SAMPUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum “ MOTOR BAKAR “ ini telah diperiksa dan disetujui pada
tanggal Desember 2019
Mengetahui,
Kepala Laboratorium
ii
KARTU ASISTENSI
ASISTEN
(……………………………)
STB: D211 1
iii
KARTU ASISTENSI
ASISTEN
(……………………………)
STB: D211 1
iv
KARTU ASISTENSI
ASISTEN
(……………………………)
STB: D211 1
RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Harfian Maulana
Nama Panggilan : Aan
Tempat / Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 14 April 1998
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Orang tua
Ayah : Aswardz Muh. Thamzil
Ibu : Sri Rahayu
Pekerjaan Orang tua
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Wiraswasta
Golongan Darah :O
Alamat : Perumahan Dosen Unhas Tamalanrea Blok G.7
Hobi : -
Cita-Cita : -
Telepon /No.HP : -
E-mail : harfianm@yahoo.com
vi
• Organisasi
-Anggota Himpunan Mahasiswa Mesin
Demikian Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Harfian Maulana
D211 16 325
vii
NOMENKLATUR
viii
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
kemampuan yang dimiliki. Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam
kerja, jenis-jenis mesin pada motor bakar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam laporan ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
diharapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
Semoga laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Bukanlah ilmu itu didapatkan dengan badan dan
jasad yang santai, maka dari itu saya nasehatkan untuk diri saya sendiri dan semua
kawan-kawan yang belajar yang semangat untuk meraih ilmu. Setiap kata yang
terdapat kekeliruan maupun menjadikan hati ini terluka sungguh sang penyusun
tidak luput dari kekeliruan dan kesalahan, saya memohon ampun kepada Allah dan
tidak lupa rasa hormat saya kepada seluruhnya. Wabillahi Taufik waShallallu’ala
Penyusun
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KARTU ASISTENSI ........................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi
NOMENKLATUR ............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
PETUNJUK UMUM .......................................................................................... xiv
BAB I .................................................................................................................... 16
PENDAHULUAN ................................................................................................ 16
A. LATAR BELAKANG ................................................................................... 16
B. TUJUAN PRAKTIKUM ............................................................................... 17
C. MANFAAT .................................................................................................... 18
BAB II .................................................................................................................. 19
TEORI DASAR ................................................................................................... 19
A. TEORI DASAR UMUM ............................................................................... 19
Komponen Dasar Air Induction System ........................................................ 42
B. RUMUS YANG DIGUNAKAN .................................................................... 69
BAB III ................................................................................................................. 77
PENGUJIAN ....................................................................................................... 77
A. MESIN DIESEL KATUP GAS KONSTAN .................................................. 77
TABEL DATA PENGUJIAN ....................................................................... 77
PENGOLAHAN DATA ................................................................................ 78
TABEL HASIL PERHITUN\GAN ............................................................... 84
DIAGRAM SANKEY ................................................................................... 85
PEMBAHASAN GRAFIK ............................................................................ 86
B. MESIN DIESEL PUTARAN KONSTAN ................................................... 102
xii
xiii
PETUNJUK UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
1. PERATURAN PRAKTIKUM
A. KEHADIRAN
b. Kehadiran dianggap absen jika terlambat 5 menit dari jadwal yang telah
ditentukan
B. TATA TERTIB
c. Rambut rapi. Bagi laki-laki maksimal 3 cm. Bagi perempuan yang tidak
memakai jilbab, rambutnya diikat
d. Menggunakan kemeja, rok kain hitam (wanita), celana kain hitam (pria)
pada saat praktikum
g. Hanya praktikan yang lulus respon dan mematuhi tata tertib yang boleh
mengikuti praktikum
xiv
C. PEMAKAIAN ALAT
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini pengaplikasian motor besin sebagai salah satu jenis
penggerak mula yang menggunakan energi termal untuk menghasilkan kerja
mekanis telah menyentuh kehidupan masyarakat bahkan telah menjadi salah
satu kebutuhan. Motor bensin yang menggerakkan mobil penumpang, sepeda
truk, motor, skuter dan jenis kendaraan lainnya dewasa ini merupakan
perkembangan dan perbaikan mesin yang sejak semula dikenal sebagai Motor
Otto. Motor bensin dilengkapi dengan busi dan karburator.
Selain itu perlu juga diketahui tentang mesin diesel. Dimana mesin
diesel ini tidak dilengkapi dengan karburator. Tetapi mesin diesel juga
menggunakan busi, hanya saja busi pada mesin diesel tidak digunakan untuk
pembakaran. Hanya digunakan untuk memanaskan silinder sehingga
memudahkan pembakaran saat mesin mulai dinyalakan. Sementara untuk
pembakaran, mesin diesel dilengkapi dengan injeksikan sehingga terjadi
pembakaran. Mesin diesel biasanya digunakan pada alat berat mengingat daya
yang dihasilkan mesin ini lebih besar dari pada mesin bensin.
16
B. TUJUAN PRAKTIKUM
• Tujuan Umum
• Tujuan khusus
17
C. MANFAAT
Mengetahui prestasi mesin dan cara kerja dari motor pembakaran
dalam pada mesin dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia industri maupun
kehidupan sehari-hari
18
BAB II
TEORI DASAR
A. TEORI DASAR UMUM
1. MESIN DIESEL
a. Pengertian Mesin Diesel
Mesin diesel adalah motor bakar dengan proses pembakaran yang terjadi
didalam mesin itu sendiri (internal combustion engine) dan pembakaran terjadi
karena udara murni dimampatkan (dikompresi) dalam suatu ruang bakar
(silinder) sehingga diperoleh udara bertekanan tinggi serta panas yang tinggi,
bersamaan dengan itu disemprotkan / dikabutkan bahan bakar sehingga
terjadilah pembakaran.
Pembakaran yang berupa ledakan akan menghasilkan panas mendadak
naik dan tekanan menjadi tinggi didalam ruang bakar . Tekanan ini mendorong
piston kebawah yang berlanjut dengan poros engkol berputar.
b. Jenis-jenis Mesin Diesel Berdasarkan Gerakan Piston
1. Mesin diesel 4 langkah ( 4 tak )
Mesin diesel 4 langkah ialah : - Mesin diesel dimana setiap satu kali
proses usaha terjadi 4 (empat) kali langkah piston atau 2 kali putaran poros
engkol
- Langkah kompresi
- Langkah usaha
20
- Langkah pembuangan
21
22
c. Diagram P – V
23
a. Pada diagram ini dianggap tidak ada kerugian aliran udara pada waktu
langkah
b. pengisian maupun langkah buang
c. Dari diagram ini dapat dihitung besar tekanan indikator rata-rata yang
mendorong
d. piston yang besarnya tergantung luas indikator.
e. Semakin besar luas diagram berarti semakin besar pula tekanannya,
semakin
f. besar pula daya Indikatornya
g. Gambar diagram ini dianggap tidak ada kerugian ( keadaan ideal )
d. Diagram Indikator
24
1. Langkah hisap
2. Langkah kompresi
Piston bergerak dari TMB ke TMA, katup masuk dan katup buang
akan menutup, volume silinder mengecil dan temperatur dan tekanan udara
kompresi akan bertambah. Pada akhir langkah kompresi mesin diesel
tekanan dalam silinder 30 bar dan temperature 550 C.
