a. UU No 2 Tahun 1976 tentang Pengesahan Konvensi Tokyo 1963, Konvensi The Haque,
1970, Konvensi Montreal 1971
b. UU No 4 Tahun 1976 tentang Perubahan Dan Penambahan Beberapa Pasal Dalam
KUHP Bertalian Dalam Perluasan Berlakunya Ketentuan Perundang-undangan Pidana
Kejahatan Penerbangan Dan Kejahatan Terhadap Sarana/Prasarana Penerbangan
c. UU No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
d. PP No 3 Tahun 2001 tentang Keamanan Dan Keselamatan Penerbangan
e. PM 80 Tahun 2017 tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional
f. PM 90 Tahun 2013 tentang Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya Dengan
Pesawat Udara
g. PM 153 Tahun 2017 tentang Pengamanan Kargo Dan Pos Serta Rantai Pasok (Supply
Chain) Kargo Dan Pos Yang Di Angkut Dengan Pesawat Udara
h. PM 33 Tahun 2015 tentang Pengendalian Jalan Masuk (Access Control) Ke Daerah
Terbatas Di Bandar Udara
i. PM 92 Tahun 2015 tentang Program Pengawasan Keamanan Penerbangan
j. PM 137 Tahun 2015 tentang Program Nasional Pendidikan Dan Pelatihan Pengamanan
Penerbangan Sipil
k. SKEP 275/XII/1998 tentang Pengangkutan Bahan Atau Barang Berbahaya Dengan
Pesawat Udara
Page 1
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
l. SKEP 100/VII/2003 tentang Juknis Penanganan Penumpang Pesawat Udara Sipil Yang
Membawa Senjata Api Beserta Peluru Dan Tata Cara Pengamanan Pengawalan
Tahanan Dalam Penerbangan Sipil
m. SKEP 43/III/2007 tentang Penanganan Cairan, Aerosol Dan Gel Yang Dibawa
Penumpang ke Dalam Kebin Pesawat Udara Pada Penerbangan Internasional
n. SKEP 160/VIII/2008 tentang Sertifikat Kecakapan Personil Pengamanan Penerbangan
Sipil
o. SKEP 95/IV/2008 tentang Juknis Penanganan Petugas Pengamanan Dalam
Penerbangan(In-flight Security Officer/Air Marshall)
p. SKEP 2765/XII/2010 tentang Tata Cara Pemeriksaan Penumpang, Personil Pesawat
Udara, Dan Barang Bawaan Yang Di Angkut Dengan Pesawat Udara Dan Orang
Perseorangan
q. KP 26 Tahun 2014 tentang Sertifikat Kecakapan Petugas Penanganan Pengangkutan
Bahan Atau Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara
r. KP 412 Tahun tentang Petunjuk Teknis Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya
Dengan Pesawat Udara
s. KP 260 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Peralatan Keamanan Penerbangan
t. KP 481 Tahun 2013 tentang Lisensi Personil Fasilitas Keamanan Penerbangan
u. KP 262 Tahun 2013 tentang Petunjuk Dan Tata Cara Pemeriksaan Dan Pengujian
Kinerja Peralatan Keamanan Penerbangan
v. KP 241 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengoperasian, Pemeliharaan, Dan Pelaporan
Fasilitas Keamanan Penerbangan
2. Dangerous Goods
Dangerous goods adalah unsur-unsur zat bahan dan atau barang berbahaya yang sangat
peka terhadap suhu udara, tekanan dan getaran serta dapat mengganggu terhadap
kesehatan manusia maupun binatang, dapat menggangu serta membahayakan
keselamatan penerbangan serta dapat merusakkan peralatan pengangkutan.
a. Peraturan Internasional
Page 2
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
b. Peraturan Nasional
4) Bahan atau barang padat mudah menyala atau terbakar (flammable solids);
5) Bahan atau barang pengoksidasi (oxidizing substances);
6) Bahan atau barang beracun dan mudah menular (toxic and infectious
substances);
7) Bahan atau barang radioaktif (radioactive material);
8) Bahan atau barang perusak (corrosive substances);
9) Cairan, aerosol, dan jelly (liquids, aerosols, and gels) dalam jumlah tertentu;
atau
10) Bahan atau zat berbahaya lainnya (miscellaneous dangerous substances).
2) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 90 tahun 2013 tentang
Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara.
Bab I butir 1 Barang berbahaya (dangerous goods) adalah barang atau bahan
yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, harta benda da lingkungan.
Bab I butir 9 Kemasan (packaging) adalah wadah dan komponen lain atau
material yang diperlukan untuk mewadahi muatan agar tetap sesuai fungsinya.
Bab I butir 10 Paket (Package) adalah produk utuh yang sudah komplit diberi
kotak yang didalamnya ada kemasan dan isinya siap untuk diangkut.
Page 4
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
Barang berbahaya dapat berbentuk bahan cair, bahan padat atau gas yang dapat
membahayakan kesehatan, keselamatan jiwa dan harta benda serta keselamatan dan
keamanan penerbangan.
1) Class 1: Explosives
a) Division 1.1 Explosives with a mass explosion hazard
b) Division 1.2 Explosives with a projection hazard
c) Division 1.3 Explosives with predominantly a fire hazard
d) Division 1.4 Explosives with no significant blast hazard
e) Division 1.5 Very insensitive explosives with a mass explosion hazard
f) Division 1.6 Extremely insensitive articles
2) Class 2: Gases
a) Division 2.1 Flammable gases
b) Division 2.2 Non-flammable, non-toxic gases
c) Division 2.3 Toxic gases
3) Class 3: Flammable Liquids
4) Class 4: Flammable Solids
a) Division 4.1 Flammable solids
b) Division 4.2 Spontaneously combustible materials
c) Division 4.3 Water-reactive substances/Dangerous when wet materials
5) Class 5: Oxidizing Substances
a) Division 5.1 Oxidizing substances
b) Division 5.2 Organic peroxides
6) Class 6: Toxic and / or Infectious Substances
a) Division 6.1 Toxic substances
Page 5
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
Page 6
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
Untuk barang berbahaya yang telah dinyatakan dapat diangkut, maka dalam proses
pengangkutannya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Packaging. Di IATA DGR terpapar jelas berbagai instruksi pengemasan untuk semua
jenis komoditi berbahaya yang dapat diterima untuk dapat diangkut melalui udara
dengan banyak pilihan untuk pengemasan dalam, luar, maupun untuk satuan.
2) Marking and Labelling. Bahan berbahaya wajib memiliki tanda yang diperlukan dan
berbagai label penunjang untuk memastikan bahwa berbagai tanda peringatan dapat
dikenali/diketahui sekalipun tanpa dokumen penyerta bila pada saat darurat.
Selain itu, agar berbagai zat berbahaya dapat mudah diidentifikasi dari kemasan dan
label, diperlukan pula:
1) Dokumentasi
Pernyataan pengirim dan dokumentasi barang berbahaya yang jelas untuk
memastikan bahwa semua pihak di dalam semua rantai pengangkutan mengetahui
barang berbahaya apa yang sedang dalam pengangkutan.Hal ini agar semua pihak
dapat menerima, menangani, dan melakukan pemuatan barang tersebut dengan
sesuai, serta dapat menangani keadaan darurat baik di dalam penerbangan maupun di
darat.
Page 7
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
Pasal 5
Pengangkutan bahan dan / atau barang berbahaya yang standar kemasannya tidak
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 4 huruf (d) diperlukan
persetujuan tersendiri.
Page 8
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
Penerbang harus pula menyampaikan informasi ini kepada air traffic service untuk
bantuan bila terjadi keadaan darurat terhadap pesawatnya.
Human factor adalah mempelajari tentang orang-orang dalam kehidupan mereka dan
situasi kerja, tentang hubungan mereka dengan fasilitas, dengan prosedur dan dengan
lingkungan sekitar mereka, dan juga tentang hubungan mereka dengan orang lain.
