Anda di halaman 1dari 9

Teknik Sipil 18

Perencanaan Lapangan Terbang


AS – 05
PEMERIKSAAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN

(DUCTILITY OF BITUMINOUS MATERIALS)


(SNI 06-2432-2011)

1. Tujuan

1.1 Tujuan Praktikum

Agar mahasiswa mampu:

a. Menyiapkan bahan bitumen pada cetakan daktilitas.

b. Menjalankan dan mengerti mesin uji daktilitas dengan benar.

c. Menentukan harga daktilitas dengan tepat.

1.2 Tujuan Pemeriksaan

1.2.1 Maksud Pemeriksaan

Untuk menguji nilai daktilitas bahan bitumen dengan cara mengukur


jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi
bitumen keras sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
Selain itu pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekenyalan aspal
yang dapat dinyatakan dengan panjang pemuluran aspal yang dapat
tercapai hingga sebelum putus.

1.2.2 Tujuan Pemeriksaan

Memeriksa apakah nilai daktilitas aspal memenuhi spesifikasi SNI


8135:2015
2. Terminologi

a) Kekuatan tarik
Salah satu sifat bahan yang menyatakan besarnya kekuatan bahan tersebut
dalam menahan gaya tarik (tensile stress). Biasanya dinyatakan dalam kN
atau kg.
b) Bitumen keras

Muhammad Hidayat / F 111 18 245


2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
Bitumen yang berbentuk padat pada saat keadaan penyimpanan (suhu
ruang).

3. Teori Dasar

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur jarak terpanjang yang


dapat terbentuk dari bahan bitumen pada 2 cetakan kuningan, akibat penarikan
dengan mesin uji, sebelum bahan bitumen tersebut putus. Pemeriksaan ini
dilakukan pada suhu 25° C dan dengan kecepatan tarik mesin 50 mm per menit
(dengan toleransi 5%).

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui salah satu sifat mekanik bahan
bitumen yaitu seberapa besar bahan ini menahan kekuatan tarik yang diwujudkan
dalam bentuk kemampuannya untuk memenuhi syarat jarak tertentu (dalam
pemeriksaan ini adalah 100 cm) tanpa putus. Apabila bahan bitumen tidak putus
setelah melewati jarak 100 cm, maka dianggap bahan ini mempunyai kemampuan
untuk menahan kekuatan tarik yang tinggi dan juga memiliki daya lekat aspal
yang baik dan bisa digunakan dalam perkerasan jalan.

4. Prosedur Praktikum (AASHTO T 51 – 89)


4.1 Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1) Cetakan kuningan (seperti terlihat pada Gambar 1). Cetakan ini terdiri
dari 2 bagian, yaitu bagian yang disebut clip dengan sebuah lubang
pada bagian belakang dan bagian samping cetakan yang berfungsi
sebagai pengunci clip sebelum cetakan ini diuji. Pada saat pengujian,
bagian samping ini harus dilepas;

Gambar 1. Cetakan Kuningan


Muhammad Hidayat / F 111 18 245
2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
(Sumber : Laboratorium Transportasi & Jalan Raya, Fakultas Teknik Universitas
Tadulako)

2) Pelat alas cetakan;


3) Bak perendam, isi 10 liter yang dapat mempertahankan suhu
pemeriksaan dengan toleransi yang tidak lebih dari 0.5° C dari suhu
pemeriksaan. Kedalaman air pada bak ini tidak boleh kurang dari 50
mm di bawah permukaan air. Air di dalam bak perendam harus bebas
dari oli dan kotoran lain serta bebas dari bahan organik lain yang
mungkin tumbuh di dalam bak;
4) Termometer;
5) Mesin uji yang dapat menjaga sampel tetap terendam dan tidak
menimbulkan getaran selama pemeriksaan;

Gambar 2. Mesin Pengujian Daktilitas Bahan Aspal


(Sumber : Laboratorium Transportasi & Jalan Raya, Fakultas Teknik Universitas
Tadulako)
6) Alat pemanas, untuk mencairkan aspal keras;
7) Methyl alcohol teknik dan sodium clorida teknik.

4.2 Penyiapan Sampel

1) Menyusun bagian-bagian cetakan kuningan;


2) Melapisi bagian atas dan bawah cetakan serta seluruh permukaan pelat
alas cetakan dengan bahan campuran dextrin dan glicerin atau
amalgam;
3) Memasang cetakan daktilitas di atas pelat dasar;
Muhammad Hidayat / F 111 18 245
2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
4) Memanaskan contoh bitumen kira-kira 100 gram sehingga cair dan
dapat dituang. Untuk menghindarkan pemanasan setempat, lakukan
dengan hati-hati. Pemanasan dilakukan sampai suhu antara 56° sampai
111° C di atas titik lembek;
5) Menuangkan contoh bitumen dengan hati-hati ke dalam cetakan
daktilitas dari ujung ke ujung hingga penuh berlebihan;
6) Mendinginkan cetakan pada suhu ruang 30 sampai 40 menit lalu
memindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah
disiapkan pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan spesifikasi) selama
30 menit;
7) Meratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula yang
panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.

