TEKNIK
MEKATRONIKA
Susilo Adi Widyanto
DASAR-DASAR
TEKNIK
MEKATRONIKA
i
DASAR-DASAR
TEKNIK
MEKATRONIKA
Susilo Adi Widyanto
ISBN 978.979.097.166.0
ii
PRAKATA
iii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Perkembangan Teknik Mekatronika 3
1.1.1 Revolusi Industri 3
1.1.2 Revolusi Semikonduktor 5
1.1.3 Revolusi Informasi 6
1.2 Elemen Teknik Mekatronika 8
1.2.1 Bidang Teknik Mekanis 8
1.2.2 Bidang Elektromekanis 9
1.2.3 Bidang Elektris 9
1.3 Elemen Kunci Sistem Mekatronika 10
1.4 Aplikasi Sistem Mekatronika 10
III. SENSOR
3.1 Jenis-Jenis Sensor 24
3.1.1 Sensor Simpangan 24
3.1.1.1 Potensiometer 25
3.1.1.2 Strain gage 26
3.1.1.3 Sensor kapasitansi 26
3.1.1.4 LVDT 27
3.1.1.5 Enkoder 30
3.1.1.6 Sensor pneumatis 33
3.1.2 Sensor Kecepatan 34
iv
3.1.3 Sensor Gaya 36
3.1.4 Sensor Aliran Fluida 40
3.1.5 Sensor Temperatur 48
3.1.6 Sensor Proksimiti 55
3.1.7 Sensor Level Cairan 57
3.2 Pemilihan Sensor 59
3.3 Terminologi Sensor 59
v
V. PEMROSES SINYAL
5.1 Operator Logika 94
5.1.1 Operator AND 95
5.1.2 Operator OR 96
5.1.3 Operator Pembalik (Inverter) 97
5.2 Mikrokontroler 98
5.2.1 Aplikasi Mikrokontroler 102
5.2.2 Jenis-jenis Mikrokontroler 102
5.2.3 Pertimbangan PemilihanMikrokontroler 102
5.2.4 ProdusenMikrokontroler 102
5.2.5 Hal-Hal Mengenai Mikrokontroler 103
5.2.5.1 Teknik fabrikasi 103
5.2.5.2 Arsitektur mikrokontroler 103
5.2.5.3 Instruksi 103
5.2.6 Pilihan Memori 104
5.2.7 Input/Output 105
5.2.7.1 Sistem input komputer 105
5.2.7.2 Sistem output komputer 106
5.2.8 Interupsi (Interrupt) 107
5.2.9 Mikrokontroler Populer 108
5.2.10 Perangkat Lunak 110
5.2.11 Bahasa Pemrograman 110
5.3 Programmable Logic Controller (PLC) 111
5.3.1 Perangkat PLC 113
5.3.2 Diagram Ladder 115
VI. AKTUATOR
6.1 Aktuator Mekanis 118
6.1.1 Jenis Gerakan 119
6.1.2 Mekanisme Four Bar Linkage 119
6.1.3 Cam 121
6.1.4 Roda Gigi 123
vi
6.1.5 Mekanisme Ratchet 125
6.1.6 Belt dan Pulley 125
6.2 Aktuator Elektris 126
6.2.1 Switch 126
6.2.2 Solenoid 130
6.2.3 Motor Listrik 130
6.2.3.1Motor DC 131
6.2.3.2Motor AC 135
6.2.3.3Brushless DC motor (motor DC tanpa sikat) 138
6.2.3.4Motor Stepper 141
6.2.3.4.1 Cara kerja motor stepper 141
6.2.3.4.2 Rangkaian driver motor stepper 148
6.2.3.4.3 Pemilihan motor 151
6.2.3.5Linear servomotors 154
6.3 Aktuator Penumatis dan Hidrolis 155
6.3.1 Sistem pembangkitan FluidaBertekanan 156
6.3.2 Valve (Katup)Kendali 158
6.3.2.1Jenis katup berdasarkan model gerakannya 159
6.3.2.2Jenis katup berdasarkan konstruksi katup 162
6.3.2.3Jenis katup berdasarkan pengoperasiannya 169
viii
I. PENDAHULUAN
Tujuan Instruksional
Mahasiswa dapat memahami perkembangan teknik mekatronika dan
perkembangannya hingga saat ini. Diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
arti penting dan dasar-dasar penerapan teknologi mekatronika untuk
mengatasi persoalan-persoalan praktis saat ini.
2
meningkatkan ketelitian, mengganti pelaku proses dll). Untuk
merealisasikannya diperlukan berbagai masukan dari berbagai
disiplin ilmu yang pada akhirnya akan melahirkan interaksi sebagai
berikut:
a. Multi disiplin : merupakan proses aditif dari berbagai disiplin
ilmu yang secara bersama memecahkan persoalan teknis yang
dihadapi
b. Cross-disiplin: suatu disiplin ilmu yang diteliti dari sudut
pandang disiplin lain.
c. Inter-disiplin: suatu proses integrasi yang melibatkan dua atau
lebih disiplin secara bersama untuk memecahkan persoalan.
Karena produk mekatronika merupakan gabungan dari
berbagai disiplin ilmu, maka dalam realisasinya setiap tahapan
proses pembuatan produk harus dikerjakan oleh seorang spesialis di
bidang ilmu yang bersangkutan, misalnya:
a. Perancangan sistem mekanis
b. Pemilihan sensor dan aktuator yang sesuai dengan rancangan
sistem mekanis
c. Perancangan pengkondisi sinyal dan elektronika daya
d. Perancangan dan implementasi alogaritma kendali menggunakan
kelistrikan, elektronik, mikroprosesor atau mikrokontroler.
Secara skematis proses perancangan produk mekatronik
diilustrasikan dalam bentuk diagram blok dalam Gambar 1.2.
3
a. Hampir seluruh desain produk dan proses ditujukan untuk proses
konversi dan transmisi energi sehingga memungkinkan
penggunaan energi untuk melakukan pekerjaan yang bermanfaat.
4
Gambar 1.3. Berbagai penemuan pada masa revolusi industri.
5
IC A/D converter Operational
amplifier
6
Dilihat dari kandungan teknologi yang didasarkan pada
pencirian umum produk mekatronika,
mekatronika, telah terjadi tiga tahapan
perkembangan seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.5. 1. Secara
umum, penggunaan perangkat lunak sebagai
sebagai pengaktif sistem
mekatronika terus meningkat, sementara porsi sistem mekanik
semakin turun. Kecenderungan ini tidak diartikan sebagai turunnya
kandungan komponen dalam suatu produk mekatronik, tetapi
menyangkut tingkat kemajuan teknologi yang diaplikasikan.
8
Gambar 1.6.
1 Komponen dasar sistem mekanis.
mekanis
1.2.2. Bidang elektromekanis
elektrom meliputi:
a. Sensor ; berbagai variabel fisik dapat diukur dengan sensor,
seperti cahaya yang menggunakan foto resistor, level dan
perpindahan menggunakan potensiometer, arah menggunakan
sensor magnetik,, suara menggunakan mikrofone
mi one dll (diuraikan
secara terinci pada Bab III).
b. Aktuator : servomotor DC, motor stepper, relay,
relay solenoid dll
(diuraikan secara
ra terinci pada Bab VI).
9
1.3.Elemen
Elemen Kunci Sistem Mekatronik
Telah dijelaskan di depan bahwa mekatronika merupakan
gabungan dari berbagai ilmu seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.1.
Korelasi spesifik untuk berbagai ilmu tersebut seperti ditunjukkan
dalam Gambar 1.7.
10
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Jelaskan alasan mengapa teknik mekatronika mengalami
perkembangan yang sangat pesat?
2. Jelaskan disiplin ilmu yang terlibat dalam teknik mekatronika!
3. Teknik mekatronika merupakan gabungan dari berbagai disiplin
ilmu. Jelaskan jenis relasi yang mungkin muncul antar disiplin
ilmu tersebut dalam perancangan produk mekatronika!
4. Jelaskan tahapan-tahapan perkembangan teknologi yang
mempercepat perkembangan teknik mekatronika
5. Jelaskan ciri-ciri yang dapat kita lihat sebagai produk industri
dari generasi semikonduktor!
6. Jelaskan ciri-ciri produk industri dari generasi informasi!
7. Berdasarkan kandungan teknologi komponennya, jelaskan
tahapan perkembangan produk mekatronika!
8. Jelaskan tahapan umum yang harus dilakukan dalam proses
rancang bangun produk mekatronik!
9. Jelaskan contoh-contoh komponen mekanik dan kegunaannya
yang diperlukan dalam desain teknik mekatronika!
10. Jelaskan contoh-contoh komponen pengkondisi sinyal yang
diperlukan dalam aplikasi teknik mekatronika!
Pustaka
Ashley, S., 1997., “Getting a hold on mechatronics,” Mechanical
Engineering, 119(5).
Bolton, W., 1995., Mechatronics: Electronic Control Sistems in
Mechanical Engineering, Longman.
Auslander, D. M and Kempf, C, J., 1996., Mechatronics:
Mechanical Sistem Interfacing, Prentice-Hall.
Harshama, F., Tomizuka, M., and Fukuda, T., 1996.,
“Mechatronics-what is it, why, and how,” IEEE/ASME Trans. on
Mechatronics, 1(1), 1-4.
Shetty, D and Kolk, R. A., 1997., Mechatronics Sistem Design,
PWS Pub. Co.
Alciatore, D. G and Histand, M. B., 1998., Introduction to
Mechatronics and Measurement Sistems, McGraw Hill.
11
II. KONSEP DASAR PENGENDALIAN
Tujuan instruksional
Tubuh kita, ketika kita sehat, selalu dalam kondisi suhu yang
konstan sekalipun dalam lingkungan yang dingin. Jika suhu tubuh
terasa meningkat di atas normal, secara spontan kita akan merasa
kepanasan dan berusaha untuk menurunkannya, seperti kita
mengipasi, membuka baju atau pergi ke tempat terbuka. Kondisi itu
akan terjadi sebaliknya. Bila kita merasa kedinginan, maka kita
akan berusaha untuk mencari sumber panas. Semuanya itu
merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengembalikan suhu
tubuh ke kondisi yang normal. Sistem kendali tubuh kita selalu
menjaga temperatur yang konstan. Cara lain untuk mengatur
temperatur ruang dengan sistem pemanas misalnya dengan
menempatkan operator (penjaga api) dekat dengan sistem pemanas.
Dengan menggunakan termometer sebagai acuan untuk
pengukuran, operator tersebut akan mematikan pemanas bila suhu
ruang telah tercapai dan akan sebaliknya bila suhu ruang turun akan
mengaktifkan kembali sistem pemanas tersebut. Sistem kendali
semacam ini menggunakan manusia sebagai kendali umpan balik.
Secara singkat sistem kendali semacam ini menggunakan hasil
sinyal keluaran sebagai sinyal masukan kembali untuk
mengoreksinya sehingga selalu berada dalam daerah keluaran yang
dikehendaki. Sistem kendali umpan balik yang umum digunakan
untuk menjaga temperatur konstan adalah dengan menggunakan
suatu termostat.
Jika kita mengambil pensil dari atas meja, kondisi itu
membutuhkan sistem kendali untuk memastikan tangan kita sampai
12
pada posisi pensil tersebut berada dan mengangkatnya. Ini
dilakukan dengan selalu mengamati posisi tangan terhadap pensil
dan mendekatkannya hingga sampai ke posisinya. Sistem kendali
semacam ini adalah pengaturan pemosisian dan gerakan tangan kita.
Sistem kendali umpan balik telah luas digunakan, misalnya
dalam proses pengaturan temperatur, level cairan, aliran fluida,
tekanan, untuk senantiasa dipertahankan dalam harga yang konstan.
Pada mesin perkakas misalnya motor listrik dirancang untuk
putaran yang konstan dalam proses pemesinan dimana posisi,
kecepatan dan pengoperasiannya dikendalikan secara otomatis.
13
Gambar 2.1. Sistem pemanas ruangan: a. Sistem terbuka, b. Sistem
tertutup (Bolton, 1995).
14
2.2 Pengendalian Umpan Balik
Gambar 2.2 berikut memperlihatkan secara umum bentuk
dasar sistem kendali tertutup. Di dalamnya terdapat beberapa
elemen yang meliputi:
a. Elemen Pembanding
Fungsi dari elemen pembanding adalah membandingkan
(menjumlahkan) sinyal masukan (sinyal referensi) yang berharga
positif dengan sinyal terukur (measured value) dan menghasilkan
sinyal kesalahan (error signal), sehingga memenuhi :
Sinyal deviasi = sinyal referensi – sinyal terukur
b. Elemen Kendali
Elemen kendali bekerja bila menerima sinyal error. sebagai
contoh adalah sinyal untuk membuka atau menutup katup. Dalam
sistem kendali temperatur ruang, sinyal error sebanding dengan
terbuka atau tertutupnya elemen kontaktor yang mengacu pada
besarnya harga kesalahan. Elemen kendali dapat berupa sistem
perkabelan dimana plan kendali sifatnya tetap dan elemen-
elemennya terhubung satu dengan yang lain dan dioperasikan
secara terprogram.
c. Elemen koreksi
Elemen koreksi menghasilan perubahan dalam proses untuk
mengoreksi atau pengubah kondisi yang dikendalikan. Elemen
kontaktor diaktifkan untuk meningkatkan temperatur ruang, atau
katup dibuka untuk mengalirkan cairan ke dalam proses.
15
d. Elemen Proses
Merupakan proses yang dikendalikan, misalnya ruangan yang
diatur temperaturnya, tangki yang diatur level cairannya dll
e. Elemen Pengukuran
Elemen pengukuran menghasilkan sinyal yang dihubungkan
ke variabel kondisi dalam proses yang dikendalikan. Misalnya
termokopel yang menghasilkan e.m.f yang dihubungkan dengan
harga temperatur yang diukur.
Dari Gambar 2.1 di atas dimana seseorang berfungsi sebagai
pengendali temperatur ruangan, penjabaran elemen-elemen
kendalinya adalah sebagai berikut (Bolton, 1995):
17
Gambar 2.4. Pengendalian kecepatan putar poros motor (Bolton,
1995).
18
Bagian-bagian dari diagram sistem kendali tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a. Sensor
merupakan suatu komponen sistem kendali yang berfungsi
untuk mengukur perubahan suatu parameter yang akan dikendalikan
(parameter masukan). Contoh-contoh sensor misalnya: termokopel,
thermistor, RTD sebagai sensor temperatur, encoder incremen
sebagai sensor posisi dan kecepatan, linear variable differential
transformer (LVDT) sebagai sensor simpangan dll.
b. Pengkondisi sinyal (signal conditioning).
Luaran sensor berupa suatu sinyal dalam bentuk dan daerah
nilai tertentu, misalnya berupa sinyal analog-arus listrik (I) pada
rentang antara 10 mA sampai 45 A, atau berupa sinyal analog-
hambatan (R) berada pada rentang 0,5-75 Ohm, dll. Pada sisi yang
lain signal processing membutuhkan karakteristik sinyal masukan
berupa data digital dengan rentang harga dari 0-5V, maka signal
conditioning berfungsi untuk menyesuaikan sinyal keluaran sensor
menjadi sinyal masukan yang dikehendaki oleh signal processing.
Maka untuk fungsi tersebut, signal conditioning berupa (pada
khasus 1) perangkat pengubah dari arus (I) menjadi tegangan (V)
dan perangkat analog to digital converter (ADC), sedangkan yang
lainnya (pada khasus 2) signal conditioning berupa pengubah
hambatan (R) menjadi tegangan (V) dan perangkat analog to digital
converter (ADC). Secara singkat fungsi signal conditioning adalah
mengubah sinyal keluaran sensor yang banyak jenisnya (tergantung
pada cara kerjanya) menjadi bentuk sinyal yang dikehendaki oleh
signal processing.
c. Pemroses sinyal (signal processing)
Pemroses sinyal merupakan bagian sistem kendali yang
berfungsi untuk mengolah sinyal sesuai dengan keinginan operator.
Pada saat ini signal processing secara umum menggunakan sistem
yang berbasis mikroprosesor atau sistem komputer yang bekerja
menggunakan pengolahan sinyal digital. Keunggulan utama sistem
komputer adalah aspek fleksibitasnya dimana krakteristik luaran
dapat diatur dengan mudah.
19
d. Aktuator
Aktuator merupakan bagian dari sistem kendali yang
berfungsi untuk menghasilkan keluaran yang langsung bermanfaat
bagi pengguna. Luaran tersebut dapat berupa suatu harga parameter
(ketinggian (level) cairan, temperatur, kelembaban, derajat
keasaman) maupun gerakan (posisi, kecepatan). Untuk
menghasilkan suatu luaran yang dikehendaki, aktuator dapat berupa
sistem mekanis, elektris, optis, pneumatis maupun hidrolis.
2.4 Sinyal Analog dan Sinyal Digital
Istilah sinyal analog dan sinyal digital sangat sering kita
dengar, tetapi barangkali hingga saat ini anda masih belum
mengetahui definisi yang sebenarnya mengenai kedua jenis sinyal
tersebut. Sinyal analog dapat diartikan sebagai suatu sinyal yang
dapat mengandung nilai dari minus tak terhingga hingga positif tak
terhingga. Dalam aplikasi sistem kendali sinyal analog dapat berupa
besaran tegangan, arus, hambatan, daya dsb. Karena nilainya yang
sangat bervariasi, pengiriman sinyal analog dapat dilakukan hanya
dengan menggunakan sebuah sistem penghantar.