25
3. Langkah usaha
4. Langkah buang
26
1. A 1 = inlet valve
2. A 2 = oullet valve
3. B = spring valve
4. C = rocker arm
5. D = push rod
6. E = valve lifter
7. F = camshaft
27
8. G = roda gigi
9. J = crankshaft
Telah diketahui bahwa. mesin memerlukan bahan bakar, udara dan panas
untuk keperluan pembakaran didalam silinder dan pembakaran tersebut
menghasilkan gas bekas yang harus dikeluarkan dari ruang bakar. Untuk mengatur
pemasukan dan pembuangan tersebut diatur oleh katup (katup isap dan katup
buang )
Katup bekerja membuka dan menutup aliran fluida gas. Katup masuk
bekerja membuka dan menutup aliran udara yang masuk ke dalam silinder,
sedangkan katup buang bekerja membuka dan menutup aliran gas bekas ke luar
silinder.
28
29
30
31
Cylinder block terbuat dari besi tuang yang memiliki tingkat presisi
yang tinggi. Umumnya pada sebuah blok mesin memiliki beberapa
komponen antara lain ;
32
Unit komponen kedua terletak pada bagian atas mesin. Sama halnya
dengan blok silinder, komponen ini juga terbuat dari material tuang. Saat ini
head cylinder berbahan aluminium nampaknya menjadi pilihan, karena
lebih ringan dan kuat. Unit ini terdiri dari valve & spring, camshaft, rocker
arm, ruang bakar.
• Valve & spring. Komponen ini menjadi pintu yang akan membuka dan
menutup saluran intake serta exhaust pada mesin. Sementara spring
akan menahan katup agar tetap tertutup.
• Camshaft. Komponen ini juga disebut poros nok, fungsinya untuk
mengatur pembukaan tiap katup melalui sebuah nok.
• Rocker arm. Komponen ini akan menekan katup saat nok menyentuh
bagian atas rocker arm. Sehingga saluran in/ex dapat terbuka.
Umumnya rocker arm memiliki sistem penyetelan celah katup, baik
manua atau otomatis (Hydrolic Lash Adjuster).
• Combustion chamber. Ruang bakar adalah sebuah ruang kecil yang
digunakan melakukan pembakaran. hasilnya berupa semburan api yang
digunakan untuk mendorong piston. Biasanya ruang bakar ini terdapat
pada mesin diesel indirect injection.
3. Piston & Connecting Rod
• Crank pin. Crank pin adalah sebuah pin yang akan terhubung dengan
big end pada connecting rod.
34
Oil pan (Carter) adalah sebuah bak khusus yang berfungsi untuk
menampung oli mesin. Meski hanya bertugas sebagai penampung oli
mesin, komponen ini juga tidak bisa dibuat sembarangan. Umumnya
komponen ini terbuat dari besi tipis seperti seng, namun beberapa mobil
telah mengkombinasikan dengan bahan yang lebih tebal.
35
7. Fly Wheel
36
37
38
39
5. Spesifikasi
Product Research Engine test setup 1 cylinder, 4 stroke,
Multifuel, VCR, Code 240
Engine Single cylinder, 4 stroke, water cooled, stroke 110
mm, bore 87.5 mm, 661 cc. Diesel mode: 3.5 KW,
1500 rpm, CR range 12-18. Injection variation:0- 250
BTDC Petrol mode: 4.5 KW@ 1800 rpm, Speed range
1200-1800 rpm, CR range 6-10,
Dynamometer Type eddy current, water cooled, with loading unit
Propeller shaft With universal joints
Air box M S fabricated with orifice meter and manometer
Fuel tank Capacity 15 lit, Type: Duel compartment, with fuel
metering pipe of glass
Calorimeter Type Pipe in pipe
ECU PE3 Series ECU, Model PE3-8400P, full build, potted
enclosure. Includes peMonitor & peViewer software.
Piezo sensor Combustion: Range 350Bar, Diesel line: Range 350
Bar, with low noise cable
Crank angle Resolution 1 Deg, Speed 5500 RPM with TDC pulse.
sensor
Data acquisition NI USB-6210, 16-bit, 250kS/s.
device
Temperature Type RTD, PT100 and Thermocouple, Type K
sensor
Temperature Type two wire, Input RTD PT100, Range 0–100 Deg
transmitter C, Output 4–20 mA and Type two wire, Input
Thermocouple,
Load sensor Load cell, type strain gauge, range 0-50 Kg
40
2. Turbocharged (T).
3. Turbocharged Aftercooled (TA).
Komponen Dasar Air Induction System
Sistem pemasukan udara dan pembuangan gas buang yang umum termasuk :
• precleaner (1),
• air filter (2),
• turbocharger (3),
• intake manifold (4),
• aftercooler (5),
• exhaust manifold (6),
• exhaust stack (7),
• muffler dan connecting pipes (8).
• Turbocharged (T).
• Turbocharged Aftercooled (TA).
42
1. precleaner
2. air filter
3. turbocharger
4. intake manifold
5. aftercooler
6. exhaust manifold
7. exhaust stack
8. muffler dan connecting pipes
Untuk melakukan pekerjaan dan perbaikan pada sistem udara pada
engine, maka penting untuk memahami aliran udara melalui sistem dan fungsi
tiap komponen. Juga penting untuk memahami bentuk komponen tersebut dan
bagaimana cara bekerjanya.
