Anda di halaman 1dari 9

Aviation Security

Aviation Security
TARGET PENGAMANAN
1. Keselamatan pesawat udara
2. Keselamatan awak pesawat
3. Keselamatan penumpang
4. Keselamatan personil di darat
5. Keselamatan pemakaian jasa bandara
6. Keamanan fasilitas penunjang operasi penerbangan
7. Keamanan dan ketertiban lingkungan kerja Bandar udara

PENGENDALIAN KEAMANAN TERHADAP ORANG DAN BARANG YANG DI


ANGKUT PESAWAT UDARA
1. Pemeriksaan penumpang dan bagasi kabin
2. Penumpang transit dan transfer
3. Pemeriksaan orang, personil udara, pegawai, beserta barang bawaan
4. Prosedur pemeriksaan khusus
5. Pengecualian pemeriksaan keamanan
6. Penaganan penumpang yang membawa senjata dan alat-alat berbahaya
7. Penumpang dalam status tahanan, penumpang dalam pengawasan, penumpang
khusus dan penumpang haji
8. Bagasi tercatat
9. Kargo dan pos
10. Pemeriksaan dan pelaporan ( check-in penumpang )

PERLINDUNGAN BANDAR UDARA DAN FASILITAS NAVIGASI PENERBANGAN


1. Pengendalian jalan masuk – persyaratan umum unit penyelenggara Bandar
udara, badan usaha Bandar udara wajib menjamin behwa untuk masuk ke daerah
keamanan terbatas
2. PENGENDALIAN JALAN MASUK ORANG penumpang di izinkan memasuki
daerah keamanan terbatas, daerah steril atau daerah sisi udara apabila mereka
memeliki dan memperlihatkan untuk diperiksa
3. PENGENDALIAN JALAN MASUK – KENDARAAN BERMOTOR kendaraan
bermotor yang diizinkan masuk kedalam keamanan terbatas dan digunakan disisi
udara adalah kendaraan yang memeiliki pas kendaraan yang masih berlaku dan
memenuhi persyaratan beroperasi disisi udara

PERLINDUNGAN BANDAR UDARA, PESAWAT UDARA DAN FASILITAS


NAVIGASI PENERBANGAN
1. Perlindungan pesawat udara tanggung jawab badan usaha angkutan udara yang
mengoperasikan pesawat udara bertanggung jawab atas keamanan pesawat udara
2. Fasilitas nafigasi dan objek vital setiap unit penyelenggara Bandar udara dan
badan usaha Bandar udara wajib melindungi keamanan fasilitas navigasi dan objek
vital