Sinyal digital seringkali dianalogikan dengan suatu nyala
lampu, dimana nilai yang ada hanya diwakili dalam dua kondisi,
nyala-mati, on-off, 1- 0, high – low. Dalam istilah terdahulu sinyal
digital identik dengan bilangan biner. Untuk menunjukkan harga
tertentu dilakukan dengan mengkombinasikan bilangan-bilangan
biner tersebut. Untuk itu dalam sinyal digital dikenal dengan istilah
bit dan byte.
Bit = satu bilangan biner yang nilainya 1 atau 0
Byte = kelompok delapan bilangan biner.
Dalam satu byte terdapat 28 atau 256 variasi nilai yaitu dari nilai 0
sampai 255 (bilangan desimal). Istilah yang lazim digunakan untuk
menunjukkan identitas data digital dalam formasi bit ditunjukkan
dalam Gambar 2.6.
20
Gambar 2.6. Bit dan byte dalam format data digital
21
Lokasi B Lokasi D
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Jelaskan apa yang disebut dengan sistem kendali loop terbuka!
2. Jelaskan apa yang disebut dengan sistem kendali loop tertutup!
3. Jelaskan cara kerja sistem kendali temperatur pada tubuh kita!
4. Jelaskan keuntungan dan kerugian pemanfaatakan sistem kendali
loop tertutup!
5. Jelaskan fungsi sensor dalam konstruksi sistem kendali!
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengkondisi sinyal (signal
conditioning)!
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pemroses signal (signal
processing)!
8. Jelaskan fungsi aktuator dalam suatu sistem kendali! Berikan
contoh-contoh aktuator yang anda ketahui!
9. Jelaskan perbedaan sinyal analog dan sinyal digital!
10. Jelaskan keuntungan menggunakan sinyal digital dibandingkan
sinyal analog!
Pustaka
Bolton, W., 1995., Mechatronics: Electronic Control Sistems in
Mechanical Engineering, Longman.
23
III. SENSOR
Tujuan instruksional
Mahasiswa dapat memahami fungsi sensor dalam suatu sistem
kendali, jenis-jenis sensor dan terminologinya untuk menjelaskan
karakteristik sensor.
(a) (b)
Gambar 3.1. a. Berbagai bentuk potensiometer, b. Rangkaian
pengubah hambatan menjadi perubahan tegangan dengan
potensiometer.
Ketelitian jalur penghantar dibatasi oleh diameter kawat yang
digunakan pada umumnya berdiameter antara 1,5 mm untuk lilitan
kasar dan 0, 5 mm untuk lilitan halus. Error yang disebabkan oleh
ketidaklinieran jalur cenderung pada range kurang dari 0,1%
sampai 1%. Hambatan jalur berada pada range 20 ohm sampai 200
kOhm.
25
3.1.1.2. Strain gage (Bolton, 1995)
Strain gage merupakan kawat logam yang dirangkai di atas
lembaran foil atau lembaran semikonduktor seperti ditunjukkan
dalam Gambar 3.2. Ketika regangan diberikan, maka hambatan R
kawat tersebut akan berubah dan harga pembagian antara perubahan
hambatan ΔR terhadap harga R nya proporsional terhadap regangan
tersebut (Persamaan 3.1).
∆
= .............................................(3.1)
∈ ∈
= ..........................................(3.2)
26
dimana : adalah permitivitas relatif dielektrika di antara dua plat,
adalah konstanta permitivitas ruang diantara dua plat, A adalah
luasan yang overlap diantara dua plat dan d adalah jarak plat
pemisah. Gambar 3.3 menunjukkan berbagai metode sensor
kapasitansi yang umum digunakan. Gambar 3.3a menunjukkan
salah satu plat digerakkan sehingga jarak plat berubah, Gambar 3.3b
menunjukkan bahwa simpangan digunakan untuk mengubah daerah
overlap, sedangkan pada Gambar 3.3c simpangan digunakan untuk
mengubah posisi dielektrika antara dua plat berubah. Gambar 3.3d
menunjukkan simpangan yang digunakan untuk mengubah posisi
relatif plat pemisah terhadap plat kapasitasitansi. Metode ini
sebenarnya menggunakan dua buah kapasitor dimana pergeseran
plat pemisah akan menurunkan harga kapasitansi pada salah satu
kapasitor dan menaikkan harga kapasitasitansi yang lain.
(c) (d)
Gambar 3.3. Prinsip kerja sensor kapasistansi: a. Jarak plat
berubah, b. Variasi luasan overlap, c. Perubahan dielektrika antara
dua plat, d. Perubahan jarak dielektrika berbading terbalik antar
plat.
3.1.1.4. Sensor linear variabel differential transformer (LVDT)
27
LVDT merupakan salah satu jenis sensor simpangan yang
berkerja berdasarkan medan elektromagnetik. Sensor ideal
digunakan pada frekuensi rendah, di mana output merupakan fungsi
linear dari inputnya. LVDT digunakan untuk mengukur simpangan
linier sedangkan RVDT (Rotational variabel differential
transformer) digunakan untuk mengukur simpangan angular. Secara
umum konstruksi LVDT tersusun dari tiga kumparan dengan inti
yang berfungsi sebagai elemen masukan. Konstruksi LVDT dapat
dilihat dalam Gambar 3.4.
(a) (b)
Gambar 3.4. a. Bentuk-bentuk LVDT, b. Cara kerja LVDT.
28
LVDT sangat luas digunakan sebagai sensor simpangan. Salah
satu kegunaan LVDT adalah sebagai sensor simpangan pada
aktuator hidrolis. LVDT dapat dipasangkan diluar tabung aktuator
maupun dalam konstruksi tabung aktuator (Gambar 3.5).
29
3.1.1.5 Enkoder
Secara umum enkoder merupakan sensor simpangan yang
luarannya berupa sinyal diskrit atau data digital. Berdasarkan
karakteristik luarannya, enkoder dibedakan menjadi enkoder
increment dan enkoder absolut. Penjelasan masing-masing enkoder
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Enkoder inkremen
Sebelum menjelaskan fungsi dan cara kerja enkoder ini,
pertama kali perlu untuk mengetahui apa yang disebut dengan
istilah inkremen. Inkremen dapat diartikan sebagai suatu sistem
pengukuran yang selalu mengacu pada data sebelumnya, sehingga
pada metode ini tidak dikenal istilah titik referensi. Untuk lebih
jelasnya, model pengukuran inkremen dan absolut dapat
diilustrasikan dalam bentuk penulisan ukuran dalam Gambar 3.6.
(a) (b)
Gambar 3.6 . Cara penulisan dimensi pada suatu komponen
berdasarkan aturan: a. Inkremen, b. Absolut.
30
(a) (b)
(c)
Gambar 3.7. Prinsip kerja enkoder inkremen: a. Dua piringan
berlubang, b. Konstruksi
onstruksi enkoder inkremen, c. Pembedaan arah
putaran dari beda fase pulsa yang dihasilkan.
31
Dalam fungsinya enkoder inkremen dapat digunakan sebagai
sensor simpangan maupun sensor kecepatan. Simpangan dapat
dihitung berdasarkan jumlah sinyal diskrit yang dikeluarkan oleh
enkoder sedangkan kecepatan dinyatakan dalam lebar sempitnya
sinyal yang dihasilkan (Gambar 3.9). Untuk memperjelas digunakan
contoh berikut: bila suatu enkoder inkremen digunakan sebagai
sensor gerakan (pemosisian dan kecepatan) suatu perangkat
mekanik yang memiliki karakteristik 1000 sinyal luaran/ putaran.
Sistem penggerak perangkat mekanik berupa motor listrik yang
memutar leadscrew dengan pitch ulir sebesar 2 mm. Hitung
ketelitian gerakan yang dihasilkan dari sistem mekatronik tersebut!
Bila enkoder mengeluarkan 2300 sinyal, berapa gerakan aktual
yang dilakukan oleh sistem mekanik tersebut?
b. Enkoder absolut
Sinyal luaran enkoder absolut menunjukkan nilai relatif
terhadap nilai referensinya. Kondisi tersebut dihasilkan dari
32
penggunaan piringan berlubang dalam jumlah banyak yang disusun
berurutan yang menggambarkan derajat dalam susunan bit suatu
data digital (Gambar 3.10a). Sumber cahaya dan foto transistor
disusun berderet sesuai jalur lubang dalam susunan piringan
enkoder seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.10b, sehingga setiap
perubahan posisi yang ditunjukkan dari pergantian lubang piringan
selalu menunjukkan kondisi data digital yang unik. Penggunaan
enkoder absolut dalam suatu peralatan mekatronik menyebabkan
peralatan tersebut selalu dapat mengetahui posisi terakhir dari
aktuatornya sekalipun sumber daya kelistrikan dimatikan.
(a) (b)
34
b. Tachogenerator
Tachogenerator digunakan untuk mengukur kecepatan
angular. Cara kerja tachogenerator sama dengan generator listrik
kecil, yang terdiri dari lilitan yang diletakkan pada me
medan magnetik
seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.12. Ketika etika lilitan berputar,
e.m.f bolak balik menginduksi lilitan, harga e.mf maksimum
sebanding dengan kecepatan angular. Ketika digunakan dengan
komutator luaran arus searah dapat diperoleh yang mewakili
kecepatan angularnya.
(a)
(b)
Gambar 3.13. a. Load cell untuk beban tekan, b. Load cell strain
gage untuk aplikasi sensor timbangan digital.
3.1.4. Sensor tekanan (Khazan, 1993)
Dasar-dasar pengendalian tekanan secara spesifik dibahas di
Bab VII. Pada bab tersebut juga dibahas jenis-jenis sensor tekanan
khusus yang digunakan untuk pengukuran tekanan di bawah 1 atm.
Sedangkan pada bab ini pembahasan sensor tekanan hanya terbatas
untuk pengukuran di atas 1 atm.
36
a. Transduser
ansduser tekanan variabel impedansi
Transduser
ansduser tekanan variabel impedansi terdiri dari elemen
elastis dan potensiometer, kapasitif atau elemen induksi.
induksi. Simpangan
elemen elastis ditransfer ke komponen bergerak dari elemen
transduksi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan harga
tahanan atau reaktansi. LVDT dan rangkaian jembatan (bridge (
circuit) digunakan untuk memperoleh tegangan luaran. Konstruksi
transduser tekanan metode variabel
variab impedansi seperti ditunjukkan
dalam Gambar 3.14.
37
Gambar3.15. Transduser
ransduser tekanan elemen getar dengan elemen
sensitif terhadap getaran yang mengubah regangan kawat getar: (a)
Kristal quarts (b) P = tekanan, 1 = elemen sensitif terhadap
getaran, 2 = kawat tarik, 3 = koil pembangkit, 4 = sistem pendorong
magnetik, 5 = Kristal quarts.
e. Switch tekanan
Switch tekanan merupakan suatu komponen yang digunakan
untuk menghasilkan kontak elektris tertutup atau terbuka ketika
tekanan kerja melebihi batas yang ditetapkan. Konstruksi transduser
ini seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.18 yang menggunakan
elemen elastis yang sensitif terhadap tekanan, pegas penyetimbang
dan mekanisme lengan untuk menghasilkan kontak. Ketika tekanan
diatas titik pengesetan, maka lengan akan menghasilkan kontak.
39
Gambar 3.18. Switch tekanan. P = tekanan, 1 = elemen sensitif
terhadap tekanan, 2 = pegas penyetimbang, 3 = mekanisme lengan,
4 = kontak.
f. Pegas sensitif tekanan
Beberapa
eberapa transduser lainnya dirancang dengan mekanisme
elemen pegas yang sensitif terhadap tekanan (silinder, silikon,
sili
kapsul, tabung bourdon)
bourdon yang bergetar pada frekuensi naturalnya,
naturalnya
seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.19. Dengan berubahnya
tekanan, kekakuan efektif elemen berubah termasuk frekuensi
resonansinya. Secara
Secar khusus, pembangkit elektromagnetik dan
elemen pemicu digunakan untuk menghasilkan
menghasilkan getaran.
44
e. Pengukur aliran tipe propeler
Pengukur aliran jenis ini menggunakan putaran propeler untuk
mengukuran kecepatan aliran fluida. Konversi kecepatan angular
propeler ke dalam sinyal luaran elektris (frekuensi) dilakukan oleh
elemen pembangkit pulsa semacam anemometer cawan putar
seperti ditunjukkan
itunjukkan dalam Gambar 3.26.
49
Kurva hambatan
ambatan terhadap temperatur untuk RTD platina 100
Ohm atau umum disebut dengan P100 seperti
perti ditunjukkan dalam
Gambar 3.31.
Koefisien
Standar Temperatur ( oC) A B C
DIN 0.003850
43760
American 0.003911
ITS-90 0.003926
50
b. Thermistors (Thermal
Thermal sensitive resistors)
Pada prinsipnya thermistor sama dengan RTD yaitu
mengubah harga hambatan sebagai fungsi dari temperatur.temperatur
Thermistor dibuat dari oksida logam bahan semikonduktor yang
dibungkus dengan glas epoksi. Thermistor memilki sensitivitas
yang sangat tinggi, sehingga sangat responsif terhadap perubahan
temperatur.. Sebagai contoh, thermistor dengan 2252 Ω memiliki
100 Ω/°C pada temperatur kamar. Sebagai
sensitivitas -100
perbandingan sebuah RTD dengan 100 Ω memiliki sensitivitas 0,40
Ω/°C. Thermistor juga memiliki massa termal yang rendah sehingga
memiliki waktu respon yang cepat, tetapi terbatas untuk range
temperatur yang kecil.
Thermistor memiliki koefisien temperatur negatif (NTC) atau
koefisien temperatur positif (PTC). NTC berarti menurunnya harga
hambatan ketika temperatur meningkat, sedangkan PTC
hambatannya akan meningkat
meningkat pada peningkatan temperatur.
temperatur
Gambar 3.28 menunjukkan perbandingan karakteristik antara jenis
thermistor 2252 Ω dan RTD 100 Ω.
51
(Gambar 3.33.).). Fenomena tersebut ditemukan oleh Thomas
Seebeck pada tahun 1821 sehingga disebut dengan efek Seebeck.
52
Tabel 3.2. Tipe Thermokopel
ermokopel dan Jenis Bahan yang
ang Digunakan
Jenis
Jenis logam yang digabungkan
Termokopel
K chromel–alumel
chromel
E chromel
chromel–constantan
J iron––constantan
N nicrosil
nicrosil–nisil
B,R,S platinum
platinum–rhodium
T copper
copper–constantan
C tungsten 5% rhenium – tungsten
26% rhenium
M Tiap kawat terbuat dari paduan
nikel Kawat positif terdiri dari
nikel.
18% molybdenum sedangkan
kawat negatif
negati terdiri dari 0,8%
cobalt
cobalt.
d. Thermometer
ermometer transistor
Thermometer
ermometer transistor terbuat dari bahan Gallium-arsenide
Gallium
atau silikon diode dengan karakteristik tegangan luaran yang
proporsional terhadap temperatur terukur. Konstruksi thermometer
t
transistor seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.35.
f. Switch temperatur
Pada peralatan-peralatan
peralatan peralatan dengan sistem kendali temperatur
sederhana, jenis sensor ini paling banyak digunakan. Dipakai pada
setelika listrik, oven roti dll. Bagian utama sistem kendali ini berupa
bimetal yang dapat berdefleksi ketika temperatur meningkat.
Perubahan bentuk tersebut digunakan untuk memutus-sambungkan
memutus
arus listrik yang dihubungkan dengan elemen pemanas. Switch
temperatur penggerak langsung terbuat dari elemen elemen bimetal yang
dapat merubah bentuknya akibat perubahan temperatur.
temperatur Perubahan
tersebut diakibatkan oleh perbedaan koefisien ekspansi thermal
t dua
54
jenis logam yang digabungkan. Ketika temperatur meningkat,
defleksi terjadi kearah bahan yang memiliki koefisien ekspansi
thermal
ermal yang kecil. Defleksi tersebut digunakan untuk
menggerakkan switch yang menghubungkan arus listrik. Cara kerja
bimetall ditunjukkan dalam Gambar 3.37.
55
Sensor proksimiti akan diaktifkan oleh kedatangan obyek bila
berada dalam posisi yang telah diatur sebelumnya. Berbagai prinsip
kerja sensor proksimiti telah dikembangkan, antara lain adalah
dengan:
a. Microswitch
Microswitch membutuhkan kontak fisik untuk
membangkitkan gaya aktivasi yang kecil sehingga menghasilkan
kontak. Sebagai contoh: untuk menentukan kedatangan suatu obyek
pada gerakan konveyor,
konveyor, tekanan massa benda tersebut pada belt
konveyor dapat digunakan untuk mengaktifkan kontak switch.
b. Switch read magnetik (Magnetic
( read switch)
Gambar 3.39 menunjukkan cara kerja readd switch,
switch dimana
terdiri dari dua kontak switch magnetik
magneti yang diletakkan dalam
tabung gelas. Switch ini digerakkan oleh suatu medan magnet yang
dipasangkan pada suatu obyek yang selalu dipantau posisi relatifnya
terhadap readd switch.
switch. Sensor ini sering digunakan untuk mengecek
apakah pintu otomatis dalam kondisi tertutup atau tidak. Juga
banyak digunakan sebagai sebagai sensor tachometer yang
berfungsi untuk menghitung putaran.
putaran. Sensor diaktivasi oleh suatu
medan magnet yang telah diletakkan pada posisi tertentu.
