Anda di halaman 1dari 80

TUGAS

PERSONEL KEAMANAN
BANDARA
Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti materi ini siswa/peserta diharapkan:

Mengerti dan memahami tugas dari personel


keamanan penerbangan dalam melaksanakan
tugas dan tanggungjawabnya
Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti materi ini siswa/peserta diharapkan:

Dapat menjelaskan serta melaksanakan tugas dari


personel keamanan penerbangan berdasarkan
pada SOP dan regulasi yang berlaku/ada
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional

1. ICAO (International Civil Aviation Organization) Adalah


Organisasi yang mengatur operasional penerbangan sipil
internasional;

2. IATA (International Air Transport Association) adalah


Asosiasi pengangkutan udara internasional
Konvensi – Konvensi ICAO
1. Konvensi Tokyo Tahun 1963 : Tentang Kejahatan dan kejadian
tertentu lain di pesawat terbang;
2. Konvensi Hague 1970 : Pemberantasan Tindak melawan hukum di
dalam pesawat udara
3. Konvensi Montreal 1971 : Konvensi Montreal tentang
Pemberantasan Tindakan Melawan Hukum terhadap Keselamatan
Penerbangan Sipil
4. Protocol Montreal 1988: Pemberantasan Tindakan Melawan Hukum
Kekerasan di Bandara Melayani Penerbangan Sipil Internasional
5. Konvensi Montreal 1991 : Penandaan Bahan Peledak Plastik untuk
Tujuan Deteksi, Montreal – 1991
ANNEX 17
• 2.1.1 Each Contracting State shall have as its primary
objective the safety of passengers, crew, ground
personnel and the general public in all matters related
to safeguarding against acts of unlawful interference with
civil aviation.
(Setiap Negara anggota ICAO wajib mengutamakan
keselamatan penumpang, awak pesawat, petugas di darat
dan masyarakat terkait dari terjadinya tindakan melawan
hukum dalam penerbangan sipil).
• 2.1.2 Each Contracting State shall establish an organization
and develop and implement regulations, practices and
procedures to safeguard civil aviation against acts of unlawful
interference taking into account the safety, regularity and
efficiency of flights.
(Setiap Negara Anggota wajib membentuk suatu organisasi,
menyiapkan dan melaksanakan peraturan dengan suatu prosedur
untuk melindungi penerbangan sipil dari tindak gangguan melawan
hukum dengan memperhatikan keselamatan, keteraturan dan efisiensi
penerbangan)
 2.1.3 Each Contracting State shall ensure that such an
organization and such regulations, practices and procedures:
a) protect the safety of passengers, crew, ground personnel
and the general public in all matters related to safeguarding
against acts of unlawful interference with civil aviation; and
(Melindungi keselamatan penumpang,awak pesawat ,personel
didarat dan masyarakat umum dari tindakan melawan hukum
dalam
penerbangan) dan
b) are capable of responding rapidly to meet any
increased security threat.
(mampu bereaksi/menanggapi dengan cepat setiap
kejadian/ancaman meningkat)
Organisasi Keamanan Penerbangan di Indonesia
• Direktorat Jenderal Perhubungan Udara adalah Instansi yang
bertanggung jawab mengatur operasionaL penerbangan sipil di
Indonesia;
• Direktur Jenderal Perhubungan Udara adalah Pejabat yang ditunjuk
untuk memimpin Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
• Komite Keamanan Penerbangan Nasional adalah organisasi yang
dibentuk dan ditetapkan oleh Menteri Perhubungan dan mempunyai
masa tugas selama 5 tahun diketuai oleh Direktur Jenderal
Perhubungan Udara
• Komite Keamanan Bandar Udara adalah organisasi yang dibentuk
dan ditetapkan oleh Kepala Kantor Bandar Udara dan di ketuai oleh
Kepala Kantor Bandar Udara;
• Komite Keamanan Penerbangan Nasional wajib melakukan
pertemuan secara rutin minimal 2 kali dalam setahun;
• Komite Keamanan Bandar Udara wajib melakukan pertemuan secara
rutin minimal 4 kali dalam setahun.
Keadaan Darurat Keamanan Penerbangan
1.Bandar Udara dalam kondisi keamanan Normal/Hijau,
Komando pengendali Keamanan Bandar Udara adalah Kepala
Bandara /General Manager Bandar Udara;
2.Bandar Udara dalam kondisi keamanan Rawan/Kuning,
Komando pengendali Keamanan Bandar Udara adalah Kepala
Bandar Udara atau General Manager Bandar Udara dan di
koordinasikan dengan Kepolisian setempat;
3.Bandar Udara dalam kondisi keamanan Darurat/Merah,
Komando Penanganan Keadaan Darurat adalah Kepala Kepolisian
setempat;
4.Bandar Udara “enclave sipil” (Pangkalan Militer yang
dipergunakan untuk aktivitas penerbangan sipil/
komersial) dalam kondisi keamanan Darurat/ Merah
Komando Penanganan Keadaan darurat adalah Komandan
Pangkalan setempat.
5. Kondisi rawan (kondisi kuning) merupakan kondisi
keamanan penmerbangan dimana diperlukan
peningkatan keamanan, kewaspadaan dan kesiagaan
pada saat :
a. Terdapat informasi ancaman dari sumber yang perlu dilakukan
penilaian ancaman lebih lanjut.
b. Terjadi gangguan keamanan atau tindakan melawan hokum
yang berpotensi mengganggu keamanan penerbangan.
6. Kondisi darurat (kondisi merah) merupakan kondisi
keamanan penerbangan pada saat :
a. Ancaman yang membahayakan keamanan penerbangan
berdasarkan penilaian positif terjadi terhadap pesawat
udara, Bandar udara, dan pelayanan navigasi penerbangan;
b. Terjadinya tindak melawan hokum berupa ancaman bom,
pembajakan, sabotase dan penyerangan yang
membahayakan keamanan penerbangan,Bandar dara dan
pelayanan navigasi penerbangan.
7. Dalam kondisi rawan (kondisi kuning) Komando
Penanggulangan keadaan darurat Keamanan
Penerbangan berada pada Direktur Jenderal selaku Ketua
Pusat Komando dan Pengendalian Nasional (National
Command and Control Centre/ NCCC).
8. Dalam kondisi darurat (kondisi merah) Direktur
Jenderal selaku Ketua Pusat Komando dan
Pengendalian Nasional (National Command and
Control Centre/ NCCC) menyerahkan Komando
Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan
Penerbangan kepada Panglima TNI.
Definisi
• Daerah Keamanan Terbatas, adalah daerah-daerah di dalam
dan diluar bandara yang digunakan untuk kepentingan keamanan
penerbangan, penyelenggaraan Bandar udara dan kepentingan
lainnya dan untuk masuk daerah tersebut dilakukan pemeriksaan
seseuai ketentuan yang berlaku;
• Daerah Steril, adalah daerah tertentu di dalam daerah
keamanan terbatas yang diperuntukan bagi penumpang yang
akan naik pesawat udara setelah dilakukan pemeriksaan
keamanan kedua;
• Daerah Terbatas, daerah tertentu di Bandar udara dimana
