Anda di halaman 1dari 8

Prosiding SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan)

Politeknik Sukabumi, 21 September 2019

Optimasi Sistem Pendingin Untuk Penggunaan


Kembali Ethylene Glycol
Amri Abdulah1, Sukarman2, Dede Ardi Rajab3
1,2,3
Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana
Purwakarta, Indonesia
amri@stt-wastukancana.ac.id

Abstrak

Etilin Glikol (EG) pada proses akhir polikondensasi di industri polimer membutuhkan perawatan dengan cara
mendinginkan EG yang ada di tangki penampungan, EG yang telah didinginkan yaitu EG(spray) dapat digunakan kembali
untuk cairan semprot di peralatan ejektor yang fungsinya menjaga kestabilan suhu Uap EG pada proses pemvakuman,
sistem pendingin EG(spray) saat ini menggunakan Plate Heat Exchanger1(PHE1) dengan cairan dingin yaitu Air yang
diberi nama Air(Cooling), sistem pendingin ini memerlukan peningkatan kinerja untuk mendukung penambahan kapasitas
produksi, sehingga pada saat kapasitas bertambah kondisi pemvakuman tetap stabil. Metode penyelesaian masalah
dalam kasus ini yaitu optimasi sistem pendingin EG(spray) dengan cara melakukan pendinginan awal terhadap Air(Cooling)
menggunakan PHE2, cairan dingin yang digunakan di PHE 2 menggunakan Air yang di beri nama Air (Chilled) yang
mempunyai suhu 7ᵒC sampai 9ᵒC suhu ini lebih rendah dari Air(Cooling) yaitu sekitar 30ᵒC sampai 35ᵒC, keuntungan
menggunakan metode ini yaitu Air (Chilled didapat dengan memanfaatkan energi terbuang, dasar perhitungan perkiraan
suhu masuk dan keluar untuk cairan dingin dan panas di PHE1 dan PHE 2 menggunakan persamaan keseimbangan
energi. Hasil akhir dari optimasi sistem pendingin yaitu meningkatnya kinerja PHE1 dengan indikasi suhu keluaran
EG(spray) di PHE1 ada penurunan suhu sebesar 5.32ᵒC dari suhu sebelumnya yaitu 38.32ᵒC menjadi 33ᵒC.

Kata kunci:Etilin, Glikol,Kondensasi, Exchanger, Vakum, Ejektor

I. PENDAHULUAN hexchanger [2], Penelitian mengenai metode desain


untuk PHE dengan dan tanpa spesifikasi penurunan
Tahap akhir proses produksi polimerisasi yaitu tekanan, juga menyajikan panduan untuk
di reaktor polikondensasi, uap EG(vapours) dari reaktor merancang pelat penukar panas[3] Penelitian
akan terhisap oleh pompa vakum dan uap EG (vapours) mengenai pemilihan konfigurasi PHE atau
di kondensasi oleh ejektor dengan cara pengaturan pass untuk aplikasi multi-pass[4],
disemprotkan EG(spray)yang mempunyai suhu lebih Penelitian mengenai pemilihan pola pelat yang
dingin ke uap EG(vapours) di ejektor sehingga Uap optimal dari PHE untuk meminimalkan area
EG(vapours) terkondensasi dan ditampung ke tangki perpindahan panas[5], Penelitian mengenaiefek
penampungan dan dilakukan proses pendinginan maldistribusi aliran terhadap respon transien[6],
agar EG dapat digunakan kembali, proses Penelitian mengenai dinamika model plate heat
pendinginan dilakukan menggunakan PHE1 dimana exchanger[7].
Air(Cooling) sebagai fluida-dingin dan EG sebagai Pada tulisan ini dibahas mengenai peningkatan
fluida-panas, untuk menambah proses produksi kinerja PHE1 dengan cara melakukan pendinginan
polimerisasi perlu didukung juga oleh sistem awal Air(Cooling)menggunakan PHE2, fluida-dingin
pendingin yang lebih baik kinerjanya, para peneliti yaitu Air(chilled) didapat dengan memanfaatkan energi
telah melakukan penelitian mengenai PHE, kinerja terbuang, dan dimensi PHE2 lebih kecil dari
PHE dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor PHE1sehingga dalam proses perawatan lebih
pengotoran distribusi aliran dan lain-lain. mudah dan murah.
Percobaan simulasi tingkat pengotoran pada
pelat menggunakan CFD lalu hasil komputasi
dibandingkan dengan hasil percobaan[1],
Penelitian pada konfigurasi desain plate heat