56
untuk memantau kedatangan suatu obyek terutama yang berbahan
logam.
d. Switch proksimiti arus eddy (Eddy current proximity switch)
Sebuah lilitan dialiri arus bolak balik dan sebagai
konsekuensinya adalah dibangkitkannya medan magnet bolak-balik.
Jika pada medan tersebut terdapat obyek logam, maka arus Eddy
akan menginduksinya. Keberadaan arus Eddy akan mengganggu
medan magnet yang ada, sehingga inpedansi lilitan akan berubah
dan berdampak pada perubahan amplitud arus bolak balik.
Perubahan tersebut dapat digunakan untuk mentriger switch.
e. Switch proksimiti fotoelektris (Photoelectric proximity switch)
Peralatan fotoresistif dapat digunakan untuk mendeteksi
kedatangan obyek opak (penggolongan benda berdasarkan efek
transparansi) yang dapat menyerap cahaya atau radiasi infra merah
yang jatuh pada permukaan benda tersebut. Peralatan foto resistif
yang paling umum digunakan adalah foto-transistor, foto-diode dan
foto-resistor. Dalam gelap, foto-transistor dalam kondisi cut-off
sedangkan dalam keadaan terang tegangan base akan terjadi
sehingga akan mengaktivasi transistor. Dengan konsep yang sama
dapat dijelaskan cara kerja foto-diode dan foto-resistor.
58
Gambar 3.41. Pemantauan ketinggian cairan dengan mengukur
perbedaan tekanan: a. Pada wadah terbuka, b. Pada wadah tertutup.
3.2. Pemilihan Sensor (Bolton, 1995)
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan
jenis sensor yang akan dipalikasikan dalam pengembangan sistem
otomasi adalah:
a. Mengidentifikasi lingkungan dan hal-hal lainnya yang
menentukan hasil pengukuran, seperti: variabel yang akan
diukur, harga nominal, range pengukuran, tingkat ketelitian
yang diperlukan, kecepatan pengukuran, tingkat kehandalan
dan kondisi lingkungan.
b. Mengidentifikasi karakteristik luaran sensor. Ini diperlukan
untuk menentukan pengkondisi sinyal yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sinyal luaran yang layak dari hasil pengukuran
yang dilakukan.
c. Mengidentifikasi sensor-sensor yang mungkin dipakai yang
menyangkut: daerah pengukuran, akurasi, linieritas, kecepatan
respon, kehandalan, perawatan yang dibutuhkan, umur, sumber
daya listrik yang dibutuhkan, keberadaannya di pasaran, harga
dll.
a. Sensitivitas (Sensitivity)
Sensitivitas sensor ditunjukkan sebagai slop dari kurva
karakteristik luaran (∆Y/∆X dalam Gambar 3.42) atau istilah umum
adalah masukan minimum dari parameter fisik yang dapat
mengubah harga luaran. Pada beberapa sensor, sensitivitas
didefinikan sebagai perubahan parameter masukan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan perubahan luaran. Sebagai contoh: sebuah
transduser tekanan darah memiliki sensitivitas sekitar 10µV/mm
Hg. Itu berarti untuk setiap tegangan potensial eksitasi dan tiap
mmHg dari tekanan yang diberikan akan mengubah harga tegangan
sebesar 10µV.
b. Sensitivitas error (Error Sensitivity)
Sensitivitas error (ditunjukkan dengan garis putus-putus
dalam Gambar 3.42) yang diturunkan dari slop ideal kurva
karakteristik. Sebagai contoh, transduser tekanan yang digunakan
memiliki sensitivitas aktual 7,8 µV/mmHg sampai 10 µV/mm Hg.
c. Range
Range suatu sensor adalah harga maksimum dan minimum
dari parameter masukan yang dapat diukur. Sebagai contoh: suatu
sensor tekanan memiliki range antara -400 to +400 mmHg. Range
positif dan negatif biasanya tidak sama. Contoh lainnya dalah
transduser tekanan darah untuk alat medis memiliki batas minimum
tekanan (vakum) -50 mmHg (Ymin dalam Gambar 3.42) dan batas
tekanan maksimum +450 mmHg (Ymax dalam Gambar 3.42).
Spesifikasi tersebut berlaku umum, pada beberapa khasus, pekerja
medis mengatakan bahwa alat pemantau tekanan darahnya rusak
akibat cairan indikatornya justru berhenti ketika pengukuran
tekanan darah dilakukan pada pasien yang tekanan darahnya terlalu
tinggi.
60
Gambar 3.42. Kurva
Ku ideal dan sensitivitas error (Carr,
Carr, 1993).
1993)
d. Range dinamik (Dynamic
( range)
Dinamik range merupakan keseluruhan range sensor dari
minimum hingga maksimum. Dari Gambar 3.34 range dinamik
dinyatakan: Rdyn = Ymax - l -Yminl.
e. Presisi (Precision
Precision)
Konsep kepresisian
kepresisia mengacu pada derajat reproduksibilitas
(kemampuan menghasilkan nilai yang sama) dalam pengukuran.
Perkataan lain adalah jika sensor menunjukkan nilai yang sama dari
beberapa pengukuran (dengan harga masukan yang sama) pada
suatu saat, maka sensor tersebut memiliki keluaran yang konsistem
setiap saat.. Sensor tersebut disebut presisi.
presisi. Tetapi untuk sensor
dengan kepresisian yang rendah, rendah sensor tersebut selalu
menunjukkan nilai relatif (positif-negatif)
negatif) dari suatu nilai yang
dianggap benar. Contoh: tekanan 150 mm Hg diberikan pada suatu
sensor tekanan. Jika harga tekanan tersebut tidak pernah berubah,
tetapi harga luaran menunjukkan perubahan nilai pengukuran, maka
61
akan memunculkan persoalan intepretasi. Kondisi tersebut
dinamakan sensor itu tidak presisi.
f. Resolusi (Resolution)
Resolusi dapat diartikan sebagai perubahan inkremen terkecil
yang dapat dirasakan oleh sensor sehingga menunjukkan perubahan
pada harga luarannya.
g. Akurasi (Accuracy)
Akurasi sensor adalah perbedaan maksimum yang akan terjadi
antara harga aktual (harus diukur dengan alat ukur standar) dan
harga terukur oleh sensor. Istilah lainnya adalah prosentase skala
penuh terhadap harga absolutnya.
h. Offset
Error offset suatu transduser didefinisikan sebagai harga
luaran yang ditunjukkan bila masukan berharga nol. Istilah lainnya
adalah perbedaan antara luaran aktual dan harga luaran spesifik
pada pengkondisian pengukuran khusus.
Contoh: pada kasus yang ditunjukkan dalam Gambar 3.42. akan
terjadi jika karakteristik kurva memiliki slope sensitifitas yang sama
sebagai kondisi ideal, tetapi kenyataannya perpotongan dengan
sumbu Y (luaran) di b bernilai nol. Contoh lainnya: offset
ditunjukkan dalam kurva karakteristik elektroda pH seperti dalam
Gambar 3.43. Kurva ideal akan terjadi pada satu temperatur tertentu
yaitu 25°C, sedangkan kurva aktual akan berada di antara batas
temperatur minimum dan maksimum tergantung pada temperatur
sampel dan elektrode.
i. Linieritas
Kelinieran transduser ditunjukkan oleh kurva terukur aktual
sensor yang dibandingkan dengan kurva ideal. Gambar 3.36.
menunjukkan hubungan antara karakteristik ideal dengan hasil
pengukuran aktual (disebut dengan kurva kalibrasi). Pada
umumnya, kurva statis digunakan untuk menentukan kelinieran.
Linieritas bias didefinisikan sebagai persentase ketidaklinieran,
yang dapat dinyatakan dalam Persamaan 3.5:
62
Gambar 3.43. Kurva karakteristik jenis elektroda pH yang
menunjukkan sensitivitas temperatur (Carr, 1993).
&'() # *+,%
! #%% = 1100 ....(3.5)
-./0
63
Gambar 3.44. Kurva ideal vs kurva terukur yang menunjukkan
error linieritas (Carr, 1993).
j. Histerisis (Hysteresis)
Suatu transduser harus mampu mengubah harga luarannya
yang ditentukan oleh harga parameter masukkannya sekalipun arah
pengukurannya berubah. Histerisis merupakan karakteristik sensor
yang digunakan untuk menyatakan luaran sensor terhadap arah
pengukuran seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.45. Idealnya hasil
pengukuran sensor memiliki karakteristik yang linier terhadap
masukannya baik untuk arah pengukuran naik maupun turun.
Namun kondisi riilnya untuk beberapa jenis sensor tidak
menunjukkan hasil yang demikian. Pada nilai masukan sebesar H
pada pengukuran naik akan menghasilkan nilai luaran sebesar
F(X)1, sedangkan pada pengukuran turun akan menghasilkan nilai
luaran sebesar F(X)2.
64
Gambar 3.45. Kurva histerisis (Carr, 1993).
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Jelaskan fungsi sensor dalam sistem pengendalian!
2. Jelaskan cara kerja sensor potensiometer!
3. Apakah fungsi strain gage dalam konstruksi load cell? Bagian-
bagian apa yang terdapat dalam transduser strain gage? Jelaskan
prinsip kerjanya!
4. Jelaskan cara kerja sensor LVDT!
5. Jelaskan cara kerja enkoder inkremen dan incoder absolut!
6. Bagiamana cara mengukur tekanan dengan menggunakan sensor
resistif?
7. Salah satu metode pengukuran aliran fluida adalah dengan
mengukur perbedaan tekanan, jelaskan konsep mengubah
perbedaan tekanan tersebut dengan kecepatan aliran fluida yang
diukur!
8. Apakah yang disebut dengan efek Seebeck?
9. Termokopel dikelompokkan ke dalam berbagai tipe. Jelaskan
mengapa pengelompokan itu diperlukan?
65
Pustaka
Bolton, W., 1995., Mechatronics: Electronic Control Sistems in
Mechanical Engineering, Longman.
Carr, J. J and Brown, J. M., 1993., Introduction to Biomedical
Equipment Technology, Third Edition, Prentice Hall PTR
Khazan, A. D., 1993., Transducers and Their Elements, Prentice
Hall PTR
66
IV. PENGKONDISI SINYAL (SIGNAL
CONDITIONING)
Tujuan Instruksional
Mahasiswa memahami fungsi, jenis dan cara kerja pengkondisi sinyal dalam
sistem pengendalian. Mahasiswa dapat menjelaskan korelasi antara model
matematis dengan rangkaian dasar elektronik sistem pengkondisi sinyal.
67
4.1 Interfacing
Sinyal input dan output dihubungkan ke sistem mikroprosesor
melalui gerbang-gerbangnya (port), sedangkan interface (antar
muka) digunakan untuk menghubungkan antara perangkat luar/lain
dengan gerbang masukan maupun keluaran sistem mikroprosesor.
Perangkat-perangkat luar tersebut dapat berupa sensor, switch,
keyboard, sedangkan sinyal luaran mikroprosesor dapat digunakan
untuk mengaktifkan tampilan (layar monitor) ataupun aktuator.
Interface yang paling sederhana berupa sebuah penghantar, tetapi
pada umumnya interface terdiri dari sistem pengkondisi sinyal dan
sistem proteksi. Sistem proteksi digunakan untuk melindungi
perangkat mikroprosesor dari kerusakan akibat sinyal yang tidak
dikehendaki. Sebagai contoh: gerbang masukan membutuhkan
sistem proteksi agar terhindar dari kerusakan akibat terbaliknya
polaritas tegangan. Mikroprosesor membutuhkan sinyal masukan
yang berupa sinyal digital. Jika luaran sensor berupa sinyal analog,
maka dibutuhkan perangkat A/D converter agar data pengukuran
sensor tersebut dapat diproses oleh mikroprosesor.
Interface bisa tersusun dari beberapa elemen. Sinyal luaran
mikroprosesor yang digunakan untuk menggerakkan aktuator harus
dilengkapi dengan sistem pengubah sinyal (D/A converter), sistem
penguat, sistem proteksi dsb. Perangkat optoisolator merupakan
salah satu jenis perangkat proteksi yang dibutuhkan untuk
mencegah terjadinya kerusakan mikroprosesor akibat terjadi arus
berlebih dalam sistem aktuatornya.
Vin = I1 . R1
-Vout = I1 . R2
Vout R
voltage.gain.circuit = =− 2
Vin R1
........................(4.1)
Tanda negatif menunjukkan bahwa tegangan output berkebalikan
terhadap tegangan inputnya.
69
Gambar 4.2 a. Perbedaan
erbedaan fase
fas sinyal masukan dan sinyal keluaran
pada jenis inverting amplifier, b. Rangkaian inverting amplifier.
Jawab:
4.2.2. Non-inverting
inverting amplifier
Gambar 4.3aa menunjukkan prinsip penguatan non-inverting
dimana polaritas luaran sama dengan polaritas
polaritas masukan, sedangkan
Gambar 4.3bb menunjukkan rangkaian non-inverting
inverting amplifier
dimana sebuah op-amp
amp digunakan jalur inverting inputnya
input sebagai
masukan. Tegangan output diperhitungan dari harga R1 yang
dihubungkan secara seri dan R2 sebagai hambatan umpan balik,
sehingga besarnya tegangan output mengikuti Persamaan :
70
R1
Vin = Vout
R1 + R2
Vout R + R2 R
voltage.gain.circuit = = 1 = 1+ 2
Vin R1 R1 ........(4.2)
− = + + ............................................(4.4)
= −( + + )...........................(4.5)
72
umpan balik (R2) adalah 4 kOhm, harga hambatan untuk masing-
masing masukan harus berharga 12 kOhm.
73
Gambar 4.5.
5. Rangkaian op-amp integrating amplifier.
amplifier
74
sinyal adalah tegangan offset. IC op-amp merupakan penguat
dengan perbesaran tinggi yang juga menguatkan perbedaan
tegangan antara kedua kaki masukan (non-inverting dan inverting).
Jika kedua kaki masukan dihubungkan, seharusnya harga output-
nya sama dengan nol. Namun dalam prakteknya kaki output
menghasilkan tegangan tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan
ketidak-seimbangan dalam rangkaian. Tegangan output dapat
dinolkan dengan memberikan tegangan antara kedua kaki input.
Kondisi ini disebut dengan tegangan offset.
4.3. Proteksi
Kerusakan-kerusakan komponen sistem kendali sering kali
terjadi akibat tegangan atau arus yang terlalu tinggi. Kerusakan
akibat arus tinggi dapat dihindari dengan memasangkan rangkaian
resistor secara seri pada jalur input untuk membatasi arus sehingga
selalu berada dalam batas yang diijinkan. Pengaman lainnya dapat
menggunakan sekring (fuse) yang akan putus bila aliran arus tinggi
terjadi. Tegangan tinggi atau terbaliknya polaritas dapat dilindungi
dengan menggunakan rangkaian dioda zener seperti ditunjukkan
dalam Gambar 4.7. Diode zener memiliki karakteristik yang mirip
dengan diode pada umumnya yaitu memiliki breakdown voltage
ketika dialiri tegangan dengan polaritas terbalik atau melewati batas
tegangan kerjanya. Jika kita menghendaki tegangan kerja peralatan
adalah 5 V, dan tegangan batas yang diijinkan adalah 5,1 V, maka
diode zener yang dipilih harus memiliki voltage rating 5,1 V. Maka
ketika tegangan meningkat sampai 5,1 V, diode zener akan
mengalami breakdown dan hambatannya turun menjadi sangat
kecil. Akibatnya tegangan yang melewati diode yang dialirkan ke
rangkaian beban akan juga turun. Karena diode zener merupakan
diode dengan hambatan yang rendah untuk arah aliran arus yang
sesuai dan memiliki hambatan yang besar untuk arah arus yang
berkebalikan, maka diode zener merupakan komponen proteksi
pada kondisi terbaliknya polaritas.
75
Gambar 4.7. Rangkaian proteksi diode zener.
Gambar 4.9. Jenis-jenis filter: a. Low pass filter, b. high pass filter,
c. Band pass filter, d. Band stop filter.
77
(a)
(b)
Gambar 4.10. Low pass filter: a. Filter pasif, b. Filter aktif.
Low pass filter paling umum digunakan sebagai pengkondisi
sinyal. Ketika sinyal gangguan berkencenderungan terjadi pada
frekuensi tinggi, low pass filter digunakan untuk memblok
frekuensi tersebut. Low pass filter harus dipilih frekuensi cut-off nya
misalnya pada 40 Hz. Pengesetan tersebut ditujukan untuk
memblok sinyal interferensi dari tegangan operasi (AC) maupun
sinyal gangguan pada umumnya.