penumpang/ non penumpang memiliki akses masuk dengan
persyaratan tertentu
• Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang
memberikan perlindungan kepada penerbangan dari tindakan
melawan hokum melalui keterpaduan sumberdaya manusia,
fasilitas dan prosedur;
• Pengamanan, adalah gabungan sumberdaya manusia, fasilitas,
material dan prosedur yang ditujukan untuk mencegah terjadinya
tindak melawan hokum dalam penerbangan;
• Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan
terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan
wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara,
navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas
umum lainnya.
• Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara,
angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan
keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan
fasilitas umum lainnya.
• Program Keamanan Penerbangan Nasional adalah dokumen
tertulis yang memuat peraturan, prosedur dan langkah-langkah
pengamanan yang diambil untuk melindungi penerbangan dari
tindakan melawan hokum
• Tujuan Program Keamanan Penerbangan Nasional, untuk
melindungi keselamatan, keteraturan dan efisiensi penerbangan
di Indonesia melalui pemberian regulasi, standard an prosedur
serta perlindungan yang diperlukan bagi penumpang, awak
pesawat, personel di darat dan masyarakat dari tindakan
melawan hukum
• Sabotase adalah suatu tindakan pengrusakan atau penghilangan
terhadap harta benda yang dapat mengancam atau menyebabkan
terjadinya tindakan melawan hokum dalam penerbangan dan
fasilitasnya
• Security Control : Tindakan untuk mencegah terbawanya senjata,
bahan peledak atau alat berbahaya lain dan/atau barang/bahan
berbahaya yang dapat dipergunakan untuk melakukan tindak
melawan hokum dan/atau membahayakan keselamatan
penerbangan;
• Security Screening : penerapan suatu teknik atau cara lain untuk
mengenali atau mengidentifikasi atas barang yang dilarang yang
dapat dipergunakan untuk melakukan tindak melawan hukum
• Senjata adalah sesuatu benda yang dapat dipergunakan untuk
melukai, menakut-nakuti, mencederai, membunuh dan/atau
memusnahkan;
• Barang Berbahaya : barang/ bahan yang dapat membahayakan
kesehatan, keselamatan jiwa dan harta benda serta keamanan dan
keselamatan penerbangan;
• Audit adalah pemeriksaan terjadwal, sistematis dan mendalam
terhadapmprosedur, fasilitas, personel dan dokumentasi organisasi
penyedia jasa penerbangan untuk mengetahui tingkat kepatuhan
terhadap peraturan;
• Inspeksi adalah pemeriksaan penerapan suatu atau lebih langkah-
langkah danprosedur keamanan untuk menentukan effektivitas
keamanan penerbangan;
• Survey adalah evaluasi kebutuhan keamanan termasuk identifikasi
terhadap kerentaan yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan
tindakan melawan hokum dan rekomendasi terhadap tindakan
korektif;
• Pengujian (test) adalah pengujian terhadap kemampuan kinerja
personel, prosedur, fasilitas keamanan dan daerah yang
diidentifikasikan rawan dengan simulasi tindakan melawan hukum.
• Pemeriksaan keamanan pesawat udara (aircraft security
check) adalah pemeriksaan bagian dalam pesawat udara yang
dapat dicapai oleh penumpang dan pemeriksaan tempat
penyimpanan untuk menemukan barang yang mencurigakan atau
dilarang (prohibited items) ;
• Penyisiran keamanan pesawat udara (Aircraft Security
Search) adalah pemeriksaan menyeluruh pada bagian luar dan
dalam pesawat udara dengan maksud untuk menemukan barang
yang mencurigakan atau barang yang dilarang (prohibited items)
• Bagasi Tercatat adalah barang penumpang yang diserahkan
kepada pengangkut untuk diangkut dengan pesawsat udara yang
sama;
• Bagasi Kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan
dalam pengawasan penumpang itu sendiri;
• Alat Peledak (explosive materials) adalah alat yang dipicu dan
dapat meledak;
• Barang dilarang (Prohibited Items) adalah barang yang dapat
digunakan untuk melumpuhkan, melukai dan menghilangkan
nyawa orang lain serta untuk melakukan tindaK melawan hukum
yang meliputi alat peledak, barang berbahaya, alat alat berbahaya
dan senjata;
• Security Items adalah senjata atau alat berbahaya yang
dilarang dibawa ke dalam kabin pesawat udara dan hanya
diijinkan sebagai bagasi tercatat atau disimpan dalam kotak
khusus (security items box) yang cukup kuat dan terkunci;
• Alat berbahaya (Dangerous Articles) adalah Alat atau
benda tumpul yang dapat digunakan untuk mengancam,
mencederai, melumpuhkan dan membuat orang tidak berdaya
• Tujuan Penerbangan : Tertib, teratur, selamat,
aman dan nyaman
• Semboyan Kementerian Perhubungan : 3 S + 1C :
Safety, Security, Service dan Compliance
Personel/Petugas
Keamanan Penerbangan Bandara (AVSEC)
Perlukah personel keamanan Bandara di dunia
penerbangan? AVSEC atau Aviation Security adalah personel yang bertugas untuk mengamankan
penumpang dan bagasi dimana AVSEC bukan security biasa pada umumnya seperti satpam, security
mall atau security bank melainkan dibekali pendidikan dan pelatihan serta memiliki lisensi atau Surat
Tanda Kecakapan Khusus (STKP).
PM 51 Tahun 2020/KM 211 Tahun 2020 Tentang-Program
Keamanan Penerbangan Nasional :
Tujuan Program Keamanan Penerbangan Nasional adalah :
a. untuk melindungi keselamatan, keteraturan dan efisiensi penerbangan
di Indonesia melalui pemberian regulasi, standar dan prosedur serta
perlindungan yang diperlukan bagi penumpang, awak pesawat udara,
personel di darat dan masyarakat dari tindakan melawan hukum;
b. untuk menjamin keamanan operasional pesawat udara yang terdaftar
atau beroperasi di Indonesia yang melayani penerbangan internasional
maupun domestik;
c. untuk melindungi operasional penerbangan domestik dari tindakan
melawan hukum, berdasarkan penilaian resiko keamanan yang dilakukan
oleh Direktur Jenderal dan/atau berdasarkan sistem keamanan Bandar
Udara ;
d. untuk mempertahankan tingkat keamanan Bandar Udara dan angkutan
udara yang memberikan pelayanan penerbangan di Indonesia; dan
e. memenuhi standar dan rekomendasi praktis internasional yang dimuat
dalam Annex 17 dari Konvensi Chicago (1944) dan yang terkait
dengan keamanan penerbangan dalam ICAO Annex lainnya.
Pembagian Daerah Keamanan di Bandar Udara :
a) Daerah Keamanan Terbatas;
b) Daerah Steril;
c) Daerah Sisi Darat;
d) Daerah Terkendali