PENGAMANAN BANDAR UDARA


1. Bandar udara adalah suatu daerah tertentu di darat atau di air termasuk gedung-
gedung instalansi peralatan yang berbeda diwilayah tersebut, yang disediakan untuk
melayani kedatangan, keberangkatan, pergerakan lainnya yang dilakukan pesawat
terbang diwilayah tersebut.
PENGAMANAN
1. Pengamanan adalah gabungan upaya dan sumber daya manusia serta material
yang dimaksudkan untuk melindungi obyek tertentu dari tindakan gangguan
melawan hokum
ANCAMAN DALAM PENERBANGAN
1. Pembajakan pesawat udara
2. Sabotase terhadap pesawat udara
3. Sabotase terhadap Bandar udara
4. Teror terhadap Bandar udara
TANGGUNG JAWAB PENGAMANAN
1. Memberikan perlindungan secara menyeluruh
2. Pengawasan dalam batas wilayah kekuasaannya
3. Pemeriksaan terhadap apa yang perlu diperiksa
4. Patroli di daerah yang dianggap rawan pengamanan
5. Melakukan tindakan pencegahan tindak kejahatan
JENIS-JENIS GANGGUAN / TINDAKAN MELAWAN HUKUM DI BANDARA
1. Huru hara, demontrasi
2. Teror terhadap Bandar udara
3. Penyusupan dan sabotase dibandara
4. Sabotase terhadap pesawat udara
5. Pembajakan, atau gangguan lain yang membahayakan keselamatan
penerbangan ( tenak dan layangan )
MELAKUKAN PENGAWASAN / PENGENDALIAN, PENJAGAAN, PENGAMATAN,
PATROLI DIDAERAH BATAS BANDAR UDARA ( PERIMETER )
1. Menjaga instalasi atau bangunan penting seperti : VIP
2. Gedung listrik, tempat penampungan / pompa air, fasilitas alat bantu navigasi
udara ( lampu landasan, stasiun pemancar / penerimaan DVOR, NDB, dll )fasilitas
bahan bakar minyak pesawat udara dan lain-lain
3. Mengumpulkan dan meneruskan / menyebarkan informasi yang berhubungan
dengan masalah pengamanan penerbangan
4. Melakukan penyelidikan kejadian-kejadian / pelanggaran yang terjadi dibandara
udara dan melaporkan kepada komandan / pimpinan suatu pengamanan Bandar
udara / komite Bandar udara
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUNGKINAN TERJADINYA
ANCAMAN DIBANDARA
1. Permasalahan politik yang berkembang di daerah, situasi dan kondisi didalam
maupun sekitar bandara.
2. Masih adanya kelompok-kelompok ekstrim di dalam dan diluar negeri yang
cendrung menggunakan cara-cara terror untuk mencapai tujuannya.
3. Adanya kesenjangan social, kurangnya kesadaran hukum serta rasa memiliki,
cendrung melemahkan daya tangkal masyarakat baik didalam maupun diluar
lingkungan bandara.
4. Belum tuntasnya penguasaan teknologi canggih yang berkembang sangat cepat
dan cendrung menyalah gunakan teknologi tersebut untuk tujuan yang negative.
SISTIM DAN LANGKAH PENGAMANAN
1. Pre emptive adalah melakukan segala usaha kegiatan untuk mengurangi atau
meniadakan kondisi yang kurang menguntungkan dan factor yang mempengaruhi
kemungkinan terjadinya ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan ( AGHT )
2. Preventif adalah melakukan segala usaha pencegahan terhadap segala bentuk
AGHT yang mungkin timbul di wilayah Bandar.
3. SSS
4. Represif adalah melakukan penindakan terhadap AGHT diwilayah bandara sesuai
dengan ketentuan dan hukum yang berlaku.
TUJUAN PELAKSANAAN AVSEC
1. Menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan, keteraturan dan efesiensi
penerbangan sipil dari tindakan melawan hukum.
2. Memberikan perlindungan terhadap awak pesawat udara, penumpang, para
petugas didarat, masyarakat dan instalasi di Bandar udara dan tindakan melawan
hukum.
3. Memberikan perlindungan perusahaan angkutan udara.
4. Memenuhi standar dan rekomendasi internasional.

· PERATURAN PENGAMANAN
· PENERBANGAN SIPIL
· DIKLAT BASIC AVIATION SECURITY
· KANTOR OTORITAS
· BANDAR UDARA WILAYAH II 2012

PERATURAN INTERNASIONAL
ANNEX 17 ICAO
1. Safeguarding
2. International civil
3. Aviation against acts
4. Of uniawful interference
5. Document 8973 security manual
6. Annex 18 ICAO the safe
7. Transfor of dangerous goods by air
8. Docent 9284 – AN / 905 : technical instruction
PERATURAN NASIONAL
1. UU 2 tahun 1976 tentang ratifikasi konvensi ICAO ( Tokyo 63 ; the hague 70 ;
montreal 71* )
2. UU 4 tahun 1976 tentang penambahan pasal-pasal kejahatan penerbangan pada
KHUP
3. UU 1 tahun 2009 tentang penerbangan (revisi UU 15 1992)
4. PP 3 tahun 2001 tentang keamanan dan keseslamatan penerbangan
5. KM 09 tahun 2010 tentang program keamanan penerbangan nasional
6. KM 25 tahun 2005 tentang SNI standar pemeriksaan penumpang dan barang
yang di angkut pesawat udara dibandar udara sebagai standar wajib
PERATURAN NASIONAL
1. SKEP / 2765 / XII / 2010 tentang cara pemeriksaan keamanan penumpang.
Personil pesawat udara dan barang diangkut dengan pesawat udara dan orang
perseoragan.
2. SKEP / 69 / II / 2011 tentang petunjuk dan tata cara pengawasan keamanan
penerbangan (quality control).
3. Skep / 161 / VIII / 2008 tentang penyempurnaan atas
4. Skep / 252 / XII / 2005 program nasional pendidikan dan pelatihan personil
pengamanan penerbangan.
5. Skep / 160 / VIII / 2008 tentang sertifikat kecakapan personil pengamana
penerbangan.
6. Skep / 95 / IV / 2008 : JUKNIS penanganan petugas pengamanan dalam
penerbangan (in-flight security officer / air marshal) pesawat udara niaga berjadwal
asing.
7. Skep / 43 / III / 2007 tentang penanganan barang bawahan bentuk cairan, gas
dan jeli yang dibawa penumpang kedalam kabin pesawat pada penerbangan
internasional
8. Skep / 100 / VII 2013 tentang juknis penanganan penumpang pesawat udara sipil
yang membewa senjata api beserta peluru dan tata cara pengamanan pengawalan
tahanan dalam penerbangan sipil.
9. CASR 92 safe transfort of dangerous good by air
10. KM 16 tentang penggangkutan bahan dan / atau barang berbahaya dengan
pesawat udara
11. Peraturan direktur jendral perhubungan udara : KP 152 tahun 2012 tentang
pengamanan kargo dan pos yang diangkut dengan pesawat udara.
12. Skep / 255 / IV / 2011 tentang pemeriksaan keamanan kargo dan pos yang
diangkut dengan pesawat udara (regulated agent) NVA diganti dengan KP. 152
tahun 2012
13. Skep / 293 / XI / 1999 tentang sertifikat kecakapan petugas penanganan
pengangkutan bahan dan atau barang berbahaya dengan pesawat udara
14. Skep / 275 / XII / 1998 tentang pengangkutan bahan dan atau barang berbahaya
dengan pesawat udara.