Kebutuhan industry untuk factor manusia didasarkan pada dampaknya terhadap dua
bidang luas :
c. Kelelahan merupakan respon normal terhadap banyak kondisi umum untuk operasi
penerbangan karena kurang tidur, kerja shiff, dan siklus tugas panjang. Memiliki
fisiologis yang disignifikan dan konsekuensi kinerja karena sangat penting bahwa
Page 9
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
f. Reaksi stress dari reaksi normal dari orang normal untuk situasi yang tidak
normal.
g. Faktor yang mempengaruhi pengalaman masa lalu dengan situasi yang sama,
pendidikan dan professional ketrampilan, pelatihan dan usia, kebugaran fisik, harga
diri dan pendekatan untuk hidup.
h. Post traumatic stress disorder adalah kondisi psikologis yang melemahkan, dipicu
oleh peristiwa traumatis besar, seperti asusila, perang, aksi teroris, kematian orang
yang dicintai.
Page 10
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
Dengan menimbang berbagai alasa tersebut, maka organisasi penerbangan sipil dunia (
ICAO ) mengeluarkan salah satu lampiran/ annex dari hasil pertemuan konversi
Chicago tahun 1944 adalah Annex 17 yang mengatur cara pengamanan penerbangan
sipil dari tindakan gangguan melawan hukum. Dimana Republik Indonesia mengacu
pada aturan – aturan yang di atur dalam Undang – Undang, Peraturan Presiden,
Peraturan Menteri Perhubungan, Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara dan
lain sebagainya, yang didalamnya mengatur tentang keamanan penerbangan.
Sebagai acuan dalam program keamanan Bandar udara, di Negara kita tercantum dalam
peraturan – peraturan sebagai berikut :
Page 11
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
2) Pasal 327 ayat 1 Badan usaha Bandar udara atau unit penyelenggara Bandar udara
wajib membuat, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan program
keamanan Bandar udara di setiap Bandar udara dengan berpedoman pada program
keamanan penerbangan nasional.
3) Pasal 327 ayat 1 Program keamanan Bandar udara di syah kan oleh menteri.
5) Pasal 328 Setiap Bandar udara bertanggung jawab terhadap penyediaan program
keamanan Bandar udara.
6) Pasal 329 Setiap badan usaha angkutan udara wajib membuat, melaksanakan dan
mengembangkan program keamanan angkutan udara dengan berpedoman pada
program program keamanan penerbangan nasional.
Page 12
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
c. Peraturan Menteri Perhubungan No. 127 Tahun 2015 tentang Program Keamanan
Penerbangan Nasional.
1) Bab III butir (23) Program keamanan penerbangan nasional adalah dokumen tertulis
yang memuat peraturan, prosedur dan langkah – langkah pengamanan yang diambil
untuk melindungi penerbangan dari tindak melawan hukum.
2) Bab II butir (2) Bab II butir (4) Program keamanan Bandar udara (Airport Security
Programe) adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur dan langkah-langkah
serta persyaratan yang wajib di laksanakan oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara
dan Badan Usaha Bandar Udara untuk memenuhi ketentuan yang terkait dengan
operasi penerbangan di Indonesia.
3) Bab II butir (5) Program Keamanan Angkutan Udara (Aircraft operator security
programe) adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur dan langkah-langkah tata
persyaratan yang wajib dilaksanakan oleh badan usaha angkutan udara untuk
memenuhi ketentuan yang terkait dengan operasi penerbangan di Indonesia.
4) Bab II butir (6) Keamanan penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan
perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui
keterpaduan peralatan, sumber daya manusia, fasilitas dan prosedur.
2) Melakukan evaluasi secara periodic terhadap program keamanan Bandar udara dan
melakukan perubahan (amandemen) bila diperlukan.
Page 13
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
3) Menetapkan organisasi dan/ atau pejabat keamanan Bandar udara yang bertanggung
jawab untuk mengkoordinasikan pelaksanaan program keamanan bandar udara
untuk badan usaha Bandar udara.