73
Prosiding SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan)
Politeknik Sukabumi, 21 September 2019

II. STUDI LITERATUR B. Air(Cooling)


Air(cooling) digunakan sebagai fluida pendingin di
A. Alat penukar kalor plant polimerisasi seperti pendingin EG(Spray),
Alat penukar kalor jenis pelat (PHE) banyak pendingin pada Alat Penukar Kalor, Pendingin
digunakan diindustri karena kemampuannya dalam Pompa. Air(cooling) setelah digunakan di Plant
memindahkan panas sangat baik, mudah dalam polimerisasi akan mengalami kenaikan suhu air
perawatan, pembersihan, atau memodifikasi area sehingga harus didinginkan di Cooling tower agar
perpindahan panas. Plate Heat Exchanger (PHE) air dapat digunakan kembali sebagai pendingin di
adalah salah satu jenis Heat Exchanger yang terdiri Plant, suhu Air masuk ke di Cooling tower yaitu
dari pelat (plate) dan rangka (frame), proses antara 32oC-37 oC dan suhu Air keluar dari Cooling
perpindahan panas terjadi diantara kedua fluida Tower antara 29oC-30oC, suhu ini dipengaruhi juga
pada sisi pelat. Tujuan perpindahan kalor di dalam oleh faktor luar seperti suhu ruangan sehingga
proses industri diantaranya adalah memanaskan aktual suhu Air yang ada di Plant lebih tinggi dari
atau mendinginkan fluida hingga mencapai panas suhu air normal pada umumnya.
tertentu yang dapat memenuhi persyaratan untuk
proses selanjutnya serta mengubah keadaan fluida C. Air(Chilled)
seperti evaporasi, kondensasi, dan lain-lain. Air(Chilled) atau Demineralized Water adalah air
PHE1 dalam penelitian ini fungsinya untuk yang diproses oleh Chiller, Air(Chilled) digunakan
mendinginkan EG agar dapat digunakan kembali untuk berbagai keperluan diantaranya adalah
sebagai fluida-semprot di ejektor, Perhitungan pendingin katalis, pendingin Melt Polimer di chips
perkiraan kebutuhan suhu air yang masuk ke PHE1 cutter, pendingin pada Air Handling Unit,
dengan harapan suhu keluaran EG dibawah 35oC, Pendingin Udara. Proses yang terjadi pada chiller
yaitu dengan menggunakan prinsip keseimbangan terdiri dari proses kompresi, kondensasi, ekspansi
energi yaitu, Energi yang Masuk = Energi yang dan evaporasi. Proses ini terjadi dalam satu siklus
keluar yang dibahas oleh [8]. tertutup.

D. Ejektor
Ejektor adalah perangkat yang banyak
digunakan sebagai pompa, kompresor, mixer,
pemanas atau alat transportasi di banyak industri,
penelitian mengenai pemasangan unit impeller pada
ejektor yang memungkinkan untuk mendapatkan
efisiensi dari ejektor dan mengurangi laju aliran
fluida dan konsumsi daya untuk operasinya [10].

III. METODE PENELITIAN


Metode penelitian yang dilakukan yaitu dengan
mengamati sistem kondensasi Uap EG di ejektor
Gambar 1. Plate Heat Exchanger [9]
dan Sistem Pendinginan EGSpray,wawancara, studi
literatur yang berhubungan dengan permasalahan
Jumlah laluan (pass) yaitu satu pass/ U-
pada sistem pengkondensasian dan perhitungan
arrangement, seperti terlihat pada gambar 2.
perkiraan suhu keluaran untuk melakukan optimasi
sistem pendinginan EGSpray.Seperti terlihat pada
gambar 3.