44
Gambar 23. jenis – jenis ruang bakar pada system injeksi langsung
Sumber : https://www.slideshare.net/mobile/alenpepa14/laboratorium-motor-
bakar-motor-diesel-i-teknik-mesin-unhas
Kelebihan sistem injeksi langsung :
45
46
47
48
49
50
51
52
bP 𝑏𝑚𝑒𝑝
ηmek = 𝑥 = = 𝑥 100%
iP 𝑖𝑚𝑒𝑝
Keterangan :
1. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifik yang
konstan;
2. Langkah isap (0-1) merupakan tekanan-konstan, torak bergerak
dari TMA ke TMB;
3. Langkah kompresi (1-2) ialah proses isentropik torak bergerak dari
TMB ke TMA;
4. Proses pembakaran tekanan konstan (2-3) dianggap sebagai proses
pemasukan kalor pada tekanan-konstan, torak mulai bergerak dari
TMA ke TMB;
5. Langkah kerja (3-4) ialah proses isentropik, torak bergerak dari
TMA ke TMB;
6. Proses pembuangan (4-1) dianggap proses pengeluaran kalor pada
volume konstan;
7. Langkah buang (1-0) ialah proses tekanan konstan, torak bergerak
dari TMB ke TMA;
8. Siklus dianggap tertutup, artinya siklus ini berlangsung dengan
fluida kerja yang sama atau, gas yang berada didalam selinder pada
waktu langkah buang, tetapi pada waktu langkah isap berikutnya
akan masuk sejumlah fluida kerja yang sama.
55
Sumber : http://agungservian.blogspot.com/2017/05/siklus-motor-bakar.html
Gambar 28. Siklus Gabungan Ideal Volume Konstan dan Tekanan Konstan
Sumber : http://agungservian.blogspot.com/2017/05/siklus-motor-bakar.html
1) Kebocoran fluida kerja karena penyekaan oleh cincin torak dan katup
tak dapat sempurna;
57
58
7) Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa oleh gas buang dari
dalam selinder ke atmosfir sekitarnya. Energi tersebut tak dapat
dimanfaatkan untuk melakukann kerja mekanik;
8) Terdapat kerugian energi karena gesekan antara fluida kerja dengan
dinding sekitarnya.
e. Priode Pembakaran
59
61
.
Gambar 32. Regulator Throttle
Sumber: Laboratorium Motor Bakar
c. Load Indicator/Load Regulator
Fungsi dari pressure regulator adalah untuk mengatur tekanan
bahan bakar yang mengalir ke injektor.
62
d. Head Cylinder
Cylinder head adalah komponen penutup blok silinder yang
bertugas menutup rongga silinder, dimana ruang yang ditutup tersebut
adalah ruang pembakaran.
63
e. Compression Indicator
Compression Indicator berfungsi untuk mengetahui besarnya
tekanan kompresi pada tiap silinder mesin.
64
g. Calorimeter
Calorimeter adalah zat yang digunakan untuk mengukur perubahan
suhu dari bahan bakar dari panas spesifik yang diketahui.
65
c. Load Indicator
Berfungsi mengukur beban yang bekerja pada dynamometer.
67
d. Manometer
Manometer berfungsi menunjukkan besarnya tekanan kompresi
silinder jika dilakukan pengukuran.
e. Termometer Inlet/Outler
Berfungsi mengukur temperature udara masuk calorimeter.
68
𝟏 𝒌𝒈⁄
Ρud = 𝒗
𝒎𝟑
a. Tekanan Uap Jenuh (f’)
[𝟐𝟏𝟖,𝟕+𝟕,𝟗 𝑻𝒘𝒃]
f’ = 𝟏𝟎 [ [𝟐𝟕𝟑,𝟐+𝑻𝒅𝒃]
] 𝒎𝒎𝑯𝒈
AFRstoi = 14, 57
70
𝑴𝒂
𝑯𝒖𝒅 = (𝟑𝟔𝟎𝟎) . 𝑪𝒑𝒖𝒅 . 𝑻𝒅𝒃 kW
72
2. MESIN BENSIN
1. Daya Kuda Efektif (Brake Horse Power/BHP)
T∙ N
BHP = (kWatt)
9549,3
Dimana : T = Torsi (Nm)
N = Putaran Poros (RPM)
9549,3 = Konstanta Dynamometer
73
74
75
76
77
PENGOLAHAN DATA
Contoh Perhitungan Pengujian Mesin Diesel
N = 1650 rpm T = 13 Nm
T.N
BHP = 9549.3 (kWatt)
1650.13
= 9549,3
= 2.2462 kWatt
Vcu.10-3 . pf.3600
FC = (kg/h)
w
-3
5010 .0,832.3600
= 99
= 1.51272 kg/h
𝐹𝐶
SFC = 𝐵𝐻𝑃 (kg/kWh)
1,06971
= 2,2462
= 0.67344 kg/kWh
78
1
( Pud ) = 𝑣
1
= 0,8853
= 1.12948
(218,7+7,9 𝑇𝑤𝑏)
f’ = 10 [ ]
(273,2+𝑇𝑑𝑏)
(218,7+7,9.30)
=[ (273,2+32)
]
= 14.93119 mmHg
𝑃𝑎𝑡𝑚
f=f’–0.5 (Tdb- Twb) ( )
760
755
= 15.14043 - (32-30) (760)
= 13.9377 mmHg
𝑓
x= 0.662 [Patm−f]
13,9377
= 0.622 [755−13,9377]
= 0.01169
𝑇𝑑𝑏 760
v= (0,733+1,224.x) (1+273,2) (𝑃𝑎𝑡𝑚)
32 760
= (0,733+1,224.0,01169) (1+273,2) (755)
𝑚3
= 0.885362 𝑘𝑔
79
= 70.39671 kg/h
𝑉𝑠.10−3 .𝑁.60.𝑝𝑢𝑑
Mth= 𝐾𝑎
1,764.10−3 .1650.60.1,1294
= 2
= 98.6392 kg/hr
𝑀𝑎
AFRact = 𝐹𝐶
70,396
=
1,512
= 46.5362
𝐴𝐹𝑅𝑎𝑐𝑡
α= 𝐴𝐹𝑅𝑠𝑡𝑜𝑖
46,5362
= 14,5704
= 3.1938
𝑀𝑎𝑎𝑐𝑡
𝜂𝑣𝑜𝑙 = 100 %
𝑀𝑎𝑡ℎ
70,396
= 98,639 100%
= 71.36785 %
FC.LHV𝑏𝑏
Qtot= 3600
1,512.42585,483
= 3600
= 17.89450 kWatt
80
𝐵𝐻𝑃
𝜂𝑡ℎ = 𝑄𝑡𝑜𝑡 100%
2,246
= 17,894 100%
= 12.5526 %
= 0.431335.4,18.(40-36)
= 7.2119 kWatt
𝐴𝑝𝑚.𝑝𝑎𝑖𝑟
qpm = 60.1000
26,388.980,72
= 60.1000
= 0.43133
𝑞𝑝𝑚 𝑑𝑎𝑡𝑎 +1,8
Apm = 0,36
7,7+1,8
= 0,36
= 26.38888
70,396+1,512
=( ) . 0,4022.380
3600
= 3.05327
81
𝑀𝑎.𝐶𝑝𝑢𝑑.𝑇𝑑𝑏
Hud = 3600
70,396.1,003.32
= 3600
= 0.627625
𝐵𝐻𝑃𝑚𝑎𝑥
𝜂𝑚𝑒𝑘 = . 100%
𝑄𝑡𝑜𝑡
6,304
= 17,894 . 100%
= 35.2293993 %
𝐵𝐻𝑃𝑂
%BHPb = 𝐵𝐻𝑃𝑚𝑎𝑥. 100%
2,246
= 6,304. 100%
= 35.6312 %
𝜂𝑡ℎ
%ηth = 𝜂𝑡ℎ𝑚𝑎𝑥 . 100%
12,552
= 27,756 . 100%
= 45.2242 %
𝐵𝐻𝑃
%BHP = . 100%
𝑄𝑡𝑜𝑡
82
2,246
= 17,894 . 100%
= 12.5526 %
𝑄𝑝𝑚
%Qpm = 𝑄𝑡𝑜𝑡 . 1000%
7,211
= 17,894. 100%
= 40.30244 %
= 15.62578 %
= 31.519 %
83
84
DIAGRAM SANKEY
% Qoth = 31,519 %
Throttle : 52 %
N : 1650 rpm
Qoth
5,64 kW
Qgb
2,796 kW Qpm
7,211 kW
85
PEMBAHASAN GRAFIK
Motor Diesel Throttle Konstan
1) Torsi vs. Daya Efektif
Torsi vs BHP
7
5
BHP (Kwh)
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 2.246237944
23 3.85368561
28 4.544835747