Ini juga berarti bahwa beda tegangan yang melewati R2 yaitu VBC,
harus sama dengan tegangan yang melewati R4 yaitu VDC. Ketika
arus tidak mengalir pada BD, maka arus pada R2 harus sama dengan
arus pada R1 dan arus pada R4 sama dengan arus pada R3 sehingga:
%! = % &
Pembagian kedua persamaan menghasilkan
! '
=
&
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa rangkaian dalam keadaan
seimbang.
, = ) -
...........................................................(4.9)
-+ .
Perbedaan potensial antara B dan D yaitu beda tegangan output Vo,
adalah sebesar:
! '
= − , = /( ) −
! + ' + &
Persamaan tersebut menghasilkan kondisi seimbang ketika Vo= 0.
Bila hambatan R1 merupakan sensor yang bekerja berdasarkan
perubahan hambatan, yaitu perubahan hambatan tersebut dari R1 ke
R1 + δR1, maka akan menghasilkan perubahan output dari Vo
menjadi Vo + δVo, dimana:
+0 !
! '
+0 = 1( − )
!+0 !+ ' + &
Sehingga:
+0 ! ! !
( +0 )− = 1( − )
!+0 !+ !+
Jika δR1 adalah jauh lebih kecil dibandingkan R1, maka harga
persamaan di atas mendekati:
3
0 ≈ 1 ( * ) ....................................................(4.10)
*+
80
platinum adalah 0,0039K-1, berapa tegangan output untuk tiap
perubahan satu derajat temperaturnya? Dimana variasi hambatan
bahan platinum sebagai fungsi temperatur dapat dinyatakan:
! = (1 + 4 )
dimana Rt adalah hambatan pada t oC, R0 adalah hambatan pada 0oC
dan α adalah koefisien hambatan temperatur, sehingga perubahan
hambatan dapat dihitung dengan
!− = 4
81
dalam kondisi tekan. Penggunaan empat strain gage secara otomatis
kompensasi temperature telah diterapkan. Formasi tersebut seperti
ditunjukkan dalam Gambar 4.13a, sedangkan cara pemasangannya
dalam Gambar 4.13b.
Gambar 4.12. Posisi strain gage aktif dan dummy strain gage
pada rangkaian Wheatstone bridge.
83
Hubungan antara sampel, input yang ditahan dan luaran untuk
pengubah analog ke digital diilustrasikan dalam Gambar 4.16
dimana output digital terdiri dari tiga bit. Banyaknya bilangan
digital yang mewakili karakter (word) menentukan resolusinya, atau
dapat juga diartikan sebagai perubahan terkecil VA yang
menghasilkan output digital. Bila ADC mempunyai panjang word
10 bit dan daerah sinyal input analognya 10 V, maka jumlah
kenaikan (kombinasi nilai) dengan 10 bit adalah 210 = 1024 dan
resolusi konversinya adalah 10/1024 = 9,8 mV.
Jawab : Full scale output dari termokopel = 200 x 0,5 = 100 mV.
Dengan panjang word = n, tegangan akan dibagi ke dalam 100/2n
mV step. Untuk resolusi 0,5oC kita dapat mendeteksi sinyal dari
termokopel adalah 0,5 x 0,5 = 0,25 mV, sehingga harga n yang kita
cari dapat dihitung dengan:
100
0,25 =
2
84
Sehingga n =8,6. Maka jumlah bit dalam word adalah 9 bit.
85
Gambar 4.17. Analog
nalog to digital converter metode successive
approximation.
86
b. Metode ramp generator
ADC metode ramp generator menggunakan tegangan analog
yang ditingkatkan dengan laju konstan, sehingga disebut dengan
tegangan ramp, dan dimasukkan ke dalam komparator untuk
dibandingkan dengan tegangan analog input. Waktu yang
dibutuhkan untuk meningkatkan tegangan ramp tergantung pada
besarnya tegangan analog yang akan dikonversi. Ketika tegangan
ramp mulai, gerbang terbuka untuk mengaktifkan sistem
penghitung data biner yang berasal dari clock. Bila kedua tegangan
analog tersebut sama harganya, gerbang akan menutup, dan harga
digital sebagai hasil konversi sama harganya dengan hasil
perhitungan pulsa dari clock. Metode ramp generator ADC
ditunjukkan dalam Gambar 4.19.
87
digitalnya berubah 1 bit? Harga perubahan sinyal analog dapat
dihitung dengan 6/28 = 0,023 V.
Bentuk DAC paling sederhana menggunakan summing
amplifier yang menjumlahkan seluruh nilai biner yang berharga 1.
Tegangan referensi dihubungkan ke resistor yang diaktifkan oleh
bilangan biner 1. Harga hambatan input tergantung pada bit dalam
susunan bilangan biner yang akan dikonversi. Terdapat dua jenis
DAC yangg umum digunakan, yaitu jenis weighted resistor DAC
(Gambar 4.20)) dan R-2R
R Ladder network (Gambar 4.21).
4. Gambar
4.22 menunjukkan secara rinci salah satu produk DAC 8 bit jenis
R-2R ladder network.
network. Sesudah konversi lengkap dilakukan, hasil
bilangan biner 8 bit diletakkan dalam lach internal sampai konversi
berikutnya selesai dilakukan.
Gambar 4.21.
4. DAC tipe R-2R ladder network.
network
88
Gambar 4.22. Chip DAC ZN 558D.
4.5.2.4 Multiplekser
Seringkali dalam proses pengukuran diperlukan beberapa data
sampling dari lokasi yang berbeda-beda.
berbeda beda. Untuk fungsi tersebut
dapat digunakan perangkat multiplekser, yang merupakan perangkat
switching dari berbagai input. Prinsip kerja multiplekser seperti
ditunjukkan dalam Gambar 4.23.
Gambar 4.23.
4.23 ADC yang menggunakan multiplekser.
multiplekser
89
4.6. Pembafer (Buffering)
Seringkali dalam proses pengukuran, data masukan terus
berubah dan pada kasus tertentu kecepatan mikroprosesor menerima
sinyal masukan lebih rendah dibandingkan pergantian data sinyal
masukan tersebut. Akibatnya mikroprosesor mengalami kondisi
stagnasi. Untuk mengatasi persoalan tersebut, perangkat penyimpan
luar diperlukan yang digunakan untuk menyimpan sinyal-sinyal
sementara sebelum diolah oleh mikroprosesor. Penyimpan data luar
tersebut disebut dengan buffer.
Untuk buffer pada input, data ditransfer keluar dengan
kecepatan yang ditentukan oleh mikroprosesor. Untuk buffer output,
data ditransfer keluar dengan kecepatan yang ditentukan oleh
perangkat yang akan menggunakan data tersebut. Kemampuan
buffer untuk menyimpan data ditentukan oleh ukuran memorinya
dan perbedaan kecepatan transfer data antara input dan output.
4.7. Modulasi
Pada proses pengolahan sinyal, seringkali sinyal DC harus
dikirimkan dalam kondisi level rendah, dan selanjutnya sinyal
tersebut dapat dikuatkan kembali dengan op-amp. Namun dalam
proses penguatan tersebut muncul persoalan baru lainnya seperti
fenomena drift. Untuk mengatasi persoalan tersebut, metode
pengubahan menjadi bentuk sinyal bolak-balik lebih efektif
dibandingkan secara langsung sinyal tersebut dikirimkan. Konversi
sinyal ke dalam bentuk sinyal bolak balik dapat menghilangkan
interferensi eksternal dari sinyal tersebut.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengubah sinyal
DC menjadi bolak balik adalah dengan chopping sinyal DC seperti
ditunjukkan dalam Gambar 4.24. Sinyal output dari chopper berupa
rangkaian pulsa dimana ketinggian mewakili level sinyal inputnya.
Proses tersebut dinamakan pulse amplitude modulation. Setelah
proses penguatan dan pengkondisian sinyal lainnya, sinyal
termodulasi dapat didemodulasikan kembali untuk mendapatkan
tegangan output DC. Dengan modulasi amplitude pulsa, ketinggian
pulsa dihubungkan dengan ukuran tegangan DC. Alternatif lainnya
90
adalah modulasi lebar pulsa dimana lebar atau durasi pulsa
tergantung pada ukuran
uku tegangannya (Gambar 4.25).
91
Pada khasus lainnya, sering kali sinyal AC juga
dimodulasikan. Hal ini dimungkinkan dengan menggunakan
frekuensi yang lebih tinggi dan harus menggunakan high pass filter
untuk menyaring sinyal gangguan yang biasanya terjadi pada
frekuensi yang lebih rendah. Teknik modulasi yang digunakan
adalah modulasi amplitudo
amplitud (Gambar 4.26a) a) dan frekuensi modulasi
(Gambar 4.26b). b). Dengan modulasi amplitudoo, amplitudo
gelombang pembawa yang jauh lebih tinggi dibandingkan inputnya,
divariasikan mengikuti ukuran tegangan input seperti gelombang
pembawa sinyal dari sensor.
Gambar 4.26
26. Modulasi: a. Amplitudo, b. Frekuensi
rekuensi.
Pertanyaan-pertanyaan:
pertanyaan:
1. Jelaskan fungsi pengkondisi sinyal dalam sistem pengendalian!
2. Gambarkan contoh-contoh
contoh formasi kaki-kaki
kaki suatu IC operational
amplifier (op-amp)
amp) dan jelaskan fungsi masing-masing
masing kaki
tersebut!
3. Apakah yang dimaksud dengan penguatan inverting (inverting
amplifier)?
4. Jika suatu rangkaian inverting amplifier dengan hamabat
inverting input (R1) sebesar 2 kΩ
k dan hambatan umpan baliknya
sebesar 15 kΩ.
Ω.. Hitung besar penguatan tegangan oleh rangkaian
tersebut!
5. Gambarkan contoh rangkaian summing amplifier dan jelaskan
korelasi empiris antara tegangan input (V1, V2 dan d V3) dan
tegangan outputnya!
6. Jelaskan hubungan antara harga kapasitor dan tegangan output
pada sistem penguatan integral!
7. Jelaskan cara kerja sekring (fuse) sebagai komponen proteksi!
92
8. Jelaskan cara kerja optoisolator sehingga dapat digunakan sebagai
komponen proteksi!
9. Proses filter digunakan untuk menyering sinyal gangguan.
Sebutkan proses-proses pemfilteran yang umum digunakan dalam
aplikasi sistem pengendalian!
10. Apa yang dimaksud dengan active gage dan dummy gage!
Jelaskan bagaimana cara pemasangan dummy gage dalam sistem
loadcell yang menggunakan strain gage sebagai sensornya!
Pustaka
93
V. PEMROSES SINYAL (SIGNAL PROCESSING)
Tujuan Instruksional
Mahasiswa memahami prinsip kerja sistem sistem logika sebagai dasar kerja
sistem pemroses sinyal digital, contoh komponen-komponen elektronik yang
terkait dan jenis-jenis sistem pengolah sinyal termasuk cara kerja dan metode
penggunaan praktisnya.
5. 1. Operator Logika
Sebelum berbagai jenis sistem pengolah sinyal dibahas,
alangkah baiknya bila diawali dengan pembahasan sistem logika
yang merupakan dasar kerja sistem pengolah sinyal digital dalam
mengambil keputusan. Dalam kehidupan ini, proses pengambilan
keputusan merupakan hal yang melekat dan senantiasa dilakukan.
Beberapa keputusan tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan
logika seperti kasus ini: A akan membeli mobil dengan model
minibus dan berwarna biru, maka A tidak akan membeli mobil:
berwarna merah sekalipun minibus, berwarna biru tetapi sedan atau
sedan yang berwarna merah. Secara elektronis keputusan-keputusan
94
yang dibangun berdasarkan beberapa syarat (hubungan luaran dan
masukan) tersebut dapat diwakili dengan menggunakan komponen-
komponen operator logika.
Jenis-jenis operator logika dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
gerbang and dan gerbang or dengan penjelasan masing-masing
operator adalah sebagai berikut:
5.1.1. Operator AND
Contoh kasus yang diuraikan di atas merupakan contoh
operator and dengan dua masukan, yaitu mobil minibus dan warna
biru. Dari contoh tersebut, hubungan luaran (keputusan untuk
membeli mobil) dan masukan (jenis mobil dan warna mobil) dapat
digambarkan dalam bentuk tabel kebenaran (truth table) sebagai
berikut:
Tabel 5.1. Tabel Kebenaran Untuk Operator And
Masukan
keluaran
Jenis mobil Warna mobil
Minibus (1) Biru (1) Membeli (1)
Minibus(1) Tidak biru (0) Tidak membeli (0)
Tidak minibus (0) Biru (1) Tidak membeli (0)
Tidak minibus (0) Tidak biru (0) Tidak membeli (0)
95
Gambar 5.1. a. Simbol
imbol operator and, b. Hubungan
ubungan switch yang
identik dengan operator and.
(a) (b)
5.1.2. Operator OR
Operator or identik dengan penyataan “atau”, dan untuk lebih
jelasnya diberikan contoh berikut: A akan membeli mobil model
minibus atau berwarna biru, maka kondisi ini dapat diartikan
dengan: A akan membeli mobil bila bi mobil tersebut minibus dan
berwarna biru, A akan membeli mobil bila mobil tersebut adalah
minibus sekalipun warnanya merah (tidak biru), A akan membeli
mobil sedan (tidak minibus) asal berwarna biru, A tidak akan
membeli mobil bila mobil tersebut sedan (tidak minibus) dan
berwarna merah (tidak biru).
biru) Maka kondisi tersebut dapat diwakili
dengan tabel kebenaran (Tabel 2). Gambar 5.3 dan 5.4 5
menunjukkan simbol dan rangkaian switch yang identik dengan
96
operator or serta IC 7432 yang berisi empat operator or dengan dua
input.
(a) (b)
Gambar 5.3. a. Simbol operator or, b. Konfigurasi switch yang
identik dengan operator or.
97
Operator pembalik digunakan untuk mengubah kondisi dari 1
ke 0 atau sebaliknya. Bila operator and luarannya digunakan
sebagai masukan operator pembalik maka operator luarannya
disebut dengan nand
and, sedangkan luaran operator or yang digunakan
digu
sebagai masukan operator pembalik maka luarannya disebut dengan
oprator nor.. IC dengan enam operator pembalik antara lain
dikodekan dengan tipe 7407 (TTL) seperti ditunjukkan dalam
Gambar 5.5a,a, sedangkan tabel kebenaran untuk operator nand dan
nor ditunjukkan dalam Gambar 5.5b dan 5.5c.
(a)
(b) (c)
5.2 Mikrokontroler
Apakah
pakah Yang Disebut Dengan Mikrokontroler? Untuk
menjawab pertanyaan ini, penjelasan dimulai dari fungsi dan contoh
aplikasi mikrokontroler. Suatu kontroler digunakan untuk
pengendalian suatu proses atau aspek-aspek
aspek lingkungan. Contoh
98
aplikasi mikrokontroler misalnya digunakan untuk memonitor
rumah kita. Ketika suhu naik pengendali membuka jendela dan
kondisi sebaliknya.
Pada awalnya, pengendali dibangun dari komponen-
komponen perangkat keras logika, sehingga menjadikannya besar
dan berat. Setelah itu barulah dipergunakan mikroprosesor sehingga
seluruh komponen pengendalian masuk ke dalam sebuah PCB yang
cukup kecil. Hingga saat ini masih sering kita jumpai pengendali
yang berbasis mikroprosesor biasa seperti Zilog Z80, Intel 8088,
Motorola 6809, dsb. Contoh aplikasi mikrokontroler seperti
ditunjukkan dalam Gambar 5.6.
99
diperlukan untuk suatu kontroler sudah dikemas dalam satu keping.
Bagian-bagian tersebut biasanya terdiri dari:
a. CPU (Central Processing Unit)
CPU adalah otak dari sistem komputer. Pekerjaan utama dari
CPU adalah mengerjakan program yang terdiri atas instruksi-
instruksi yang diprogram oleh programmer. Suatu program
komputer akan menginstruksikan CPU untuk membaca informasi
dari piranti input, membaca dan menulis informasi dari dan ke
sistem memori, dan untuk menulis informasi ke output.
Mikrokontroler pada umumnya hanya digunakan untuk satu
program tertanam dalam suatu aplikasi. CPU M68HC05 mengenali
hanya 60 instruksi yang berbeda. Karena itu sistem komputer ini
sangat cocok dijadikan model untuk mempelajari dasar dari operasi
komputer karena dimungkinkan untuk menelaah setiap operasi yang
dikerjakan.
b. RAM (Random Access Memory), EEPROM/ EPROM/
PROM/ROM
Sistem komputer menggunakan osilator clock untuk memicu
CPU mengerjakan satu instruksi ke instruksi berikutnya dalam alur
yang berurutan. Setiap langkah operasi mikrokontroler memakan
waktu satu atau beberapa satuan waktu yang diberikan oleh sistem
clock mikrokontroler tersebut. Ada beberapa macam tipe memori
komputer yang umum digunakan dalam sistem komputer. Tipe
dasar yang umum digunakan adalah ROM (Read Only Memory) dan
RAM (Random Access Memory). ROM adalah media penyimpan
program dan data permanen yang tidak boleh berubah meskipun
tegangan tidak diberikan. Sedangkan RAM digunakan sebagai
tempat penyimpan data sementara hasil kalkulasi selama proses
operasi. Beberapa mikrokontroler juga menggunakan memori tipe
lainnya seperti EPROM (Erasable Programmable Read Only
Memory) dan EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read
Only Memory).
c. I/O, Serial & Paralel (lihat penjelasan 5.2.7)
d. Timer
e. Interupsi (interrupt controller) (lihat penjelasan 5.2.8)
100
Pada umumnya mikrokontroler memiliki instruksi untuk
memanipulasi bit, mengakses I/O secara langsung dan proses
interupt yang cepat dan efisien. Dengan kata lain mikrokontroler
adalah " Solusi satu chip" yang secara drastis mengurangi jumlah
komponen dan biaya disain (harga relatif rendah).