Gambar 2. Single pass flow/ U-arrangement [8]

74
Prosiding SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan)
Politeknik Sukabumi, 21 September 2019

Tabel 1 adalah tabel hasil pengambilan data, lalu


Start
hasil wawancara dengan operator dilapangan jika
EG(vapour) yang dihisap pompa vakum diatas 50oC
Pengamatan sistem maka harus segera dilakukan perawatan baik di
1. Kondensasi EG di Ejektor pompa vakum maupun di PHE1, agar kondisi
2. Pendingin EG(spray) di PHE1 pemvakuman EG(vapour) berjalan normal.
3. Sistem Pendingin awal Air (Cooling)

Perhitungan:
A, U, Cc,Ch,q,qmax,E,NTU

Ejector 1

Ejector 2

Ejector 3
EG Vapour To Vaccum Pump

PHE 1 Cooling Water


Supply/Return

Analisa sistem Air(cooling) terpasang

Tank

Dokumentasi,
Pembuatan laporan EG Spray Pump

Gambar 4. Layout sistem vakum dan kondensasi

Finish Pada gambar 4 dapat dilihat layout dari sistem


pemvakuman dan penkondensasian EG(vapour) di
Gambar 3. Diagram alir penelitian ejektor.

A. Observasi sistem vakum dan kondensasi B. Sistem Pendinginan EG(Spray) di PHE1


Dari pengamatan, sistem kondensasi Sistem kerja pendinginan EG di PHE1, Air
EG(vapour)dan Sistem Pendingin EG(Spray) di proses (Cooling) sebagai fluida dingin di PHE1 dan EG(Spray)
akhir polimerisasi terdapat beberapa peralatan merupakan Fluida panas yang akan diturunkan
utama diantaranya yaitu tiga tahap ejektor, pompa suhunya, EG(Spray) yang telah diturunkan suhunya
vakum, PHE1, Pompa sirkulasi EG(Spray) dan tangki dialirkan ke sistem ejektor digunakan sebagai
penampungan. Dalam situasi normal bahwa suhu Fluida-semprot untuk mengkondensasi EG(vapour)
yang masuk ke pompa vakum harus dibawah 50oC dari Reaktor Polikondensasi, seperti terlihat pada
agar vakum stabil dengan produksi polimer sebesar gambar 5.
190 TPD. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Air (Cooling)
in
Tabel 1 dibawah ini.
Air (Cooling)
Tabel 1. Data hasil pengamatan out

No ToutEG Tout Tout Tin Tekanan EG (Spray) out


di EG di EG di pompa pompa
ejektor ejektor ejektor vakum vakum
1 2 3
ᵒC ᵒC ᵒC ᵒC Mbar
1 39.2 58.7 90.1 49.9 105.0
2 40.8 60.0 90.9 44.6 105.0
3 40.2 59.8 88.9 47.2 105.0
4 39.2 53.2 88.7 47.0 105.0
5 35.7 55.6 87.1 43.1 105.4
6 36.2 59.7 96.7 43.6 105.0 EG(Spray) in

7 36.1 55.9 91.3 50.0 105.0


8 35.5 57.4 90.9 49.6 105.6 Gambar 5. Sistem pendinginan EG(spray) di PHE1
9 35.5 57.6 81.4 42.5 105.0
10 35.8 58.0 82.7 43.6 105.2 Data perangkat PHE1 terpasang saat pengamatan
Average 37.4 57.6 88.9 46.1 105.1 dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.

75
Prosiding SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan)
Politeknik Sukabumi, 21 September 2019

Tabel 2. Data PHE1 3) Perhitungan Pendinginan Awal Air(Cooling)


Pada sistem pendinginan awal untuk Air(Cooling)
Hot Cold di PHE2 fluida yang digunakan yaitu, Air(Cooling)
Items
Fluid Fluid sebagai fluida panas dan Air (Chilled) sebagai fluida
EG(spray) Air(cooling) dingin, Untuk dasar perhitungan dengan langkah
Laju aliran masa (kg/s) 12.39 24.83 sebagai berikut :
Suhu masuk (oC) 55 35 a. Hitung berapa kapasitas fluida dingin Air
Suhu Keluar (oC) 38.32 40
(Chilled) menggunakan persamaan dari [11].
Kapasitas Panas kJ/kg.K 2.84 4.18
Konduktivitas (W/m.K) 0.253 0.613 ( ) ( )
Type PHE A 20-BFM
Area Efektif (m2) 58.74 = 44,43(kg/s)x 4,22(j/kg.C)x(12.87–9 C)
Bahan Pelat SS 304
Jumlah Pelat (Pcs) 68 = 725653.55 J/s
Ketebalan Pelat (mm) 0.5 b. menggunakan persamaan keseimbangan energi
Jumlah Pass (Pass) 1 hitung kebutuhan suhu keluaran di fluida panas
Konduktivitas (W/m · K) 17.5 Air (Cooling).