32 5.026546448
38 5.770056444
43 6.304127004
Pada grafik hubungan antara BHP terhadap Torsi diatas merupakan data
yang didapat oleh kelompok 9 pada percobaan motor Diesel. Dari data
diatas terjadi peningkatan BHP dari 2.246 kW dengan torsi 13 Nm sampai
dengan 6.304 kW dengan torsi 43 Nm. Kenaikan data tersebut bisa
dibilang konstan akan tetapi pada data ketiga dan empat nilainya tidak
begitu jauh tetapi kenaikan masih kata konstan.
86
Torsi vs SFC
0.8
0.7
0.6
SFC (kg/kWh)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 0.673449256
23 0.422407599
28 0.37875501
32 0.354688286
38 0.328540322
43 0.304562392
Grafik diatas merupakan hasil perbandingan dari data bahan bakar relative
SFC dengan Torsi. Terlihat pada pergerakan grafiknya bahwa nilai SFC
condong mengecil sedangkan nilai Torsi mengarah lebih besar atau
meningkat. Akan tetapi untuk data awal SFC 0.590 ke data yang ke 2 yaitu
sebesar 0.370 adalah perubahan terbesar dari semua data yang ada begitu
pula pada data awal torsi dengan data keduanya, jadi kesimpulannya
perubahan nilai pada SFC berbanding terbalik terhadap nilai Torsi yang
didapatkan.
87
Torsi vs FC
2.5
2
FC (kg/h)
1.5
0.5
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 1.512727273
23 1.627826087
28 1.72137931
32 1.782857143
38 1.895696203
43 1.92
88
Torsi vs MEP
350
300
250
MEP (kPa)
200
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 92.5949699
23 163.82187
28 199.43532
32 227.92608
38 270.66222
43 306.27567
Data kali ini menunjukkan hasil perbandingan dari nlai tekanan efektif
rata-rata MEP terhadap nilai Torsi. Grafik menunjukkan angka yang
konstan dari MEP terhadap kenaikan Torsi atau nilai MEP berbanding
lurus dengan kenaikan yang dialami dari Torsi atau sebaliknya. Walaupun
titik awal dan kedua dari MEP menunjukkan angka yang lebih besar tetapi
titik titik selanjutnya tetap menunjukkan kenaikan yang hamper setara.
89
Torsi vs Ma act
72
70
68
Ma act (kg/hr)
66
64
62
60
58
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 70.39671
23 68.29484
28 67.00208
32 64.79018
38 62.42052
43 60.04624
Pada kali ini pembahasan mengenai nilai Torsi terhadap nilai Ma act (laju
aliran massa secara actual). Dititik awal niali Ma act menunjukkan angka
tertinggi 50.53 kg/jam dengan torsi terendah 13 Nm dan nilai Ma act
seterusnya mengalami penurunan hingga di akhir percobaan sampai 43.15
kg/kj dengan Torsi terbesar 43 Nm. Jadi perubahan nilai Ma act
berbanding terbalik dengan nilai Torsi.
90
Torsi vs Mth
100
98
96
94
Mth (kg/hr)
92
90
88
86
84
82
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 98.6392357
23 95.650168
28 92.6611002
32 89.6720325
38 86.4625249
43 83.4810585
Grafik kali ini membahas tentang nilai Torsi terhadap nilai laju aliran
massa secara teoritis Mth. Jika diperhatikan secara seksama grafik diatas
menunjukkan bahwa kenaikan nilai Torsi berbanding terbalik dengan Mth
dikarenakan pada awal percobaan terlihat saat torsi berada pada 13 Nm
sementara nilai Mth berada pada 50.70 kg/jam, dan diakhir percobaan
nilai torsi ketika 43 Nm nilai pada Mth menunjukkan penurunan di 43.02
kg/jam.
91
Torsi vs AFRact
50
45
40
35
30
AFRact
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 46.536288
23 41.95463
28 38.923483
32 36.340643
38 32.927492
43 31.274084
Torsi vs α
3.5
2.5
2
α
1.5
0.5
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
Torsi (Nm) α
13 3.1938923
23 2.8794426
28 2.671408
32 2.4941418
38 2.2598893
43 2.1464122
93
Torsi vs ηvol
72.4
72.2
72
ηvol (%)
71.8
71.6
71.4
71.2
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 71.36786
23 71.40065
28 72.308744
32 72.252378
38 72.193729
43 71.927984
94
Torsi vs Qtot
25
20
Qtot (kW)
15
10
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 17.894506
23 19.256045
28 20.362714
32 21.089954
38 22.424761
43 22.712258
Untuk pembahasan kali ini ialah nilai Torsi terhadap nilai kalor total Qtot
dari sebuah mesin Diesel pada praktikum Motor Bakar. Terlihat jelas
bahwa kenaikan nilai pada Qtot itu berbanding lurus dengan nilai yang
didapatkan dari Torsi, yaitu semakin bertambahnya torsi makan kenaikan
dari Qtot bertambah besar pula. Akan tetapi untuk data ke-5 dan data ke-6
terjadi perubahan yang sangat kecil yaitu 19.665 dan 19.917 jika dibanding
data-data yang lain maka data inilah yang memiliki perubahan terdekat
95
Torsi vs ηth
30
25
20
ηth (%)
15
10
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 12.552668
23 20.012862
28 22.319401
32 23.833843
38 25.730738
43 27.756496
Pada pembahasan grafik kali ini diperhadapkan antara Torsi dengan nilai
efisiensi thermal ηth. Dimana kondisi diatas bisa dibilang menunjukkan
data yang hampir seluruhnya konstan pada nilai ηth terkecuali pada data
awal saja ke data ke-2, terlihat kenaikan yang begitu pesat dari data ke1
hingga data ke-2 yaitu 14.31% sampai 22.82% dan untuk data selanjutnya
hingga akhir tidak begitu besar dari perubahan-perubahan pada nilainya.