Suatu mikrokontroler dapat didefinisikan sebagai sistem
komputer yang lengkap termasuk CPU, memori, osilator clock dan
I/O dalam satu rangkaian terpadu. Jika sebagian elemen
dihilangkan, misalnya I/O dan memori, maka chip ini akan disebut
sebagai mikroprosesor. Hubungan mikrokontroler dengan sistem
yang dikendalikan seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.7.
program
memori
switch load
Key Central
Processor beeper
pad Unit (CPU)
Temp
relay
sensor clock
Kristal
power Program
memori
Vcc
Vss Data
memori
digital digital
input output
reset
Central processing unit
clock
kristal
Gambar 5.7. Hubungan arsitektur mikroprosesor dengan sistem
yang dikendalikan.
101
5.2.1 Aplikasi mikrokontroler
Aplikasi mikrokontroler juga dijumpai pada peralatan rumah
tangga (microwave oven, TV, stereo set dll), komputer dan
perlengkapannya, mobil dsb. Pada beberapa penggunaan suatu
peralatan dapat menggunakan lebih dari satu prosesor didalamnya.
Mikrokontroler biasanya digunakan untuk peralatan yang tidak
membutuhkan kecepatan proses yang tinggi. Walaupun mungkin
ada yang membayangkan untuk mengendalikan oven microwave
harus dengan menggunakan sistem berbasis Unix. Berdasarkan
fungsinya, pengendalian oven microwave dapat menggunakan
mikrokontroler yang paling kecil.
Sifat khusus mikrokontroler adalah kecil dalam ukuran, hemat
daya listrik dan fleksibel yang menyebabkan mikrokontroler cocok
digunakan sebagai pencatat/perekam data pada aplikasi sistem
terotomasi.
5.2.2. Jenis-jenis mikrokontroler
Mikrokontroler tersedia dalam beberapa pilihan, dimana
pemilihannya tergantung dari keperluan dan kemampuan yang
diinginkan. Kita dapat memilih mikrokontroler 4, 8, 16 atau 32 bit.
Disamping itu terdapat pula mikrokontroler dengan kemampuan
komunikasi serial, penanganan keyboard, pemroses sinyal,
pemroses video dll.
5.2.3. Pertimbangan pemilihan mikrokontroler
Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan jenis mikrokontroler yang akan dipergunakan dalam
disain, yaitu:
a. Ketersediaan dan harga perangkat pengembang (Programmer,
Emulator dan Simulator)
b. Ketersediaan dokumentasi (Ref. Manual, Application notes, dan
buku lainnya).
5.2.4. Produsen mikrokontroler
Mikrokontroler yang ada di pasaran dibuat oleh berbagai
pabrikan, diantaranya adalah: Motorola, Mitsubishi, NEC, Hitachi,
102
Philips, Intel, SGS-Thomson, Microchip, Matsushitta, Toshiba,
National Semiconductor, Zilog, Texas Instruments, Siemens,
Sharp.
5.2.5.3. Instruksi
Saat ini hampir semua mikrokontroler berupa mikrokontroler
CISC (Complete Instruction Set Computer) yang memiliki lebih
dari 80 instruksi. Keunggulan dari CISC ini adalah adanya instruksi
103
yang bekerja seperti sebuah makro, sehingga memungkinkan
programmer menggunakan sebuah instruksi untuk menggantikan
beberapa instruksi sedarhana lainnya.
Industri cenderung menggunakan disain mikroprosesor RISC
(Reduced Instruction Set Computer). Dengan menggunakan jumlah
instruksi yang lebih sedikit, memungkinkan penghematan lahan
pada chip (silicon realestate) sehingga dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan chip. Keuntungan dari RISC adalah
kesederhanaan disain, chip yang lebih kecil, jumlah pin sedikit dan
sangat sedikit mengkonsumsi daya. Di bawah ini adalah fitur yang
biasa dimiliki oleh RISC Prosesor:
a. Harvard Architecture, memungkinkan akses yang program dan
data yang bersamaan .
b. Instruction Pipelining meningkatkan kecepatan eksekusi.
c. Orthogonal instruktion set untuk kemudahan dalam
programming, memungkinkan tiap instruksi untuk dioperasikan
pada register atau digunakan pada beberapa mode pengalamatan,
instruksi-instruksi tidak mempunyai kombinasi tertentu dan juga
tanpa perkecualian.
5.2.6. Pilihan memori
Berbagai jenis memori dapat digunakan oleh suatu mikrokontroler,
jenis-jenis memori tersebut adalah :
a. EEPROM - Electrically Erasable Programmable Read Only
Memory. Beberapa mikrokontroler memiliki EEPROM yang
terintegrasi pada chipnya. EEPROM ini digunakan untuk
menyimpan sejumlah kecil parameter yang dapat berubah dari
waktu ke waktu. Jenis memori ini bekerja relatif pelan dan
kemampuan untuk dihapus/tulis nya juga terbatas.
b. FLASH (EPROM), FLASH memberikan pemecahan yang lebih
baik dari EEPROM ketika dibutuhkan sejumlah besar memori
non-volatile untuk program. FLASH ini bekerja lebih cepat dan
dapat dihapus/tulis lebih sering dibanding EEPROM.
c. Battery backed-up static RAM, memori ini sangat berguna ketika
dibutuhkan memori yang besar untuk menyimpan data dan
program. Keunggulan utama dari RAM statis adalah sangat cepat
dibanding memori non-volatile dan juga tidak terdapat
104
keterbatasan kemampuan hapus/tulis sehingga sangat cocok
untuk aplikasi untuk menyimpan dan manipulasi data secara
lokal.
d. Field programming/reprogramming, dengan meng-gunakan
memori non-volatile untuk menyimpan program memungkinkan
mikrokontroler tersebut diprogram ditempat, tanpa melepaskan
dari sistem yang dikontrolnya. Dengan kata lain mikrokontroler
tersebut dapat diprogram setelah dirakit diPCBnya.
e. OTP - One Time Programmable, mikrokontroler OTP adalah
mikrokontroler yang hanya dapat diprogram satu kali saja dan
tidak dapat dihapus atau dimodifikasi. Biasanya digunakan untuk
produksi dengan jumlah terbatas. OTP menggunakan EPROM
standart tetapi tidak memiliki jendela untuk menghapus
programnya.
f. Software protection, dengan "encryption" atau proteksi fuse,
software yang telah diprogramkan akan terlindungi dari
pembajakan, modifikasi atau rekayasa ulang. Kemampuan ini
hanya dipunyai oleh komponen OTP atau komponen yang dapat
diprogram ulang. Pada komponen jenis Mask ROM tidak
diperlukan proteksi, hal ini dikarenakan untuk membajak isi
programnya seseorang harus membacanya (visual) dari chip-nya
dengan menggunakan mikroskop elektron. Walaupun demikian
pabrik mikrokontroler masih dapat membaca isi program guna
memastikan bahwa mikrokontroler diprogram dengan tepat, atau
biasa disebut "test mode".
5.2.7. Input/Output
Dalam kerjanya, mikrokontroler menerima masukan dan
menghasilkan sinyal luaran. Penjelasan untuk masing-masing
gerbang diuraikan sebagai berikut:
105
Sistem dengan mikrokontroler umumnya menggunakan piranti
input yang jauh lebih kecil seperti saklar atau keypad kecil.
Hampir semua input mikrokontroler hanya dapat memproses
sinyal input digital dengan tegangan yang sama dengan tegangan
logika dari sumber. Level nol disebut dengan VSS dan tegangan
positif sumber (VDD) umumnya adalah 5 volt. Padahal dalam dunia
nyata terdapat banyak sinyal analog atau sinyal dengan level
tegangan yang bervariasi. Karena itu ada piranti input yang
mengkonversikan sinyal analog menjadi sinyal digital sehingga
komputer bisa mengerti dan menggunakannya. Ada beberapa
mikrokontroler yang dilengkapi dengan piranti konversi ini, yang
disebut dengan ADC (analog to digital converter- lihat penjelasan
dan Bab Pengkondisi Sinyal), dalam satu rangkaian terpadu.
106
c. SPI (serial peripheral interface) merupakan port komunikasi
serial sinkron.
d. SCI (serial communications interface) merupakan
pengembangan UART (asynchronous serial port)
e. I2C bus (Inter-Integrated Circuit bus) merupakan antarmuka
serial 2 penghantar yang dikembangkan oleh Philips.
Dikembangkan untuk aplikasi 8 bit dan banyak digunakan pada
peralatan electronik, automotif dan industri. I2C bus ini
berfungsi sebagai antarmuka jaringan multi-master, multi-slave
dengan deteksi tabrakan data. Jaringan dapat dipasangkan hingga
128 titik dalam jarak 10 meter. Setiap titik dalam jaringan dapat
mengirim dan menerima data. Setiap titik dalam jaringan harus
memiliki alamat tertentu.
f. Analog to Digital Conversion (A/D). Fungsi ADC adalah
merubah besaran analog (biasanya tegangan) ke bilangan digital.
Mikrokontroler dengan fasilitas ini dapat digunakan untuk
aplikasi-aplikasi yang memerlukan informasi analog (misalnya
voltmeter, pengukur suhu dll). Terdapat beberapa tipe dari ADC
sbb:
- Succesive Approximation A/D converters.
- Single Slope A/D converters.
- Delta-Sigma A/Ds converters.
- Flash A/D.
g. D/A (Digital to Analog) Converters. Kebalikan dari ADC seperti
di atas.
h. Komparator. Mikrokontroler tertentu memiliki sebuah atau
lebih komparator. Komparator ini bekerja seperti IC komparator
biasa tetapi sinyal input/outputnya terpasang pada bus
mikrokontroler.
5.2.8. Interupsi (interrupt)
Interupt merupakan metode yang efisien bagi mikrokontroler
untuk memproses periperalnya, mikrokontroler hanya memproses
suatu periperal bila pada periperal tsb teradapat data. Pada saat
terjadi interupt, mikrokontroler menunda operasi yang sedang
dilakukan kemudian mengidentifikasi interupsi yang datang dan
menjalankan rutin pelayanan interupsi. Rata-rata mikrokontroler
107
memiliki setidak-tidaknya sebuah interupsi eksternal. Interupsi
dipicu oleh "edge" atau "level" dimana Edge triggered interrupt
bekerja tidak tergantung pada waktu terjadinya interupsi.
Sedangkan Level triggered interupt harus tetap pada logika high
atau low sepanjang waktu tertentu agar dapat memproses
interupsinya. Metode interupsi ini tahan terhadap sinyal gangguan.
Jenis-jenis interupsi dijelaskan sebagai berikut:
a. Maskable Interrupts
Maskable interrupt dapat memilih untuk menggunakan satu atau
lebih interupsi. Keuntungan maskable interupt adalah dapat
dimatikannya interupsi pada saat mikrokontroler sedang
melakukan proses yang kritis sehingga interupsi yang datang
akan diabaikan.
b. Vectored Interrupts
Pada saat terjadi interupsi, interrupt handler secara otomatis
akan memindahkan program pada alamat tertentu yang telah
ditentukan sesuai dengan jenis interupsi yang terjadi.
5.2.9. Mikrokontroler populer
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa mikrokontroler yang
umum digunakan sebagai pemroses sinyal dalam aplikasi sistem
mekatronika.
a. 8051 (Intel dan lainnya).
Arsitektur Harvard modified dengan alamat terpisah untuk
memori program dan data. Memori untuk program bisa diberikan
alamat hingga 64 K. Memori bawah (4K, 8K atau 16K tergantung
tipe) bisa terletak di chipnya. Mikrokontroler ini memiliki 128 byte
memori internal ditambah beberapa register (SFR), juga bisa
memberikan alamat hingga 64K memori eksternal untuk data.
Cukup banyak software baik software komersil maupun gratis untuk
jenis mikrokontroler 8051 ini. Mikrokontroler ini memiliki banyak
varian sehingga mampu memenuhi keperluan yang berbeda.
Diproduksi tidak hanya oleh Intel tetapi beberapa pabrikan lainnya
juga ikut memproduksi jenis mikrokontroler ini. Aristektur
mikrokontroler 8051 dapat dilihat dalam Gambar 5.8.
108
Gambar 5.8. Arsitektur mikrokontroler 8051.
8051
b. 6805 (Motorola)
Mikrokontroler 6805 memiliki
memiliki arsitektur Von Neuman dimana
instruksi, data, I/O dan Timer terdapat pada satu daerah memori.
Stack pointer yang dimiliki adalah 5 bit sehingga kedalaman stack
terbatas hingga 32 byte.
byte Beberapa mikrokontroler dari keluarga ini
memiliki ADC, PLL, frekuensi synthesizer,, serial I/O dan perangkat
lunak pengaman.
c. PIC (MicroChip))
Mikrokontroler PIC merupakan mikrokontroler RISC yang
pertama. Walaupun hanya memiliki sedikit instruksi (33 instruksi
untuk 16C5x), keluarga PIC memiliki banyak keunggulan yang
sudah merupakan bagian dari chip. Dengan bus instruksi dan bus
data yang terpisah (arsitektur Harvard), PIC memungkinkan akses
data dan program secara bersamaan sehingga menaikkan
menaik kinerja
pemrosesannya. Keuntungan dari kesederhanaan rancangan ini
adalah chip yang sangat kecil, sedikit pin dan pemakaian daya yang
sangat kecil. Terdapat tiga keluarga PIC pada saat ini yaitu
PIC16C5x, PIC16Cxx dan PIC17Cxx.
d. Z8 (Zilog)
Z8 merupakan turunan dari Zilog Z80. Memiliki arsitektur
unik merupakan arsitektur gabungan dengan tiga daerah memori
yaitu: program memori, data memori dann CPU register file.
109
Mikrokontroler ini memiliki UART, Timer, DMA, I/O hingga 40
buah pada chipnya. Versi lainnya memiliki sync/async serial
channel. Keseluruhan mikrokontroler ini memiliki Stack RAM yang
dapat dikonfigurasikan dan sistem interupsi, dua Timer
programmable dengan interupsi, proteksi ROM, dua analog
komparator.
5.2.10. Perangkat lunak
Perangkat lunak untuk menggunakan mikrokontroler dapat
diperoleh secara gratis, tetapi perangkat lunak gratis biasanya tidak
dilengkapi dengan dokumentasinya. Perangkat lunak ini diantaranya
adalah perangkat lunak untuk simulasi dan pemrograman.
110
programer), C merupakan alat yang sangat fleksibel dan sangat
membantu dalam pengembangan program.
111
pengendalian berbagai jenis mesin atau proses. Komputer digital
yang digunakan untuk melaksanakan fungsi-fungsi
fungsi fungsi tersebut yang
dapat diprogram
program dengan mempertimbangkan proses yang
dikendalikan.
Berdasarkan pendefinisian yang dilakukan oleh National
Electrical Manufacturing Assosiation (NEMA) PLC didefinisikan
sebagai: perangkat elektronis
elektronis digital yang menggunakan memori
terprogram untuk penyimpanan internal dari instruksi-
instruksi-instruksi yang
berupa implementasi fungsi spesifik seperti: logika, urutan,
pewaktuan, perhitungan dan aritmatik untuk mengendalikan modul-
modul
modul digital atau analog, berbagai jenis mesin dan proses. Hingga
saat ini banyak pabrikan yang memproduksi PLC, misalnya: omron,
Jetter, Misubishi,
subishi, Rockwell,
Rockwell GE/Fanuc, Scheieder, Medicom –
Gould, Allen Bradley dll. Secara umum kegunaan PLC adalah
sebagai berikut:
a. Pada awalnya dirancang untuk mengubah papan rangkaian
rangkai logika
dengan relay,, yang umum digunakan untuk pengendalian:
prosedur berurutan, aktivasi koordinat.
b. Menerima input dari rangkaian switch
c. Mengirimkan luaran ke perangkat atau relay
Diagram blok yang menunjukkan cara kerja PLC ditunjukkan dalam
Gambar 5.9.
Gambar 5.9.