UNDANG-UNDANG NO.2 TAHUN 1976 TENTAN PENGESAHAN KONVENSI


TOKYO 1963, KONVENSI THE HOQUE 1971
1. Tokyo convention 1963 offences and certain other acts committed board aircraft
Berkaitan dengan,
Tindakan yang membahayakan keselamatan pesawat udara, seseorang, harta
benda atau yang membahayakan ketertiban dan disiplin dalam pesawat udara,
kewengan PIC.
2. The haque convention 1970 the suppression of unlawful seizure of aircraft
Berkaitan dengan,
Tindakan melawan hokum dengan paksaan dengan bentuk lain berupa intimediasi,
merampas atau melakukan kendali atas pesawat udara.
MONTREAL CONVENTION THE SUPPESSION OF UNLAWFUL ACTS AGAINST
THE SAFETY OF CIVIL AVIATION
Berkaitan dengan :
Tindakan melawan hukum yang terkaitan dengan pesawat udara yang sedang
dalam penerbangan / dinas dan juga pengerusukan fasilitas navigasi udara ataupun
penyampaian informasi palsu.
BELUM DIRATIFIKASI
1. Monteral protocol 1988 (suplemenkonvensi monteral 1971)
THE SUPPERSSION OF UNL-AWFULA ACTSOFVIOLENCE AT AIRFORT
SERVISING INTERNATIONAL AVIATION
Berkaitan dengan :
Tindakan kekerasan melawan hokum dibandar udara internasional terhadap orang,
fasilitas plesawat udara atau gangguan pelayanan.

