Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

“RESUME KM 211 TAHUN 2020 BAB I – BAB II TENTANG PROGRAM KEAMANAN


PENERBANGAN NASIONAL”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Basic Aviation Security

Dosen Pengampu. Syaiful Anwar

DISUSUN OLEH :
RICKY RIZALDI (55242110021)

COURSE :
MBU 2 ALPHA

PROGRAM STUDI D-III MANAJEMEN BANDAR UDARA

POLITEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG


2021/2022

BAB I

Sasaran Keamanan Penerbangan yaitu memberikan perlindungan kepada penerbangan


dari tindakan melawan hukum. Program Keamanan Penerbangan Nasional (PKPN) ini memiliki
beberapa tujuan, seperti Untuk melindungi keselamatan, keteraturan dan efisiensi penerbangan di
Indonesia, menjamin keamanan operasional pesawat udara, untuk melindungi operasional
penerbangan domestic, untuk mempertahankan tingkat keamanan bandar udara dan angkutan
udara dan memenuhi persyaratan standar dan rekomendasi internasional yang ada dalam Annex
17.

Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada


penerbangan dari Tindakan melawan hukum melalui keterpaduan pemanfaatan sumber daya
manusia, fasilitas dan prosedur. Tindakan melawan hukum yang dimaksud dapat berupa :

- Menguasai secara tidak sah pesawat udara yang sedang terbang atau yang sedang di
darat.
- Menyandera orang di dalam pesawat udara atau di bandar udara.
- Masuk kedalam pesawat udara, daerah keamanan terbatas bandar udara, atau wilayah
fasilitas aeronautika secara tidak sah.
- Membawa senjata, barang dan peralatan berbahaya, atau bom kedalam pesawat udara
atau bandar udara tanpa izin.
- Menyampaikan informasi palsu yang membahayakan keselamatan penerbangan.
- Menggunakan pesawat udara untuk tindakan yang menyebabkan mati, cederanya
seseorang, rusaknya harta benda atau lingkungan sekitar.
- Melakukan pengrusakan atau penghancuran pesawat udara.

Sabotase adalah suatu tindakan pengrusakan atau penghilangan terhadap harta benda, yang
dapat mengancam atau menyebabkan terjadinya tindakan melawan hukum pada penerbangan dan
fasilitasnya.
Daerah Keamanan Terbatas (Security Restricted Area) adalah daerah di sisi udara pada
bandar udara yang diidentifikasi sebagai daerah beresiko tinggi dan dilakukan langkah
pengendalian keamanan yang dimana pada jalan masuknya dikendalikan serta dilakukan
pemeriksaan keamanan, seperti daerah keberangkatan penumpang antara tempat pemeriksaan
keamanan dan pesawat udara, daerah service road, apron (ramp), hangar, baggage make up
area, tempat penurunan dan pengambilan bagasi tercatat, cargo sheds, runway, taxiway,
shoulder, catering airside, dan fasilitas pembersihan pesawat udara.

Daerah Terkendali (Controlled Area) adalah daerah tempat fasilitas dan instalansi penting
pendukung operasional penerbangan yang berada pada luar daerah keamanan terbatas. Daerah
Steril (Sterile Area) adalah daerah diantara tempat pemeriksaan penumpang dan pesawat udara
yang aksesnya dikendalikan secara ketat. Daerah Keamanan Terkendali (Security Controlled
Area) adalah daerah tertentu di area fasilitas navigasi penerbangan dimana setiap orang masuk
wajib dilakukan pemeriksaan keamanan dan dilakukan langkah pengendalian keamanan. Daerah
Terbatas (Restricted Area) adalah daerah tertentu di area fasilitas navigasi penerbangan dimana
setiap orang yang masuk dilakukan langkah pengendalian keamanan.

Direktur Jenderal menetapkan penerapan system keamanan bandar udara berdasarkan


penilaian risiko terhadap jumlah penumpang yang dikelompokkan menjadi delapan system
keamanan yaitu :