• Orang yang dapat masuk ke Daerah Keamanan Terbatas adalah Calon


penumpang yang memiliki dokumen perjalanan angkutan udara, orang
perseorangan, personel pesawat udara dan pegawai/ karyawan yang
memiliki izin masuk.
• Setiap orang yang dapat masuk ke Daerah Keamanan Terbatas Harus
dilakukan pemeriksaan terhadap dokumen perjalanan angkutan udara bagi
calon penumpang, dan tanda izin masuk bagi orang perseorangan, personel
pesawat udara dan pegawai/karyawan;
• Izin masuk ke Daerah Keamanan Terbatas dimaksud diatas dapat dalam
bentuk :
a. Dokumen perjalanan (tiket yg berlaku dan sesuai identitas pemiliknya)
b. PAS Bandara untuk Orang dan Kendaraan;
c. kartu identitas penerbang dan personel kabin (ID card crew); dan
d. Tanda pengenal inspektur penerbangan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara
Skep/2765/XII/2010, Tata Cara Pemeriksaan Keamanan Penumpang, Awak
Pesawat dan Barang Bawaan yang akan diangkut Pesawat Udara dan Orang
Perseorangan
Konsep Pemeriksaan di SCP (Security Check Point) :
• Boarding Gate Plan : Pemeriksaan dilakukan di pintu masuk pesawat
• Holding Gate Plan : Prosedur Pemeriksaan dilakukan di setiap pintu
masuk ruang tunggu
• Concourse Plan : Pemeriksaan dilakukan secara sentralisasi
atau terpusat untuk masuk ke beberapa
ruang tunggu
• Jumlah personel di setiap SCP : 6 (enam) personel dengan 5 (lima)
posisi tugas
• Jumlah personel di SCP sesuai dengan tipe :
• Tipe A : 5 orang, Tipe B : 4 orang dan Tipe C : 3 orang
Posisi Tugas Petugas Avsec Bandara di Security Check Point (SCP) :
• PLPB / Flow Controller : bertanggung jawab memeriksa dokumen
perjalanan, pas bandara dan mengatur penempatan tas/ bagasi di
conveyor mesin X Ray
• Operator X Ray : bertanggung jawab mengidentifikasi isi sebuah tas
dengan tidak perlu membuka dan menginformasikan kpd petugas
pemeriksa manual bagasi bila diketahui ada barang yang mencurigakan;
• Petugas Body Search : melakukan pemeriksaan secara manual terhadap
penumpang bila melalui WTMD menimbulkan alarm;
• Petugas Pemeriksa Manual Bagasi : memeriksa secara manual terhadap
tas/ bagasi penumpang setelah mendapat informasi dari petugas
Operator X Ray;
• Supervisor : bertanggung jawab mengendalikan operasional personel
Avsec di semua posisi di SCP dan menyelesaikan segala permasalahan
yang terjadi di SCP;
Mesin X ray :
Untuk mendapatkan hasil monitor yang baik :
• Barang/ bagasi diletakkan ditengah-tengah conveyor X Ray
• Barang/ bagasi diatur dengan jarak antara 20 – 30 cm
• Barang/ bagasi tidak tumpang tindih;
• Penempatan di conveyor dengan salah satu sisi tas/ barang bagasi
tertidur
Monitor X Ray terdiri :
• Hitam Putih untuk melihat bentuk benda
• Berwarna untuk melihat dari bahan apa benda dibuat
Warna pada monitor X Ray :
• Orange : Organik (ada unsur kehidupan)
• Biru : Inorganik (tidak ada unsur kehidupan/ alam)
• Hijau : campuran organic dan inorganic atau karena kepadatan unsur
benda
Walk Through Metal Detector (WTMD) dan Hand Held Metal Detector
(HHMD)
• Alat yang dipergunakan untuk mendeteksi segala macam benda dengan
unsur logam yang kemungkinan masih dibawa penumpang pada saat
akan memasuki daerah keamanan terbatas dan/atau daerah steril
• Sistem kerja WTMD dan HHMD adalah Elektromagnetic
• Prosedur pemeriksaan/ Body Search dengan HHMD adalah :
• Pemeriksaan dilakukan searah jarum jam
• Tidak menyentuh badan yang diperiksa
• HHMD harus dicoba terlebih dahulu sebelum dipergunakan
• Jarak antara mesin X Ray dgn WTMD untuk “satu lajur” pemeriksaan: 50
cm
• Jarak antara WTMD dgn WTMD untuk “dua lajur” pemeriksaan : 60 cm
• Prosedur pemeriksaan Diplomatic:Tas diplomatic/ Diplomatic Pounch
tidak diperiksa.
PEMERIKSAAN PENUMPANG, PERSONEL PESAWAT
UDARA
DAN BAWAAN DAN ORANG PERSEORANGAN
Pasal 2
(1) Setiap penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan yang
memasuki daerah keamanan terbatas harus mempunyai izin masuk
yang berlaku.
(2) Setiap penumpang, personel pesawat udara dan orang
perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta barang
bawaan harus dilakukan pemeriksaan keamanan.
Pasal 3
Izin masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berupa :
a. Tiket penumpang atau pas masuk pesawat udara (boarding pass) sesuai
dengan identitas diri yang sah;
b. Pas bandar udara;
c. Identitas penerbang dan personel kabin (Crew ID Card); atau
d. Tanda pengenal inspektor penerbangan Direktorat Jenderal.
Pasal 4
(Personil Keamanan Penerbangan )
Cukup jelas a/l
a. Avsec bandara (avsec); b. Avsec. Airline; c. Perusahaan lain .
(O.S ),R.A dst
Pasal. 5
1) Pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2), dilakukan oleh personel Keamanan bandar udara.
2) Personel keamanan bandar udara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), harus memastikan penumpang, personel pesawat udara
dan barang bawaan dan orang perseorangan yang memasuki
daerah keamanan terbatas dan/atau ruang tunggu tidak membawa
barang dilarang (prohibited items) yang dapat digunakan untuk
melakukan tindakan melawan hukum.
3) Pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan di tempat pemeriksaan keamanan (SecurityCheck
Point).
Pasal. 6
Personel keamanan bandar udara wajib menolak setiap penumpang,
personel pesawat udara dan orang perseorangan serta barang bawaan
untuk memasuki daerah keamanan terbatas dan/atau ruang tunggu,
apabila tidak memiliki izin masuk dan/atau menolak untuk diperiksa
Pasal .7
Tempat pemeriksaan keamanan (Security Check Point/SCP) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), dibagi 2 (dua) area yaitu :
a. Tempat pemeriksaan keamanan pertama (Security Check Point/SCP-
1) di Daerah Keamanan Terbatas;
b. Tempat pemeriksaan keamanan kedua (Security Check Point /SCP-2) di
daerah pintu masuk menuju ruang tunggu.
Pasal 8
1) Tempat pemeriksaan keamanan pertama (Security Check
Point/SCP- 1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a,
terletak pada pintu masuk menuju daerah sekitar tempat pelaporan
keberangkatan /C-in counter
2) Setiap tempat pemeriksaan keamanan pertama (Security Check
Point/SCP-1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki
sekurang-kurangnya 1 (satu) jalur pemeriksaan.
3) Jalur pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang
menggunakan peralatan keamanan penerbangan harus mempunyai
peralatan keamanan paling sedikit meliputi : mesin x-ray, HHMD,
WTMD.
Pasal. 12
Setiap tempat pemeriksaan keamanan kedua (Security Check Point/SCP-
2) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, harus tersedia :
a. Tempat tertutup untuk pemeriksaan khusus;
b. kotak transparan dan terkunci untuk menyimpan barang dilarang
Pasal 13
Ruang tunggu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, yang :
a. digunakan secara terus-menerus harus dilakukan penyisiran
keamanan sekurang kurangnya 1(satu) kali dalam 24 (dua puluh
empat) jam;
b. Tidak digunakan secara terus-menerus harus dilakukan penyisiran
keamanan sebelum dioperasikan.
Pasal. 15
1) Personel keamanan bandar udara wajib menolak penumpang,
personel pesawat udara dan orang perseorangan serta barang bawaan
yang memasuki ruang tunggu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14,
apabila tidak memiliki izin masuk dan/atau menolak untuk diperiksa.
2) Penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan serta
barang bawaan yang tidak memiliki izin masuk dan/atau menolak
untuk diperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), telah berada di
ruang tunggu, personel keamanan bandar udara harus
mengeluarkanya dan memeriksa ulang seluruh penumpang serta
memastikan keamanan ruang tunggu.
Pasal 18
(2) Jalur ke atau dari daerah keamanan terbatas dan ruang tunggu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya digunakan untuk
kepentingan operasional bandar udara dan jika tidak dipergunakan
harus dikunci dan/atau dijaga.
PERSONEL KEAMANAN DAN PROSEDUR
PEMERIKSAAN KEAMANAN BANDAR UDARA
Pasal 20
(1) Personel keamanan bandar udara yang melakukan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), dalam satu jalur
pemeriksaan,beranggotakan sesuai dengan ketentuan sbg berikut:
a.Tipe A,
untuk jumlah penumpang lebih dari 1000 (seribu) orang per
hari,min.5 (lima) orang personel keamanan.
b. Tipe B,
untuk jumlah penumpang dari 500 (lima ratus) s /d 1000 (seribu)
orang /hari, min.4 (empat) orang
c. Tipe C,
untuk jumlah penumpang kurang dari 500 (lima ratus) orang / hari,
min.3 (tiga) orang personil keamanan.
Pasal 21
(1) Unit penyelenggara bandar udara dan badan usaha bandar udara wajib
menunjuk personel keamanan bandar udara sebagai Pengawas
(supervisor).
(2) Pengawas (supervisor) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
mengatur serta mengawasi personel keamanan bandar udara dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Pasal 22
Personel keamanan bandar udara pada jalur pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, melaksanakan tugas sebagai berikut :
a. Pengatur arus masuk penumpang, personel pesawat udara dan orang
perseorangan serta barang bawaan;
b. Operator mesin x-ray;
c. Pemeriksa bagasi; dan
d. Pemeriksa penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan
dan barang bawaan.
Pasal 23
Personel keamanan bandar udara yang bertugas sebagai pengatur arus
masuk penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan serta
barang bawaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, melakukan
kegiatan :
a. memeriksa izin masuk ke daerah keamanan terbatas dan ruang tunggu;
b. mengatur, memeriksa dan mengarahkan serta memastikan,antara lain :
1. bagasi atau barang bawaan yang ditempatkan pada conveyor beltmesin
X-ray pada posisi yang tepat
2. mantel, jaket, topi, ikat pinggang, ponsel, jam tangan, kunci dan
barang-2 yang mengandung unsur logam diperiksa melalui x-ray;
3. termasuk laptop dan barang elektronik lainnya
4. semua cairan, aerosol dan gel diperiksa melalui mesin x-ray;
P asal 24
(1) Personel keamanan bandar udara yang bertugas sebagai operator mesin
x-ray sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b, melakukan
kegiatan identifikasi tampilan bagasi atau barang bawaan dilayar
monitor untuk dikategorikan aman, mencurigakan atau berbahaya.
Pasal 25
(1) Personel keamanan bandar udara yang bertugas memeriksa bagasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf c, melakukan pemeriksaan
bagasi yang dikategori mencurigakan oleh operator mesin x-ray.
langkah pemeriksaan a/l :
a. memastikan kepemilikan bagasi atau barang bawaan;
b. memerintahkan pemilik untuk membuka bagasi dengan
memperhatikan reaksi dari pemilik;
c. melakukan pemeriksaan bagasi dgn seijin dan
disaksikan pemilik;
Pasal 26
(1)Pemeriksaan bagasi dan barang bawaan yang berupa perangkat elektronik
yang tidak diperiksa melalui mesin x-ray harus dilakukan pemeriksaan
secara manual dengan langkah-langkah antara lain :
a. pemilik menghidupkan perangkat elektronik tsb
b. pemilik mengoperasikan perangkat elekt. tsb
c. personel keamanan mengawasi dan melihat hasil pemeriksaan dari
perangkat tersebut.
Pasal 27
Personel keamanan bandar udara yang melakukan pemeriksaan bagasi, harus:
a. Memastikan hasil pemeriksaan aman; dan
b. Tidak boleh meninggalkan bagasi yang dicurigai sampai proses
pemeriksaan selesai.
Pasal 28
1) Personel keamanan yang memeriksa bagasi tercatat harus memasang
label security check setelah selesai pemeriksaan dan di nyatakan aman
2) Label security check sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus .......
(memenuhi ketentuan)