5. Profilling
a. Pengertian Profiling
Dalam kamus bahasa Indonesia profiling berasal dari kata dasar Pro-fil yang berarti
pandangan dr samping (tt wajah orang); lukisan (gambar) orang dr samping; sketsa
biografis; penampang (tanah, gunung, dsb); grafik atau ikhtisar yg memberikan fakta
tentang hal-hal khusus Sehingga dapat diartikan
sebagai proses mengumpulkan dan memeriksa informasi mengenai seseorang atau
sesuatu untuk mendapatkan gambaran yang akurat dengan cara melakukan teknik
pengamatan terhadap perbedaan atau perubahan tingkah laku karakter yang berbeda
atau reaksi psikologis.
b. Tujuan profiling
Untuk mengembangkan rasa kepekaan seseorang/personil terhadap lingkungan
sekitarnya dalam upaya mengukur tingkat resiko terhadap orang perseorangan.
c. Ruang lingkup
1) Kondisi stabilitas keamanan nasional
2) Isu-isu yang terjadi
3) Upaya pencegahan terhadap ancaman keamanan yang dimunkinkan tidak dapat
terditeksi oleh mesin pemeriksaan
4) Menguasai pesawat dengan tujuan melakukan pembajakan
5) Menyusupkan barang yang apabila digunakan akan membahayakan keselamatan
orang lain.
Bahasa tubuh (Body Language) adalah komunikasi pesan nonverbal (tanpa kata-
kata). Bahasa tubuh merupakan proses pertukaran pikiran dan gagasan dimana
pesan yang disampaikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata,
Page 15
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
sentuhan, artifak (lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, serta postur dan
gerakan tubuh.
Berikut ini adalah beberapa pertanda dan bahasa tubuh (gesture) yang seringkali
dijumpai pada orang yang sedang berbohong:
a) Gerak tubuh yang minim atau sama sekali tidak bergerak atau justru bergerak
secara berlebihan. Orang yang sedang berbohong cenderung “membeku”, tidak
sering berhadapan dengan lawan bicara,dan berusaha meminimalisasi gerak
tubuhnya. Ada pula yang justru bergrak secara berlebihan. Semua itu adalah usaha
untuk menghindari munculnya tanda-tanda bahwa dia sedang berbohong. Namun,
hal ni justru juga bisa menjadi petunjuk bahwa seseorang sedang berbohong.
b) Tidak ada kontak mata. Orang sedang berbohong seringkali menghindari kontak
mata. Secara naluriah, dia akan menghidari tatapan mata lawan bicaranya. Kontak
mata dalam berbicara merupakan pendukung dan juga menyimpan informasi
tambahan ketika berbicara. Dengan melakukan kontak mata, seseorang yang
sedang dibohongi akan menangkap signal informasi yang tidak sinkron dengan apa
yang diucapkan. Itulah mengapa kemudian ada juga ilmu ilmiah membaca pikiran
orang lain melalui kontak mata.
c) Gesture bagian tubuh lain yang menunjukkan rasa tertekan. Misalnya mengkukur2,
memainkan kuku jari, mengedipkan mata secara berlebihan, menelan ludah
berkali-kali, dan gerakan lain yang dilakukan berulang-ulang. Perasaan takut,
gugup, tidak nyaman, serta bayangan tentang apa yang akan terjadi jika dia
diketahui berbohong akan membuat orang mengalami tekanan yang tinggi dan
melakukan hal-hal yang sebenarnya menunjukkan kegelisahan.
d) Melihat ke bagian kanan atas. Melihat ke arah ini diasosiasikan sebagai usaha
untuk memperkerjakan dan mengolah otak kanan untuk memunculkan imajinasi,
yaitu usaha untuk membuat jalinan cerita berdasarkan apa yang telah
diceritakannya. Sebaliknya, melihat ke bagian kiri disosiasikan sebagai usaha
memanggil memori untuk menyatakan kebenaran/jalinancerita yang
sesungguhnya.
Page 16
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
e) Mata yang terbuka lebar dan memasang tampang innocent (tidak bersalah).
Kebiasaan di masa kecil yang masih kita bawa sekarang adalah membuka mata
selebar-lebarnya dan membuat tampang innocent, seolah-olah hendak berkata,
"Siapa? ....Aku yang bersalah?!" Hal ini sering kita lakukan pada saat kecil dulu
ketika mama memergoki ada sebungkus roti besar yang hilang dari kulkas.
f) Bicara yang tersendat-sendat (paused). Tidak semua orang memiliki bakat yang
besar dalam membuat cerita serta berbicara dengan lancar pada saat berbohong.
