/samarkan,
investasikan,
simpan,
hibahkan,
wariskan/transfer
aset
bergerak,
berwujud/tdk yg berasal TP N & P, pidana min
5 th/maks 15 th, denda min 1 M/maks 10 M;
(2)Ayat 1 yg diketahui berasal TP N & P, pidana
min 3 th/maks 10 th, denda min 500 jt/maks
5 M;
(3)Pemberatan ayat (2) tdk berlaku bg TP yg
diancam pidana mati, seumur hidup/20 th.

Pasal 139
Halangi, mempersulit sidik/tuntut dimuka
sidang, pidana min 1 th/maks 10th, pidana min
100jt/maks 1M ;
Badan Narkotika Nasional RI

www.bnn.go.id
34

Pasal 142
Petugas lab palsukan hasil uji/tdk laporkan pd
penyidik/JPU, pidana maks 7th, denda maks 500jt ;

Pasal 143
Saksi beri ket tdk benar dimuka sidang, pidana min 1
th/maks 10th, pidana min 60jt/maks 600jt ;
Pasal 144
(1) Dlm waktu 3 th lkk pengulangan, pidana maks + 1/3 ;
(2) Ancaman ayat 1 tdk berlaku yg dijatuhi pidana mati,
seumur hidup/penjara 20 th;
Pasal 145
Dlkk diluar wil RI, mk diberlakukan UU ini.
Pasal 146
(3) WNA mlkk TP N & P, dan tlh jalani pidana, diusir ;
(4) Tsb ayat 1 dilarang masuk ke wil RI ;
(5) WNA yg mlkk TP N & P di LN dilarang masuk ke wil RI.
Badan Narkotika Nasional RI

www.bnn.go.id
35

Terima Kasih
Semoga Allah melindungi kita . . . . . . . . . . . . . . . . . Amin
36

Anda mungkin juga menyukai