Pasal 29
1) Bagasi tercatat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) yang label
security checknya rusak, wajib dilakukan pemeriksaan ulang melalui
mesin x-ray.
2) Badan usaha angkutan udara harus :
a. memastikan bagasi tercatat terpasang label security check dalam
kondisi utuh; dan
b. menolak bagasi tercatat yang label security heck kondisi rusak atau
tidak terpasang.
Pasal 31
(1) Petugas keamanan bandar udara yang bertugas memeriksa
penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan serta barang
bawaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d, melakukan kegiatan
pemeriksaan, antara lain:
a. apabila alarm gawang detektor logam (Walk Through Metal
Detector / WTMD) berbunyi, dilakukan langkah-langkah :
1) meminta penumpang untuk mengulang kembali pemeriksaan melalui
gawang detektor logam (Walk Through Metal Detector /WTMD) setelah
mengeluarkan dan meletakan sepatu dan benda yang mengandung unsur
logam yang masih terdapat pada yang bersangkutan kedalam wadah
(tray) yang disediakan dan diperiksa melalui mesin x-ray;
2) apabila alarm gawang detektor logam (Walk Through Metal Detector /
WTMD) masih berbunyi, dilakukan pemeriksaan manual atau dengan
alat keamanan lainnya secara menyeluruh dan/atau khusus.
b. Pemeriksaan khusus dapat pula dilakukan dalam hal:
1. penumpang,personel pesawat udara dan orang perseorangan
berperilaku mencurigakan;
2. terdapat kejanggalan pada postur tubuh penumpang, personel pesawat
udara dan orang perseorangan;
3. melewati gawang detektor logam (Walk Through Metal Detector /
WTMD) dengan menggunakan kursi roda atau kereta bayi; atau
4. penumpang yang menggunakan alat bantu medis tertentu.
c.Penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan
tersebut menjalani pemeriksaan random.
(2).Pemeriksaan penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara
sistematis dimulai dari bagian kepala searah jarum jam turun ke bawah
sampai kaki oleh personel keamanan bandar udara yang berjenis kelamin
sama dengan yang diperiksa.
Pasal 34
Tempat Pemeriksaan Keamanan (Security Check Point/SCP) atau jalur
pemeriksaan ditutup, personel keamanan harus :
a. memastikan peralatan keamanan dalam kondisi tidak aktif; dan
b. memastikan kotak tempat menyimpan barang dilarang (prohibited
items) atau barang yang disita telah kosong.
Pasal 35
(1) Dalam kondisi normal, 10% (sepuluh persen) dari pemeriksaan
penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan serta barang
bawaan yang telah dilakukan dengan peralatan keamanan harus dilakukan
pemeriksaan manual secara random.
(2) Persentase pemeriksaan manual secara random sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat ditingkatkan dalam hal kondisi ancaman meningkat.
PROSEDUR PEMERIKSAAN KHUSUS
Pasal 36
(1) Setiap penumpang yang karena alasan kondisi kesehatan fisik, dan
permintaan khusus dapat dilakukan pemeriksaan khusus di ruangan yang
telah disediakan.
(2) Unit penyelenggara bandar udara dan badan usaha bandar udara harus
menyediakan ruangan untuk pemeriksaan khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat(1).
Pasal 37
(1) Setiap penumpang yang menggunakan kursi roda, dan penumpang yang
menggendong dengan alat atau menggunakan kereta bayi harus diperiksa
secara manual.
(2) Setiap penumpang yang menggendong bayi dalam pelukannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus diperiksa celah antara bayi dan penumpang
secara manual.
(3) Penumpang yang tidak dapat berdiri dari kursi roda
Pasal 38
• Setiap diplomat yang memasuki daerah keamanan terbatas dan ruang
tunggu, harus mempunyai izin masuk yang sah dan dilakukan
pemeriksaan keamanan oleh personel keamanan bandar udara.
• Kantong diplomatik tidak dilakukan pemeriksaan kecuali atas permintaan
instansi yg berwenang dibidang hubungan luar negeri & pertahanan nega
BARANG DILARANG( PROHIBITED ITEMS )
Pasal 39
(1)Personel keamanan bandar udara harus mengambil tindakan
terhadap barang dilarang (prohibited items ) dengan :
a. Melarang barang dilarang (prohibited items) dibawa ke
kabin pesawat udara kecuali di bagasi tercatat; dan
b.Untuk senjata genggam diberlakukan sesuai peraturan Direktur
Jenderal
Pasal 40
(1) Penumpang yang membawa barang dilarang (prohibited items) berupa
senjata api yang akan memasuki daerah keamanan terbatas dan ruang
tunggu harus melaporkan dan menyerahkan kpd personel keamanan
angkutan udara dan diperlakukan sesuai peraturan Direktur Jenderal.
(2) Setiap personel pesawat udara dan orang perseorangan yang membawa
senjata api dan memasuki daerah keamanan terbatas atau ruang tunggu
wajib menitipkan kepada personel keamanan bandara
Pasal 41
1) Unit penyelenggara bandar udara dan badan usaha bandar
udara menyimpan barang dilarang (prohibited items)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) selama 1
(satu) bulan dan apabila tidak diambil dapat dimusnahkan.
2) Barang dilaraang (prohibited items) berupa senjata api
dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam harus sudah
diambil oleh pemiliknya dan apabila tidak diambil
diserahkan kepada pihak kepolisian.
Pasal 42
1) Unit penyelenggara bandar udara dan badan usaha bandar udara harus
membuat, menyusun dan mencantumkan dalam program keamanan
bandar udara, antara lain:
a. penetapan daerah keamanan terbatas & ruang tunggu;
b.prosedur operasi standar keamanan untuk kegiatan konsesioner
sebagaimana mimaksud dalam pasal 17ayat(2);
c. prosedur penggunaan dan pengamanan pintu masuk khusus
(SecurityCheck Point – khusus/SCP-khusus)sebagaimana dimaksud
dalam pasal 19;
d. tugas, fungsi dan tanggung jawab pengawas sebagaimana dimaksud
dalam pasal 21;
e. tempat pengembalian kunci dan peralatan keamanan serta langkah-
langkah pengamanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 34; dan
f. prosedur penanganan, penyimpanan, pemusnahan dan tata cara
pengambilan barang dilarang (prohibited items) sebagaimana
dimaksud dalam pasal 39 dan 40.
Pasal 43 Sanksi
1) Personel Keamanan Bandar udara yang melanggar aturan Pasal 5, Pasal 6,
Pasal 15 dan Pasal 27 dikenakan sanksi administratif.
2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan
tenggang waktu masing-masing 1 (satu) minggu.
3) Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diindahkan,
dilanjutkan dengan pembekuan lisensi untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
bulan.
4) Apabila pembekuan lisensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) habis jangka
waktunya dan tidak ada usaha perubahan, maka lisensi dicabut.
SKEP / 100 / VII / 2003 Tentang
Juk - nis dan tata cara penanganan penumpang pesawat udara sipil yang membawa senjata ap