Sehingga, seringkali ditemui pembicaraan yang dihentikan sejenak dan dalam
tempo yang tidak wajar. Biasanya terjadi ketika suatu bagian cerita bohong hendak
dilontarkan, yaitu ketika dia sedang berusaha mengarang suatu jalinan cerita. Di
sinilah biasanya cerita yang disampaikan mulai tidak konsisten dan berubah-ubah.
g) Nada bicara yang tinggi. Orang yang berbohong cenderung menaikkan nada bicara.
Baik karena sebagai usaha menegaskan informasi yang disampaikan, emosi yang
meningkat, maupun tekanan yang tinggi. Hal ini akan sangat mudah diketahui
apabila anda telah mengenal kebiasaan berbicara lawan bicara.
Sehingga apabila diaplikasikan dalam sistem keamanan hal tersebut dapat digunakan
sebagi cara untuk mengenali satu ancaman dan kerentanan, kemudian
menganalisanya untuk memastikan hasil dan menyoroti bagaimana dampak-dampak
yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau dikurangi, dengan cara :
a) Pemeriksaan Boarding Pass
Kesesuain identitas penumpang dengan boarding pass.
1) Pemeriksaan terhadap dokumen perjalanan angkutan udara bagi calon
penumpang yang akan check-in harus dilakukan pencocokan kesesuaian antara
dokumen perjalanan dengan identitas penumpang oleh personel Badan Usaha
Angkutan Udara.
2) Badan Usaha Angkutan Udara wajib melaksanakan pengecekan profil (profilling
check) terhadap penumpang dan Bagasi Tercatat pada saat pelaporan (check-
in).
3) Prosedur pemeriksaan terhadap dokumen perjalanan angkutan udara bagi
calon penumpang harus termuat dalam Program Keamanan Angkutan Udara.
Page 17
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
Bagi pekerja kasar (lower grade jobs) yang sering keluar masuk (hanya sebentar)
sebagai pekerja:
1) Perlu surat keterangan catatan kepolisian/SKCK (back-ground check/criminal
history);
2) Perlu diberikan “avsec awareness training” & screening sebelum diberikan pas
Bandara.
Page 19
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
Agama adalah hal yang paling sensitive dan paling mendasar dalam kehidupan
manusia. Sehingga penanganan teroris seharusnya tidak hanya dilakukan dengan
menangkapi saja, akan tetapi juga perlu dilakukan melalui segi signifikansi. Sehingga
secara langsung akan dapat membentuk pemahaman baru di masyarakat, terutama di
kalangan masyarakat yang masih menganggap tindakan terorisme adalah aksi
heroisme pembelaan atas agama.
Page 20
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
Aktifitas terorisme mempunyai nilai mengagetkan yang bagi teroris berguna untuk
mendapatkan perhatian. Untuk itulah dampak aktifitas teroris selalu terkesan kejam,
sadis dan tanpa menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Berbagai motivasi yang
menginspirasikan seseorang menjadi seorang teroris terdiri dari tiga yaitu :
a. Dorongan atau motivasi dari keinginan serta pemikiran yang rasional. Motivasi
yang rasional membuat para teroris berfikir mengenai tujuan serta tindakan yang
mereka lakukan dapat menghasilkan keuntungan. Untuk menghindari resiko,
teroris melemahkan kemampuan bertahan dari pada korban sehingga teroris dapat
melakukan serangan dengan lancer.