- Bandar Udara Sistem Keamanan A, merupakan bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara internasional dan memiliki jumlah penumpang berangkat internasional lebih
dari tiga juta orang per tahun.
- Bandar Udara Sistem Keamanan B, merupakan bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara internasional dan memiliki jumlah penumpang berangkat internasional lebih
dari sepuluh ribu orang per tahun dan paling banyak tiga juta orang pert tahun.
- Bandar Udara Sistem Keamanan C, merupakan bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara internasional dan memiliki jumlah penumpang berangkat internasional
kurang dari sepuluh ribu orang per tahun.
- Bandar Udara Sistem Keamanan D, merupakan bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara domestik dan memiliki jumlah penumpang berangkat domestik lebih dari
satu juta orang per tahun.
- Bandar Udara Sistem Keamanan E, merupakan bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara domestik dan memiliki jumlah penumpang berangkat domestik lebih dari
lima ratus ribu orang per tahun sampai paling banyak satu juta orang per tahun.
- Bandar Udara Sistem Keamanan F, merupakan bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara domestik dan memiliki jumlah penumpang berangkat domestik lebih dari
seratus ribu orang per tahun sampai paling banyak lima ratus orang per tahun.
- Bandar Udara Sistem Keamanan G, merupakan bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara domestik dan memiliki jumlah penumpang berangkat domestik lebih dari
lima ribu orang dan paling banyak seratus ribu orang per tahun.
- Bandar Udara Sistem Keamanan H, merupakan bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara domestik dan memiliki jumlah penumpang berangkat domestik paling
banyak lima ribu orang per tahun.
BAB II

Model Ancaman, langkah-langkah dan prosedur perlindungan yang dimuat secara detil
dalam program keamanan penerbangan nasional bertujuan untuk mencegah terjadinya
tindakan melawan hukum seperti :

a. Menguasai secara tidak sah seperti pembajakan pesawat udara yang sedang terbang atau
yang sedang di darat.
b. Menyandera orang di dalam pesawat udara atau di bandar udara.
c. Masuk kedalam pesawat udara, daerah keamanan terbatas bandar udara, atau wilayah
fasilitas aeronautika secara tidak sah.
d. Membawa senjata, barang dan peralatan berbahaya, atau bahan-bahan ke dalam pesawat
udara, bandar udara atau fasilitas navigasi penerbangan yang akan digunakan untuk
melakukan tindakan criminal seperti :
o Pembawaan peralatan atau senjata ke dalam daerah keamanan terbatas untuk
mencelakai seseorang
o Penggunaan peralatan atau senjata di daerah sisi darat untuk mencelakai
seseorang
o Penggunaan senjata api untuk menyerang pesawat udara
o Meletakkan peralatan berbahaya pada bagian pesawat udara untuk merusak
pesawat udara
o Meletakkan peralatan berbahaya baik di dalam maupun di luar bandar udara untuk
merusak fasilitas penerbangan
e. Menyampaikan informasi palsu yang membahayakan keselamatan penerbangan, seperti
ancaman bom atau candaan bom.
f. Menggunakan pesawat udara untuk tindakan yang menyebabkan mati, cederanya
seseorang, rusaknya harta benda atau lingkungan sekitar.
g. Melakukan pengrusakan atau penghancuran pesawat udara, seperti melakukan tindakan
atau meletakkan peralatan berbahaya pada bagian pesawat dengan tujuan merusak
pesawat udara yang membahayakan penumpang.

Metode Serangan yang dapat terjadi pada penerbangan antara lain : serangan bom bunuh
diri/bom mobil/bom kargo, serangan MANPADS, ancaman pada saat terbang , pemanfaatan
pesawat udara sebagai senjata, hijack, serangan siber, ancaman di daerah sisi darat, ancaman
senjata nuklir/biologi/kimia/radio aktif, penyusupan bom atau senjata dalam kiriman catering
atau layanan penerbangan lain, sabotase, informasi palsu (hoaxes) , dll.

Penilaian ancaman teridiri atas penilaian ancaman tingkat bandar udara dan penilaian
ancaman tingkat nasional. Hasil penilaian ancaman dikategorikan menjadi 3 kondisi yaitu :

a. Kondisi normal (hijau) yaitu hasil penilaian tidak mengindikasikan terjadinya tindakan
melawan hukum
b. Kondisi rawan (kuning) yaitu hasil penilaian mengindikasikan terjadinya tindakan
melawan hukum terhadap penerbangan, bandar udara, fasilitas navigasi dan fasilitas
pendukung penerbangan
c. Kondisi darurat (merah) yaitu hasil penilaian menyimpulkan bahwa penerbangan, bandar
udara, fasilitas navigasi dan fasilitas pendukung penerbangan menjadi target serangan
tindakan melawan hukum.

Manajemen Resiko. Direktur jenderal menyusun dan menetapkan pedoman teknis


manajemen resiko. Bertanggung jawab atas penetapan kebijakan, penerapan, pengawasan serta
mengkaji ulang terhadap efektifitas manajemen resiko keamanan penerbangan. Dan
berkoordinasi dengan Badan Intelijen untuk mendapatkan data informasi ancaman keamanan
penerbangan secara periodic.

Data informasi ancaman keamanan penerbangan harus dilakukan penilaian resiko


berdasarkan metode serangan. Hasil penilaian resiko disampaikan kepada Direktur Jenderal
untuk dilakukan evaluasi. Hasil penilaian resiko bersifat rahasia.

Anda mungkin juga menyukai