Jadi kesimpulannya pergerakan nilai Torsi berbanding lurus terhadap nilai
dari efisiensi thermal ηth.
96
Torsi vs ηmek
40
35
30
25
ηmek (%)
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 35.2294
23 32.73843
28 30.95917
32 29.89161
38 28.11235
43 27.7565
Torsi vs Qpm
9
8
7
6
Qpm ( kW)
5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 7.21192
23 6.81089
28 8.02616
32 7.73177
38 5.95119
43 8.46534
98
Torsi vs Qgb
2.85
2.8
2.75
Qgb (kW)
2.7
2.65
2.6
2.55
2.5
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 2.796156348
23 2.745772251
28 2.725230767
32 2.665806553
38 2.593467334
43 2.523029752
99
Torsi vs Qoth
9
8
7
6
Qoth (kW)
5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 5.640187475
23 5.845694707
28 5.066486078
32 5.6658261
38 8.110050029
43 5.419764849
100
Torsi vs Hud
0.64
0.63
0.62
0.61
Hud (kj/kg)
0.6
0.59
0.58
0.57
0.56
0.55
0.54
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
13 0.6276258
23 0.6088865
28 0.5973607
32 0.5776404
38 0.5739047
43 0.5520752
Pada grafik diatas adalah grafik yang membandingkan antara Torsi dengan
enthalphy udara Hud. Nilai dari Hud diatas berbanding terbalik dengan
kenaikan dari nilai Torsi, hanya saja pada data ke-4 dan data ke-5 dari Hud
terjadi perubahan yang tidak terlalu besar yaitu pada 0.414 kj/kg sampai
0.412 kj/kg dan selebihnya dari nilai diatas bisa dibilang penurunan terjadi
secara konstan.
101
102
PENGOLAHAN DATA
Contoh Perhitungan Pengujian Mesin Diesel
N = 1450 rpm T = 15 Nm
T.N
BHP = 9549.3 (kWatt)
1450.15
=
9549,3
= 2.2776 kWatt
Vcu.10-3 . pf.3600
FC = (kg/h)
w
-3
5010 .0,832.3600
= 140
= 1.06971 kg/h
𝐹𝐶
SFC = 𝐵𝐻𝑃 (kg/kWh)
1,07357
= 2.277
= 0.4696 kg/kWh
103
1
( Pud ) = 𝑣
1
= 0,8885
= 1.12547
(218,7+7,9 𝑇𝑤𝑏)
f’ = 10 [ ]
(273,2+𝑇𝑑𝑏)
(218,7+7,9.31)
=[ (273,2+33)
]
= 15.14043 mmHg
𝑃𝑎𝑡𝑚
f=f’–0.5 (Tdb- Twb) ( )
760
755
= 15.14043 - (31-33) (760)
= 14.14701 mmHg
𝑓
x= 0.662 [ ]
Patm−f
14,14701
= 0.622 [ ]
755−14,14701
= 0.01187
𝑇𝑑𝑏 760
v= (0,733+1,224.x) (1+273,2) (𝑃𝑎𝑡𝑚)
33 760
= (0,733+1,224.0,01187) (1+273,2) (755)
𝑚3
= 0.88851 𝑘𝑔
𝑉𝑔.10−3 .𝑁.60.𝑝𝑢𝑑
Mth= 𝐾𝑎
1,764.10−3 .1450.60.1,1254
= 2
= 86.37583 kg/hr
𝑀𝑎
AFRact = 𝐹𝐶
86,375
= 1,069
= 60.4603
𝐴𝐹𝑅𝑎𝑐𝑡
α= 𝐴𝐹𝑅𝑠𝑡𝑜𝑖
60,4603
= 14,5704
= 4.1495
𝑀𝑎𝑎𝑐𝑡
𝜂𝑣𝑜𝑙 = 100 %
𝑀𝑎𝑡ℎ
64,675
= 86,375 100%
= 74.8766 %
FC.LHV𝑏𝑏
Qtot= 3600
1,073.42585,483
= 3600
= 12.653 kWatt
𝐵𝐻𝑃
𝜂𝑡ℎ = 𝑄𝑡𝑜𝑡 100%
105
2,2776
= 12,653 100%
= 17.999 %
= 0.354148889.4,18.(49-42)
= 10.36239 kWatt
𝐴𝑝𝑚.𝑝𝑎𝑖𝑟
qpm = 60.1000
21,666.980,72
= 60.1000
= 0.354149
𝑞𝑝𝑚 𝑑𝑎𝑡𝑎 +1,8
Apm = 0,36
6+1,8
= 0,36
= 21.6666
𝑀𝑎+𝐹𝐶
Qgb =( 3600 ). Cpgb.Tgb-Tdb
(kWatt)
64,675+1,0697
=( ) . 0,4015.382-33
3600
= 2.5592 kWatt
𝑀𝑎+𝐹𝐶
Hgb =( ). Cpgb.Tgb
3600
64,675+1,0697
=( ) . 0,4015.382
3600
= 2.8012
𝑀𝑎.𝐶𝑝𝑢𝑑.𝑇𝑑𝑏
Hud = 3600
106
64,675.1,003.33
= 3600
= 0.59463
𝐵𝐻𝑃𝑚𝑎𝑥
𝜂𝑚𝑒𝑘 = . 100%
𝑄𝑡𝑜𝑡
6,529
= 12,653 . 100%
= 51.5986 %
𝐵𝐻𝑃𝑂
%BHPb = 𝐵𝐻𝑃𝑚𝑎𝑥. 100%
2,2776
= . 100%
6,529
= 34.8837 %
𝜂𝑡ℎ
%ηth = 𝜂𝑡ℎ𝑚𝑎𝑥 . 100%
17,999
= 26,536 . 100%
= 67.8294 %
𝐵𝐻𝑃
%BHP = 𝑄𝑡𝑜𝑡. 100%
2,2776
= 12,653 . 100%
= 17.9995 %
107
𝑄𝑝𝑚
%Qpm = 𝑄𝑡𝑜𝑡 . 1000%
10,362
= 12,653. 100%
= 81.89046 %
= 20.2245 %
= -20.1145 %
108
109
DIAGRAM SANKEY
% Qoth = -20,114 %
Throttle : 42 %
N : 1450 rpm
Qoth
-2,544 kW Qgb
2,559 kW Qpm
10,362 kW
110
PEMBAHASAN GRAFIK
Motor Diesel Putaran Konstan
Torsi VS BHP
7
5
BHP (kW)
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 2.277653859
18 2.733184631
23 3.492402584
32 4.8589949
38 5.770056444
43 6.529274397
111
Torsi vs SFC
0.5
0.45
0.4
0.35
SFC (kg/kWh)
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 0.469656213
18 0.464349363
23 0.412323598
32 0.335012924
38 0.328540322
43 0.318565261
Perbandingan dari grafik diatas adalah memuat nilai Torsi terhadap nilai
bahan bakar spesifik SFC. Diawal percobaan menunjukkan nilai SFC
berada di titik tertingginya dan kemudian turun beberapa angka kemudian
di data ke-2 sampai data ke-4 terjadi penurunan drastic akan tetapi untuk
data ke-4 sampai ke-6 hanya terjadi sedikit penurunan sama diawal
percobaan tadi. Hanya saja kami mennyimpulkan bahwan nilai SFC
berbanding terbalik dengan di Torsi yang didapatkan selama percobaan
Putaran Konstan pada mesin diesel.