 Penumpang dilarang membawa senjata api & peluru ke kabin pesawat


 Penumpang wajib menitipkan senpi & peluru kepada pengangkut pd waktu c-in ,
 Sebelum diserahkan, peluru dikeluarkan dari senjata dan dilakukan sendiri oleh
pemiliknya
 Senjata api & peluru diperlakukan sebagai security item & dangerous goods dan
disimpan terpisah di cargo compartement selama penerbangan.
 Batasan peluru yang dapat diangkut:
(a) maksimal kaliber 9 mm, 12 butir/orang
(b) maksimal 100btr/penerbangan
 Pengangkut mengeluarkan tanda terima penyerahan senjata dan
bertanggungjawab atas keamanan senjata dan pelurunya
 Senjata &peluru diserahkan kembali di pintu keluar kedatangan bandara tujuan

 Dalam satu penerbangan hanya dapat mengangkut 1 tahanan berbahaya dengan


minimal 2 pengawal & 2 tahanan tdk berbahaya dgn masing-masing 1 pengawal
 Masuk pesawat lebih awal dan keluar pesawat paling akhir dari penumpang lain
 Posisi duduk di kursi paling belakang
 Petugas pengawal dilarang membawa senjata
PROSEDUR PENUMPANG MEMBAWA
SKEP.100/VII/2003 SENJATA API BESERTA PELURU

AIRPORT SECURITY PETUGAS CHECK IN

PEMISAHAN DALAM PENANGANAN

SENJATA API SECURITY ITEM PELURU DANGEROUS GOODS

KETENTUAN :
KALIBER MAX 9 MM KETENTUAN :
MAX PELURU 12 BUTIR/PENUMPANG
MAX 100 BUTIR/PESAWAT

SECURITY ITEM BOX : STANDARD ‘DG’ :


Disimpan ditempat yg tdk terjangkau oleh awak1.pesawat
Packing Udara dan penumpang
(2). Labelling (3). Marking
4. Doc.
Disediakan oleh operator
PROSEDUR KEAMANAN KARGO DAN
POS
1. Semua kiriman kargo dan Pos harus melalui Pemeriksaan Keamanan
2. Kargo dan Pos yang telah dilakukan pemeriksaan keamanan diberi label (label
security check ) dan harus dijaga keamanannya
3. Prosedur keamanan kendaraan angkut yang di luar bandara di beri kunci plastic
solid { Seal ).
4. Pada saat menyerahkan kargo ke pengangkut, pengirim harus menunjukan
bukti kenal diri atau kartu identitas perusahaan, mengisi dan menandatangani
Formulir Pemberitahuan Isi
5. Dalam hal pemeriksaan sekuriti belum mampu dilaksanakan sepenuhnya, untuk
keselamatan penerbangan, kargo harus diendapkan selama 24 jam di gudang
bandara;
6. Pengangkut melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap agen dan
perusahaan jasa pengiriman kargonya
7. Kepala Bandara atau Adbandara berhak menunda pengiriman kargo guna
pemeriksaan sekuriti ulang, apabila dicurigai dapat membahayakan
keselamatan penerbangan;
8. Kiriman pos harus melalui proses pemeriksaan terlebih dahulu sebelum
dimasukan ke gudang bandara dan atau pesawat udara
9. Terhadap kiriman Diplomatik (Diplomatic Pouch) tidak dilakukan pemeriksaan
sekuriti;
10.Pengecualian terhadap hal tersebut pada butir 7 diatas diberikan jika ada
permintaan dari Departemen Luar Negeri;
PM 92 Tahun 2015, PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN
Tujuan
1. Sebagai pedoman dalam pengawasan terhadap pednerapan program
keamanan bandar udara, program keamanan angkutan udara dan
program keamanan penyedia jasa penerbangan lainnya, program
keamanan pelayanan jasa terkait bandar udara dan program
keamanan regulated agent serta peraturan prosedur keamanan
penerbangan;
2. Sebagai pengawasan yang berkelanjutan untuk melihat tingkat
pemenuhan peraturan sesuai dengan Program Keamanan Penerbangan
Nasional;
3. Sebagai petunjuk dalam pelaksanaan dan pengalokasian tanggung
jawab kegiatan pengawasan;
4. Melakukan tindakan korektif terhadap penyimpangan pemenuhan
peraturan keamanan penerbangan.
5. Sebagai pedoman evaluasi keamanan penerbangan.
AUDIT untuk :
• Memastikan bahwa seluruh ketentuan dalam PKPN dan Program
Keamanan Obyek Pengawasan dilaksanakan;
• Memastikan pencapaian tingkat pemenuhan standar keamanan dan
effektifitas pelaksanaan langkah langkah keamanan penerbangan;
• Mengidentifikasi pemenuhan standard dan prosedur keamanan
penerbangan;
• Mengidentifikasi daerah yang membutuhkan keamanan penerbangan dan
memastikan dilaksanakannya tindakan korektif.
AUDIT dilaksanakan sebagai berikut :
• Berdasarkan program kerja yang telah disusun;
• Memberitahu kepada obyek pengawasan ;
• Tidak dapat dilaksanakan bersamaan dengan Test;
• Audit oleh Dirjen Hubud minimal 1 kali dalam 3 tahun;
• Audit internal minimal 1 kali dalam 2 tahun.
INSPEKSI untuk :
• Memastikan bahwa 1 (satu) atau beberapa aspek dalam ketentuan program
keamanan penerbangan nasional dan program keamanan pada obyek
pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan;
• Memastikan tingkat pencapaian dan effeltifitas pelaksanaan prosedur
keamanan penerbangan;
• Mengidentifikasi pemenuhan standar dan prosedur keamanan penerbangan
dan meastikan tindakan korektif;
• Mengidentifikasi kerentaan pada area yang memerlukan perbaikkan/
peningkatan keamanan.
INSPEKSI dilaksanakan sebagai berikut :
• Berdasar program kerja yang telah disusun atau berdasar penilaian resiko;
• Pelaksanaan dapat diberitahukan atau tidak kepada obyek pengawasan
pada setiap inspeksi
• Dapat dilaksanakann secara bersamaan dengan pengujian (test)
SURVEY untuk :
• Mengevaluasi dan mengidentifikasi kebutuhan keamanan penerbangan
untuk effektifitas prosedur, fasilitas, personel dan langkah langkah
keamanan penerbangan;
• Mengidentifikasi terhadap kerawanan keamanan yang terdapat pada obyek
pengawasan sebagai masukan untuk perubahan kebijakan tingkat nasional
dan obyek pengawasan.
SURVEY dilakukan dalam hal :
• Pembangunan, pengembangan dan penambahan fasilitas obyek
pengawasan;
• Adanya penambahan rute baru atau peruibahan tipe pesawat;
• Dibutuhkan peningkatan kewaspadaan keamanan penerbangan.
• SURVEY dilaksanakan sebagai berikut :
• Diberitahukan kepada obyek pengawasan
• Survey dapat dilaksanakan bersamaan dengan test/ pengujian
PM 167 Tahun 2015, Perubahan Atas PM 33 Tahun 2015 tentang
Pengendalian Jalan Masuk (Access Control) ke Daerah Keamanan
Terbatas di Bandar Udara.
• Yang termasuk Daerah Keamanan Terbatas :
• Daerah Pergerakkan Pesawat Udara;
• Daerah pergerakkan pegawai atau karyawan, dan peralatan kerja untuk
kepentingan penerbangan;
• Daerah pergerakkan penumpang dan bagasi yang akan naik ke pesawat
udara;
• Daerah pergerakkan kargo dan pos yang akan dimuat ke pesaswat udara;
• Daerah instalasi/ obyek vital yang berhubungan langsung denganpesawat
udara;
Yang dimaksud dengan Daerah Steril :
• Ruangan untuk pergerakkan penumpang dan bagasi kabin dan harus
dilindungi dengan pembatas secara nyata dan tgidak dapat disusupi barang
dilarang selalu diawasai dengan ketat dan harus dilakukan penyisiran
keamanan pada selang waktu tertentu;
• Ruangan yang harus diawasi secara ketat pada saat digunakan agar tidak
dapat disusupi barang dilarang dan harus dilakukan penyisiran keamanan
pada selang waktu tertentu atau akan digunakan.
Pembatas fisik di perimeter Bandar udara :
• Tinggi minimal 2, 44 meter dan dilengkapi kawat berduri diatasnya;
• Tidak ada celah dari bawah sampai atas untuk disusupi orang, termasuk
pemberian trails pada drainase atau saluran air;
• Terpenuhinya jarak pandang sampai dengan minimal 3 meter
• Dilengkapi dengan lampu penerangan pada jarak tertentu
• Dilengkapi system kamera pemantau (closed circuit television);
• Dilengkapi peralatan keamanan lainnya bila
diperlukan. Langkah pengendalian keamanan harus
memperhatikan :
• Desain keamanan Bandar udara;
• Ketersediaan fasilitas keamanan penerbangan;
• Ketersediaan personel Keamanan penerbangan.
Daftar Peraturan Keamanan Penerbangan
No. Nomor Peraturan Peraturan Mengatur Tentang
INTERNASIONAL
1. ANNEX 17 Security – Safeguarding International Civil Aviation Against Acts of
Unlawful Interference
2. DOC 8973 Security Manual
3. ANNEX 18 The Safe Transport of Dangerous Goods by Air
4. DOC 9284/AN-905 Technical Instructions for the Safe Transport of Dangerous
Goods by Air
UNDANG UNDANG
5. Nomor: 2 Tahun 1976 Pengesahan Konvensi Tokyo 1963, Konvensi The Hague 1970, dan
Konvensi Montreal 1971
6. Nomor : 4 Tahun 1976 Perubahan dan Penambahan Beberapa Pasal Dalam KUHP Bertalian
dengan Perluasan Berlakunya Ketentuan Perundang-undangan Pidana,
Kejahatan Penerbangan, dan Kejahatan Terhadap Sarana / Prasarana
Penerbangan
7. Nomor: 1 Tahun 2009 Penerbangan