Dari hasil pengamatan pada kinerja PHE1 untuk


pendinginan EG(spray), terlihat Suhu keluar EG(spray) ( )
adalah 38.32 oC, suhu EG(spray) yang masuk ke Dimana:
ejektor ini perlu diturunkan lagi agar kondisi q= Kapasitas panas
vakum dapat stabil. mc= Laju aliran masa fluida dingin
cPc= panas spesifik fluida dingin
C. Metode optimasi sistem pendingin EG(spray) mh= Laju aliran masa fluida panas
Untuk meningkatkan kinerja PHE1 perlu cPh= panas spesifik fluida panas
dilakukan suatu optimasi dengan melakukan Th.out= Suhukeluar fluida panas
perubahan pisik di PHE tetapi tidak menambah Th.in= Suhu masuk fluida panas
daya masukan, maka pada kasus ini untuk optimasi Tc.out =Suhu Keluar Fluida dingin
kinerja PHE1 dengan cara melakukan pendinginan Tc.in= Suhu masuk fluida dingin
awal untuk Air(Cooling) dengan memanfaatkan energi
terbuang yaitu Air (Chilled). ( )

1) Pemanfaatan Sumber energi terbuang ( ) ( )


Energi yang digunakan pada metode ini yaitu = 28°C
Air (Chilled),yang merupakan Air yang telah melalui
proses demineralisasi (Demineralization Water) c. Koefisien perpindahan panas keseluruhan
oleh Chiller, aliran Air(Chilled) didapat dari proses (U)untuk Air ke Air adalah 6000-7500
lain di plant polimerisasi yaitu untuk proses W/m2.K, NIlai Rf=0 dalam keadaan bersih[9].
pendinginan Melt Polymer yang akan dipotong oleh
Mesin Pemotong (Chip Cutter). d. Area Perpindahan Panas
Area perpindahan panas yang dibutuhkan dapat
2) Dasar Pertimbangan dihitung menggunakan persamaan-persamaan
Peningkatan kinerja PHE1 yang dibutuhkan dibawah ini:
pada kasus ini yaitu dengan cara menambah PHE2
untuk pendinginan awal Air (Cooling), cara ini 1) Tingkat kapasitas panas minimum [11]
digunakan dengan pertimbangan:
a. Tidak adanya penambahan daya, jika ( )
menambah Laju airan massa fluida Air
(Cooling) pada PHE1 tentunya akan ( ) ( )
berdampak pada peningkatan produksi Air
(Cooling)
b. Biaya perawatan lebih mudah dan
ekonomis ( )

76
Prosiding SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan)
Politeknik Sukabumi, 21 September 2019

Tabel 3. Spesifikasi PHE2


( ) ( )
Type PHE NT150S CD-10
W/C Area Effektif (m2) 21.84
Bahan Pelat SS 304
Jumlah Pelat (Pcs) 44
2) Rasio kapasitas panas[11] Ketebalan Pelat (mm) 0.5
Jumlah Pass Pass 1
( )
Konduktivitas TermalSS304 W/m · K 17.5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Optimasi sistem pendingin EG(spray) yang
3) Tingkat perpindahan panas [11] dilakukan yaitu dengan melakukan pendinginan
awal Air (cooling), menggunakan PHE2 dengan fluida-
( ) ( ) dingin Air(Chilled) yang mempunyai suhu lebih
rendah. Layout seperti terlihat pada gambar 6.
Cooling Wate r
( ⁄ ) ( ) Note :
Supply/Re turn

= Valve
= Temp. Indication
Chille d Wate r
Supply/Re turn

Glycol to
4) Efektifitas[11] Eje ctor Spray

New HE
( )

Glycol From Pump

5) Number of Transfer Unit [11]


