PRAKTIKUM LABORATORIUM
MOTOR BAKAR
OLEH
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Kepala Laboratorium
KARTU ASISTENSI
(ARJAT)
STB: D021 17 1023
KARTU ASISTENSI
(AHMAT SUBARI)
STB: D021 17 1019
A. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Erina Dwi Ramadhani
Nama Panggilan : Erina
Tempat / Tanggal Lahir : Pinrang, 04 Januari 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama Orang tua
Ayah : Muh. Ramli Gani, SH
Ibu : Andi Hartina
Pekerjaan Orang tua
Ayah : PNS
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Golongan Darah : O
Alamat : Jln. Mangga Komp. Eks PKG
Telepon /No. HP : 085343911200
Instagram : erindwr_
E-mail : erinadwir01@gmail.com
Facebook : Erina Dwi Ramadhani
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
-SDN 161 Pinrang
-SMP Negeri 1 Pinrang
-SMK Negeri 1 Pinrang
Pengalaman Organisasi
- HMM FT-UH
Prestasi
-
NOMENKULATUR
T Torsi Nm
d Diameter Silinder mm
s Langkah Piston mm
Do Diameter Orifice mm
Km Komposisi mol -
Kb Komposisi berat -
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
jurnal praktikum ini secara lengkap. Meskipun banyak hambatan yang penulis
alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikannya
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa jurnal praktikum ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca agar kami lebih teliti dalam melakukan penulisan selanjutnya.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari laporan ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL.........................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................ii
LEMBAR ASISTENSI................................................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................................v
NOMENKLATUR......................................................................................................vii
KATA PENGANTAR...................................................................................................x
DAFTAR ISI.................................................................................................................xi
PETUNJUK UMUM PRAKTIKUM........................................................................xii
A. PENGUJIAN MOTOR DIESEL
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2
I.1 Latar Belakang......................................................................................2
I.2 Tujuan Praktikum..................................................................................3
I.3 Manfaat Praktikum................................................................................4
BAB II TEORI DASAR...........................................................................................5
II.1 Sejarah Mesin Diesel.............................................................................5
II.2 Pengertian Mesin Diesel.......................................................................6
II.3 Prinsip Kerja Mesin Diesel...................................................................7
II.4 Diagram P-V.......................................................................................11
II.5 Diagram Indikator...............................................................................12
II.6 Diagram Katup....................................................................................14
II.7 Densitas...............................................................................................18
II.8 Nilai Kalor...........................................................................................22
II.9 Bagian dan Fungsi Motor Diesel.........................................................23
BAB III PENGUJIAN............................................................................................28
III.1 Tabel Data Hasil Pengujian.................................................................28
III.2 Pengolahan Data..................................................................................29
III.3 Tabel Data Hasil Perhitungan.............................................................36
III.4 Diagram Sankey..................................................................................37
III.5 Grafik dan Pembahasan.......................................................................43
BAB IV PENUTUP...............................................................................................58
IV.1 Kesimpulan..........................................................................................58
IV.2 Saran....................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................60
1. PERATURAN PRAKTIKUM
A. KEHADIRAN
a. Sesuai jadwal praktikum yang ditetapkan.
Kehadiran dianggap absen jika terlambat 5 menit dari jadwal yang
telah ditentukan.
b. Praktikan yang tidak mengikuti satu kali praktikum dianggap gagai/
mengundurkan diri dan harus mengulang seluruh praktikum pada
semester berikutnya
c. Praktikan hanya diperbolehkan pindah waktu praktikum maksimal satu
kali selama praktikum.
B. TATA TERTIB
C. PEMAKAIAN ALAT
a. Periksa kelengkapan alat sebelum melakukan percobaan
b. Setiap pemakaian alat harus seizin asisten/koord. asisten
c. Kehilangan atau kerusakan alat adalah tanggung jawab kelompok
praktikan.
d. Setiap hari praktikum, ruangan dan alat-alat yang digunakan harus
dirapikan dan dibersihkan.
e. Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus lapor kepada
asisten yang bertugas.
BAB I
PENDAHULUAN
loses dari system pembakaran tersebut. Hal serupa juga ditemukan pada
system pembangkit, khususnya PLTU. Hasil dari pembakaran bahan bakar
fosil/batu bara digunakan untuk memanaskan air sehingga timbul steam.
Aliran massa dari Steam ini kemudian akan dimanfaatkan mejadi gerakan
mekanis pada turbin yang kemudian digunakan untuk memutar kumparan
elektro magnetic (generator) untuk menghasilkan listrik.
Untuk itu sangat perlu unruk diketahui hal apa saja yang akan
mengurangi efisiensi suatu mesin.maka dengan dengan tujuan itulah laporan
praktikum ini dibuat agar dapat memberikan edukasi mengenai hal-hal terkait
efisiensi suatu mesin.
2. Tujuan Khusus
a. Daya Efektif Mesin (kW)
b. Konsumsi Bahan Bakar (kg/jam)
c. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (kg/kav-jam)
d. Konsumsi Udara Aktual (kg/jam)
e. Perbandingan udara – bahan bakar
f. Efisiensi volumetrik (%)
g. Efisiensi termal (%)
h. Neraca panas (keseimbangan panas mesin)
BAB II
TEORI DASAR UMUM
dibuang dan campuran udara bahan bakar tersedia pada saat-saat yang
tepat untuk menjaga agar piston dapat bergerak secara periodik dan
melakukan kerja tetap. Bila piston bergerak naik turun didalam silinder
dan menerima tekanan tinggi akibat pembakaran, maka tenaga pada
piston akan mengakibatkan piston terdorong ke bawah Untuk lebih
jelasnya, gambar berikut adalah prinsip kerja motor diesel 4 langkah
(Arismundar, 2002).
1. Langkah hisap
Pada langkah hisap, udara dimasukkan ke dalam silinder. Piston
membentuk kevakuman didalam silinder seperti pada mesin bensin,
piston bergerak kebawah dari TMA menuju TMB. Terjadinya vakum
ini menyebabkan katup hisap terbuka dan memungkinkan udara segar
masuk ke dalam silinder. Sedangkan katup buang menutup selama
melakukan langkah hisap (Arismundar, 2002).
2. Langkah kompresi
Pada langkah kompresi, piston bergerak dari TMB menuju
TMA. Pada saat ini kedua katup hisap dan buang tertutup. Udara yang
dihisap selama langkah hisap kemudian ditekan pada 8º-12º sebelum
piston mencapai titik TMA bahan bakar dikabutkan maka terjadilah
pembakaran (Arismundar, 2002).
3. Langkah kerja
Keterangan Gambar:
V1 = Volume silinder (volume langkah + ruang bakar)
V = Volume ruang bakar
V3 = Volume langkah piston
Pa = Tekanan udara luar
i = Proses pengisian udara sewaktu langkah hisap
k = Proses kompresi diperlihatkan tekanan kompresi maksimum 35
bar, dilanjutkan dengan pembakaran sampai 75 bar
Q1 = Artinya terjadi penambahan energi yang cukup besar sewaktu
terjadi pembakaran pada akhir langkah kompresi dan awal langkah
usaha
u = Garis yang memperlihatkan proses usaha
b = (ke arah kiri) adalah proses pembuangan gas asap
Q2 = Daya yang dihasilkan
Ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan bahwa :
a. Pada diagram ini dianggap tidak ada kerugian aliran udara pada waktu
langkah pengisian maupun langkah buang
b. Dari diagram ini dapat dihitung besar tekanan indikator rata-rata yang
mendorong piston yang besarnya tergantung luas indikator.
c. Semakin besar luas diagram berarti semakin besar pula tekanannya,
semakin besar pula daya indikatornya.
d. Gambar diagram ini dianggap tidak ada kerugian atau dikenal dengan
istilah keadaan ideal (Achmad Kusairi, 2018).
II.1
II.2
II.3
II.4
1. Langkah hisap
Piston bergerak dati TMA ke TMB oleh perputaran poros engkol
dan secara praktis katup masuk terbuka sebelum mulai langkah hisap.
Volume didalam silinder akan bertambah, tekanan turun lebih kecil dari
Selama langkah buang, katup buang terbuka dan sisa gas bekas
akan terdorong keluar oleh desakan piston. Karena tekanan didalam
silinder lebih besar dibanding udara luar, maka diperlukan energi untuk
menggerakkan piston, energi tersebut disuplai oleh flywheel atau dari
silinder lainnya (Achmad Kusairi, 2018).
II.5
II.6 Diagram Katup
Pemasukan udara ke dalam silinder akan menyebabkan gas buang
kehilangan daya yang diperlukan, disebut rugi pemompaan. Untuk
menurunkan tekanan balik (back pressure), maka pembukaan katup dibuat
sebesar mungkin, ini khususnya penting dalam kasus mesin 2 langkah
karena proses buang keseluruhannya terjadi dalam bagian yang kecil dari
langkah piston dan pembilasan harus diselesaikan seluruhnya oleh tekanan
pengisian (Achmad Kusairi, 2018).
c. 20% biodiesel, 80% bahan bakar solar diberi nama dengan B20
(Dirjen EBTKE, 2020).
kalor atas (HHV, High Heating Value). Pada temperature ini air akan berada
dalam kondisi fasa cair (Landi, 2017).
Nilai kalor bahan bakar dapat diketahui dengan menggunakan bom
kalorimeter. Bahan bakar yang akan diuji nilai kalornya dibakar
menggunakan kumparan kawat yang dialiri arus listrik dalam bilik yang
disebut bom dan dibenamkan di dalam air. Bahan bakar yang bereaksi
dengan oksigen akan menghasilkan kalor, hal ini menyebabkan suhu
kalorimeter naik. Untuk menjaga agar panas yang dihasilkan dari reaksi
bahan bakar dengan oksigen tidak menyebar ke lingkungan luar maka
kalorimeter dilapisi oleh bahan yang bersifat isolator (Landi, 2017).
9
6
10
12
13
14
16) Fuel pipe berfungsi untuk melihat jumlah pemakaian bahan bakar
dalam waktu tertentu
17) Manometer berfungsi menunjukkan besarnya tekanan kompresi silinder saat
dilakukan pengukuran.
16
0
17
Keterangan
Muh. Syahrul Ramadhan R.
Arianto
Elyeser
Gabriel Yuranta
Erina Dwi Ramadhani
Muhammad Alif Wahab Adhicahya
28
LABORATORIUM MOTOR BAKAR
π . d2 . s . z ( 3 )
Vs= m
4 .106
π ⋅ ( 79,5 )2 ⋅88,9 ⋅ 1
Vs= 6
4 ⋅ 10
3
Vs=0,441 m
f=
'
[ ( 218,7+7,9 ⋅ 30 )
( 273,2+31 ) ]
'
f =14,980 mmHg
'
[
f =f − 0,5(Tdb−Twb) ( P760 )] ( mmHg )
atm
[
f =14,980− 0,5 ( 31−30 )
760 ) ]
( 755
f =14,483 mmHg
c. Rasio kelembaban ( x )
x=0,622
[ P −f ] kg . udara kering )
f
atm
( kg .udara lembab
x=0,622
[ 14,483
755−14,483 ]
kg ⋅udara lembab
x=0,012
kg ⋅udara kering
[
v=( 0,773+1,224 . x ) 1+
][ ]
Tdb
273,2
760
Patm
3
(m /k g)
)[ ][ ]
31 760
v=( 0,773+1,224 ⋅0,012 1+
273,2 755
v=0,877 m3 /kg
Ma
AFR act=
FC
22,175
AFR act=
0,565
AFR act=39,240
ηth =0,186 %
q pm data +1,8
0,36 ρ air
q pm= ( kg/det )
60 1000
150+1,8
0,36 997
q pm=
60 1000
q pm=7,006 kg /det
kJ
C pw =4,1814
kg ° C
Q gb= ( Ma+
3600 )
FC
. Cpgb . ( Tgb−Td b ) (kW )
=( ) ⋅0,132 ⋅ ( 182−31)
22,175+0,565
Q gb
3600
Q gb=0,126 kW
Hgb=( Ma3600
+ FC
) . Cpgb. Tgb(kW )
Hgb=( ) ⋅ 0,132⋅ 182
22,175+ 0,565
3600
Hgb=0,152 kW
( 3600
Hud =
Ma
) . Cpud .Tdb (kW )
Hud=(
3600 )
22,175
⋅0,133 ⋅31
Hud=0,025 kW
4167,610
% Q pm = .100 %
6,869
% Q pm =60668,380 %
36
III.4 Diagram Sankey
BHP
%BHP = 8,360 %
0,525 KW
%Qpm = 48525,530%
Qtot %Qgb = 1,489 %
6,277, KW
Beban : 1,7
N: 1474 rpm
Qoth
-3040,432 KW
37
BHP
%BHP = 11,031%
0,691 KW
%Qpm = 53295,473 %
Qtot %Qgb = 1,628 %
6,277 KW
Beban: 2,5
N: 1467 rpm
Qoth
-3340,031 KW
38
BHP
%BHP = 15,580 %
1,070 KW
%Qpm = 53639,804 %
Qtot %Qgb = 1,620 %
6,869 KW
Beban : 3,8
N: 1460 rpm
Qoth
-3679,095 KW
39
BHP
%BHP = 17,431 %
1,197 KW
%Qpm = 60668,380 %
Qtot %Qgb = 1,836%
6,869 kW
Beban : 4,2
N: 1466 rpm
Qoth
-4162,065 KW
40
BHP
%BHP = 21,982 %
1,861 KW
%Qpm = 52342,627 %
Qtot %Qgb = 1,555 %
8,467 KW
Beban: 6,7
N: 1445 rpm
Qoth
-4425,403 KW
41
BHP
%BHP = 24,638 %
2,458 KW
%Qpm = 51441,363%
Qtot %Qgb = 1,517 %
9,975 KW
Beban: 9
N: 1431 rpm
Qoth
-5123,849 KW
42
LABORATORIUM MOTOR BAKAR
BEBAN VS BHP
2.600 2.457
2.400
2.200
2.000 1.861
1.800
1.600
1.400 1.197
BHP
1.200 1.07
1.000
0.800 0.691
0.524
0.600
0.400
0.200
0.000
1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
BEBAN
Beban BHP
1,7 0,524
2,5 0,691
3,8 1,07
4,2 1,197
6,7 1,861
9 2,457
BEBAN VS FC
1.000
0.900 0.82
0.800
0.696
0.700
0.600 0.565
0.516
0.500
0.565
FC
0.400 0.516
0.300
0.200
0.100
0.000
1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
BEBAN
Beban FC
1,7 0,516
2,5 0,516
3,8 0,565
4,2 0,565
6,7 0,696
9 0,82
Pada kondisi awal, engine masih belum stabil sehingga beban masih
belum mempengaruhi Fuel Consumption.
3. Analisa Grafik Beban vs SFC
BEBAN VS SFC
1.200
0.983
1.000
0.800 0.747
0.600 0.528
SFC
0.471
0.374
0.400 0.333
0.200
0.000
1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
BEBAN
Beban SFC
1,7 0,983
2,5 0,747
3,8 0,528
4,2 0,471
6,7 0,374
9 0,334
BEBAN VS MEP
600.000
550.000
500.000 467.248
450.000
400.000 350.436
350.000
300.000
MEP
250.000 222.227
199.435
200.000
150.000 128.208
96.868
100.000
50.000
0.000
1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
BEBAN
Beban MEP
1,7 96,868
2,5 128,208
3,8 199,435
4,2 222,227
6,7 350,436
9 467,248
BEBAN VS MA act
23.900
23.600
23.300
23.000
22.607 22.47
22.700
22.400 22.215
22.175
22.100 21.839
MA act
21.685
21.800
21.500
21.200
20.900
20.600
20.300
20.000
1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
BEBAN
Beban MAact
1,7 22,607
2,5 22,47
3,8 22,215
4,2 22,175
6,7 21,839
9 21,685
semakin besar nilai beban maka semakin kecil nilai MAact yang
dihasilkan.
BEB VS ANMath
22.400
22.217
22.200 22.111 22.096
22.006
22.000
21.779
Math
21.800
21.568
21.600
21.400
21.200
1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
BEBAN
Beban Math
1,7 22,217
2,5 22,111
3,8 22,006
4,2 22,096
6,7 21,779
9 21,568
BEBAN VS α VS BEBAN
4.000
3.500
3.004 2.986
3.000 2.697 2.693
2.500 2.151
2.000 1.813
α
1.500
1.000
0.500
0.000
1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
BEBAN
Beban α
1,7 3,004
2,5 2,986
3,8 2,697
4,2 2,693
6,7 2,151
9 1,813
BEBAN VS Qtot
15.000
14.000
13.000
12.000
11.000 9.974
10.000
6.869 8.467
9.000
8.000 6.277 6.869
Qtot
7.000 6.277
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BEBAN
nilai kalor total dipengaruhi oleh nilai beban dimana semakin besar nilai
beban maka semakin besar pula nilai kalor total yang dihasilkan. Dan
sebaliknya semakin kecil nilai beban maka semakin kecil pula nilai kalor
total.
BEBAN VS ⴄvol
102.000
101.756
101.623
101.500
100.95
101.000
ⴄvol
100.542
100.358
100.500
100.273
100.000
99.500
1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
BEBAN
BEBAN VS ⴄth
0.300
0.262
0.250 0.234
0.200 0.186
0.166
0.150
ⴄth
0.117
0.100 0.089
0.050
0.000
1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
BEBAN
efisiensi termal sebesar 0,262%. Hal ini disebabkan karena nilai efisiensi
termal dipengaruhi oleh nilai beban dimana semakin besar nilai beban
maka semakin besar pula nilai efisiensi termal yang dihasilkan. Dan
sebaliknya semakin kecil nilai beban maka semakin kecil pula nilai
efisiensi termal.
BEBAN VS AFR
70.000
60.000
50.000 43.512
43.777
39.309 39.24
40.000
31.353
AFR
30.000 26.426
20.000
10.000
0.000
1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
BEBAN
Beban AFR
1,7 43,777
2,5 43,512
3,8 39,309
4,2 39,24
6,7 31,353
9 26,426
12.000 11.012
8.36
9.000
6.000
3.000
0.000
1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
BEBAN
70,000.000
60668.38
60,000.000
53295.472
52342.627 51441.362
48525.53
50,000.000
%Qpm
53639.804
40,000.000
30,000.000
20,000.000
1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
BEBAN
Beban % Qpm
1,7 48525,53
2,5 53295,472
3,8 53639,804
4,2 60668,38
6,7 52342,627
9 51441,362
3.000
2.750
2.500
2.250
2.000 1.836
1.750 1.627 1.62 1.554
1.488 1.516
% Qgb
1.500
1.250
1.000
0.750
0.500
0.250
0.000
1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
BEBAN
Beban % Qgb
1,7 1,488
2,5 1,627
3,8 1,62
4,2 1,836
6,7 1,554
9 1,516
-10,000.000
-20,000.000
-30,000.000
%Qoth
-40,000.000
-48435.379
-53557.004 -52266.163 -51367.517
-50,000.000
-53208.113
-60,000.000
-60587.647
-70,000.000
BEBAN
Beban %Qoth
1,7 -48435,379
2,5 -53208,113
3,8 -53557,004
4,2 -60587,647
6,7 -52266,163
9 -51367,517
pada beban 4,2 kg menghasilkan kalor yang hilang akibat faktor lain
sebesar -60587,647%; pada beban 6,7 kg menghasilkan kalor yang hilang
akibat faktor lain sebesar -52266,163%; dan pada beban 6 kg
menghasilkan kalor yang hilang akibat faktor lain sebesar -51367,517%.
Hal ini disebabkan karena nilai kalor yang hilang akibat faktor lain
dipengaruhi oleh nilai beban dimana semakin besar nilai beban maka
semakin kecil nilai kalor yang hilang akibat faktor lain yang diperoleh.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Daya efektif mesin (BHP) adalah nilai kerja torak sebuah engine yang
didapatkan melalui hasil kali antara torsi dengan putaran mesin (RPM).
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, Semakin tinggi nilai
beban yang diberikan, semakin tinggi pula nilai daya yang dihasilkan
karena kerja torak semakin besar.
2. Fuel Consumption adalah nilai antara volume bahan bakar yang
dikonsumsi per satuan waktu (jam). Berdasarkan praktikum, semakin
tinggi nilai pembebanan yang diberikan maka semakin tinggi pula
volume bahan bakar yang dikonsumsi.
3. Specific Fuel Consumption (SFC) adalah perbandingan antara fuel
consumption dengan daya efektif mesin. Berdasarkan praktikum,
semakin tinggi nilai pembebanan yang diberikan semakin kecil nilai
SFC dikarenakan semakin besarnya nilai BHP yang didapatkan.
4. Konsumsi udara aktual (MAact) adalah hasil kali antara massa jenis
udara (kg/m3) dengan debit aliran udara (m3/s). Berdasarkan
praktikum, semakin tinggi nilai torsi, maka semakin kecil nilai MAact
karena debit udara yang masuk ke ruang bakar semakin kecil.
5. Perbandingan udara-bahan bakar (Air Fuel Ratio atau AFR) adalah
rasio perbandingan antara udara dan bahan bakar dan merupakan faktor
penting yang mempengaruhi kesempurnaan pada proses pembakaran di
IV.2 Saran
1. Saran Untuk Laboratorium
1) Harap agar memperbaiki peralatan laboratorium yang malfungsi agar
data yang didapatkan lebih akurat.
2) Menjaga kebersihan laboratorium
3) Merapikan barang-barang yang menumpuk dan tercecer
2. Saran Asisten:
1) Tetap menjaga keramahannya kepada praktikan
DAFTAR PUSTAKA
https://kumparan.com/info-otomotif/mengenal-rudolf-diesel-sang-penemu-mesin-
diesel-1vwmZSyBliB/1. Diakses pada 21 Oktober 2021.
Kusairi, Achmad Samlawi. 2018. Motor Bakar (Teori Dasar Mesin Diesel)
(HMKB781). Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat.
Landi, Taufan & Arijanto. 2017. Perancangan dan Uji Alat Pengolah Sampah
Plastik Jenis LDPE (Low Density Polyethylene) Menjadi Bahan Bakar
Alternatif. Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 5, No. 1. Universitas
Diponegoro.
Rabiman, Zainal Arifin. 2011 Sistem Bahan Bakar Motor Diesel. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Satria, Ilham Fikriansyah. 2020. Mengenal Sejarah Mesin Diesel, Dimulai Abad
ke-19.
https://otomotif.okezone.com/read/2019/09/20/52/2107318/mengenal-
sejarah-mesin-diesel-dimulai-abad-ke-19. Diakses pada tanggal 14
Oktober 2021.
BAB I
PENDAHULUAN
2. Tujuan Khusus
i. Daya Efektif Mesin (kW)
j. Konsumsi Bahan Bakar (kg/jam)
k. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (kg/kav-jam)
l. Konsumsi Udara Aktual (kg/jam)
m. Perbandingan udara – bahan bakar
n. Efisiensi volumetrik (%)
o. Efisiensi termal (%)
p. Neraca panas (keseimbangan panas mesin)
BAB II
TEORI DASAR UMUM
Nikolaus August Otto (14 Juni 1832 – 28 Januari 1891) ialah penemu
mesin pembakaran dalam asal Jerman. Sebagai lelaki muda ia mulai
percobaan dengan mesin gas dan pada 1864 ikut serta dengan 2 kawan
untuk membentuk perusahaannya sendiri. Perusahaan itu di namai N. A.
Otto yang merupakan perusahaan pertama yang menghasilkan mesin
pembakaran dalam. Perusahaan ini masih ada sampai kini dengan nama
Deutz AG (Yan Nofree Pasae, 2015).
Mesin atmosfer pertamanya selesai pada Mei 1867. Kemudian 5 tahun
setelahnya, ia disusul oleh Gottlieb Daimler dan Wilhelm Maybach dan
bersama mereka ciptakan gagasan putaran empat tak atau putaran Otto (Yan
Nofree Pasae, 2015).
Pertama kali dibuat pada 1876, tak itu merupakan gerakan naik atau
turun pada piston silinder. Paten Otto dibuat tak berlaku pada 1886 saat
ditemukan bahwa penemu lain, Alphonse Beau de Rochas, telah membuat
asas putaran 4 tak dalam selebaran yang diterbitkan sendirian. Menurut studi
sejarah terkini, penemu Italia Eugenio Barsanti dan Felice Matteucii
mempatenkan versi efisien karya pertama dari mesin pembakaran dalam
pada 1804 di London (nomor paten 1072). Mesin Otto dalam banyak hal
paling tidak diilhami dari penemuan itu (Yan Nofree Pasae, 2015).
Mesin bensin atau mesin Otto dari Nikolaus Otto adalah sebuah tipe
mesin pembakaran dalam yang sering digunakan dalam mobil, pesawat, atau
alat lainnya seperti mesin pemotong rumput atau motor, dan motor outboard
untuk kapal. Tipe paling umum dari mesin ini adalah mesin pembakaran
dalam putaran empat stroke yang membakar bensin. Pembakaran dimulai
oleh sistem ignisi yang membakaran spark oltase tinggi melalui busi. Tipe
mesin putaran dua stroke sering digunakan untuk aplikasi yang lebih kecil,
ringan dan murah, tetapi efisiensi bahan bakarnya tidak baik (Yan Nofree
Pasae, 2015).
campuran bahan bakar yang sudah berada di ruang atas piston suhu
dan tekanannya menjadi naik. Pada saat 10-5 derajat sebelum TMA,
busi memercikan bunga api, sehingga campuran udara dan bahan
bakar yang telah naik temperatur dan tekanannya menjadi terbakar
dan meledak (Andreas Matulandi, 2020).
2) Langkah usaha dan buang
Hasil dari pembakaran tadi membuat piston bergerak ke bawah.
Piston terdorong ke bawah/bergerak ke bawah, ruang di bawah piston
menjadi dimampatkan/dikompresikan. Sehingga campuran udara dan
bahan bakar yang berada di ruang bawah piston menjadi terdesak
keluar dan naik ke ruang diatas piston melalui saluran bilas.
Sementara sisa hasil pembakaran tadi akan terdorong ke luar dan
keluar menuju saluran buang, kemudian menuju knalpot. Langkah
kerja ini terjadi berulang-ulang selama mesin hidup (Andreas
Matulandi, 2020).
Keterangan: Pada saat piston bergerak ke bawah, udara dan
campuran bahan bakar yang berada di ruang bawah piston tidak dapat
keluar menuju saluran masuk, karena adanya reed valve (Andreas
Matulandi, 2020).
II.5
II.6 Sistem Penyemprotan Bahan Bakar Pada Mesin Bensin
naik turun ketika bekerja. Blok silinder biasanya terbuat dari besi
tuang dengan paduan alumunium, sehingga memiliki ketahanan yang
baik terhadap panas.
8. Mekanisme Katup
Valve mechanism (mekanisme katup) adalah sebuah
mekanisme yang mengatur buka dan tutup katup sesuai dengan siklus
II.9
II.10 Nilai Kalor
Nilai kalor rendah (LHV, Lower Heating Value) adalah jumlah
energi yang dilepaskan dalam proses pembakaran suatu bahan bakar
dimana kalor laten dari uap air tidak diperhitungkan atau setelah terbakar
temperatur gas pembakaran dibuat 150oC. Pada temperature ini air berada
dalam kondisi fasa uap. Jika jumlah kalor laten uap air diperhitungkan atau
setelah terbakar temperatur gas hasil pembakaran dibuat 25oC maka akan
diperoleh nilai kalor atas (HHV, High Heating Value). Pada temperature
ini air akan berada dalam kondisi fasa cair (Landi, 2017).
Bahan bakar adalah suatu materi/bahan apapun yang bisa diubah
menjadi energi. Biasanya bahan bakar mengandung energi panas/kalor
yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar yang
digunakan oleh manusia melalui proses pembakaran dimana bahan bakar
tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen. Nilai
kalor bahan bakar dapat diketahui dengan menggunakan bom kalorimeter.
Bahan bakar yang akan diuji nilai kalornya dibakar menggunakan
kumparan kawat yang dialiri arus listrik dalam bilik yang disebut bom dan
dibenamkan di dalam air. Bahan bakar yang bereaksi dengan oksigen akan
menghasilkan kalor, hal ini menyebabkan suhu kalorimeter naik. Untuk
menjaga agar panas yang dihasilkan dari reaksi bahan bakar dengan
oksigen tidak menyebar ke lingkungan luar maka kalorimeter dilapisi oleh
bahan yang bersifat isolator (Landi, 2017).
T.N
BHP= (kW )
9549,3
Dimana:
BHP = Daya efektif (KW)
T = Torsi (N.m)
n = Putaran poros (rpm)
9549,305 = Konstanta dinamometer
−3
V GU . 10 ρf .3600
FC = ( kg/ h )
W
Dimana:
FC = Pemakaian bahan bakar tiap jam (kg/jam)
pf = Massa jenis bahan bakar (g/CC)
t = Waktu untuk 50 CC bahan bakar (detik)
10-3 = Faktor konversi dari gram ke kg
3600 = Faktor konversi dari detik ke jam
4
6 . 10 . Ka. BHP (
MEP= kPa )
N .Vs
Dimana:
MEP = Tekanan efektif rata-rata (kN/m2)
BHP = Daya efektif (KW)
Ka = Konstanta, 2 untuk motor 4 langkah
n = Putaran poros (rpm)
vs = Volume total silinder (l)
Volume total dari silinder dihitung menurut persamaan:
2
π . d . s . z ( 3)
Vs= 6
m
4 .10
Dimana:
d = diameter silinder (mm)
s = langkah piston (mm)
z = jumlah silinder
Dimana:
f’ = Tekanan parsial uap air jenuh
tdb = Temperatur bola kering (0C)
twb = Temperatur bola basah (0C)
273,2 = 00 dinyatakan dalam 0K
'
[
f =f − 0,5(Tdb−Twb) ( P760 )] ( mmHg )
atm
Dimana:
f = Tekanan parsial uap air (mm Hg)
tatm = Tekanan atmosfir (mm Hg)
x=0,622
[ P −f ] kg . udara kering )
f
atm
( kg .udara lembab
Dimana:
x = Perbandingan kelembaban (kg/kg’)
v=( 0,773+1,224 . x ) 1+
[ Tdb
273,2 ][ ]
760
Patm
(m3 /kg)
Dimana:
V = Volume spesifik udara lembab (m3/kg)
0,7734 = Volume spesifik udara kering pada 0 0C dan
tekanan 1 atmosfer
1,224 = Volume spesifik uap air pada 0 0C dan tekanan 1
atmosfer
q pm data+1,8
0,36 ρ air
q pm= (kg/ det )
60 1000
kJ
C pw =4,1814
kg ° C
Dimana:
qpm = Laju aliran massa air pendingin (kg/detik)
Cpw air = Panas jenis air Top, Tip (kJ/kgC)
Tout = temperatur keluar air pendingin (℃)
Tin = Temperatur masuk air pendingin (℃)
Q gb= ( Ma+
3600 )
FC
. Cpgb . ( Tgb−Tdb ) (kW )
Hgb= ( Ma3600
+ FC
) . Cpgb. Tgb(kW )
Hud = ( 3600
Ma
) . Cpud .Tdb (kW )
Dimana:
𝐻𝑔𝑏 = Entalpi gas buang (kWatt)
𝐻𝑢𝑑 = Entalpi udara masuk (kWatt)
𝑀𝑎 = Laju aliran udara aktual (kg/s)
𝐶𝑝𝑔𝑏 = Panas jenis gas buang (diasumsi sama dengan Cpud
sesuai Tgb) (kJ/kg℃)
𝐶𝑝𝑢𝑑 = Panas spesifik udara pada kondisi ruangan (kJ/kg℃)
𝑇𝑔𝑏 = Temperatur gas buang (℃)
𝑇𝑑𝑏 = Temperatur udara kering (℃)
10
11
12
Gambar 2.24. Bagian-Bagian Mesin Motor Bakar
Sumber: Laboratorium Motor Bakar
14
15
Keterangan
Muh. Syahrul Ramadhan R.
Arianto
Elyeser
Gabriel Yuranta
Erina Dwi Ramadhani
Muhammad Alif Wahab Adhicahya
93
LABORATORIUM MOTOR BAKAR
2
π . d . s . z ( 3)
Vs= 6
m
4 .10
π ⋅ ( 87,5 )2 ⋅ 110 ⋅1
Vs= 6
4 ⋅10
3
Vs=0,611 m
'
f =10 [ ( 218,7+ 7,9⋅ 29 )
( 273,2+30 ) ]
'
f =14,720 mmHg
'
[
f =f − 0,5(Tdb−Twb) ( P760 )] ( mmHg )
atm
[
f =14,720− 0,5 ( 30−29 )
760 )]
( 755
f =13,727 mmHg
c. Rasio kelembaban ( x )
x=0,622
[ P −f ] kg . udara kering )
atm
(fkg .udara lembab
x=0,622
[ 13,727
755−13,727 ]
kg ⋅udara lembab
x=0,01152
kg ⋅udara kering
[
v=( 0,773+1,224 . x ) 1+ ][ ]
Tdb
273,2
760
Patm
3
(m /kg)
)[ ][ ]
30 760
v=( 0,773+1,224 ⋅ 0,011 1+
273,2 755
3
v=0,877 m /kg
α =2,105
10. Efisiensi Volumetrik (η vol)
Maact
η vol= . 100 %
Ma th
20,541
η vol= ⋅ 100 %
40,707
η vol=50,462 %
q pm data +1,8
0,36 ρ air
q pm= ( kg/det )
60 1000
150+1,8
0,36 997
q pm=
60 1000
q pm=7,006 kg /det
kJ
C pw =4,1814
kg ° C
Q gb= ( Ma+
3600 )
FC
. Cpgb . ( Tgb−Tdb ) (kW )
=( ) ⋅0,132 ⋅ ( 242−31)
20,541+0,648
Q gb
3600
Q gb=0,164 kW
Hgb=( Ma3600
+ FC
) . Cpgb. Tgb(kW )
Hgb=( )⋅ 0,132⋅ 242
20,541+ 0,648
3600
Hgb=0,188 kW
Hud =( 3600
Ma
) . Cpud .Tdb (kW )
Hud =(
3600 )
20,541
⋅0,133 ⋅31
Hud=0 , 023 kW
BHP
%BHP = 7,395 %
0,59 KW
%Qpm = 61730,328%
Qtot %Qgb = 1,892 %
6,881 KW
Throttle: 7,3 %
N: 1800 rpm
Qoth
-4241,937 KW
101
BHP
%BHP = 12,715%
0,924 KW
%Qpm = 60497,962 %
Qtot %Qgb = 2,009 %
7,264 KW
Throttle: 9 %
N: 1800 rpm
Qoth
-4348,474 KW
102
BHP
%BHP = 16,613 %
1,263 KW
%Qpm = 59736,136 %
Qtot %Qgb = 2,056 %
7,602 KW
Throttle: 9,5 %
N: 1800 rpm
Qoth
-4534,974 KW
103
BHP
%BHP = 20,102 %
1,583 KW
%Qpm = 58396,218 %
Qtot %Qgb = 2,085%
7,876
Throttle: 9,8 %
N: 1800 rpm
Qoth
-4593,624 KW
104
BHP
%BHP = 24,827 %
2,005 KW
%Qpm = 5581,943 %
Qtot %Qgb = 2,122 %
8,275 KW
Throttle: 10,7 %
N: 1800 rpm
Qoth
-4593,707 KW
105
BHP
%BHP = 26,641 %
2,262 KW
%Qpm = 56935,305 %
Qtot %Qgb = 2,135 %
8,490 KW
Throttle: 12,8 %
N: 1800 rpm
Qoth
-4828,088 KW
106
LABORATORIUM MOTOR BAKAR
TORSI VS BHP
2.500
2.261
2.054
2.000
1.583
1.500
1.262
BHP
0.923
1.000
0.500
0.058
0.000
2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
TORSI
Torsi BHP
2,7 0,058
4,9 0,923
6,7 1,262
8,4 1,583
10,9 2,054
12 2,261
TORSI VS BHP
2.500
2.261
2.054
2.000
1.583
1.500
1.262
BHP
0.923
1.000
0.500
0.058
0.000
2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
TORSI
Torsi FC
2,7 0,566
4,9 0,597
6,7 0,625
8,4 0,648
10,9 0,68
12 0,698
pemakaian bahan bakar tiap jam dipengaruhi oleh nilai torsi, dimana
semakin bertambah nilai torsi maka nilai pemakaian bahan bakar tiap jam
yang dihasilkan pun semakin besar.
3. Analisa Grafik Torsi vs SFC
TORSI VS SFC
1.200 1.122
1.000
0.800
0.647
0.600
SFC
0.495
0.409
0.400 0.311 0.308
0.200
-0.000
2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
TORSI
Torsi SFC
2,7 1,122
4,9 0,647
6,7 0,495
8,4 0,409
10,9 0,311
12 0,308
TORSI VS MEP
300.000
250.000 228.093
207.184
200.000
159.665
150.000
MEP
127.352
93.138
100.000
51.32
50.000
0.000
2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
TORSI
Torsi MEP
2,7 51,32
4,9 93,138
6,7 127,352
8,4 159,665
10,9 207,184
12 228,093
2
m , pada beban 10,9 Nm menghasilkan tekanan efektif rata-rata sebesar
207,184 kN/m2, dan pada torsi 12 Nm menghasilkan tekanan efektif rata-
rata sebesar 228,093 kN/m2. Hal ini disebabkan karena nilai tekanan
efektif rata-rata (kN/m2) dipengaruhi oleh nilai torsi, semakin besar
torsinya maka semakin meningkat tekanan efektif rata-rata (kN/m2).
TORSI VS MAact
21.000
20.79
20.800
20.400 20.289
MAact
20.200
20.034
20.000
19.800
19.600
2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
TORSI
Torsi MA act
2,7 20,79
4,9 20,541
6,7 20,541
8,4 20,541
10,9 20,289
12 20,034
kg/h, pada torsi 10,9 Nm menghasilkan laju aliran massa aktual sebesar
20,289 kg/h dan pada torsi 12 Nm menghasilkan laju aliran massa aktual
sebesar 20,034 kg/h . Hal ini disebabkan karena nilai laju aliran massa
actual (MAact) dipengaruhi oleh nilai torsi, semakin besar nilai torsi
maka nilai laju aliran massa actual (MAact) perlahan mengalami
penurunan.
TORSI VS Math
100.000
90.000
80.000
70.000
60.000
50.000
MAth
TORSI
Torsi Math
2,7 40,707
4,9 40,707
6,7 40,707
8,4 40,707
10,9 40,707
12 40,707
kg/h, pada torsi 4,9 Nm menghasilkan laju aliran massa teoritis sebesar
40,707 kg/h, pada torsi 6,7 Nm menghasilkan laju aliran massa teoritis
sebesar 40,707 kg/h, pada beban torsi 8,4 Nm menghasilkan laju aliran
massa teoritis sebesar 40,707 kg/h, pada torsi 10,9 Nm menghasilkan laju
aliran massa teoritis sebesar 40,707 kg/h dan pada torsi 12 Nm
menghasilkan laju aliran massa teoritis sebesar 40,707 kg/h . Hal ini
disebabkan karena nilai laju aliran massa teoritis tidak dipengaruhi oleh
nilai torsi.
TORSI VS α
4.000
3.500
3.000
2.438
2.500 2.282 2.181 2.105
1.979 1.904
2.000
α
1.500
1.000
0.500
0.000
2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
TORSI
Torsi α
2,7 2,438
4,9 2,282
6,7 2,181
8,4 2,105
10,9 1,979
12 1,904
TORSI VS Qtot
15.000
13.000
11.000
7.000
5.000
3.000
1.000
TORSI
Torsi Qtot
2,7 6,681
4,9 7,264
6,7 7,602
8,4 7,876
10,9 8,275
12 8,49
TORSI VS ⴄvol
51.500
51.074
51.000
50.462 50.462 50.462
50.500
50.000 49.843
ⴄvol
49.500 49.216
49.000
48.500
48.000
2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
TORSI
Torsi ⴄvol
2,7 51,074
4,9 50,462
6,7 50,462
8,4 50,462
10,9 49,843
12 49,216
TORSI VS ⴄ th
0.400
0.350
0.300 0.284
0.264
0.250 0.214
ⴄth
0.200 0.177
0.150 0.135
0.100 0.07
0.050
0.000
2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
TORSI
Torsi ⴄth
2,7 0,07
4,9 0,135
6,7 0,177
8,4 0,214
10,9 0,264
12 0,284
TORSI VS AFR
50.000
45.000
40.000 36.723
34.373
35.000 32.846 31.7
29.802 28.682
30.000
25.000
AFR
20.000
15.000
10.000
5.000
0.000
2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
TORSI
Torsi AFR
2,7 36,723
4,9 34,373
6,7 32,846
8,4 31,7
10,9 29,802
12 28,682
40.000
35.000
30.000 26.64
24.827
ⴄmek
25.000
20.101
20.000 16.612
15.000 12.714
10.000 7.395
5.000
0.000
2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
TORSI
Torsi ⴄmek
2,7 7,395
4,9 12,714
6,7 16,612
8,4 20,101
10,9 24,827
12 26,64
torsi dimana semakin besar nilai torsi maka semakin besar pula nilai
ηmek yang hilang akibat pendinginan mesin yang dihasilkan,
70,000.000
61730.328 59736.136
55581.943
60497.962 58396.218 56935.305
50,000.000
Qpm
30,000.000
10,000.000
Torsi % Qpm
2,7 61730,328
4,9 60497,962
6,7 59736,136
8,4 58396,218
10,9 55581,943
12 56935,305
TORSI VS % Qgb
5.000
4.500
4.000
3.500
3.000
2.500
Qgb
Torsi % Qgb
2,7 1,892
4,9 2,009
6,7 2,056
8,4 2,085
10,9 2,122
12 2,135
torsi 10,9 Nm menghasilkan panas yang keluar melalui gas buang sebesar
2,122; dan pada torsi 12 Nm menghasilkan panas yang keluar melalui gas
buang sebesar 2,135. Hal ini disebabkan karena nilai panas yang keluar
melalui gas buang dipengaruhi oleh nilai torsi dimana semakin besar nilai
torsi maka semakin kecil nilai panas yang keluar melalui gas buang yang
dihasilkan.
15. Analisa Grafik Torsi vs Qoth
Torsi % Qoth
-50,000
2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
-52,000
-54,000
-56,000
Qoth
-58,000
-60,000
-62,000
-64,000
TORSI
Torsi %Qoth
2,7 -61639,6
4,9 -60412,7
6,7 -59654,8
8,4 -58318,4
10,9 -55508,9
12 -56864,1
kW; pada torsi 10,9 Nm menghasilkan kalor yang hilang akibat faktor
lain sebesar -55508,9 kW; dan pada torsi 12 Nm menghasilkan kalor
yang hilang akibat faktor lain sebesar -56864,1 kW. Hal ini disebabkan
karena nilai kalor yang hilang akibat faktor lain dipengaruhi oleh nilai
torsi dimana semakin besar nilai torsi maka semakin kecil nilai kalor
yang hilang akibat faktor lain yang diperoleh.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Daya efektif mesin (BHP) adalah nilai kerja torak sebuah engine yang
didapatkan melalui hasil kali antara torsi dengan putaran mesin (RPM).
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, Semakin tinggi nilai
beban yang diberikan, semakin tinggi pula nilai daya yang dihasilkan
karena kerja torak semakin besar.
2. Fuel Consumption adalah nilai antara volume bahan bakar yang
dikonsumsi per satuan waktu (jam). Berdasarkan praktikum, semakin
tinggi nilai pembebanan yang diberikan maka semakin tinggi pula
volume bahan bakar yang dikonsumsi.
3. Specific Fuel Consumption (SFC) adalah perbandingan antara fuel
consumption dengan daya efektif mesin. Berdasarkan praktikum,
semakin tinggi nilai pembebanan yang diberikan semakin kecil nilai
SFC dikarenakan semkain besarnya nilai BHP yang didapatkan.
4. Konsumsi udara aktual (MAact) adalah hasil kali antara massa jenis
udara (kg/m3) dengan debit aliran udara (m3/s). Berdasarkan praktikum,
semakin tinggi nilai pembebanan, maka semakin kecil nilai MAact
karena debit udara yang masuk ke ruang bakar semakin kecil.
5. Perbandingan udara-bahan bakar (Air Fuel Ratio atau AFR) adalah
rasio perbandingan antara udara dan bahan bakar dan merupakan faktor
penting yang mempengaruhi kesempurnaan pada proses pembakaran di
IV.2 Saran
1. Saran Untuk Laboratorium
1) Harap agar memperbaiki peralatan laboratorium yang malfungsi agar
data yang didapatkan lebih akurat.
2) Menjaga kebersihan laboratorium
3) Merapikan barang-barang yang menumpuk dan tercecer
2. Saran Untuk Asisten:
1) Tetap menjaga keramahannya kepada praktikan
DAFTAR PUSTAKA
Landi, Taufan & Arijanto. 2017. Perancangan dan Uji Alat Pengolah Sampah
Plastik Jenis LDPE (Low Density Polyethylene) Menjadi Bahan Bakar
Alternatif. Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 5, No. 1. Universitas
Diponegoro.