Page 21
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
b. Motivasi dari keadaan psikologis. Motivasi ini berasal dari para teroris yang
mengalami gangguan terhadap kejiwaan dalam kehidupan. Biasanyamereka
membenarkan tindakan mereka sebagai bentuk dari amarah. Pada umumnya
teroris dari tipe kedua ini mereka mengalami suatu kejadian yang tidak
mengenakan dalam kehidupan mereka sehingga mereka melampiaskanya dalam
bentuk tindakan yang dapat menimbulkan rasa takut serta korban jiwa (balas
dendam).
c. Motivasi yang berasal dari kebudayaan. Teroris yang berasal dari tipe ini pada
umumnya memiliki karakteristik kebudayaan yang keras serta mengarah ke
terorisme. Pada kehidupan sosial dimana orang-orang mengidentifikasikan diri
mereka kedalam suatu klien, suku dan kebudayaan, dan terdapat suatu
pengharapan untuk bertahan hidup di dalam lingkungan yang keras dan memaksa
seseorang atau lebih untuk melakukan hal-hal di luar keinginan mereka hal-hal
tersebut dapat menciptakan suatu image yang nantinya dapat menjadi karakter
dari perbuatan mereka
Dengan modus operandi yang tergolong baru, sang teroris ingin mengirim pesan
bahwa tindakan dia halal dan legal, meski dilakukan di masjid dan saat mulai sholat
jum’at. Fakta ini menunjukan bahwa radikalisme pemahaman Islam memang sedang
tumbuh subur di Indonesia dan harus diwaspadai keberadaanya.
Mereka bekerja dengan system yang tertata rapid an bergerak di bawah tanah. Selain
memprovokasi masyarakat ditingkat bawah, teroris juga melakukan aksi terror bom
sebagai bentuk aktualisasi diri dan ingin dianggap ada. Teror bom bias berupa bom
mobil seperti terjadi di Kuningan, bom backpacker di Legian Bali, bom buku di Utan
Kayu, dan bom rompi di komplek masjid Polres Cirebon.
Page 22
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
a. Bom
4) Switch ( Saklar )
b. Bahan Peledak
Adalah bahan atau zat berbentuk padat, cair, gas atau campurannya apabila dikenai
suatu aksi berupa panas, benturan atau gesekan akan berubah secara kimiawi menjadi
zat-zat lain yang lebih stabil, yang sebagian besar atau keselurhannya berbentuk gas,
dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat singkat disertai efek
panas dan tekanan yang sangat tinggi.
Page 23
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
1) WEAPON / Senjata-senjata
1) Stabilitas ( Stability ) merupakan petunjuk keamanan dan daya tahan barang baoik
dalam penanganan ( handling ) maupun dalam penyimpanan.
2) Kekuatan ( Strength) adalah ukuran besar kecilnya tenaga yang dihasilkan oleh suatu
bahan peledak yang merupakan ukuran kemampuan bahan peledak tsb untuk
menghancurkan objek tertentu.
4) Massa Jenis ( Density) makin tinggi massa jenis maka makin terpusat energi dalam
bahan peledak sehingga makin besar efek ledakannya
Page 24
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
a. Senjata Nuklir
Nuklir adalah bagian terkecil dari suatu benda (atomik) yang terdiri dari proton,
elektron dan neutron. Fisi adalah proses pembelahan inti menjadi bagian-bagian yang
hampir setara, dan melepaskan energi dan neutron dalam prosesnya. Jika neutron ini
ditangkap oleh inti lainnya yang tidak stabil, inti tersebut akan membelah juga, memicu
reaksi berantai . Jika neutron yang digunakan dalam reaksi fisi dapat dihambat,
misalnya dengan penyerap neutron, maka reaksi fisi dapat dikendalikan. Hal inilah
yang membuat reaktor nuklir dibangun. Neutron yang bergerak cepat tidak boleh
menabrak inti atom, mereka harus diperlambat, umumnya dengan menabrakkan
neutron dengan inti dari pengendali neutron sebelum akhirnya mereka bisa dengan
mudah ditangkap. Saat ini, metode seperti ini umum digunakan untuk menghasilkan
listrik.
Jika inti atom bertabrakan, dapat terjadi fusi nuklir, Yaitu sebuah proses saat dua inti
atom bergabung, membentuk inti atom yang lebih besar dan melepaskan energi.
Proses fusi yang paling sering terjadi adalah pada bintang, yang mendapatkan energi
dari fusi hidrogen dan menghasilkan helium.