112
Torsi VS FC
2.5
2
FC (kg/h)
1.5
0.5
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 1.069714
18 1.269153
23 1.44
32 1.627826
38 1.895696
43 2.08
113
Torsi VS MEP
350
300
250
MEP (kPa)
200
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 106.84035
18 128.20842
23 163.82187
32 227.92608
38 270.66222
43 306.27567
114
Torsi VS Ma act
67.5
67
Ma act (kg/hr)
66.5
66
65.5
65
64.5
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 64.67529
18 65.12288
23 66.00895
32 66.00895
38 66.88328
43 67.31618
Pada grafik diatas menjukkan hubungan antara nilai torsi terhadap nilai
laju aliran massa secara actual Ma act. Grafik diatas menunjukkan
kenaikan nilai Ma act seiring dengan naiknya dari nilai Torsi terkcuali
pada saat data ke-3 dan data ke-4 menunjukkan tidak terjadinya perubahan
nilai dari Ma act yaitu stuck di angka 47.47 kg/hr akan tetapi setelah itu
terjadi peningkatan yang pesat dari Ma act.
115
Torsi VS Mth
100
90
80
70
Mth (kg/hr)
60
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 86.3758387
18 86.3758387
23 86.3758387
32 86.3758387
38 86.3758387
43 86.3758387
Pada grafik diatas menunjukkan hubungan antara nilai Torsi terhadap nilai
laju aliran massa secara teoritis Mth. Untuk data diatas terlihat jelas bahwa
nilai dari Mth adalah konstan, tidak terjadi pertambahan ataupun
penurunan terhadap nilai Torsi. Kami hanya menganalisa terhadap data
Mth yaitu dikarenakan putaran pada percobaan ini dibuat konstan sehingga
untuk nilai Mth terjadi hasil yang konstan pula terhadap Torsi yang
didapatkan.
116
Torsi VS AFRact
70
60
50
AFRact
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 60.460345
18 51.312098
23 45.839546
32 40.550368
38 35.281642
43 32.363549
117
Torsi vs α
4.5
4
3.5
3
2.5
α
2
1.5
1
0.5
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
Torsi (Nm) α
15 4.1495323
18 3.5216671
23 3.1460733
32 2.7830648
38 2.4214601
43 2.2211846
118
Torsi VS ηvol
78.5
78
77.5
77
ηvol (%)
76.5
76
75.5
75
74.5
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 75.394788
18 76.420614
23 76.420614
32 77.432852
38 77.934041
43 75.394788
Torsi VS Qtot
30
25
20
Qtot (kW)
15
10
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 12.653972
18 15.013187
23 17.034193
32 19.256045
38 22.424761
43 24.604946
120
Torsi VS ηth
30
25
20
ηth (%)
15
10
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 17.999517
18 18.205226
23 20.502307
32 25.233609
38 25.730738
43 26.536431
Pada grafik diatas menunjukka perbandingan antara nilai torsi dengan nilai
efisiensi thermal ηth. Grafik diatas menunjukkan adanya peningkatan pada
nilai efisiensi termal seiring kenaikan torsi. Meskipun tidak terlalu
signifikan, kenaikan terjadi cukup tinggi. Tetapi untuk data yang sangat
drastic kenaikannya adalah pada saat data ke-2 sampai data ke-4, dan yang
lainnya terlihat tidak begitu banyak perbedaan dari perubahan yang
didapatkan.