5 Cara kerja PLC.
112
5.3.1 Perangkat PLC
Perangkat PLC merupakan salah satu jenis pemroses signal
sehingga dalam fungsi pengendaliannya berbagai perangkat dengan
fungsi khusus dapat diintegrasikan dalam struktur PLC. Perangkat-
perangkat tersebut antara lain adalah:
a. Relay masukan. Perangkat ini merupakan penghubung PLC
dengan perangkat luar lainnya yang berfungsi untuk menerima
sinyal dari switch, sensor dsb. Relay masukan biasanya tidak
berbentuk lilitan elektromagnetik sebagai penggerak kontak,
tetapi pada umumnya berupa transistor.
b. Counter Berfungsi untuk mensimulasikan proses penghitung dan
dapat diprogram untuk menghitung pulsa. Secara khusus counter
dapat menghitung naik atau turun atau keduanya. Beberapa
produk PLC dilengkapi dengan counter kecepatan tinggi berbasis
perangkat keras.
c. Timer (pewaktu). Perangkat ini tidak berbentuk fisik. Pada
umumnya berjenis on-delay (penundaan waktu nyala) dan
sebagian berbentuk off –delay (penundaan waktu mati) atau
keduanya. Waktu inkremen yang tersedia antara 1 milidetik
sampai 1 detik.
d. Relay luaran (berupa lilitan elektronagnetik untuk menstimulasi
kontak) yang digunakan untuk menghubungkan PLC dengan
perangkat luar lainnya. Fungsi relay luaran secara khusus adalah
untuk mengirimkan sinyal on/off ke solenoid atau perangkat
aktuator lainnya. Berupa transistor, relay atau triac yang
tergantung pada model yang dipilih.
e. Penyimpan data. Berupa suatu register memori untuk
menyimpan data perintah dalam keadaan PLC hidup (teraliri
listrik) maupuan pada saat PLC mati.
113
digantikan dengan menggunakan PLC sebagai sistem
pengendalinya.
(a)
(b)
Gambar 5.12. a. Sistem logika relay, b. Representasi
epresentasi dalam
diagram ladder.
115
Dari konstruksi luarnya PLC berbentuk suatu kotak dengan
konfigurasi terminal masukan dan luaran pada sisinya. Terminal
tersebut berupa : tegangan masuksuk untuk mengaktifkan PLC,
gerbang
bang masukan dan gerbang keluaran seperti ditunjukkan dalam
Gambar 5.13a.. Hubungan antara masukan, diagram ladder dan
luaran ditunjukkan dalam Gambar
Gamba 5.13b.
(a)
(b)
Gambar 5.13. a. Bentuk fisik PLC dan konsul pemrogram, b.
Hubungan
ubungan antara masukan, ladder program dan luaran dalam PLC.
116
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Jelaskan pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan dalam
penentuan jenis mikrokontroler yang digunakan dalam aplikasi
sistem kendali yang akan kita buat!
2. Dalam perkembangannya, mikrokontroler mengalami berbagai
proses perancangan. Dua desain mikrokontroler yang umum
dikenal adalah Van-neuman Architecture dan Harvard
Architecture. Jelaskan hal-hal dasar yang membedakan dua
proses desain tersebut!
3. Komponen utama dari suatu sistem komputer adalah CPU.
Apakah CPU tersebut? Jelaskan fungsi-fungsi yang dikerjakan
oleh CPU!
4. Apakah yang disebut dengan programmable logic controller
(PLC)?
5. Sebutkan fungsi-fungsi pengendalian yang dapat dilakukan suatu
sistem kendali dan jelaskan masing-masing fungsi tersebut?
6. Sebutkan perangkat-perangkat yang terdapat dalam PLC dan
jelaskan masing-masing fungsi tersebut!
7. Agar dapat menjalankan fungsinya perangkat PLC didukung oleh
sistem memori. Apakah kegunaan sistem memori tersebut?
Jelaskan fungsi ROM dalam struktur memori PLC!
Pustaka
117
VI. AKTUATOR
Tujuan Instruksional
Mahasiswa memahami definisi, fungsi dan jenis-jenis aktuator dalam sistem
pengendalian. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan cara kerja dan
metode pengendalian aktuator dalam aplikasinya sebagai perangkat otomasi
118
Kinematika merupakan ilmu yang mempelajari gerakan
(posisi dan turunannya terhadap waktu) tanpa mempertimbangan
gaya-gaya yang bekerja.
6.1.1. Jenis gerakan
Suatu benda dapat memiliki gerakan yang sangat kompleks
sehingga sulit untuk digambarkan. Namun sesungguhnya, gerakan
benda dapat digambarkan dalam gerakan kombinasi antara gerak
translasi dan rotasi. Dalam ruang tiga dimensi, gerak translasi dapat
dikatakan sebagai gerak satu sumbu gerak atau lebih dari tiga
sumbu gerak yang ada. Sedangkan gerak rotasi dapat didefinisikan
sebagai gerak putar pada satu sumbu gerak atau lebih. Sebagai
contoh adalah suatu gerakan untuk mengambil pensil di atas meja.
Gerak tangan tersebut dapat berupa tahapan gerakan untuk masing-
masing sumbu gerak atau gerakan gabungan antara gerak linier dan
puntiran tangan.
6.1.2.Mekanisme four bar linkage
Four bar linkage merupakan mekanisme yang terdiri dari
empat link dengan empat sambungan (join) putar. Gambar 6.1
menunjukkan berbagai bentuk four bar linkage yang menghasilkan
perubahan panjang relatif dari link. Gambar 6.1a, link tiga
merupakan link tetap dan menghasilkan panjang relatif terhadap link
satu dan empat dalam bentuk gerak osilasi tetapi tidak rotasi.
Konstruksi tersebut dikenal dengan double lever mechanism.
Dengan memperpendek link 4 relatif terhadap link 1, link 4 dapat
berotasi (Gambar 6.1b) dengan link 1 bertransalasi bolak balik,
maka mekanisme tersebut dinamakan mekanisme lever crank.
Dengan link 1 dan 4 yang sama panjang, keduanya akan berotasi
(Gambar 6.1c) dan mekanisme tersebut dinamakan mekanisme
double crank. Dengan mengubah link mana yang dibuat tetap,
mekanisme lainnya dapat dihasilkan.
119
Gambar 6.1. Contohontoh mekanisme empat link, a. double lever
mechanism, b.. lever crank, c. double crank.
Mekanisme slider crank terdiri dari crank, connecting rod dan
slider seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.2,, dimana mekanisme ini
umum digunakan sebagai mekanisme mesin motor bakar. Dengan
konfigurasi tersebut, link 3 yang difikskan maka tidak
ak akan terjadi
gerakan relatif antara pusat rotasi crank dan housing dimana piston
bertranslasi. Link 1 adalah crank yang berputar, link 2 merupakan
connecting rod dan link 4 adalah slider yang bergerakergerak relatif
terhadap link fiks. Ketika piston bergerak
berg rak maju dan mundur, link 4
bergerak maju dan mundur kemudian
kemudia crank, link 1, digerakkan
memutar. Sehingga mekanisme mengubah input yang berupa gerak
maju dan mundur ke dalam bentuk gerak rotasi.
6.1.3. Cam
Cam merupakan suatu bagian yang berputar atau berosislasi
yang menyebabkan gerakan bolak-balik
bolak balik pada bagian yang lainnya
yang disebut dengan follower (Gambar 6.4). ). Karena putaran cam,
maka follower akan bergerak ke atas, diam dan turun, panjang
gerakan dan waktunya ditentukan oleh
oleh bentuk dari camnya. Gambar
6.5 menunjukkan jenis diagram gerakan follower yang dihasilkan
oleh bentuk cam yang berbeda.
Berdasarkan bentuk followernya, terdapat berbagai jenis follower
yang umum digunakan seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.6.
Roller follower menggunakan ball atau roller bearing.
bearing Keuntungan
yang diperoleh adalah gesekan yang rendah dibandingkan model
kontak sliding tetapi harganya lebih mahal. Follower muka datar
sering digunakan sebab murah dan mudah dibuat denganden ukuran
yang lebih kecil dibandingkan tipe follower lainnya. Berbagai
121
follower luas digunakan sebagai katup cam pada mesin motor bakar.
Ketika cam berputar pada kondisi kering, biasanya menggunakan
paslin atau dicelupkan ke dalam bak oli.
6.1.4.Roda gigi
Roda gigi merupakan mekanisme yang sangat luas digunakan
untuk memindahkan dan mengubah gerak rotasi. Roda gigi
digunakan ketika membutuhkan perubahan kecepatan atau torsi
perangkat yang berputar. Sebagai contoh gearbox mobil
memungkinkan
ngkinkan pengemudi menyesuaikan kecepatan dan torsi
dengan daya mesin yang ada.
Gerak putar dapat ditransfer dari satu poros ke poros yang lain
(Gambar 6.7a),a), namun kemungkinan terjadi slip. Transfer gerakan
antar dua silinder tergantung pada gaya gesek antara dua permukaan
kontak. Slip dapat dicegah dengan penambahan gigi antara dua
silinder dan hasilnya adalah kedua silinder menjadi dua roda gigi
(Gambar 6.7b).
Roda gigi dapat digunakan untuk mentransmisikan gerakan
putar antar dua poros yang paralel
par lel (Gambar 6.8a) maupun untuk
dua poros dengan orientasi yang berbeda (Gambar 6.8b). Roda gigi
tersebut dinamakan roda gigi bevel.. Suatu pasangan roda gigi
dimanana roda gigi yang besar disebut dengan spur gear,
gear sedangkan
roda gigi kecil disebut dengan pinion.. Roda gigi yang digunakan
123
Gambar 6.7. Perpindahan
erpindahan gerak rotasi: a. Silinder
ilinder putar,
pu c.
Pasangan roda gigi.
berpasangan dengan poros paralel
paralel dapat menggunakan gigi aksial
dimana alur gigi searah poros (Gambar 6.9a).
a). Sedangkan bentuk
gigi lainnya disebut dengan gigi helical dimana potongan gigi
dalam formasi heliks (Gambar 6.9b).. Bentuk gigi lainnya adalah
gigi dobel heliks (Gambar 6.9c). Keuntungan
ntungan menggunakan roda
gigi heliks adalah perpindahan daya antar gigi yang relatif
relati halus,
tetapi kerugiannya adalah terjadinya gaya aksial pada bantalan
penumpu poros roda gigi.
124
Gambar 6.9. Bentuk gigi: a. Gigi aksial, b. Gigi helical, c. Gigi
dobel heliks.
6.1.5.Mekansime ratchet
Gambar 6.10 menunjukkan mekanisme ratchet yang terdiri
dari roda yang disebut ratchet dengan gigi berbentuk gergaji dan
konstruksi lengan yang disebut dengan pawl. Bentuk gigi yang unik
tersebut menyebabkan arah roda hanya dapat bergerak searah,
sedangkan pada arah yang lain terkunci oleh mekanisme pawl.
125
dimana rA adalah jari-jari pulley A.
6.2.Aktuator Elektris
Sistem elektris yang digunakan sebagai aktuator untuk fungsi
pengendalian antara lain meliputi:
a. Perangkat Switching yaitu: Switch mekanis, diode, thryristor dan
transistor dimana sinyal kendali diaplikasikan ke Switch yang
menghidup-matikan perangkat elektris seperti sistem pemanas
atau motor listrik
b. Perangkat solenoid, dimana arus listrik yang dialirkan digunakan
untuk menggerakan inti besi lunak. Contohnya adalah solenoid
yang digunakan sebagai sistem penggerak katup untuk sistem
hidrolis/pneumatis.
c. Sistem penggerak seperti motor DC, motor AC dimana aliran
arus digunakan untuk menghasilkan putaran.
6.2.1. Switch
Switch merupakan komponen yang paling sering digunakan
sebagai sistem aktuator elektris. Switch memutus-hubungkan
rangkaian elektris untuk mengatur motor, elemen pemanas, katup
solenoid dll. Gerakan switch dapat diperoleh dengan aksi mekanis,
elektromekanis atau secara elektronis seperti perangkat solid state.
Permasalahan yang terjadi pada switch mekanis disebut
dengan switch bounce. Ketika switch mekanis diaktifkan, maka
akan terjadi kontak antar bagiannya yang menyebabkan bagian
penggerak akan memukul bagian yang lain sehingga terjadi
pementalan (bounce) bagian kontak akibat kondisi elastisnya.
126
Kondisi pentalan menyebabkan
menyebabkan bagian tersebut tidak saling
sal kontak
dalam waktu yang sangat singkat sekitar 20 ms. Kondisi seperti ini
dapat menyebabkan kesalahan intepretasi informasi yang harus
diolah oleh mikroprosesor sebagai perangkat pengolah sinyal
(signal processing).
a. Switch mekanis
Switch mekanis terdiri dari satu atau beberapa bagian kontak
yang secara mekanis dapat dihubungkan atau diputuskan untuk
mengatur aliran kelistrikan. Switch yang digerakkan secara
secar mekanis
dapat dioperasikan secara manual oleh operator (Gambar 6.12) atau
secara otomatis oleh ketinggian
ketinggia cairan, temperatur,, aliran, tekanan,
cam atau obyek lainnya.
128
Bias maju
anoda katoda
0 V
Bias balik
breakdown
129
6.2.2.Solenoid
Solenoid digunakan sebagai aktuator
aktuator yang dioperasikan secara
elektris. Gambar 6.17 menunjukkan prinsip dasar solenoid.solenoid Ketika
arus dialirkan, medan magnet solenoid dihasilkan yang akan
menarik inti besi lunak. Gerakan inti tersebut juga menarik lengan
yang terhubung dengan perangkat lainnya. Katup atup solenoid
dioperasikan dengan cara yang sama dan digunakan untuk
mengendalikan aliran fluida
fluida sistem hidrolis atau pneumatik.
pneumat Ketika
arus litrik dialirkan, inti akan tertarik ke dalam lilitan sehingga akan
membuka atau menutup gerbang yang diikuti dengan aliran fluida.
6.2.3.Motor listrik
Motor listrik sering digunakan sebagai elemen pengendali
akhir dalam sistem kendali pemosisian maupun kecepatan.
Berdasarkan sumber arus yang digunakan, motor m dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu: motor DC dan motor
AC. Prinsip dasarnya adalah sebagai berikut:
a. Gaya terjadi
di pada konduktor dalam medan magnet ketika arus
dilairkan. Untuk konduktor dengan panjang L membawa arus I
dalam medan magnet dari densitas fluk B. maka gaya F sama
dengan B.I.L.
b. Ketika konduktor bergerak dalam medan magnet kemudian e.m.f
diinduksikan melewatinya
mel yang besarnya
sarnya sama dengan laju fluk
magnetic Φ yang tersapu oleh konduktor (hukum
(h kum Faraday).
130
6.2.3.1 Motor DC
Dalam motor DC, lilitan kawat diletakkan dalam slot
s silinder
dari bahan magnetik yang disebut dengan armature.
armature Armature
ditumpu oleh bantalan sehingga bebas berputar. Armature
diletakkan dalam suatu medan magnet yang dihasilkan oleh pole
medan. Pada umumnya untuk motor-motor
motor motor yang kecil, magnet
permanen atau elekktromagnet,
tromagnet, magnet dihasilkan oleh arus yang
melewati medan lilitan.
itan. Gambar 6.18 menunjukkan prinsip kerja
motor DC dengan empat pole. Ujung masing-masing
masing masing lilitan
armature dihubungkan dengan segmen penghubung yang disebut
dengan komutator dengan kontak elektris model kontak karbon
yang disebut dengan brush (sikat).
132
medannya. Pada umumnya, arus armature yang divariasikan.
Namun karena tegangan suplai biasanya tetap, maka variasi
tegangan seringkali dipilih dengan menggunakan rangkaian
elektronis.
a. Disk-Type PM DC Motor
Disk DC motor seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.21, yang
memiliki sebuah disk yang merupakan armature dengan dilapisi
lilitan. Lapisan non ferro dibuat pada piringan tersebut biasanya
menggunakan bahan tembaga yang dilekatkan dinatar insolasi
lapisan epoxy-glass dan dibautkan ke poros aksial.
133
Gambar 6.21. DC servomotor
servo permanen magnet dengan armature
tipe disk.
b. Cup-or Shell-Type
Type PM DC Motor
Motor dengan tipe Cup-or shell-type PM DC memiliki inersia
yang lebih rendah dan induktansi yang rendah sehingga memiliki
akselerasi tinggi, menyebabkan motor jenis ini banyak digunakan
pada aplikasi servo.
servo Motor ini memiliki armatur silinder rongga
yang terbuat dari aluminium atau tembaga yang diikat oleh polimer
resin dan fiberglass agar kokoh yang dibautkan dengan poros aksial.
Konstruksi motor jenis ini seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.22.
(a)
134
(b)
Gambar 6.22. a. Pandangan penampang sejajar servomotor
servo DC
magnet permanen dengan jenis cup armature,, b. Pandangan
komponen terpisah motor DC brush.
6.2.3.2 Motor AC
Motor AC digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu fase
tunggal dan fase banyak. Motor AC fase tunggal cenderung
digunakan untuk keperluan daya rendah sedangkan motor fase
banyak digunakan untuk daya tinggi. Induksi motor cenderung lebih
murah dibandingkan motor
motor sinkron sehingga banyak digunakan.
Motor fase tunggal squirrel-motor induksi terdiri dari rotor
yang terbuat dari batang tembaga atau aluminium yang dimasukkan
ke dalam slot secara suaian paksa dalam ring di ujung rotornya
seperti ditunjukkan dalam Gambar
G 6.23.. Dalam konstruksinya tidak
terdapat hubungan listrik dengan rotor. Motor induksi sederhana
terdiri dari rotor dan stator yang terbuat dari lilitan kawat
pengahantar. Ketika arus AC melewati lilitan stator, medan magnet
bolak-balik
balik dihasilkan, sehingga induksi elektromagnetik e.m.f
diinduksi dalam konduktor rotor dan arus mengalir ke rotor. Pada
awalnya ketika rotor dalam keadaan diam, gaya pada pembawa arus
konduktor dari rotor dalam medan magnet stator sehingga tidak
dihasilkan torsi. Motor tidak
tidak dapat melakukan putaran sendiri.