4.3. Prosedur Pelaksanaan

1) Sampel didiamkan pada suhu 25° C dalam bak perendam selama 85


sampai 95 menit, kemudian lepaskan cetakan sampel dari alasnya dan
lepaskan bagian samping dari cetakan;
2) Memasang cetakan daktilitas yang telah terisi sampel pada alat mesin
uji dan menjalankan mesin uji sehingga akan menarik sampel secara
teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai sampel putus. Perbedaan
kecepatan  5% masih diijinkan;
3) Membaca jarak antara pemegang cetakan, pada saat sampel putus
(dalam cm). Selama percobaan berlangsung sampel harus terendam
sekurang-kurangnya 2,5 cm di bawah permukaan air dan suhu harus
dipertahankan tetap (25  0,5)° C.

5. Pelaporan

Data Hasil Pengamatan Percobaan Daktilitas :

 Panjang putus untuk sampel I:

Sampel 1 = 136,8 cm

Muhammad Hidayat / F 111 18 245


2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
 Panjang putus untuk sampel II:

Sampel 2 = 108,7 cm

 Panjang putus rata – rata:

Rata – rata = (136,8 + 108,7) / 2 = 122,75 cm

Berdasarkan pengujian daktilitas pada suhu 25oC dan percobaan pengukuran pada
alat diperoleh bahwa sampel 1 dengan jarak 136,8 cm bitumen sudah putus dan
sampel 2 dengan jarak 108,7 cm bitumen juga sudah putus, sehingga rata-rata sampel
pengujian daktilitas adalah 122,75 cm.

6. Diskusi

Pada saat pengujian, apabila sampel menyentuh dasar mesin uji atau terapung
pada permukaan air maka pengujian dianggap gagal. Untuk menghindari hal
semacam itu maka berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis sampel dengan
menambahkan methyl alkohol atau sodium clorida. Apabila pemeriksaan normal
tidak berhasil setelah dilakukan tiga kali, maka dilaporkan bahwa pengujian
daktilitas bahan bitumen tersebut gagal.

Dalam pemeriksaan daktilitas, panjang bitumen yang didapatkan pada saat


sebelum putus harus memenuhi spesifikas SNI 8135:2015 ≥ 100 cm, jika panjang
bitumen yang didapakan pada saat sebelum putus ≥ 100 cm menunjukkan bahwa
bitumen yang digunakan memiliki daktilitas yang tinggi dan baik digunakan pada
perkerasan jalan. Jika panjang bitumen yang didapakan pada saat sebelum putus
< 100 cm menunjukkan bahwa bitumen yang digunakan memiliki daktilitas rendah
dan tidak dapat digunakan pada perkerasan jalan.

Daktilitas aspal sangat mempengaruhi sifat kohesi aspal. Kohesi adalah


kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan agregat agar tetap ditempatnya
setelah terjadi pengikatan. Apabila daktilitas aspal rendah, maka sifat kohesi aspal
akan berkurang. Hal ini yang menyebabkan aspal tersebut tidak dapat digunakan
pada perkerasan jalan, karena aspal tersebut telah bersifat getas atau kaku. Bila
dipaksakan aspal tersebut digunakan pada perkerasan jalan, hal ini dapat
menyebabkan retak pada perkersan jalan.

Muhammad Hidayat / F 111 18 245


2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh jarak putus aspal lebih
besar dari 100 cm. Untuk sampel 1 sebesar 136,8 cm dan untuk sampel 2 sebesar
108,7 cm dengan nilai rata-rata dari kedua sampel adalah 122,75 cm sudah putus.

7. Kesimpulan dan Saran

7.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan diperoleh nilai rata-rata daktilitas sebesar 122,75 cm.
Dimana nilai yang didapatkan dari pengujian tersebut memenuhi spesifikasi SNI
2432:2011 yaitu lebih besar dari 100 cm.

7.2 Saran

Pada saat melakukan praktikum ini, ketersediaan bahan yang dibutuhkan


pada saat pengujian sebaiknya dilengkapi sesuai dengan prosedur yang berlaku,

Muhammad Hidayat / F 111 18 245


2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
misalnya penggunaan Natrium Clorida (garam) atau Asam Clorida (HCl) dalam
percobaan ini yang seharusnya menggunakan Methyl Alkohol dan Sodium
Clorida sebagai penyeimbang berat jenis sampel (aspal) dengan air.

Muhammad Hidayat / F 111 18 245


2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
Tabel 1. Persyaratan aspal keras spesifikasi Bina Marga 2018 (Revisi 2)

(Sumber : Spesifikiasi Umum Bina Marga 2018 Revisi 2)

Muhammad Hidayat / F 111 18 245


2021
Teknik Sipil 18
Perencanaan Lapangan Terbang
LAMPIRAN

Muhammad Hidayat / F 111 18 245


2021

Anda mungkin juga menyukai