121
Torsi Vs ηmek
60
50
40
ηmek (%)
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 51.59862
18 43.49026
23 38.3304
32 33.90766
38 29.11636
43 26.53643
122
Torsi VS Qpm
12
10
8
Qpm (kW)
0
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 10.3624
18 4.42708
23 5.89215
32 7.44541
38 7.43898
43 7.43577
Torsi VS Qgb
2.85
2.8
2.75
Qgb (kW)
2.7
2.65
2.6
2.55
2.5
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 2.55921269
18 2.609999584
23 2.667218802
32 2.700941082
38 2.768037903
43 2.814638193
124
Torsi VS Qoth
10
6
Qoth (kW)
0
0 10 20 30 40 50
-2
-4
Torsi (Nm)
15 2.55921269
18 2.609999584
23 2.667218802
32 2.700941082
38 2.768037903
43 2.814638193
125
Torsi VS Hud
0.625
0.62
0.615
Hud (kj/kg)
0.61
0.605
0.6
0.595
0.59
0 10 20 30 40 50
Torsi (Nm)
15 0.5946354
18 0.5987506
23 0.6068973
32 0.6068973
38 0.614936
43 0.6189162
126
127
PENGOLAHAN DATA
Contoh Perhitungan Pengujian Mesin Bensin
T.N
BHP = 9549.3 (kWatt)
5,9.1800
= 9549,3
= 1.112122 kWatt
Vcu.10-3 . pf.3600
FC = (kg/h)
w
-3
5010 .0.747.3600
= 121
= 1.11123 kg/h
𝐹𝐶
SFC = 𝐵𝐻𝑃 (kg/kWh)
1,111
= 1.1121
= 0.99920 kg/kWh
1
( Pud ) = 𝑣
1
= 0,9053
= 1.10451
(218,7+7,9 𝑇𝑤𝑏)
f’ = 10 (273,2+𝑇𝑑𝑏)
(218,7+7,9.30)
=10 (273,2+32)
= 31.19543 mmHg
𝑃𝑎𝑡𝑚
f=f’–0.5 (Tdb- Twb) ( )
760
755
= 31,1954 - 0,5 (32-30) ( )
760
= 30.19543 mmHg
𝑓
x= 0.662 [Patm−f]
31,1954
= 0.622 [755−31,1954]
= 0.025913
𝑇𝑑𝑏 760
v= (0,733+1,224.x) (1+273,2) (𝑃𝑎𝑡𝑚)
32 760
= (0,733+1,224.0,0259) (1+273,2) (755)
𝑚3
= 0.905377
𝑘𝑔
129
𝑉𝑔.10−3 .𝑁.60.𝑝𝑢𝑑
Mth= 𝐾𝑎
0.661.10−3 .1800.60.1,1045
=
2
= 39.42445 kg/hr
𝑀𝑎
AFR= 𝐹𝐶
14,468
= 1,1112
= 13.0204
𝐴𝐹𝑅𝑎𝑐𝑡
α= 𝐴𝐹𝑅𝑠𝑡𝑜𝑖
14,468
=
15,0577
= 0.8647023
𝑀𝑎𝑎𝑐𝑡
𝜂𝑣𝑜𝑙 = 100 %
𝑀𝑎𝑡ℎ
14,468
= 39,424 100%
= 36.7001 %
FC.LHV𝑏𝑏
Qtot=
3600
130
1,111.44260,12
= 3600
= 13.66211 kWatt
𝐵𝐻𝑃
𝜂𝑡ℎ = 𝑄𝑡𝑜𝑡 100%
1,1121
= 13,662 100%
= 8.14019 %
= 0.08241.4,18.(64,5-37,75)
= 4.658735417 kWatt
𝐴𝑝𝑚.𝑝𝑎𝑖𝑟
qpm = 60.1000
5,041.980,72
= 60.1000
= 0.082407722
𝑞𝑝𝑚 𝑑𝑎𝑡𝑎 +1,8
Apm =
0,36
0,042+1,8
= 0,36
=5.04166
131
14,468+1,111
=( ) .0,901.414
3600
= 1.66683
𝑀𝑎.𝐶𝑝𝑢𝑑.𝑇𝑑𝑏
Hud = 3600
14,468.1,005.32
= 3600
= 0.129254
𝐵𝐻𝑃𝑚𝑎𝑥
𝜂𝑚𝑒𝑘 = . 100%
𝑄𝑡𝑜𝑡
1,1896
= . 100%
13,662
= 8.70740 %
𝐵𝐻𝑃𝑂
%BHPb = 𝐵𝐻𝑃𝑚𝑎𝑥. 100%
1,112
= 1,189. 100%
= 93.4859 %
𝜂𝑡ℎ
%ηth = 𝜂𝑡ℎ𝑚𝑎𝑥 . 100%
8,1401
= . 100%
8,491
= 95.8626 %
132
𝐵𝐻𝑃
%BHP = 𝑄𝑡𝑜𝑡. 100%
1.112
= 13,662 . 100%
= 8.14019 %
= 34.09967 %
= 11.2543 %
= 46.5058 %
133
134
DIAGRAM SANKEY
% Qoth = 46,505 %
Throttle : 30 %
N : 1800 rpm
Qoth Qgb
6,353 kW 1,537 kW
Qpm
4,658 kW
135
PEMBAHASAN GRAFIK
Motor Bensin Thorttle Konstan
Torsi vs BHP
1.2
1.19
1.18
1.17
BHP (Kwh)
1.16
1.15
1.14
1.13
1.12
1.11
1.1
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 1.112122819
6.6 1.174954617
7.1 1.18961537
7.5 1.178096207
8 1.172860224
8.6 1.170765831
Dari grafik di atas, Berdasarkan dari grafik di atas, Daya Efektif sangat
bervariatif terhadap besarnya Torsi. Maka dapat disimpulkan bahwa Daya
Efektif tidak relevan terhadap Torsi. Namun, Daya Efektif mengalami
kenaikan pada Putaran mesin tertentu.
136
Torsi vs FC
1.24
1.22
1.2
FC (kg/h)
1.18
1.16
1.14
1.12
1.1
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 1.111239669
6.6 1.159137931
7.1 1.139491525
7.5 1.211351351
8 1.169217391
8.6 1.222363636
Dari grafik di atas, Berdasarkan dari grafik di atas, Konsumsi Bahan Bakar
sangat bervariatif terhadap besarnya Torsi. Maka dapat disimpulkan
bahwa Konsumsi Bahan Bakar tidak relevan terhadap Torsi. Namun,
Konsumsi Bahan Bakar mengalami kenaikan pada Putaran mesin tertentu.
137
Torsi vs SFC
1.05
1.04
1.03
1.02
SFC (kg/kWh)
1.01
1
0.99
0.98
0.97
0.96
0.95
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 0.999205888
6.6 0.986538471
7.1 0.957865504
7.5 1.028227868
8 0.996894061
8.6 1.044071841
Dari grafik di atas, Berdasarkan dari grafik di atas, Konsumsi Bahan Bakar
Spesifik sangat bervariatif terhadap besarnya Torsi. Maka dapat
disimpulkan bahwa Konsumsi Bahan Bakar tidak relevan terhadap Torsi.
Namun, Konsumsi Bahan Bakar Spesifik mengalami kenaikan pada
Putaran mesin tertentu.