MONTREAL CONVENTION
THE MARKING OF PLASTIC EXPLOSSIVES FOR THE PURPOSE OF
DETECTION
Berkaitan dengan:
Pemberian tanda / sifat pada peledakan pelastik untuk memudahkan pendeteksian
UU no 1 tahun 2009
1. Setiap personil Bandar udara wajib memiliki lisence atau sertifikat konfetensi
2. Personil Bandar udara yang terkait langsung dengan pelaksanaan pengoperasian
dan atau pemeliharaan pasilitas Bandar udara wajib memiliki lisence yang sah dan
masih berlaku
3. Lisence sebagaimana dimaksud diberikan oleh mentri setelah memenuhi
persyaratan
a. Administrative
b. Sehat jasmani dan rohani
c. Memiliki sertifikat konfetensi dibidangnya dan
d. Lulus ujian
4. Sertifikat konfetensi sebagai mana dimaksud diperoleh melalui pendidikan dan
atau pelatihan yang diselenggarakan lembaga yang telah diakreditasi oleh mentri
atau (pasal 22)
5. Mentri bertanggung jawab terhadap keamanan penerbangan nasional (pasal 323)
(1)
6. Untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai mana dimaksud pada ayat (ayat 1)
mentri berwenang untuk
a. Membentuk komite nasional keamanan penerbangan
b. Menetapkan program keamanan penerbangan nasional
c. Mengawasi pengawasan program keamanan penerbangan nasional (pasal 323)
(2)
7. Bandara atau unit penyelenggara bandara wajib membuat,
melaksanakan,mengevaluasi, dan mengembangkan program keamanan bandara
disetiap bandara dengan berpedoman pada program keamanan penerbangan
nasional atau PS 327(I)
8. Program keamanan bandara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disahkan oleh
mentri PS (327) (2)
9. Untuk melaksanakan tanggung jawab terhadap pengawasan dan pengendalian
program keamanan bandara, otoritas bandara atau unit penyelenggara bandara
membentuk komite keamanan bandara (PS) (328) (1)
10. Setiap badan usaha angkutan bandara wajib membuat, melaksanakan,
mengepaluasi dan mengembangkan program keamanan penerbangan nasional (PS)
(329) (1)
11. Badan usaha angkutan udara bertanggung jawab terhadap keamanan
pengoperasian pesawat udara dibandara dan selama terbang (Ps 340)(1)
12. Penempatan petugas keamanan dalam penerbangan pada pesawat udara niaga
berjadwal asing dari dan kewilayah republic Indonesia hanya dapat dilaksanakan
berdasarkan perjanjian bilateral (PS 341)
13. Dalam hal melawan hokum sebagaimana dimaksuddalam pasal 344 huruf a dan
huruf b, materi berkoordinasi serta menyerahkan tugas dan komando
penanggulangannya kepada intitusi yang tugas dan bidang tanggung jawabnya
dibidang keamanan (PS 346)

UU NOMOR 1 TAHUN 2009 PASAL 334


1. Orang perseorangan, kargo dan pos yang akan memasuki daerah atau tiket
pesawat udara bagi penumpang pesawat udara dan dilakukan pemeriksaan
keamanan.
2. Keamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh petugas yang
berkopeten dibidang keamanan penerbangan.

UU NOMOR 1 TAHUN 2009 PASAL 335


1. Terhadap penumpang, personil pesawat udara bagasi kargo, dan pos yang akan
diangkut harus dilakukan pemeriksaan dan memenuhi persyaratan keamanan
penerbangan.

UU NOMOR 1 TAHUN 2009 PASAL 336


1. Kantong diplomatic tidak boleh diperiksakan, kecuali atas permintaan dari instansi
yang berwenang di bidang hubungan negeri dan pertahanan.

UU NOMOR 1 TAHUN 2009 PASAL 335


1. Penumpang pesawat udara yang membawa senjata wajib meleporkan dan
menyerahkannya kepada badan usaha angkutan udara yang akan mengangkut
penumpang tersebut.
2. Badan usaha angkutan udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung
jawab atas keamanan senjata yang diterima sampai dengan diserahkan kembali
kepada pemiliknya dibandara tujuan.

UU NOMOR 1 TAHUN 2009 PASAL 334


1. Setiap orang dilarang melakukan tindakan melawan hukum (Acts of unlawful
interference ) yang membahayakan keselamatan penerbangan dan angkutan udara
berupa :
a. Menguasai secara tidak sah pesawat udara yang sedang atay yang sedang
didarat.
b. Menyandara orang didalam pesawat udara, atau dibandara,
c. Masuk kedalam pesawat udara, daerah keamanan terbatas bandara, atau wilayah
fasilitas aeronautika secara tidak sah.
d. Membawa senjata, barang dan peralatan berbaya, atau BOM kedalam pesawat
udara atau bandara tanpa ijin,
e. Menyampaikan informasi palsu yang membahayakan keselamatan penerbangan.

UU NOMOR 1 TAHUN 2009 PASAL ketentuan pidana


1. Setiap orang berada didaerah tertentu dibandara tanpa memperoleh ijin dari
OTORITAS bandara dipidana dengan penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp. 100.000.000.00 (seratus juta ruoiah)(PS 421 (1))

UU NOMOR 1 TAHUN 2009


1. Personil bandara yang mengoperasikan dan / memelihara fasilitas bandara tanpa
memiliki lisensi atau sertifikat kopetensi dipidana penjara paling lama 1 tahun atau
denda paling banyakRp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) (PS 423)
2. Setiap orang memasuki daerah keamanan terbatas tanpa memiliki ijin masuk
daerah terbatas atau tiket pesawat udara, dipidana dengan denda penjara palinga
lama 1 tahun, denda paling banyak Rp. 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah )(PS
432).

Anda mungkin juga menyukai