PERATURAN PEMERINTAH
8. PP No. 03 Tahun 2013 Keamanan dan Keselamatan Penerbangan
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN
9. Nomor: PM 90 Tahun 2013 Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya dengan Pesawat Udara
10. Nomor: KM 211 Tahun 2020 Program Keamanan Penerbangan Nasional
11. Nomor: PM 137 Tahun 2015 Program Pendidikan dan Pelatihan Keamanan Penerbangan Nasional
12. Nomor: PM 92 Tahun 2015 Program Pengawasan Keamanan Penerbangan Nasional

13. Nomor: PM 140 Tahun 2015 Program Penanggulangan Keadaaan Darurat Keamanan Penerbangan Nasional

15. Nomor: PM 33 Tahun 2015 Tentang Pengendalian Jalan Masuk (Access Control) Ke Daerah Keamanan Terbatas di
Bandar Udara

16. Nomor: PM 167 Tahun 2015 Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 33 Tahun 2015 Tentang
PERATURAN DIREKTUR AL PERHUBUNGAN
Pengendalian UDARA
Jalan Masuk (Access Control) Ke Daerah Keamanan Terbatas di
JENDER Udara
18. Nomor : SKEP / 100 / VII / Juknis Penanganan Penumpang Pesawat Udara Sipil Yang Membawa Senjata
2003
1 Nomor: PM 153 Tahun Api Beserta Kargo
Pengamanan Peluru dan
dan PosTata
SertaCara Pengamanan
Rantai Pasok (SupplyPengawalan Tahanan
Chain) Kargo dan Pos Dalam
Yang Diangkut Dengan
Penerbangan Sipil Pesawat Udara
Nomor : SKEP / 95 / IV / 2008 Juknis Penanganan Petugas Pengamanan Dalam Penerbangan (In-Flight
19. Security Officer/Air-Marshal) Pesawat Udara Niaga Berjadwal Asing

20. Nomor : SKEP / 43 / III / 2007 Penanganan Cairan, Aerosol dan Gel (Liquids, Aerosols And Gels) ang Dibawa
Penumpang Ke Dalam Kabin
Pesawat Udara Pada Penerbangan Internasional
21. Nomor : SKEP/160/VIII/2008 Sertifikat Kecakapan Petugas Pengamanan Penerbangan Sipil

22. Nomor : SKEP/ 2765 / XII Tata Cara Pemeriksaan Keamanan Penumpang, Personel Pesawat Udara dan
/ 2010 Barang Bawaan yang Diangkut dengan Pesawat Udara dan Orang
Perseorangan
Definisi terkait Keamanan Penerbangan
• Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan
perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum
melalui keterpaduan pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas,
dan prosedur.
• Pengawasan adalah Kegiatan kendali mutu berkelanjutan untuk
melihat pemenuhan peraturan keamanan penerbangan yang
dilaksanakan oleh penyedia jasa penerbangan atau institusi lain.
• Audit adalah Pemeriksaan terjadwal, sistematis dan mendalam
terhadap prosedur, fasilitas, personel dan dokumentasi organisasi
penyedia jasa penerbangan untuk mengetahui tingkat kepatuhan
terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku.
• Tindakan melawan hukum (acts of unlawful interference) adalah
tindakan-tindakan atau percobaan yang membahayakan
keselamatan penerbangan dan angkutan udara.
• Pemeriksaan Keamanan (security screening) adalah Penerapan
suatu teknik atau cara lain untuk mengenali atau mendeteksi barang
dilarang (prohibited items) yang dapat digunakan untuk melakukan
tindakan melawan hukum.