Gambar 6. Pendinginan awal Air(Cooling)di PHE2
sebelum masuk ke PHE1

A. Peningkatan Kinerja PHE


Peningkatan kinerja PHE sebelum dan sesudah
6) Luas Area [11]
optimasi, dari perhitungan didapat hasil yaitu
seperti ditampilkan dalam tabel 4 dibawah.
( )
Tabel 4. Data fluida di PHE1
Satuan Nilai
Laju alir Air(Cooling) (kg/s) 24,83
Laju alir EG (spray) (kg/s) 12,39
panas spesifik Air(Cooling) (kJ/kg.K) 4,18
panas spesifik EG(spray) (kJ/kg.K) 2,84
Tcin Air(Cooling) (ᵒC) 35
e. PHE yang digunakan pada pendinginan
Tcout Air(Cooling) (ᵒC) 40
awal Air (Cooling) yaitu jenis aliran silang,
Thin EG(spray) (ᵒC) 55
satu pass,Sepesifikasi alat dapat dilihat
Thout EG(spray) (ᵒC) 38,32
pada Tabel 3 dibawah ini.

77
Prosiding SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan)
Politeknik Sukabumi, 21 September 2019

Pada Tabel 4 merupakan nilai properti fluida Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa dengan
panas dan fluida dingin hasil pengamatan, dapat dilakukannya penurunan suhu masuk fluida dingin
dilihat bahwa suhu masuk fluida dingin (Tc.in) (Tcin) maka suhu Keluaran fluida panas (Thout)
adalah 35 ᵒC dan suhu keluaran fluida panas (Th.out) menurun.
sebesar 38,32ᵒC.
B. Analisa Luas Area Perpindahan Panas
Tabel 5 yaitu kinerja dari proses pendinginan Dari hasil perhitungan luas area menggunakan
Air(Cooling) dapat dilihat bahwa suhu keluaran fluida persamaan-persamaan dari[11] terdapat perbedaan
panas(Thout) menurun menjadi 28 ºC. dengan aktual luas area (A) pada PHE2. luas area
PHE2 aktual yang digunakan lebih besar 23,71%
Tabel 5. PerhitunganPendinginan Awal Air(Cooling) dari PHE2 hasil perhitungan dikarenakan
Satuan Nilai perhitungan tidak menghitung faktor pengotor
Laju alir Air(Cooling) (kg/s) 24,83 (Rf=0). Kelebihan surface area untuk menjaga
Laju alir Air(chilled) (kg/s) 44,43 penurunan suhu keluaran dikarenakan faktor
panas spesifik Air(Cooling) (kJ/kg.K) 4,18 pengotor yang dapat mengurangi kinerja PHE.
panas spesifik Air(chilled) (kJ/kg.K) 4,22
Tcin Air(chilled) (ᵒC) 9
Tcout Air(chilled) (ᵒC) 12,89
C. Sistem Ejektor dan Vakum
Thin Air(Cooling) (ᵒC) 35 Setelah dilakukan penambahan PHE2, suhu di
Thout Air(Cooling) (ᵒC) 28 Ejektor dan pompa vakum dapat dilihat di Tabel 7.
Di ejektor 1, 2 dan 3 terlihat ada kenaikan dan
Tabel 6. PerhitunganPHE 1 Setelah Optimasi penurunan suhu lalu suhu Uap EG yang masuk ke
Satuan Nilai pompa vakum masih dalam batas normal yaitu
sebesar 46.7ºC. pada saat jumlah produksi dinaikan
Laju alir Air(Cooling) (kg/s) 24,83
menjadi 225 TPD.
Laju alir EG (spray) (kg/s) 12,39
panas spesifik Air(Cooling) (kJ/kg.K) 4,18 Tabel 7. Sebelum dan Sesudah Optimasi Sistem
panas spesifik EG(spray) (kJ/kg.K) 2,84
Before After Keterangan
Tcin Air(Cooling) (ᵒC) 28
Tout-EG Ejektor 1 37.4 41.3 Naik 3.9 ºC
Tcout Air(Cooling) (ᵒC) 35,4
Tout-EG Ejektor 2 57.6 65.9 Naik 8.4 ºC
Thin EG(spray) (ᵒC) 55
Tout-EG Ejektor 3 88.9 78.5 Turun 10.3 ºC
Thout EG(spray) (ᵒC) 33
Tin-EG Pompa 46.1 46.7 Naik 0.6 ºC
P- Pompa 105.1 95 Turun 10.1 mbar
Tabel 6 merupakan data properti fluida dan suhu,
Produksi 190 225 Naik 35 TPD
setelah dilakukan optimasi sistem pendingin
(Precooling), dapat dilihat bahwa suhu keluaran EG
adalah 33ºC.
Gambar 8 Menjelaskan tentang proses
kondensasi Uap EG di ejektor, Uap EG dari reaktor
polikondensasi masuk ke ejektor dan di ejektor uap
EG di kondensasi dengan cara disemprot oleh
EG(spray) yang telah melalui proses pendinginan di
PHE1, EG yang terkondensasi lalu ditampung
ditangki penampungan dan selanjutnya
disirkulasikan oleh pompa sentripugal untuk
digunakan kembali sebagai EG(spray), PHE2
merupakan Optimasi sistem pendingin dengan cara
melakukan pendinginan awal Air(cooling) untuk
meningkatkan kinerja di PHE1, Fluida dingin di
PHE2 yaitu Air (Chilled).