Senjata nuklir adalah alat peledak yang mendapatkan daya ledaknya dari reaksi nuklir,
entah itu reaksi fisi atau kombinasi dari fisi dan fusi
a) Ledakan nuklir akan menimbulkan bereaksi fusi dan fisi yang tidak terkendali
b) Jumlah energi yang dilepaskan berkisar dari 1 ton TNT s ampai 500 kiloton TNT
Page 25
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
b. Senjata Biologi
Senjata biologi (biological weapon) adalah senjata yang menggunakan patogen (bakteri,
virus, atau organisme penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh,
melukai, atau melumpuhkan musuh.[1] Dalam pengertian yang lebih luas, senjata biologi
tidak hanya berupa organisme patogen, tetapi juga toksin berbahaya yang dihasilkan
oleh organisme tertentu. Dalam kenyataanya, senjata biologi tidak hanya menyerang
manusia, tetapi juga hewan dan tanaman
1) Terdiri dari mikroorganisme hidup yang sifatnya dapat membunuh dan membuat
sakit yang sangat sulit untuk mendeteksi dalam waktu singkat
3) Dapat menembus perlindungan yang tidak dapat ditembus oleh senjata lain
c. Senjata Kimia
b. Zat pencekik; bekerja pada saluran pernafasan sehingga membengkak dan penuh
lendir akhirnya kekurangan O2, Cont;phosgen, diphosgen
d. Zat peracun darah; dapat masuk melalui pernafasan dan termakan yang dapat
memblokir O2 dari darah. Cont; HZN (asam cyanida), cyanogen clorida, arsine
e. Zat pelepuh kulit; menyebabkan gelembung gelembung pada kulit juga berakibat
pada mata dan paru paru. Cont; nitrogen mustard, phosgen-oxima, lewisite,
ethyldichloroarsine
d. Radiasi Sinar X
Sinar-X dihasilkan dari elektron bergerak pada kecepatan yang tinggi dan secara
tiba-tiba terjadi perubahan kecepatan di dalam sebuah tabung (tube). Di dalam
sebuah tabung x-ray terdapat katoda (-) yang merupakan sebuah filamen yang
dipanaskan oleh tenaga elektrik. Sinar-X yang dihasilkan dengan tenaga 20-40 keV
mempunyai panjang gelombang 10-7 cm dan sinar ini dikatakan sinar-X lembut (soft-
rays). Sinar-X yang dihasilkan dengan 40-125 keV mempunyai gelombang 10-8 cm.
Sinar ini kerap digunakan untuk pemeriksaan x-ray diagnostik, manakala panjang
gelombang yang lebih pendek lagi yang dihasilkan dengan tenaga 200-1000 keV
digunakan dalam rawatan radioterapi yang lebih dalam (deep radiotheraphy). Sinar
ini biasanya berukuran < 10-8 cm (hard-rays).
Page 27
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
spontan. Bahan yang memiliki sifat radiasi disebut bahan radio aktif. Dua tahun
kemudian Marie Curie dan Pieri Curie menemukan unsur Polonium(Po) dan
Radium(Ra) memiliki sifat yang sama dengan uranium
e. Sifat Sinar X
c. Ketika tangan terpapar sinar X di atas plat fotografi, maka akan tergambar foto
tulang tersebut pada pelat fotografi
Sinar X dapat menyebabkan gen mengalami ionisasi sehingga sifatnya menjadi labil
yang akhirnya akan merubah susunan DNA. Gen gen yang terkena radiasi, ikatannya
putus dan susunan kimianya berubah dan terjadilah mutasi genetik. Target utama
kematian sel yang diinduksi oleh radiasi adalah DNA. Radiasi dapat menimbulkan
efek pada DNA. Struktur DNA berbentuk heliks ganda. Kerusakan DNA akibat radiasi
berupa putus dan patahnya ikatan salah satu strand DNA. Sel mampu melakukan
proses perbaikan terhadap kerusakan DNA dalam beberapa jam, tetapi tidak dapat
sempurna . Proses perbaikan dengan kesalahan dapat menghasilkan mutasi gen dan
abnormalitas kromosom. Contoh. Marie Curie, pada tahun 1934 meninggal karena
menderita Leukimia. Penyakit tersebut besar kemungkinan karena terkena paparan
radiasi, karena seringnya beliau berhubungan dengan zat zat radioaktif
Peralatan sekuriti merupakan alat bantu bagi petugas untuk memperlancar kegiatan
pemeriksaan dan memberikan kenyamanan, kemudahan dan keakuratan.