• Sabotase adalah tindakan pengrusakan atau penghilangan terhadap


harta benda, yang dapat mengancam atau menyebabkan terjadinya
tindakan melawan hukum pada penerbangan dan fasilitasnya.
• Lisensi adalah Surat izin yang diberikan kepada seseorang yang
telah memenuhi persyaratan tertentu untuk melakukan pekerjaan di
bidang penerbangan dalam jangka waktu tertentu.
• Bagasi tercatat (hold baggage) adalah Barang penumpang yang
diserahkan oleh penumpang kepada pengangkut untuk diangkut
dengan pesawat udara yang sama.
• Bagasi Kabin (Carry-on Baggage) adalah Barang yang dibawa oleh
penumpang kedalam kabin pesawat udara dan berada dalam
pengawasan penumpang itu sendiri.
• Prosedur penyisiran keamanan pesawat udara (Aircraft Security
Search) adalah Pemeriksaan secara menyeluruh pada bagian luar dan
dalam pesawat udara untuk menemukan barang yang mencurigakan
dan barang dilarang.
• Prosedur pemeriksaan keamanan pesawat udara (Aircraft Security
check), adalah Pemeriksaan secara menyeluruh pada bagian dalam
pesawat udara yang dapat dicapai oleh penumpang dan pemeriksaan
tempat tempat penyimpanan untuk menemukan barang yang
mencurigakan dan barang dilarang (prohibited items).
• Mesin X-ray adalah peralatan yang digunakan untuk mendeteksi
bentuk atau isi bagasi.
• Explosive detector adalah peralatan yang digunakan khusus untuk
mendeteksi bahan peledak.
• Security items adalah Senjata atau alat berbahaya yang dilarang
dibawa ke dalam kabin pesawat udara dan hanya diijinkan sebagai
bagasi tercatat atau disimpan dalam kotak khusus yang cukup kuat dan
terkunci.
• Dangerous articles adalah benda yang dapat digunakan untuk
mengancam keamanan dan keselamatan penumpang dan pesawat
udara.
• Weapons adalah benda yang dibuat khusus untuk membunuh,
menciderai, melumpuhkan atau membuat tidak berdaya.
• Barang berbahaya (Dangerous Goods) adalah Bahan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, keselamatan jiwa dan harta benda serta
keselamatan pesawat udara
• Explosive adalah alat yang dapat dipicu untuk meledak.
Pointer yang terdapat pada PM 51 Tahun 2020/KM 211 Tahun 2020 tentang
Program Keamanan Penerbangan Nasional :
1. Contoh tindakan melawan hukum (Acts of Unlawful Interference):
• Menguasai secara tidak sah pesawat udara yang sedang terbang atau yang
sedang di darat;
• Menyandera orang di dalam pesawat udara atau di Bandar Udara;
• Masuk ke dalam pesawat udara, daerah keamanan terbatas Bandar Udara,
atau wilayah fasilitas aeronautika secara tidak sah;
• Membawa senjata, barang dan peralatan berbahaya atau bom kedalam
pesawat udara atau Bandar Udara tanpa izin;
• Menyampaikan informasi palsu yang membahayakan keselamatan
penerbangan;
• Menggunakan pesawat udara untuk tindakan yang menyebabkan mati,
cederanya seseorang, rusaknya harta benda atau lingkungan sekitar; dan
• Melakukan pengrusakan/penghancuran pesawat udara.
2. Instansi pemerintah yang merupakan anggota Komite Keamanan Penerbangan
Nasional
• Keimigrasian;
• Kepabeanan;
• Karantina;
• Kesehatan;
• Luar Negeri;
• Pos dan telekomunikasi;
• Keamanan Siber;
• Penanggulangan terorisme; dan
• Tenaga nuklir/bahan radioaktif.
3. Bandar Udara dibagi menjadi 4 daerah yaitu
• Daerah Keamanan Terbatas;
• Daerah Steril;
• Daerah Sisi Darat; dan/atau
• Daerah Terkendali
4. Daerah Keamanan Terbatas (Security Restricted Area) harus dilindungi
dengan pembatas fisik sesuai dengan persyaratan berikut ini
• Dapat berupa tembok dan/atau pagar
• Ketinggian cukup dan tidak mudah dipanjat untuk disusupi orang
• Diberi lampu penerangan
• Tidak ada celah dari bawah sampai atas untuk disusupi orang
5. Tanda izin masuk Daerah Keamanan Terbatas adalah:
• PAS bandar udara untuk orang;
• PAS bandar udara untuk kendaraaan;
• Identitas penerbang dan personel kabin (ID card crew); dan
• Kartu tanda pengenal inspektur Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara.
6. Di dalam PM 33 Tahun 2015 tentang Pengendalian Jalan Masuk
(Access Control) Ke Daerah Keamanan Terbatas di Bandar Udara
memuat Prosedur pemberian PAS orang, yaitu:
a. permohonan dilengkapi dengan surat keterangan catatan kepolisian
b. memahami atau mengetahui tentang Keamanan Penerbangan (aviation
security awareness)
c. izin masuk diberikan setelah dievaluasi dan diberikan sesuai dengan
daerah kerjanya
7. Prosedur penggunaan Pas Bandar Udara
• Digunakan pada saat menjalankan tugas sesuai dengan wilayah kerja yang
tertera di dalam Pas Bandar Udara
• Masih berlaku
• Ditempatkan pada posisi yang mudah dibaca (di bagian depan sekitar
dada)
8. Kendaraan yang dapat masuk ke Daerah Keamanan Terbatas adalah
kendaraan yang digunakan untuk menunjang kegiatan penerbangan dan
harus memiliki izin masuk.
9. Di dalam PM 33 Tahun 2015 (PM 167 TAHUN 2016) tentang
Pengendalian Jalan Masuk (Access Control) Ke Daerah Keamanan
Terbatas di Bandar Udara, PAS kendaraan terbagi menjadi dua yaitu PAS
kendaraaan permanen dan insidental.
10. PAS kendaraan permanen untuk kendaraan yang rutin digunakan dalam
kegiatan penerbangan di bandar udara seperti: kendaraan yang mengangkut
katering, penumpang, bahan bakar dan kendaraaan patrol.
11. PAS kendaraan insidental diberikan untuk kendaraan yang hanya
sesekali saja berada di bandar udara, misalnya kendaraan untuk
kebutuhan medis (ambulance).
12. Dalam pemeriksaan keamanan Bandar Udara atau Badan Usaha
Angkutan Udara menggunakan fasilitas keamanan penerbangan sesuai
dengan kebutuhan operasional dan dengan pertimbangan
• Efektifitas peralatan, Klasifikasi bandar udara & Tingkat ancaman
dan gangguan
13. Pemeriksaan keamanan terhadap penumpang dan bagasi harus
dilakukan secara manual jika
• peralatan di Bandar Udara tidak tersedia atau rusak
• Peralatan keamanan memberikan tanda atau sinyal yang
mencurigakan
14. Program Keamanan Angkutan Udara memuat langkah - langkah
pengamanan meliputi:
• Pemeriksaan keamanan pesawat udara sebelum terbang
• Pemeriksaan jumlah bagasi tercatat dengan penumpang yang naik
• Prosedur pengangkutan senjata di kabin atau ruang kargo pesawat
udara
15. Keadaan darurat keamanan (contingency) dibedakan atas Kondisi
rawan dan Kondisi gawat
16. Kondisi rawan (kuning) yaitu kondisi keamanan penerbangan yang
memerlukan peningkatan keamanan, kewaspadaan atau kesiagaan
pada saat:
• Adanya informasi ancaman dari sumber yang perlu dilakukan
penilaian ancaman lebih lanjut;
• Terjadinya gangguan keamanan secara nasional yang berpotensi
mengganggu keamanan penerbangan;
• Terjadinya tindakan melawan hukum secara nasional dan
internasional yang berpotensi mengganggu keamanan penerbangan;
• Terjadinya huru hara, demonstrasi masal, dan pemogokan yang
berpotensi mengganggu keamanan penerbangan.
17. Kondisi gawat (merah) merupakan kondisi keamanan penerbangan
pada saat:
• Kondisi Berdasarkan penilaian ancaman yang membahayakan
keamanan penerbangan kemungkinan terjadi; dan
• Terjadinya tindakan melawan hukum berupa terjadi ancaman bom,
pembajakan, penyanderaan, sabotase, dan penyerangan yang
membahayakan keamanan penerbangan.
18. Komando pada keadaan Darurat keamanan pada kondisi rawan (kuning):
• Tingkat nasional adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara;
• Tingkat bandar udara adalah Kepala Bandar Udara.
19. Komando pada keadaan Darurat keamanan pada kondisi gawat
(merah):
• Tingkat Nasional adalah Panglima TNI;
• Tingkat bandar udara adalah Kepala Polisi Resort yang
terdekat dengan bandar udara. Sedangkan bandar udara dan
pangkalan udara yang digunakan secara bersama adalah
Komandan Pangkalan.
Prosedur Keamanan Penerbangan
1. Pemeriksaan keamanan kargo dan pos dengan menggunakan bahan
peledak pencium senyawa (explosive vapours detector) harus
dilakukan terhadap kargo dan pos
• Secara random setiap 10 %
• Terindikasi mengandung bahan peledak
• Kargo beresiko tinggi (High Risk Cargo)
2. Label pemeriksaan keamanan diberikan sebagai tanda bahwa
kargo dan pos telah dilakukan pemeriksaan keamanan, persyaratannya
adalah
• Kuat dan tidak mudah rusak
• Ditempatkan pada ruas sambungan pembuka kemasan
• Kuat dan melekat erat serta mudah rusak jika dibuka
3. Sesuai dengan PM 153 Tahun 2015 Jenazah dalam peti harus
dilakukan pemeriksaan keamanan dengan cara perlakuan khusus
meliputipemeriksaan fisik kargo dan dokumen dari instansi terkait.
4. Tindakan petugas Avsec jika mendapat ancaman bom di lokasi
tempat bekerja:
• Bersikap tenang;
• tidak menyentuh dan membuka paket yang dicurigai sebagai
bom;
• Evakuasi orang di sekitar TKP; dan
• lapor pimpinan
5. Berdasarkan SKEP/ 2765 / XII / 2010 tentang Tata Cara
Pemeriksaan Keamanan Penumpang, Personel Pesawat Udara dan
Barang Bawaan yang Diangkut dengan Pesawat Udara dan Orang
Perseorangan:
• jumlah personel keamanan bandar udara yang melakukan
pemeriksaan keamanan dalam satu jalur pemeriksaan di bandara
udara yang jumlah penumpang lebih dari 1000 (seribu) orang
per hari (Tipe A) adalah sebanyak 5 (lima) personel keamanan
penerbangan;
• jumlah personel keamanan bandar udara yang melakukan
pemeriksaan keamanan dalam satu jalur pemeriksaan di
bandara udara yang jumlah penumpang dari 500 (lima
ratus) sampai dengan 1000 (seribu) orang per hari (Tipe B)
adalah sebanyak 4 (empat) personel keamanan
penerbangan;
• jumlah personel keamanan bandar udara yang melakukan
pemeriksaan keamanan dalam satu jalur pemeriksaan di
bandara udara yang jumlah penumpang kurang dari 500
(lima ratus) orang per hari (Tipe C) adalah sebanyak 3
(tiga) personel keamanan penerbangan
6. Prosedur pemeriksaan diplomat dan kantong diplomatik adalah
Diplomat diperiksa dan kantong diplomatik tidak diperiksa.
7. Penerapan langkah-langkah pengendalian keamanan
(security control) di bandar udara harus memperhatikan:
• Desain keamanan bandar udara
• Ketersediaan fasilitas keamanan penerbangan
• Ketersediaan personel keamanan penerbangan