Gambar 7. Grafik Kinerja PHE

78
Prosiding SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan)
Politeknik Sukabumi, 21 September 2019

Ejector 1

Ejector 2

Ejector 3
EG Vapour To Vaccum Pump

PHE 1 Cooling Water


Supply/Return

PHE 2 Chilled Water


Tank Supply/Return

EG Spray Pump

Gambar 8. Layout sistem pengkondensasian Uap EG

V. KESIMPULAN Chem. Eng. Process., vol. 31, no. 1, pp. 49–56,


1992.
[5] W. W. Focke, “Selecting Optimum Plate Heat
Pokok permasalahan pada tulisan ini yaitu
Exchanger Surface Patterns,” J. Heat Transfer, vol.
penggunaan energi terbuang yaitu Air(Chilled) untuk 108, no. 1, p. 153, 2009.
pendinginan awal Air(cooling) dengan menggunakan [6] N. Srihari, B. Prabhakara Rao, B. Sunden, and S. K.
PHE2, sehingga Air(cooling) suhunya turun lalu Das, “Transient response of plate heat exchangers
Air(cooling) digunakan sebagai Pendingin EG di PHE1. considering effect of flow maldistribution,” Int. J.
Metode yang digunakan ini lebih hemat energi Heat Mass Transf., vol. 48, no. 15, pp. 3231–3243,
karena menggunakan energi terbuang. Kinerja PHE1 2005.
meningkat setelah dilakukan pendinginan awal pada [7] M. C. Georgiadis and S. Macchietto, “Dynamic
Air(cooling) dengan indikator suhu keluaran EG(spray) modelling and simulation of plate heat exchangers
dari PHE1 menurun. under milk fouling,” Chem. Eng. Sci., vol. 55, no. 9,
pp. 1605–1619, 2000.
[8] S. Kakaç, H. Liu, and A. Pramuanjaroenkij, Heat
Exchangers: Selection, Rating, and Thermal Design,
Third Edition, vol. 6. 2012.
REFERENSI [9] A. Laval, Heating and cooling solutions from Alfa
[1] T. Kho and H. Müller-Steinhagen, “An experimental Laval. 2014.
and numerical investigation of heat transfer fouling [10] A. R. Ismagilov, E. K. Spiridonov, and O. V.
and fluid flow in flat plate heat exchangers,” Chem. Belkina, “Liquid Jet Ejector Efficiency
Eng. Res. Des., vol. 77, no. 2, pp. 124–130, 1999. Improvement,” Procedia Eng., vol. 206, pp. 99–106,
[2] J. A. W. Gut and J. M. Pinto, “Optimal configuration 2017.
design for plate heat exchangers,” Int. J. Heat Mass [11] F. P. Incropera, Fundamental of Heat and Mass
Transf., vol. 47, no. 22, pp. 4833–4848, 2004. Transfer, Seventh. Jhon Wiley & Sons, 2011.
[3] L. Wang and B. Sundén, “Optimal design of plate
heat exchangers with and without pressure drop
specifications,” Appl. Therm. Eng., vol. 23, no. 3, pp.
295–311, 2003.
[4] T. Zaleski and K. Klepacka, “Plate heat exchangers-
method of calculation, charts and guidelines for
selecting plate heat exchanger configurations,”

79
Prosiding SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan)
Politeknik Sukabumi, 21 September 2019

80

Anda mungkin juga menyukai