Page 28
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
a. Mesin X – RAY
Penetrasi tinggi dari radiasi electromagnetic dari gelombang sangat pendek (very short
wavelength) antara 10-10 s.d 10-12 Cm.
3) X-ray Generator
Ealed oil bath with forced air
Fungsi mesin X-ray Membantu dalam melihat isi suatu bagasi dan cargo melalui layar
monitor tanpa membukanya.
Page 29
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
1) Orange : Bahan yang dibuat dari bahan organik yaitu yg berasal dari makhluk hidup.
(tumbuhan / hewan).
2) Hijau : Bahan yang dibuat dari bahan antara organik dan inorganik.
3) Biru : Bahan yang dibuat dari inorganik yaitu yg bukan dari makhluk hidup.
FASILITAS X-RAY :
1) Tombol B/W Reverse : Membalikan warna dari Hitam ke putiih / putih ke hitam
2) Tombol Edge Trace : Memberikan arsir dan bentuk pada layar HP
3) Tombol High Penetration : Untuk menambah penyinaran X-Ray.
4) Tombol Pseudo : Untuk menampilkan warna sampai 3 x baik HP.
5) Tombol Lighter : Menerangkan latar belakang warna pada layar monitor.
6) Tombol Darker : Menggelapkan latar belakan warna pada layar monitor.
7) Tombol Normal : Menormalkan kembali bila menggunakan 5 dan 7.
8) Tombol Inorganik Strip : Merubah warna menjadi organik.
9) Tombol Organik Strip : Merubah warna menjadi inorganik.
10) Tombol Zoom : Merubah tampilan monitor.
OS (Organic Stripping)
BW (Black White)
Page 30
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
a) Metal
b) Ferrous dan Non Ferrous
-SENSITIFITAS
a) Dapat diatur
-ALARM
-SAFETY
-MENDETEKSI
a) Metal
b) Ferrous dan Non Ferrous
-SENSITIFITAS
a) Dapat diatur
-ALARM
a) Audio dan/atau visual
-SAFETY
a) Alat pacu jantung
b) Media perekam magnetik
Page 31
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
RINGKASAN MATERI BASIC AVSEC
Page 32
SUGENG SUWITO
06 SEPTEMBER 2019
cExsplosive Trace Detection
1) Collect
2) Separate
3) Detect
4) Residues or vapors of explosives
5) False Alarms can be caused by innocent contamination
6) Detect & identify microscopic amounts of explosive material
7) Used for detection of the explosive component of an IED
8) Can be used in conjunction with X-Ray and physical search to provide an
additional layer of security
9) Slow, intrusive and labor Intensive to be effective
10) Trace alarm does not necessarily mean there is a bomb in the bag
a) Passenger using certain medications
b) Fertilizer
c) Residues from hobbies or profession
Posisi yang harus dilakukan pada saat orang atau penumpang berada di dalam Walk-
Through Threat Detection yang paling baik posisi tangan diangkat (Vertical Up).
Page 33
SUGENG SUWITO
BALI 06 SEPTEMBER 2019
Ketentuan orang atau penumpang yang akan diperiksa dengan Walk Through Threat
Detection Body Scanning sebagai berikut
1) Petugas operator harus sesuai dengan yang diperiksa untuk menjaga privacy
orang/penumpang
3) Benda yang telah dilepaskan dari saku harus diperiksa dengan menggunakan X-
Raay
Page 34
SUGENG SUWITO
BALI 06 SEPTEMBER 2019
PERALATAN PENDUKUNG CCTV
a) Kamera fixed
b) Kamera pantil zoom (ptz)
c) Monitor
d) Perekaman
e) Peralatan pengatur/pengendali
kamera
f) Peralatan pendukung
Page 35
SUGENG SUWITO
BALI 06 SEPTEMBER 2019