8. Khusus untuk penjagaan pesawat yang sedang RON (Remain


Over Night) di Bandar Udara dilakukan oleh Aviation Security
Airline.
9. Tinggi pagar perimeter untuk Bandara Udara Internasional
yang direkomendasikan ICAO adalah 2,44 meter.
10. Penanganan penumpang yang membawa senjata api adalah:
• Senjata api dan pelurunya dititipkan kepada pengangkut
• Senjata api sebagai security item dan pelurunya
diperlakukan sebagai dangerous goods
• Peluru dikeluarkan dari senjata oleh pemiliknya
• Kaliber peluru 9 mm, satu penumpang diizinkan membawa
12 butir peluru dan jumlah maksimal dalam satu penerbangan
adalah 100 butir.
11. Daerah Keamanan Terbatas harus:
• Dilindungi secara fisik
• Dijaga oleh personel avsec
• Pintu masuk harus selalu dikunci
12. Cairan, Aerosol, dan Gels (LAGs) yang dibawa penumpang ke
kabin pesawat udara harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Kapasitas wadah atau tempat Cairan, Aerosol, dan Gels (LAGs)
maksimum 100 ml
• wadah atau tempat Cairan, Aerosol, dan Gels (LAGs) tersebut
dimasukkan ke dalam satu kantong plastik transparan ukuran 30
cm x 40 cm
• Maksimum jumlah Cairan, Aerosol, dan Gels (LAGs) yang
dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan tersebut per
penumpang maksimal 1000 ml / 1 liter
13. Pemeriksaan khusus dapat dilakukan dalam hal
• Terdapat kejanggalan pada postur tubuh Penumpang, personel
pesawat udara dan orang perseorangan
• Melewati WTMD dengan menggunakan kursi roda/ kereta bayi
atau penumpang yang mengunakan alat bantu medis
• Penumpang,personel pesawat udara dan orang perseorangan
berperilaku mencurigakan.
14. Prosedur pengangkutan tahanan dalam pesawat udara adalah:
• 1 (satu) tahanan berbahaya dikawal oleh dua orang petugas;
• Masuk lebih dahulu dan keluar pesawat paling akhir.

15. Barang dilarang (prohibited items) senjata api dalam 24 (dua puluh
empat) jam harus sudah diambil oleh pemiliknya dan apabila tidak
diambil diserahkan kepada pihak Kepolisian.
16. Cara-cara dibawah ini dapat digunakan seseorang untuk mempersulit
pendeteksian senjata:
• Diuraikan dan dibagasikan
• Senjata diubah bentuknya
• Diuraikan dan dikirim melalui kargo
17. Pemeriksaan fisik terhadap bagasi dilakukan pada saat
• Tampilan di monitor mesin X-ray bagasi
dikategorikan mencurigakan oleh Operator X-ray
• Sesuai dgn prosentase 10% (acak random) utk melaksanakan
pemeriksaan fisik
• Tampilan di monitor mesin X-ray benda yang ada di bagasi
sangat gelap
18. Tujuan pemeriksaan keamanan terhadap penumpang dan barang
adalah:
• Mengenali atau mendeteksi barang dilarang
• Mencegah terangkutnya barang berbahaya
• Untuk mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk terminal
19. Manfaat utama dari label security adalah Tanda telah
melalui pemeriksaan sekuriti dan agar tidak dibuka lagi
20. Barang bahan dan peralatan yang dibawa oleh penumpang pesawat
udara harus diproses sebagai Bagasi Tercatat atau Security
Item sesuai ketentuan adalah:
• Barang Dilarang (Prohibited Items)
• Senjata (Weapons)
• Alat-alat Berbahaya (Dangerous Articles)
21. Prosedur pemeriksaan penumpang dengan menggunakan Hand Held
Metal Detector (HHMD) adalah
• Tidak menyentuh badan penumpang
• Dicoba terlebih dahulu untuk memastikan HHMD berfungsi
• Searah jarum jam
22. Dalam hal tindakan awal penanganan barang berbahaya/ Emergency
Dangerous Goods, beberapa langkah utama yang perlu diperhatikan
adalah Isolasi daerah sekitar paket tersebut.
23. Dalam pengangkutan Dangerous Goods secara normal, hal-hal
yang perlu diperhatikan:
• Klasifikasi barang/bahan
• Kemasan yang digunakan
• Label dan Markanya
24. Setiap pegawai/karyawan yang terlibat dalam kegiatan penerbangan
harus mengikuti sosialisasi kepedulian terhadap pengamanan
penerbangan dalam pelatihan Aviation Security Awareness.

25. Bilamana pemeriksa barang menemukan kamera yang dibawa oleh


penumpang yang anda curigai untuk tindak kejahatan maka
pemeriksa barang harus memeriksa dan mempersilakan penumpang
tersebut untuk membidikkan kameranya 1 (satu) kali.
26. Peralatan keamanan penerbangan yang digunakan dalam
perimeter sekuriti:
• Closed circuit television (CCTV);
• Kendaraaan Patroli;
• Perimeter Intruder Detection System (PIDS).
27. Sesuai dengan SKEP/2765/XII/2010, jarak minimal antara Gawang
Detector Logam (Walk Through Metal Detector/WTMD) dan mesin
x-ray bagasi tercatat adalah 50 centimeter.
28. Jarak minimal antara dua mesin x-ray adalah 60 centimeter.
29. Dokumen yang diperlukan untuk pengangkutan
kargo mengandung substansi NUBIKARA (Nuklir Biologi
Kimia dan Radioaktif) adalah:
• Pernyataan pengiriman dan lembar data keselamatan barang untuk
barang berbahaya
• Surat izin kepemilikan /penggunaan nuklir, biologi, kimia dan
radioaktif dari instansi berwenang
30. Jika operator Mesin X-ray menemukan bagasi tercatat / barang
bawaan penumpang yang mencurigakan, maka dilakukan
pemeriksaan keamanan sebagai berikut:
• Memastikan kepemilikan bagasi atau barang bawaan;
• Membuka bagasi atau barang bawaan dengan seizin pemiliknya;
• Melakukan pemeriksaan bagasi secara keseluruhan dari luar
ke dalam untuk menemukan benda yang diinformasikan oleh
operator X-ray;
• Apabila bagasi telah diperiksa, seluruh barang dikembalikan ke
dalam tas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai