Laporan Lab - Motor Bakar
Laporan Lab - Motor Bakar
LABORATORIUM
OLEH :
KELOMPOK : IV (EMPAT)
T Torsi Nm
d Diameter Silinder mm
s Langkah Piston mm
Do Diameter Orifice mm
Km Komposisi mol -
Kb Komposisi berat -
Puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
jurnal praktikum ini secara lengkap. Meskipun banyak hambatan yang penulis
alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikannya
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa jurnal praktikum ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca agar kami lebih teliti dalam melakukan penulisan selanjutnya.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari laporan ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
SAMPUL ....................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii
NOMENKLATUR ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................................. xi
PETUNJUK UMUM PRAKTIKUM.......................................................................... xiv
A. PENGUJIAN MOTOR DIESEL
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 2
I.1 Latar Belakang ..................................................................................... 2
I.2 Tujuan Praktikum ................................................................................. 3
I.3 Manfaat Praktikum ............................................................................... 3
BAB II TEORI DASAR ......................................................................................... 6
2.1 Sejarah Mesin Diesel............................................................................ 6
2.2 Pengertian Mesin Diesel ...................................................................... 7
2.2.1. Jenis-jenis mesin Diesel Berdasarkan Gerakan Piston ................. 7
2.2.2. Sistem Pemasuk Udara (Air Induction System) ............................ 14
2.3 Sistem Starter ....................................................................................... 15
2.3.1. Pengertian Sistem Starter .............................................................. 15
2.3.2. Fungsi Sistem Starter .................................................................... 16
2.3.3. Jenis Sistem Starter ....................................................................... 16
2.4 Supercharger ........................................................................................ 16
2.4.1. Pengertian Supercharger............................................................... 16
2.4.2. Jenis-jenis Supercharger ............................................................... 17
2.5 Nilai Kalor............................................................................................ 20
2.5.1. Definisi Nilai Kalor ....................................................................... 20
2.5.2. Bahan Bakar B30 .......................................................................... 21
2.6 Spesifikasi Mesin Diesel .....................................................................22
2.7 Bagian dan Fungsi Mesin Diesel.......................................................... 24
BAB III PENGUJIAN ............................................................................................ 33
1. PERATURAN PRAKTIKUM
A. KEHADIRAN
a. Sesuai jadwal praktikum yang ditetapkan.
Kehadiran dianggap absen jika terlambat 5 menit dari jadwal yang
telah ditentukan.
b. Praktikan yang tidak mengikuti satu kali praktikum dianggap gagai/
mengundurkan diri dan harus mengulang seluruh praktikum pada
semester berikutnya
c. Praktikan hanya diperbolehkan pindah waktu praktikum maksimal satu
kali selama praktikum.
B. TATA TERTIB
C. PEMAKAIAN ALAT
a. Periksa kelengkapan alat sebelum melakukan percobaan
b. Setiap pemakaian alat harus seizin asisten/koord. asisten
c. Kehilangan atau kerusakan alat adalah tanggung jawab kelompok
praktikan.
d. Setiap hari praktikum, ruangan dan alat-alat yang digunakan harus
dirapikan dan dibersihkan.
e. Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus lapor kepada
asisten yang bertugas.
Untuk itu sangat perlu unruk diketahui hal apa saja yang akan
mengurangi efisiensi suatu mesin.maka dengan dengan tujuan itulah
laporan praktikum ini dibuat agar dapat memberikan edukasi mengenai
hal-hal terkait efisiensi suatu mesin.
I.2. Tujuan Praktikum
I.2.1. Tujuan Umum
1. Mengetahui prinsip kerja dari Motor pembakaran dalam
2. Mengetahui bagian-bagian dari motor diesel dan motor
bensinbeserta fungsinya masing-masing
3. Mengetahui prosedur percobaan
4. Mengetahui jenis alat bantu yang digunakan
5. Mengetahui produk-produk yang dapat dihasilkan dari
percobaanyang diikuti
I.2.2. Tujuan Khusus
1. Daya Efektif Mesin (kW)
2. Konsumsi Bahan Bakar (kg/jam)
3. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (kg/kav-jam)
4. Konsumsi Udara Aktual (kg/jam)
5. Perbandingan udara – bahan bakar
6. Efisiensi volumetrik (%)
7. Efisiensi termal (%)
8. Neraca panas (keseimbangan panas mesin)
c) Langkah usaha
Pembakaran menghasilkan tekanan yang tinggi dalam
ruang bakar, tekanan ini mendorong piston dari TMA menuju
TMB, melakukan usaha (Samlawi, 2018).
Pada titik 2 atau 10° sebelum TMA katup isap mulai terbuka,
katup isap terbuka sampai titik 4 atau 45° setelah TMB. Namun
langkah isap terjadi dari 3 sampai TMB. Langkah isap baru terjadi
pada titik 3 karena dari titik 2 sampai titik 3 katup buang masih
terbuka sehingga jika dari titik 2 sudah terjadi langkah isap maka
gas hasil pembakaran bisa masuk ke dalam intake manifold
sehingga akan merusak intake manifold. Sementara itu dari TMB
sampai titik 4 sudah bukan merupakan langkah isap karena torak
sudah mulai bergerak menuju TMA sehingga sebagian udara dalam
silinder keluar melalui intake manifold. Dan seharusnya dari MB
sudah terjadi langkah kompresi. Namun langkah kompresi belum
terjadi karena katup isap masih terbuka sementara seharusnya
langkah kompresi itu terjadi jika kedua katup sudah tertutup.
Selanjutnya langkah kompresi terjadi dari 4 sampai seputaran
TMA setelah beberapa derajat sebelum TMA bahan bakar di
injeksikan sehingga terjadi pembakaran. Proses pembakaran itu
terjadi di sekitaran TMA atau beberapa derajat sebelum TMA,
disini terjadi pembakaran cepat sampai beberapa derajat setelah
9
6
10
12
13
14
16) Fuel pipe berfungsi untuk melihat jumlah pemakaian bahan bakar
dalam waktu tertentu
16
0
17
BAB III
PENGUJIAN
Putaran Torsi Waktu 11 cc Manometer Pendingin Mesin Temp. Ruangan Temp. gas buang Beban
N T Bahan Bakar Ho Qpm Tm Tout Tdb Twb Tgb F
rpm Nm Detik NmmH20 °C °C °C °C °C N
1517 3,3 1,25 42,91 150 30,07 76,58 30 29 136 1,6
1512 4,6 1,17 42,22 150 30,68 91,62 30 29 150 2,6
1488 6,6 1,12 41,48 150 31,31 96,38 30 29 157 3,6
1476 8,3 1,06 42,1 150 31,92 60,73 30 29 165 4,6
1480 10,3 1,03 42,15 150 32,47 60,86 30 29 171 5,6
Qtot %BHP
No (kW) ηth (%) Qpm (kW) Qgb (kW) ηmek (%) Qoth (kW) (%) %Qpm (%) %Qgb (%) %Qoth (%)
1 1522,85 0,034 3105,566 0,570 0,034 -1583,812 0,034 203,931 0,037 -104,003
2 1626,97 0,045 3515,735 0,682 0,045 -1890,171 0,045 216,090 0,042 -116,177
3 1699,61 0,061 3720,820 0,749 0,061 -2022,990 0,061 218,922 0,044 -119,027
4 1795,81 0,071 3955,202 0,836 0,071 -2161,510 0,071 220,246 0,047 -120,364
5 1848,12 0,086 4130,989 0,896 0,086 -2285,364 0,086 223,524 0,048 -123,659
% Qoth = -104,003 %
Throttle : %
N : 1517 rpm
Qoth
-1583,81 kW Qgb
0,569 kW Qpm
3105,56 kW
% Qoth = -116,177 %
Throttle : %
N : 1512 rpm
Qoth
-1890,171 kW Qgb
0,682 kW Qpm
3515,735 kW
% Qoth = -119,026 %
Throttle : %
N : 1488 rpm
Qoth
-2022,989 kW Qgb
0,748 kW Qpm
3720,819 kW
% Qoth = -120,364%
Throttle : %
N : 1476 rpm
Qoth
-2161,509 kW Qgb
0,836 kW Qpm
3955,201 kW
% Qoth = -123,659%
Throttle : %
N : 1480 rpm
Qoth
-2285,364 kW Qgb
0,895 kW Qpm
4130,988 kW
BEBAN VS BHP
1,8
1,6
1,4
1,2
1
BHP
0,8
BHP
0,6
0,4
0,2
0
1,6 2,6 3,6 4,6 5,6
Beban (N)
BEBAN VS FC
160
140
120
100
FC (kg/h)
80
60 FC (kg/h)
40
20
0
1,6 2,6 3,6 4,6 5,6
Beban (N)
Beban FC (Kg/h)
1,6 125,28
2,6 133,84
3,6 139,82
4,6 147,73
5,6 152,03
BEBAN VS SFC
300
250
200
SFC (kg/kWh)
150
SFC (Kg/kWh)
100
50
0
1,6 2,6 3,6 4,6 5,6
Beban (N)
BEBAN VS Mth
34,6
34,4
34,2
Mth (kg/h)
34
33,8
33,6 Mth (Kg/h)
33,4
33,2
33
1,6 2,6 3,6 4,6 5,6
Beban (N)
BEBAN VS Ma
21,1
21
20,9
Ma (kg/h)
20,8
Ma (kg/h)
20,7
20,6
20,5
1,6 2,6 3,6 4,6 5,6
Beban (N)
Beban Ma (kg/h)
1,6 21,042
2,6 20,873
3,6 20,689
4,6 20,843
5,6 20,855
Pada grafik hubungan antara Pemakaian udara aktual terhadap
Beban diatas merupakan data yang didapat oleh kelompok 4 pada
percobaan motor diesel. Dari data diatas diperoleh pemakaian udara
aktual 21,042 Kg/h dengan Beban 1,6 N, pemakaian udara aktual 20,873
Kg/h dengan Beban 2,6 N, pemakaian udara aktual 20,689 Kg/h dengan
Beban 3,6 N, pemakaian udara aktual 20,843 Kg/h dengan Beban 4,6 N,
dan terakhir pemakaian udara aktual 20,855 Kg/h dengan Beban 5,6 N.
Dapat disimpulkan bahwa Beban berbanding lurus dengan Pemakaian
udara aktual.
BEBAN VS α
0,012
0,01
0,008
0,006
α
α
0,004
0,002
0
1,6 2,6 3,6 4,6 5,6
Beban (N)
Beban α
1,6 0,011
2,6 0,010
3,6 0,010
4,6 0,009
5,6 0,009
Pada grafik hubungan antara faktor kelebihan udara terhadap
Beban diatas merupakan data yang didapat oleh kelompok 4 pada
percobaan motor diesel. Dari data diatas diperoleh faktor kelebihan
udara 0,011 dengan Beban 1,6 N, faktor kelebihan udara 0,010 denga
Beban 2,6 N, faktor kelebihan udara 0,010 dengan Beban 3,6 N, faktor
kelebihan udara 0,009 dengan Beban 4,6 N, dan terakhir faktor
kelebihan udara 0,009 dengan Beban 5,6 N. Dapat disimpulkan bahwa
Beban berbanding terbalik dengan faktor kelebihan udara.
1200
1000
800 Qtot
600
400
200
0
1,6 2,6 3,6 4,6 5,6
Beban (N)
0,1
0,08
ηth (%)
0,06
0,04
ηth (%)
0,02
0
1,6 2,6 3,6 4,6 5,6
Beban (N)
0,1
0,08
ηmek (%)
0,06
0,04
ηmek (%)
0,02
0
1,6 2,6 3,6 4,6 5,6
Beban (N)
4500
4000
3500
3000
Qpm (kW)
2500
2000
1500 Qpm (kW)
1000
500
0
1,6 2,6 3,6 4,6 5,6
Beban (N)
0,8
Qgb (kW)
0,6
0,4
Qgb (kW)
0,2
0
1,6 2,6 3,6 4,6 5,6
Beban (N)
0
1,6 2,6 3,6 4,6 5,6
-500
Qoth (kW)
-1000
Qoth (kW)
-1500
-2000
-2500
Beban (N)
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Daya Efektif Mesin (BHP) adalah nilai yang didapatkan melalui hasil kali
antara torsi dengan putaran poros (rpm). Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan, semakin tinggi nilai beban yang diberikan, semakin
tinggi pula nilai daya yang dihasilkan karena kerja torak semakin besar.
2. Konsumsi bahan bakar atau Fuel Consumption adalah nilai antara volume
bahan bakar yang dikonsumsi per satuan waktu (jam). Berdasarkan
praktikum, semakin tinggi nilai pembebanan yang diberikan maka
semakin tinggi pula volume bahan bakar yang dikonsumsi.
3. Konsumsi bahan bakar spesifik atau Specific Fuel Consumption (SFC)
adalah jumlah pemakaian bahan bakar yang dikonsumsi untuk
menghasilkan daya selama satu jam. Berdasarkan praktikum, semakin
tinggi nilai pembebanan yang diberikan, maka semakin kecil nilai SFC.
4. Konsumsi udara aktual (MAact) adalah jumlah udara yang terhisap oleh
mesin selama langkah pemasukan untuk bercampur dengan bahan bakar.
MAact didapatkan dari hasil kali antara massa jenis udara (kg/m3) dengan
debit aliran udara (m3/s). Berdasarkan praktikum, semakin tinggi nilai
pembebanan, maka semakin kecil nilai MAact karena debit udara yang
masuk ke ruang bakar semakin kecil.
5. Perbandingan udara-bahan bakar (AFR) adalah rasio perbandingan antara
udara dan bahan bakar dan merupakan faktor penting yang mempengaruhi
kesempurnaan pada proses pembakaran di ruang bakar. Pada proses
pembakaran sempurna memiliki rasio perbandingan AFR yaitu 14,7 : 1
biasa disebut dengan Stoichiometric, artinya campuran memiliki
perbandingan 14,7 udara dan 1 bahan bakar.
6. Efisiensi volumetrik adalah rasio (atau persentase) dari volume udara
yang dikumpulkan silinder / detik selama langkah hisap dibandingkan
dengan volume silinder / detik dalam kondisi statis.
IV.2 Saran
a. Saran Untuk Laboratorium
1) Selalu menjaga kebersihan laboratorium.
2) Mengatur lab agar barang yang sudah tidak digunakan dapat
dipindahkan/dikeluarkan.
3) Mengganti peralatan yang sudah rusak dengan peralatan yang baru.
b. Saran Asisten:
1) Tetap menjaga keramahannya kepada praktikan.
2) Tetap menjaga kesehatan agar dapat asistensi
3) Tetap semangat membimbing praktikan.
2. Tujuan Khusus
Gambar 1. Prinsip kerja motor bakar Bensin 2- langkah; (a) langkah hisap
dan kompresi; (b) langkah daya dan buang.
Sumber: https://www.otoflik.com/cara-kerja-mesin-2-tak/
Tabel 1.2 Hubungan piston terhadap poros engkol pada motor bakar 4-langkah
(Sumber: Anonim III. 2015)
dengan
VL = Volume langkah piston (mm3) atau cc.
D = Diameter silinder (mm).
L = Panjang langkah piston (mm),
n = Jumlah silinder.
g. Volume sisa atau volume clearance (VC) adalah nominal volume
ruang bakar yang dibatasi bagian atas dari piston saat posisi di
TDC.
dengan
Cr = Rasio kompresi.
VL = Volume langkah piston (mm3) atau cc.
VC = Volume sisa (mm3).
i. Daya (N) adalah besarnya kerja motor dalam satu satuan waktu
(Arends Berenschot.1997).
j. Torsi (T) adalah kemampuan mesin menghasilkan kerja, fungsi
torsi mengatasi slip dan mendapatkan kecepatan tinggi.
k. Konsumsi bahan bakar spesifik atau specific fuel consumption
(sfc) adalah jumlah pemakaian bahan bakar untuk setiap jam agar
menghasilkan daya setiap 1 kW.
l. Tekanan efektif rata-rata (𝐵𝑚𝑒𝑝 ) adalah tekanan konstan yang
menghasilkan kerja output bersih sambil menyebabkan piston
bergerak sejauh volume langkah yang sama dengan siklus
aktualnya.
m. Efisiensi termal (ήth) adalah perbandingan antara daya output
terhadap jumlah bahan bakar dalam waktu tertentu.
n. Efisiensi volumetric (ήv) adalah perbandingan antara laju alir
udara actual terhadap laju alir teoritis.
o. Air fuel ratio (AFR) adalah perbandingan bahan bakar terhadap
udara. Kondisi ini dinyatakan dalam bentuk volume atau berat
dari bagian udara dan bahan bakar (Anonim II. 2004).
p. Lambda (λ) adalah perbandingan antara AFR aktual (praktek)
terhadap teoritis (Kawano. 2006).
9
6
10
12
13
14
16) Fuel pipe berfungsi untuk melihat jumlah pemakaian bahan bakar
dalam waktu tertentu
16
0
17
37. Qms
𝐻𝐿 ∙𝐹𝐶
Qms = 3600 ∙1000
BAB III
PENGUJIAN
Qtot %BHP
No (kW) ηth (%) Qpm (kW) Qgb (kW) ηmek (%) Qoth (kW) (%) %Qpm (%) %Qgb (%) %Qoth (%)
1 0,069 -0,043 -0,233 6,068 7,139 6,515 -5,455 1139,691 78,220 -1451,754
2 74,271 0,555 3808,713 787,881 0,555 -4522,735 0,555 5128,145 1060,822 -6089,522
3 62,948 1,303 4043,095 1353,953 1,303 -5334,921 1,303 6422,871 2150,893 -8475,068
4 58,952 1,403 3867,309 1596,556 1,403 -5405,740 1,403 6560,098 2708,230 -9169,731
-
5 39,774 0,567 3134,864 954,237 0,567 -4049,552 0,567 7881,789 2399,177 10181,532
% BHP = 5 , 4 5 4 % BHP
0,277 KW
% Qpm = 1139,69 %
Qtot
6,847 kW
% Qgb = 7 8 , 2 1 9 %
% Qoth = -49539,04 %
Throttle : 0 , 9 %
N : 1329 rpm
Qoth
6,514 kW Qgb
6,068 kW Qpm
-0,232 kW
III.4.2 Beban 2
% Qoth = -6089,52 %
Throttle : 0 , 9 %
N : 1155 rpm
Qoth
-4522,735 kW Qgb
787,88 kW Qpm
3 kW
III.4.3 Beban 3
% Qgb = 2150,89 %
% Qoth = -8475,06%
Throttle : 0,9 %
N : 1337 rpm
Qoth
-5334,92 kW Qgb
1353,95 kW Qpm
4043,09 kW
III.4.4 Beban 4
% Qoth = -9169,73%
Throttle : 0 , 9 %
N : 1143 rpm
Qoth
-5405,73 kW Qgb
1596,55 kW Qpm
3867,30 kW
III.4.5 Beban 5
% Qoth = -10181,53 %
Throttle : 0 , 9 %
N : 521 rpm
Qoth
-4049,55 kW Qgb
954,23 kW Qpm
3134,86 kW
Torsi vs BHP(kW)
0,9
0,8
0,7
0,6
BHP(kW)
0,5
0,4
BHP(kW)
0,3
0,2
0,1
0
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
Torsi (Nm)
Torsi vs FC (Kg/h)
7
5
BFC (Kg/h)
3
FC (Kg/h)
2
0
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
Torsi (Nm)
Torsi FC (Kg/h)
1,96 0,005
3,41 6,110
5,86 5,178
6,91 4,849
4,13 3,272
Pada grafik hubungan antara Pemakaian bahan bakar terhadap
Torsi diatas merupakan data yang didapat oleh kelompok 4 pada
percobaan motor bensin. Dari data diatas diperoleh pemakaian bahan
bakar dari 0,005 Kg/h dengan torsi 1,96 Nm, pemakaian bahan bakar
6,110 Kg/h dengan torsi 3,41 Nm, pemakaian bahan bakar 6,110 Kg/h
dengan torsi 5,86 Nm, pemakaian bahan bakar 4,849 Kg/h dengan torsi
6,91 Nm, pemakaian bahan bakar 3,272 Kg/h dengan torsi 4,13 Nm.
Kenaikan data dapat dikatakan konstan akan tetapi nilainya tidak begitu
jauh tetapi kenaikan masih kata konstan. Dapat disimpulkan bahwa torsi
berbanding lurus dengan pemakaian bahan bakar.
Torsi vs MEP(kPa)
140
120
100
MEP(kPa)
80
60
MEP (kPa)
40
20
0
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
Torsi (Nm)
30
25
20
Mth (kg/h)
15
Mth (kg/h)
10
0
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
-5
Torsi (Nm)
Torsi vs Ma (kg/h)
1
0,9
0,8
0,7
Ma (kg/h)
0,6
0,5
0,4 Ma (kg/h)
0,3
0,2
0,1
0
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
Torsi (Nm)
Torsi Ma (kg/h)
1,96 0,536
3,41 0,576
5,86 0,518
6,91 0,879
4,13 0,440
Pada grafik hubungan antara Pemakaian udara aktual terhadap
Torsi diatas merupakan data yang didapat oleh kelompok 4 pada
percobaan motor bensin. Dari data diatas diperoleh pemakaian udara
aktual 0,536 Kg/h dengan torsi 1,96 Nm, pemakaian udara aktual 0,576
Kg/h dengan torsi 3,41 Nm, pemakaian udara aktual 0,518 Kg/h dengan
torsi 5,86 Nm, pemakaian udara aktual 0,879 Kg/h dengan torsi 6,91
Nm, pemakaian udara aktual 0,440 Kg/h dengan torsi 4,13 NmDapat
disimpulkan bahwa torsi berbanding lurus dengan Pemakaian udara
aktual.
Torsi vs AFR
100
90
80
70
60
AFR
50
40 AFR
30
20
10
0
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
Torsi (Nm)
Torsi AFR
1,96 93,759
3,41 0,094
5,86 0,100
6,91 0,102
4,13 0,134
Pada grafik hubungan antara Perbandingan udara bahan bakar
terhadap Torsi diatas merupakan data yang didapat oleh kelompok 4
pada percobaan motor bensin. Dari data diatas terjadi penurunan
perbandingan udara bahan bakar 93,759 dengan torsi 1,96 Nm,
perbandingan udara bahan bakar 0,094 dengan torsi 3,41 Nm,
perbandingan udara bahan bakar 0,100 dengan torsi 5,86 Nm,
perbandingan udara bahan bakar 0,102 dengan torsi 6,91 Nm,
perbandingan udara bahan bakar 0,134 dengan torsi 4,13 Nm. Dapat
disimpulkan bahwa torsi berbanding Terbalik dengan Perbandingan
udara bahan bakar.
Torsi vs α
7
4
α
3
α
2
0
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
Torsi (Nm)
Torsi α
1,96 6,435
3,41 0,006
5,86 0,007
6,91 0,007
4,13 0,009
Pada grafik hubungan antara faktor kelebihan udara terhadap
Torsi diatas merupakan data yang didapat oleh kelompok 4 pada
percobaan motor bensin. Dari data diatas diperoleh faktor kelebihan
udara 6,435 dengan torsi 1,96 Nm, faktor kelebihan udara 0,006 dengan
torsi 3,41 Nm, faktor kelebihan udara 0,007 dengan torsi 5,86 Nm,
faktor kelebihan udara 0,007 dengan torsi 6,91 Nm, faktor kelebihan
udara 0,009 dengan torsi 4,13 Nm. Dapat disimpulkan bahwa torsi
berbanding terbalik dengan faktor kelebihan udara.
40
30 Qtot (kW)
20
10
0
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
Torsi (Nm)
0,8
0,6
ηth (%)
0,4
0,2
0
-0,2
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
Torsi (Nm)
4
3 ηmek (%)
2
1
0
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
Torsi (Nm)
-60
-80 ηvol (%)
-100
-120
-140
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
Torsi (Nm)
Torsi vs Qpm
4500
4000
3500
3000
2500
Qpm
2000
1500 Qpm
1000
500
0
-500
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
Torsi (Nm)
1000
800
Qgb(kW)
600
400
200
0
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
Torsi (Nm)
-1000
Qoth (kW)
-2000
-3000
Qoth(Kw)
-4000
-5000
-6000
1,96 3,41 5,86 6,91 9,2
Torsi (Nm)
BAB IV
PENUTUP
IV.2 Kesimpulan
9. Daya Efektif Mesin (BHP) adalah nilai yang didapatkan melalui hasil kali
antara torsi dengan putaran poros (rpm). Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan, semakin tinggi nilai beban yang diberikan, semakin
tinggi pula nilai daya yang dihasilkan karena kerja torak semakin besar.
10. Konsumsi bahan bakar atau Fuel Consumption adalah nilai antara volume
bahan bakar yang dikonsumsi per satuan waktu (jam). Berdasarkan
praktikum, semakin tinggi nilai pembebanan yang diberikan maka
semakin tinggi pula volume bahan bakar yang dikonsumsi.
11. Konsumsi bahan bakar spesifik atau Specific Fuel Consumption (SFC)
adalah jumlah pemakaian bahan bakar yang dikonsumsi untuk
menghasilkan daya selama satu jam. Berdasarkan praktikum, semakin
tinggi nilai pembebanan yang diberikan, maka semakin kecil nilai SFC.
12. Konsumsi udara aktual (MAact) adalah jumlah udara yang terhisap oleh
mesin selama langkah pemasukan untuk bercampur dengan bahan bakar.
MAact didapatkan dari hasil kali antara massa jenis udara (kg/m3) dengan
debit aliran udara (m3/s). Berdasarkan praktikum, semakin tinggi nilai
pembebanan, maka semakin kecil nilai MAact karena debit udara yang
masuk ke ruang bakar semakin kecil.
13. Perbandingan udara-bahan bakar (AFR) adalah rasio perbandingan antara
udara dan bahan bakar dan merupakan faktor penting yang mempengaruhi
kesempurnaan pada proses pembakaran di ruang bakar. Pada proses
pembakaran sempurna memiliki rasio perbandingan AFR yaitu 14,7 : 1
biasa disebut dengan Stoichiometric, artinya campuran memiliki
perbandingan 14,7 udara dan 1 bahan bakar.
14. Efisiensi volumetrik adalah rasio (atau persentase) dari volume udara
yang dikumpulkan silinder / detik selama langkah hisap dibandingkan
dengan volume silinder / detik dalam kondisi statis.
KELOMPOK IV Internal Combustion Engine
116
LABORATORIUM MOTOR BAKAR
15. Efisiensi termal (%) adalah ukuran tanpa dimensi yang menunjukkan
performa peralatan termal seperti mesin pembakaran dalam. Panas yang
masuk adalah energi yang didapatkan dari sumber energi. Output yang
diinginkan dapat berupa panas atau kerja. Dapat dilihat pada grafik,
seiring bertambahnya nilai beban akan terjadi kenaikan nilai efisiensi
termal.
16. Neraca panas (keseimbangan panas mesin) merupakan table presentase
dari panas yang dirubah menjadi kerje berguna dan panas yang tidak
berguna.
IV.3 Saran
b. Saran Untuk Laboratorium
4) Selalu menjaga kebersihan laboratorium.
5) Mengatur lab agar barang yang sudah tidak digunakan dapat
dipindahkan/dikeluarkan.
6) Mengganti peralatan yang sudah rusak dengan peralatan yang baru.
c. Saran Asisten:
4) Tetap menjaga keramahannya kepada praktikan.
5) Tetap menjaga kesehatan agar dapat asistensi
6) Tetap semangat membimbing praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Farel, H. N., 2006, Nilai Kalor Bahan Bakar Serabut dan Cangkang Sebagai
Bahan Bakar Ketel Uap di Pabrik Kelapa Sawit. Teknik Mesin, FT USU.
Medan;
Gaol, R. P. L. (2020). UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SLINDER
DENGAN BAHAN BAKAR PERTALITE DAN PERTAMAX. PISTON
(Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Fakultas Teknik UISU), 4(2), 64-70;
Heywood, J. B. (1988). Combustion engine fundamentals. 1ª Edição. Estados
Unidos, 25, 1117-1128;
Pulkrabek, Willard W., 1977, Engineering Fundamentals of the Internal
Combustion Engine. New jersey : Prentice Hall.
Haryono, E., & Witjonarko, R. D. E. (2017). Analisa Unjuk Kerja Mesin Diesel
Kapal Dua Langkah (Two Stroke Marine Diesel Engine) Berbahan Bakar
Campuran Minyak Solar (Hsd) Dan Biodiesel Minyak Jelantah Pada
Beban Simulator Full Load. INOVTEK POLBENG, 7(2), 179-187.
www.orizaku/supercharger/2017.com