Namun jika rotor diberikan start awal, gaya akan terjadi secara
135
kontinyu sehingga menghasilkan putaran sesuai arah ketika start
awal dilakukan.
137
Penggunaan motor AC lebih menguntungkan dibandingkan
motor DC, yaitu: lebih murah, lebih handal, bebas perawatan, tetapi
pengendalian kecepatan pada umumnya jauh lebih rumit
dibandingkan motor DC. Kendali kecepatan motor AC didasarkan
pada pemvariasikan frekuensi suplai. Torsi akan konstan bila rasio
tegangan stator yang diberikan konstan. Untuk mempertahankan
torsi yang konstan pada perubahan kecepatan ketika frekuensi
divariasikan, maka tegangan yang diberikan ke stator juga
divariasikan. Metode yang dilakukan adalah arus bolak-balik diubah
ke dalam arus langsung (DC) dengan konverter dan diubah kembali
ke AC tetapi frekuensi dapat dipilih (Gambar 6.26). Metode lainnya
adalah untuk pengoperasian motor dengan kecepatan rendah yang
menggunakan cycloconverter. Metode ini mengubah AC ke suatu
frekuensi langsung dan diubah kembali ke AC di frekuensi lain
tanpa mengkonversikan ke DC.
138
berlawanan. Dengan motor DC konvensional, magnet difikskan dan
pembawa arus konduktor dibuat bergerak. Dengan motor brushless
(a)
139
(b)
Gambar 6.28. a. Gambar potongan Brushless DC motor, b.
Diagram sederhana yang menunjukkan rangkaiaan komutator
Brushless DC motor.
140
Keuntungan menggunakan brushless DC motor dibandingkan
dengan menggunakan DC motor dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tidak diperlukan mengganti brush (sikat) atau membersihkan
kotoran akibat partikel sikat yang aus
b. Tanpa sikat yang dapat menyebabkan loncatan bunga api.
Brushless DC motor tidak menimbulkan api sehingga dapat
digunakan pada lingkungan-lingkungan yang mudah terbakar
c. Electromagnetic interference (EMI) diminimalkan dengan
penggantian komutator mekanis, untuk mencegah interferensi
dengan frekuensi radio yang tiak dikehendaki
d. Brushless motor dapat berputar lebih cepat dan lebih efisien
dengan komutator elektronik. Kecepatan dapat mencapai 50.000
rpm, sedangkan batas atas putaran DC motor dengan sikat hanya
sekitar 5000 rpm.
Disamping keuntungan yang diperoleh berkaitan dengan
penggunakan Brushless DC motor, beberapa kerugian yang ada
pada pemakaiannya adalah sebagai berikut:
a. Brushless DC motor tidak dapat berbalik arah putaran dengan
cara membalik kutupnya seperti pada motor DC
b. Brushless DC motor lebih mahal dibandingkan motor DC dengan
sikat
c. Dibutuhkan rangkaian komutator elektronik
d. Pengaturan gerakan dan kecepatan Brushless DC motor lebih
kompleks dibandingkan pengendalian motor DC dengan sikat.
Gambar 6.30.
6.30 Motor stepper dengan urutan stepnya.
143
Gambar 6.31. Respon dinamik dari single step.
144
putaran. Gambar tersebut menunjukkan enam kabel yang
dihubungkan ke motor. Karena kabel kedua dan kelima selalu
dihubungkan
ihubungkan secara langsung oleh pabrikan, maka biasanya hanya
lima kabel yang keluar dari motor. Kabel tersebut disimbolkan
dalam bentuk beda warna seperti ditunjukkan dalam gambar
tersebut. Lilitan 3-22-1-44 dihubungkan dengan lilitan 1-2-3-4
1 atau
φ1- φ2- φ3- φ4.
145
Dengan menghidupkan pasangan transistor, arah arus dapat
dibalik. Misalnya, pada langkah 1, transistor 1 dan 4 adalah ON dan
transistor 2 dan 3 OFF. Hal ini berarti memberikan daya untuk
kumparan A ke arah depan dengan mengalirkan
engalirkan arus positif (IA>
0). Demikian juga, transistor 5 dan 8 adalah ON dan 6 dan 7 adalah
OFF pada langkah 1, mengalirkan arus positif dalam kumparan B
(IB> 0). Pada langkah 2, transistor 5 dan 8 adalah OFF dan 6 dan 7
adalah ON, membalikkan arah arus dalam kumparan B (IB <0).
146
Tabel 6.3 Urutan Fase Half Step Motor Stepper Bipolar
147
Gambar 6.35. Rotor motor stepper.
148
Gambar 6.36. Rangkaian driver full step motor stepper unipolar.
149
Gambar 6.38 berikut menunjukkan contoh diagram fungsional
untuk pengendalian motor stepper.
152
jika digunakan daya baterai, karakteristik baterai harus sesuai
dengan kebutuhan beban.
f. Apakah terdapat beban inersia? Persamaan respon dinamik
menggambarkan bahwa motor dengan rotor tertentu memiliki
beban inersia J. Ketika beban inersia besar, akselerasi
memerlukan torsi yang tinggi.
g. Apakah beban digerakkan dengan kecepatan konstan? Metode
paling sederhana untuk memperoleh kecepatan konstan adalah
dengan memilih motor sinkron AC atau dengan motor DC shunt
yang berputar relatif konstan. Motor stepper dan servomotor
dapat juga digerakkan dengan kecepatan konstan dan akurat,
tetapi kondisi tersebut membutuhkan ongkos dan ukuran yang
lebih besar.
h. Apakah dibutuhkan pengendalian posisi dan kecepatan yang
akurat? Untuk khasus pemosisian pada lokasi diskret dan gerakan
inkremen, motor stepper merupakan pilihan yang tepat. Motor
stepper mudah diputar dan ditahan untuk posisi diskret. Juga
dapat berputar pada range yang luas dengan pengendalian laju
step. Motor stepper dapat dioperasikan dengan kendali open loop,
dimana tidak digunakan sensor. Namun jika motor stepper akan
digunakan untuk putaran tinggi atau beban torsinya besar, motor
stepper dapat mengalami slip dan tidak melakukan step yang
diinginkan. Oleh karena itu sensor umpan balik seperti encoder
lebih baik digunakan untuk mengecek apakah motor telah
mencapai gerakan yang didinginkan.
Untuk kebutuhan gerakan yang kompleks, dimana posisi dan
kecepatan harus akurat, servomotor merupakan pilihan yang
tepat. Servomotor merupakan motor DC, AC atau Brushless DC
motor yang dikombinasi dengan sensor posisi. Servomotor
digerakkan oleh kendali terprogram yang mengolah data input
dan membangkitkan tegangan atau arus yang dikuatkan untuk
mencapai profil gerakan yang dibutuhkan. Kendali seperti ini
disebut dengan closed loop. Servomotor secara umum lebih
mahal dibandingkan motor stepper, tetapi memiliki respon yang
halus dan cepat.
Untuk robot ukuran kecil atau hobi, RC servo merupakan
pilihan yang tepat. Sebuah RC servo merupakan motor DC kecil
153
yang dilengkapi dengan potensiometer yang mengukur sudut
poros dan umpan
pan balik elektronik untuk pengendalian posisi yang
dikendalikan dengan sinyal input PWM.
h. Apakah dibutuhkan gearbox?? Pada kebutuhan kecepatan yang
rendah dengan torsi tinggi, rangkaian gearbox diperlukan. Bila
motor memiliki kinerja yang baik pada kecepatan
kecepatan tinggi dan
torsinya rendah, maka transmisi untuk mereduksi kecepatan
(gearbox, belt)) diperlukan untuk menyesuaikan output motor
dengan kebutuhan beban. Bila transmisi digunakan, maka inersia
efektif beban adalah:
#$%$&'
= ! "# , .......................................(6.3)
()*)+
155
Gambar 6.42. a. Peralatan industri yang menggunakan aktuator
penumatis, b. Peralatan berat yang menggunakan aktuator hidrolis.
6.3.1. Sistem pembangkitan fluida bertekanan
Udara yang digunakan sebagai fluida penggerak aktuator
pneumatis bertekanan 8 – 200 bar. Untuk mencapai tekanan
tersebut, udara harus dipertinggi tekanannya dengan menggunakan
kompresor. Mekanisme untuk menghasilkan udara bertekanan dapat
dilihat dalam Gambar 6.43.
(a)
156
(b)
Gambar 6.43. a. Skema peralatan untuk menghasilkan udara
berteka-nan, b. Perangkat kompresor.
Fungsi masing-masing komponen dijelaskan sebagai berikut:
Silencer : berfungsi untuk meredam suara mendesis yang
disebabkan oleh
mekanisme penyedotan udara dari lingkungan
Kompresor : merupakan suatu peralatan mekanis yang
berfungsi untuk mengkompresi udara
No return : suatu katup yang berfungsi untuk mempertahan
valve aliran udara bertekanan sehingga tidak balik ke
ruang kompresi
Pressure : katup yang berfungsi untuk mempertahankan
relief valve tekanan fluida
157
Gambar 6.44. a. Mekanisme pembangkitan fluida bertekanan pada
sistem hidrolis, b. Pompa hidrolis
6.3.2. Valve (Katup) kendali
Dalam sistem otomasi gerakan aktuator pneumatis maupun
hidrolis dikendalikan oleh suatu sinyal listrik yang berasal dari
sistem pengolah sinyal (signal processing). Bagaimana cara
mengubah sinyal listrik tersebut menjadi koordinasi gerakan
aktuator-aktuator pneumatis/hidrolis? Secara singkat tugas tersebut
dilakukan oleh suatu komponen yang disebut dengan katup atau
valve. Oleh valve, sinyal listrik digunakan untuk mengatur aliran
fluida bertekanan masuk ke tabung aktuator. Dalam penjelasan yang
sederhana, kerja katup kendali dapat dilihat dalam Gambar 6.45.
158
Gambar 6.45. Cara kerja katup pengatur aliran fluida bertekanan.
160
Gambar 6.49. berikut memperlihatkan bagaimana valve
dioperasikan, sedangkan Gambar
G 6.50.. memperlihatkan valve 4/2
yang dioperasikan dengan sistem push-botton
botton dan celenoid.
celenoid
Gambar 6.49.
6. Katup dioperasikan.
A B A B
P T P T
(a) (b)
Gambar 6.50. Katup dengan: a. metoda kendali push botton
(manual), b. metode kendali solenoid
s
Gambar 6.5151 berikut memperlihatkan contoh sederhana
penggunakan sistem pneumatis untuk sistem pengangkat dengan
dua valve 2/2 . Ketika tombol untuk valve atas ditekan, beban akan
terangkat, sedangkan bila tombol bawah ditekan, beban akan turun.
161
beban
ventilasi
naik
ventilasi
R
turun
162
b. Spool Valve, spool bergerak secara horisontal, pada Gambar 6.53
berikut memperlihatkan cara kerjanya. B dihubungkan dengan P
dan A dengan T dalam kondisi tertutup. Ketika spool bergerak ke
kiri, A dihubungkan dengan P dengan B dan T dalam kondisi
tertutup. Gerakan spool tersebut dapat dilakukan secara manual
ataupun dengan solenoid.
163
Gambar 6.54. Globe valve: a. Jenis plug disk , b. Jenis
J needle.
d. Piston valve : Gerakan buka tutup dilakukan dengan memutar
ulir yang akan menggerakkan secara translasi suatu piston untuk
menghubungkan atau membatasi dua saluran valve.
valve
164
Aplikasi piston valve:
fungsi: Jenis fluida:
pengatur aliran gas
buka-tutup aliran cair
vakum
suspense padat dalam fluida
165
f. Wedge gate valve
g. Plug valve
167
i. Katup kupu-kupu (Butterfly valve)
168
Aplikasi pinch valve:
valve
Fungsi: Jenis fluida:
Pengendalian aliran Cairan
Buka-tutup
tutup aliran Serbuk abrasif
Butiran
Serbuk farmasi dan makanan
170
Gambar 6.65. Pressure relief valve.
Gambar 6.66 berikut memperlihatkan sistem squensial yang
menggunakan valve 4/3, valve searah dan pressure relieve
relie valve
untuk menggerakkan dua buah aktuator.
SILINDER 1
SILINDER 2
P A
T B
171
2. Dalam aktuator mekanis dikenal dengan mekanisme quick
release mechanism. Jelaskan cara kerja mekanisme tersebut dan
contoh penggunaannya!
3. Berikan contoh-contoh penggunaan mekanisme cam dalam
sistem pengendalian! Jelaskan pengaruh bentuk cam pada model
simpangan follower!
4. Jelaskan pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan dalam
pemilihan bentuk follower untuk mengaplikasikan mekanisme
cam dalam sistem mekatronika!
5. Sebutkan beberapa jenis roda gigi yang anda ketahui beserta
dengan kegunaannya dalam proses transmisi daya!
6. Berikan contoh penggunaan mekanisme ratchet dan jelaskan
cara kerjanya!
7. Jelaskan pronsip kerja aktuator berikut ini:
a. Relay
b. Solid state switch
c. Solenoid
8. Sebutkan jenis-jenis motor listrik yang anda ketahui! Jelaskan
cara kerja masing-masing motor listrik tersebut!
9. Jelaskan keuntungan dan kerugian menggunakan Brushless DC
motor dibandingkan menggunakan motor DC (brush DC motor)
pada umumnya!
10. Terangkan prinsip pengubahan sinyal listrik menjadi gerakan
dalam sistem pneumatis!
11. Jelaskan bagaimana fluida compressible bertekanan
dibangkitkan sebagai sumber daya sistem pneumatis!
12. Jelaskan apa yang dimaksud dengan jenis katup berikut ini!
a. Poppet valve
b. Spool valve
c. Wedge gate valve
d. Butterfly valve
13. Jelaskan cara kerja pilot operated valve, katup searah dan
pressure relief valve!
172
Pustaka
173
VII. PENGENDALIAN TEKANAN
Tujuan Instruksional
Mahasiswa memahami pengertian tekanan, formulasi-formulasi dasar yang
digunakan untuk perhitungan tekanan, penggolongan sensor tekanan dan
metode-metode pengukuran tekanan yang umum digunakan.
7.2. Satuan
Satuan umum dari tekanan adalah gaya per satuan luas,
sehingga dalam sistem SI satuan tekanan adalah newton/ meter
persegi (N/m2), biasa disebut dengan pascal (Pa), sehingga 1 Pa = 1
174
N/m2. Dalam satuan Inggris, satuan tekanan dinyatakan dalam
pound per inchi persegi, lb/in2 atau dikenal dengan psi. bila 1 psi
dikonversikan ke dalam Pa, maka 1 psi = 6,895 kPa. Untuk tekanan
yang sangat rendah, seperti dalam sistem vakum, satuan Torr lebih
sering digunakan. 1 Torr setara dengan 133,3 Pa. Satuan tekanan
yang juga umum digunakan adalah atmosfer (atm), yang harganya
sama dengan 101.325 kPa atau sama dengan14,7 psi. sedangkan 1
bar sama dengan 100kPa.
Contoh Soal 1:
Suatu tangki yang berisi air dengan kedalaman 7 feet. Berapa
tekanan air pada dasar tangki dalam psi atau Pa? (densitas = 103
kg/m3).
Jawab:
Kita dapat menghitung tekanan dalam Pa secara langsung dengan
mengubah 7 ft kedalam meter:
176
(7,0 ft)(0,3048 m/ft) = 2,1 m.
ρ = (103 kg/m3)(m/s2)(2,1m)
p = 21 kPa
Untuk menghitung tekanan dalam psi, kita dapat mengubah tekanan
dalam Pa ke dalam psi dengan menggunakan Persamaan (7.2).
a. Pirani gage
Sensor ini menentukan temperatur filamen dengan cara
mengukur hambatan filamen. Pengukuran eksitasi filamen dan
hambatan dilakukan dengan menggunakan rangkaian jembatan
(bridge circuit). Respon hambatan terhadap tekanan bersifat tidak
linier. Cara kerja pirani gage bisa dilihat dalam Gambar 7.2.
177
Gambar 7.1. Rangkaian jembatan.
b. Termokopel
Transduser
duser tekanan lainnya adalah gage pengukur temperatur
filamen dengan menggunakan termokopel. Sebagai referensi,
temperatur kamar digunakan sebagai dasar pengukuran, dan
tegangan luaran yang proporsional terhadap tekanan bersifat tidak
linier. Kalibrasi baik pirani maupun termokopel tergantung pada
jenis gas untuk tekanan yang akan diukur.
c. Ionization Gauge
178
Sensor ini digunakan untuk pengukuran tekanan yang sangat
rendah sekitar 10-3 sampai 10-13 atm. Alat ini menggunakan elektron
yang biasanya berasal dari pemanasan filamen. Prinsip kerjanya
dengan cara mengionisasi gas yang tekanannya akan diukur dan
kemudian mengukur arus yang mengalir di antara dua elektrode
dalam lingkungan yang terionisasi seperti ditunjukkan dalam
Gambar 7.2. Jumlah ion per satuan volume dan arusnya tergantung
pada tekanan gas. Arus tersebut dipantau sebagai pendekatan linier
terhadap tekanan yang diukur.
a. Diafragma
Salah satu elemen yang umum digunakan untuk mengubah
informasi tekanan ke dalam perpindahan fisik adalah diafragma
seperti ditunjukkan dalam Gambar 7.3. Jika tekanan p1 menekan
salah satu permukaan dinding diafragma dan p2 berada di
permukaan lainnya, maka gaya netto dapat dihitung dengan
Persamaan 7.4 berikut ini:
180
7.6. Konversi Elektronik
lektronik (Jhonson, 2006)
Beberapa cara digunakan untuk mengubah perpindahan
menjadi sinyal elektronik. Teknik yang paling sederhana adalah
menggunakan link mekanis yang dihubungkan dengan
potensiometer. Dalam contoh ini, tekanan diubah menjadi
perubahan tahanan. Metode lainnya adalah
adalah menggunakan strain
gage yang langsung ditempelkan pada permukaan diafragma.
LVDT merupakan sensor induksi yang digunakan untuk mengubah
gerakan tabung Bourdon
ourdon ke dalam perpindahan dan selanjutnya
diubah menjadi sinyal elektris.
Seringkali pengukuran tekanan menggunakan diafragma
dalam konfigurasi umpan balik khusus seperti ditunjukkan dalam
Gambar 7.5. Sistem
istem umpan balik menjaga diafragma agar tidak
bergerak dengan menggunakan motor induksi. Sinyal error dalam
sistem umpan balik memberikan sinyal listrik yang mewakili
tekanan.
181
2. Apa yang dimaksud dengan tekanan dinamis? Berilah suatu
contoh kondisi tekanan dinamis bekerja!
3. Hitunglah tekanan yang bekerja pada bidang alas suatu wadah
berisi air dengan ketinggian 2,3 m!
4. Sebutkan jenis-jenis sensor yang digunakan untuk mengukur
tekanan yang besarnya dibawah 1 atm! Jelaskan cara kerja
masing-masing sensor tersebut!
5. Jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh pada sensitifitas
pengukuran suatu sensor yang menggunakan tabung bourdon!
Pustaka
Johnson, C. D., 2006., Process Control Instrumentation Technology,
Prentice Hall PTR
182
VIII. SISTEM PENGENDALIAN ALIRAN
FLUIDA
Tujuan Istruksional
Mahasiswa memahami tahapan yang digunakan dalam perancangan sistem
pengendalian aliran fluida yang umum digunakan pada industri, dasar-dasar
perhitungan yang digunakan dan alternatif metode pengendalian aliran fluida.
= ………………………………….(8.1)
183
digunakan adalah kg/jam, lb/jam. Persamaan 8.2 menyatakan
hubungan ini.
F = pQ …………………………………(8.2)
Dimana: F = laju aliran massa atau berat
p = densitas massa atau densitas berat
Q = laju aliran volume
Contoh soal 1:
Air dipompa melalui pipa berdiamater 1,5 in dengan kecepatan
aliran 2,5 ft/detik. Cari laju aliran volume dan laju aliran berat, bila
densitas berat adalah 62,4 lb/ft3.
Jawab:
Kecepatan aliran adalah 2,5 ft/detik, sehingga laju aliran volume
dapat dihitung dengan Persamaan 8.1, dimana luasan penampang
adalah:
A = pd24
dimana diameter d = (1,5 in)(l/12 ft/in) = 0,125 ft , sehingga laju
aliran volume adalah
Q = (2,5ft/s)(0,0122ft2)(60s/min)
Q = 1,8 ft3/min
Laju aliran berat dapat dihitung dengan Persamaan 8.2:
F = (62,4 lb/ft3)(1,8 ft3/min)
F = 112 lb/min .
Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk
pengukuran aliran fluida dalam pipa adalah dengan metode
pemberian rintangan dalam pipa dan pengukuran penurunan
tekanannya. Ketika rintangan diletakkan dalam pipa, kecepatan
fluida yang melintasi penghalang meningkat sedangkan tekanannya
menurun. Kita dapat menurunkan hubungan antara turunnya
tekanan dan peningkatan laju aliran. Hubungan tersebut
digambarkan dalam Persamaan 8.3.
184
= ∆ …………………………………..(8.3)
Dimana Q = laju aliran volume
K = konstanta pipa dan jenis aliran
∆p = penurunan tekanan yang melewati rintangan
(a)
(b)
185
(c)
Gambar 8.1. Tiga jenis rintangan yang umum digunakan untuk
mengubah laju aliran menjadi perbedaan tekanan, p1-p2, a.
Hambatan venturi, b. Hambatan nosel, c.Hambatan plat orifice.
Contoh soal 2:
Aliran dikendalikan dari 20 sampai 150 gal/menit. Aliran diukur
menggunakan sistem plat orifice seperti ditunjukkan dalam Gambar
8.1c. Plat orifice dinyatakan dalam Persamaan 8.3 dengan K=119,5
(gal/menit.psi1/2). Pengukuran tekanan menggunakan LVDT
sehingga luarannya sebesar 1,8 V/psi). Hitung range tegangan yang
dihasilkan dari persamaan range alirannya!
Jawab:
Dari Persamaan (8.3) kita peroleh tekanan yang dihasilkan dari
persamaan:
Dp = (Q/K)2 untuk 20 gal/menit maka:
Dp = (20/119,5)2 = 0,0280 psi,
untuk 150 gal/menit maka:
Dp = (150/119,5)2 = 1,5756 psi
Dari hasil pengukuran dengan LVDT = 1,8 V/psi, range tegangan
dapat dihitung dengan:
Untuk 20 gal/min, V = 0,0280(1,8) = 0,0504 V
Untuk 150 gal/min, V = 1,5756(1,8) = 2,836 V
187
turbin proporsional terhadap laju aliran yang sebanding pula dengan
sinyal elektris yang dihasilkan. Metode pengukuran tersebut
ditunjukkan dalam Gambar 8.4.
= …………………………..(8.4)
188
b. Sensor aliran
Dalam contoh yang
yang diilustrasikan dalam Gambar 8.5,
8. sensor
aliran dipasangkan pada konveyor,, bukaan hoper dan landasan
beban. Kita melihat bahwa pengukuran aliran dilakukan dengan
mengukur berat. Dalam kasus ini berat diukur dengan loadcell yang
menggunakan
gunakan sensor strain gage atau piezoelectric.
piezoelectric Peralatan
pengukur berat dalam kondisi bergerak lainnya yang umum
digunakan adalah menggunakan LVDT yang mengukur lengkungan
konveyor pada titik pengukuran yang disebabkan oleh material yang
dibawa.
Pertanyaan-pertanyaan:
Pustaka
190
GLOSARIUM
191
Digital, sinyal digital: sinyal yang nilainya dinyatakan dalma
kombinasi bilangan biner (0 dan 1)
Displacement: simpangan
Dummy: rangkaian pengkompensasi temperatur
Emmulator: peralatan untuk mengkopi bahasa pemrograman
Enkoder: sensor gerakan yang menggunakan piringan berlubang
sebagai penghasil sinyal keluaran yang berbentuk pulsa
Error signal: sinyal gangguan, sinyal deviasi, pengurangan sinyal
masukan dengan sinyal umpan balik
Filter: penyaring
Finite position valve: valve dengan dua kondisi, tertutup dan
terbuka
Flapper: bidang pembuka atau penutup aliran
Flowmeter: pengukur aliran
Follower: pasangan cam yang bergerak naik dan turun akibat
putaran cam
Four bar linkage: mekanisme yang terdiri dari empat link
Furnace: pemanas
Hidrolis: aktuator yang digerakkan oleh fluida incompressibel
High pass: lolos tinggi (salah satu metode pemfilteran)
Histerisis: karakteristik alat ukut yang menyatakan perbedaan
antara pengukuran naik dan turun
Impedansi: hambatan dalam
Incompressible: tak mampu tekan (tak bisa dimampatkan)
Infinite position valve: katup dengan variasi bukaan
Inkremen, enkoder inkremen: enkoder yang menghasilkan sinyak
diskrit dan tidak memiliki harga relatif terhadap referensi
Interfacing, interface: perangkat penyesuai sinyal
Inverting: pembalik (0 menjadi 1 atau sebaliknya)
Kinematika: ilmu yang mempelajari gerakan (posisi dan
turunannya terhadap waktu) tanpa mempertimbangkan
gaya-gaya ayang bekerja
Komparator: pembanding
Kompresor: perangkat pembangkit udara bertekanan
Konveyor: mekanisme pengangkut material berjalan
Leadscrew: ulir penggerak
192
Linearity: karakteristik alat ukur untuk menunjukkan hubungan
yang proporsional antara parameter masukan dan keluaran
Loadcell: sel beban, perangkat mekanis sebagai sensor gaya
Loop terbuka, sistem kendali loop terbuka: sistem kendali tanpa
umpan balik
Loop tertutup, sistem kendali loop tertutup: sistem kendali
dengan umpan balik
Low pass: lolos rendah, salah satu metode pemfilteran
LVDT: linear varibale differential transformer, sensor simpangan
ddengan prinsip induksi magnetik
Magnetic read switch: jenis aktuator yang bekerja berdasarkan
prinsip induksi magnetik
Mekatronika: gabungan empat disiplin ilmu yaitu teknik mekanis
(mechanical engineering), teknik elektro (electrical
engineering), teknik komputer (computer engineering), dan
sistem kendali (control engineering)
Measured signal: sinyal terukur
Microvawe, oven microvawe: oven dengan mekanisme pemanasan
berdasarkan interferensi gelombang mikro
Mikrokontroler: sistem kendali berbasisi mikroprosesor
Mikroprosesor: basis kendali meikroelektronik
Multiplekser: perangkat pembagi tugas
Modulasi: metode pengiriman sinyal dengan mengkonversi
menjadi bentuk sinyal bolak-balik
Motor: aktuator pengubah sinyal listrik menjadi gerakan
Motor AC: motor listrik dengan arus bolak-balik
Motor DC: motor listrik dengan arus searah
Motor stepper: motor listrik dengan sinyal masukan berupa pulsa
No return valve: katup satu arah aliran
Nut: pasangan ulit
Operational amplifier: IC penguat daya
Optoisolator: komponen elektronik untuk proteksi, dimana fungsi
switching diaktifkan dengan cahaya
Orifice: pengecilan lubang, semacam nosel
Oven: ruang pemanas
Potensiometer: sensor simpangan dengan mengubah harga tahanan
193
Piezoelektrik: material yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi
simpangan atau sebaliknya
Pilot operated valve: katup dengan parameter luaran yang
digunakan untuk mengatur katup lainnya yang lebih besar
Pirani gage: sensor tekanan untuk penggunaan dibawah 1 atm
Presisi: kemampuan menghasilkan nilai yang sama dalam
pengukuran
Pressure relief valve: katup pembatas tekanan
Propeller: semacam baling-baling untuk menghasilkan gaya dorong
Proteksi: perlindungan
Pulse amplitude modulation: teknik modulasi dimana harga
parameter masukan diwakili oleh amplitudo sinyal bolak-
balik yang dihasilkan
Quick return mechanism: mekanisme four bar linkage dimana
salah satu gerakan komponen slider lebih cepat dari
gerakan lainnya
Rack-pinion: pasangan gigi dimana salah satu gigi bergerak
memutar sedang gigi lainnya bergerak translasi
Range: batas pengukuran
Rantai: chain pasangan sproket, sistem transmisi
Ratchet: mekanisme roda gigi searah dengan sistem pengunci
gerakan balik
Reference signal: sinyal masukan
Relay: jenis aktuator yang menggunakan koil elektromagnetik
untuk aktivasi kontak
Reliability: kehandalan
Resolusi: perubahan inkremen terkecil yang dapat dirasakan oleh
sensor sehingga menunjukkan perubahan pada harga
luarannya
RTD: salah satu sensor temperatur yang menggunakan prinsip
perubahan hambatan
Sensor: bagian sistem kendali yang berhubungan langsung dengan
parameter yang diukur
Silencer: peredam kebisingan
Simulator: pemodelan
Solenoid: aktuator elektris yang berkerja dengan medan
elektromagnetik
194
Solid state switch: switch elektronis
Tabung bourdon: tabung berbentuk lengkung yang digunakan
sebagai komponen sensor tekanan untuk penggunaan diatas
1 atm
Tabung pitot: sensor kecepatan aliran dengan mengukur perbedaan
tekanan
Tachometer: sensor kecepatan putar
Termokopel: sensor temperatur yang menggunakan dua jenis
logam dalam bentuk wire
Termometer: alat ukut temperatur
Thermistor: sensor temperatur dengan mengubah harga hambatan,
terbuat dari oksida logam semikonduktor yang dibungkus
dengan epoksi
Theristor: komponen elektronis untuk proteksi
Timer: pengatur waktu
Transistor: komponen elektronis untuk fungsi penguatan atau
switching
Umpan balik, sinyal umpan balik: sinyal yang dihasilkan oleh
alat ukur (sensor) yang dimasukkan ke dalam komparator
Voltage gain circuit: rangkaian penguat tegangan
Voltage follower: metode penguatan satu
Weighted resistor: DAC dengan menggunakan hambatan bervariasi
sesuai dengan bit yang dikonversi
Wheatstone bridge: rangkain jembatan untuk mengubah hambatan
menjadi tegangan.
195
INDEKS
Absolut 30
Aktuator 1
Akurasi 49
Analog 5
Analog to digital converter 19
Anemometer 43
Armature 28
Arus Eddy 47
Assembler 110
Ball valve 167
Band pass 77
Band stop 77
Bit 20
Break down 128
Bridge circuit 37
Brushless 131
Buffering 90
Butterfly valve 168
Byte 20
Cam 4
Camshaft 6
Central processing unit 100
Clock 83
Complete instruction set computer 103
Compressible 155
Compressibility 174
Connecting rod 120
Counter 85
Cut-off 57
Cycloconverter 138
Data aquisisi 9
Delay 113
Diaphragm valve 169
197
Dielektrika 27
Differential amplifier 17
Digital 5
Displacement 24
Doppler 47
Double crank 119
Double lever mechanism 119
Drift 90
Driver 141
Dual ramp 85
Dummy 81
Edge triggered interrupt 108
EEPROM 100
Elektronika daya 2
Emulator 102
Enkoder 30
EPROM100
Error signal15
Filter76
Finite position valve159
Flapper34
Flash85
Flowmeter42
Follower71
Four bar linkage119
Furnace48
Globe valve163
Harvard Architecture103
Hidrolis 8
High pass77
Histerisis64
Impedansi37
Incompressible157
Inductive proximity switch 56
Induksi22
Infinite position valve162
Inkremen30
198
Instruction pipelining104
Integrated circuit5
Interfacing68
Interupsi100
Inverting68
Ionisasi gage178
Kapasitansi26
Kinematika119
Komparator73
Kompiler110
Kompresor156
Konveyor55
Ladder115
Ladder network88
Leadscrew32
Lever crank119
Linearity
Link119
Linkage119
Loadcell 81
Loop terbuka14
Loop tertutup14
Low pass 77
LVDT19
Magnetic read switch56
Mekatronika 1
Measured signal
Microwave102
Mikrokontroler3
Mikroprosesor 2
Microswitch 56
Multiplekser89
Modulasi90
Motor AC126
Motor DC126
Motor stepper9
NEMA112
199
Network115
No return valve157
Nut32
Offset62
One time programmable105
Operational amplifier 9
Operator AND95
Operator OR96
Operator pembalik 97
Optoisolator 9
Offset null68
Orifice33
Orthogonal instruction set
Oven10
Parallel gate valve165
Pass76
Pengkondisi sinyal 2
Potensiometer9
Poppet valve162
Power supply14
Photoelectric proximity switch 57
Piezoelektrik37
Pilot operated valve169
Pinch valve168
Pitch32
Plug valve166
Presisi 6
Pressure relief valve157
Programmable logic controller 94
PROM100
Propeler45
Proteksi67
Proximity 24
Pulley-belt 118
Pulse amplitude modulation90
Quick return mechanism121
Rack pinnion118
200
RAM100
Ramp85
Range25
Range dinamik61
Rantai118
Ratchet125
Reference signal
Relay9
Reliability14
Reluktansi
Resistor9
Resolusi62
Roda gigi 4
ROM100
RTD19
RVDT28
Sensor1
Servomotor 9
Seebeck52
Self starting136
Series 131
Shunt131
Signal 15
Silencer157
Simulator 102
SPI 107
Spool valve163
Solenoid9
Solid state switch128
Strain gage 26
Successive approximation 85
Swirl44
Switch bounce126
Synthesizer 109
Tabung bourdon180
Tabung pitot42
Tachometer56
201
Thermistor19
Theristor9
Tiga fase136
Timer 6
Transistor9
Turbin46
UART106
Umpan balik12
USART106
Vectored interrupt 108
Velocity 24
Venturi42
Voltage gain circuit69
Voltage follower71
Van Nouman architecture117
Wedge gate valve166
Weighted resistor88
Wheatstone bridge79
202