138
Torsi vs Ma act
15
14.5
Ma act (kg/hr)
14
13.5
13
12.5
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 14.46882
6.6 13.76259
7.1 13.39552
7.5 13.01811
8 13.00429
8.6 12.61601
139
Torsi vs Mth
45
40
35
30
Mth (kg/hr)
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 39.424459
6.6 37.2342113
7.1 35.0439636
7.5 32.8537159
8 30.5984037
8.6 28.4128034
140
Torsi vs AFRact
14
12
10
AFRact
0
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 13.020429
6.6 11.873125
7.1 11.755701
7.5 10.746764
8 11.122216
8.6 10.320998
141
Torsi vs α
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
α
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
Torsi (Nm) α
5.9 0.8647023
6.6 0.7885086
7.1 0.7807102
7.5 0.7137055
8 0.7386397
8.6 0.6854299
142
Torsi vs MEP
180
160
140
120
MEP (kPa)
100
80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 112.145808
6.6 125.451243
7.1 134.955125
7.5 142.558231
8 152.062113
8.6 163.466771
143
Torsi vs Qtot
15.2
15
14.8
14.6
Qtot (kW)
14.4
14.2
14
13.8
13.6
13.4
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 13.662111
6.6 14.250996
7.1 14.009453
7.5 14.892932
8 14.374917
8.6 15.028323
144
Torsi vs ηvol
50
45
40
35
30
ηvol (%)
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 36.700102
6.6 36.962217
7.1 38.224904
7.5 39.624458
8 42.49989
8.6 44.402561
145
Torsi vs ηth
8.6
8.5
8.4
8.3
ηth (%)
8.2
8.1
8
7.9
7.8
7.7
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 8.787466
6.6 8.9002994
7.1 9.1667231
7.5 8.5394377
8 8.8078444
8.6 8.4098502
146
Torsi vs ηmek
8.8
8.7
8.6
8.5
ηmek (%)
8.4
8.3
8.2
8.1
8
7.9
7.8
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 8.707404978
6.6 8.347594855
7.1 8.491518904
7.5 7.987784732
8 8.27563283
8.6 7.915822707
147
Torsi vs Qpm
5.3
5.2
5.1
Qpm ( kW)
4.9
4.8
4.7
4.6
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 4.6587354
6.6 5.0505917
7.1 5.22475
7.5 5.22475
8 5.1812104
8.6 5.1376708
148
Torsi vs Qgb
4
3.5
3
2.5
Qgb (kW)
2
1.5
1
0.5
0
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 1.4903334
6.6 2.0398758
7.1 3.4116441
7.5 2.9883901
8 2.5810265
8.6 2.2060056
149
Torsi vs Qoth
7
5
Qoth (kW)
0
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 5.523848253
6.6 5.058816834
7.1 3.271199543
7.5 4.521004784
8 4.500791828
8.6 5.52314644
Dari grafik di atas, Berdasarkan dari grafik di atas, Qoth sangat bervariatif
terhadap besarnya Torsi. Maka dapat disimpulkan bahwa Qoth tidak
relevan terhadap Torsi.
150
Torsi vs Hud
0.13
0.128
0.126
Hud (kj/kg)
0.124
0.122
0.12
0.118
0.116
0.114
0 2 4 6 8 10
Torsi (Nm)
5.9 0.129254773
6.6 0.122945813
7.1 0.119666667
7.5 0.116295096
8 0.119802012
8.6 0.116225023
151
152
PENGOLAHAN DATA
Contoh Perhitungan Pengujian Mesin Bensin
T.N
BHP = 9549.3 (kWatt)
7,6.1600
= 9549,3
= 1.2733 kWatt
Vcu.10-3 . pf.3600
FC = (kg/h)
w
-3
5010 .0.747.3600
= 125
= 1.0756 kg/h
𝐹𝐶
SFC = 𝐵𝐻𝑃 (kg/kWh)
1,075
=
1.273
= 0.84473 kg/kWh
153
1
( Pud ) = 𝑣
1
= 0,9073
= 1.102168
(218,7+7,9 𝑇𝑤𝑏)
f’ = 10
(273,2+𝑇𝑑𝑏)
(218,7+7,9.30)
=10 (273,2+33)
= 30.846907 mmHg
𝑃𝑎𝑡𝑚
f=f’–0.5 (Tdb- Twb) ( )
760
755
= 30.84690 – 0,5 (33-30) (760)
= 29.35090 mmHg
𝑓
x= 0.662 [ ]
Patm−f
29,3509
= 0.622 [755−29,3509]
= 0.025159
𝑇𝑑𝑏 760
v= (0,733+1,224.x) (1+273,2) (𝑃𝑎𝑡𝑚)
33 760
= (0,733+1,224. 0.025159) (1+273,2) (755)
𝑚3
= 0.907302 𝑘𝑔
154
𝑉𝑔.10−3 .𝑁.60.𝑝𝑢𝑑
Mth= 𝐾𝑎
0.661.10−3 .1600.60.1,1021
= 2
= 34.96960 kg/hr
𝑀𝑎
AFR= 𝐹𝐶
13,3813
= 1,075
= 12.439854
𝐴𝐹𝑅𝑎𝑐𝑡
α= 𝐴𝐹𝑅𝑠𝑡𝑜𝑖
12,4398
= 15,0577
= 0.826145
𝑀𝑎𝑎𝑐𝑡
𝜂𝑣𝑜𝑙 = 𝑀𝑎𝑡ℎ
100 %
13,381
= 35,9696 100%
= 38.26552 %
FC.LHV𝑏𝑏
Qtot= 3600
1,075.44260,12
= 3600
= 13.22492 kWatt
155
𝐵𝐻𝑃
𝜂𝑡ℎ = 𝑄𝑡𝑜𝑡 100%
1,2733
= 13,224 100%
= 9.62872 %
= 0.083618488.4,18.(69-38)
= 10.83528363 kWatt
𝐴𝑝𝑚.𝑝𝑎𝑖𝑟
qpm = 60.1000
5,041.980,72
= 60.1000
= 0.082407
𝑞𝑝𝑚 𝑑𝑎𝑡𝑎 +1,8
Apm = 0,36
0,042+1,8
=
0,36
= 5.041666
13,381+1,075
=( ) . 2,505.390
3600
= 3.90727
𝑀𝑎.𝐶𝑝𝑢𝑑.𝑇𝑑𝑏
Hud = 3600
156
13,381.1,005.33
= 3600
= 0.12327
𝐵𝐻𝑃𝑚𝑎𝑥
𝜂𝑚𝑒𝑘 = . 100%
𝑄𝑡𝑜𝑡
1,507
= 13,224 . 100%
= 11.402433 %
𝐵𝐻𝑃𝑂
%BHPb = 𝐵𝐻𝑃𝑚𝑎𝑥. 100%
1,273
= 1,507963. 100%
= 84.444 %
= 9.628721 %
157
𝑄𝑝𝑚
%Qpm = 𝑄𝑡𝑜𝑡 . 1000%
5,398
= 13,224. 100%
= 40.82373 %
= 28.61260 %
= 20.9349 %
158
159
DIAGRAM SANKEY
% Qgb = 28,612 %
% Qoth = 20,934 %
Throttle : 30 %
N : 1600 rpm
Qoth Qgb
2,768 kW 3,783 kW
Qpm
5,398 kW
160
PEMBAHASAN GRAFIK
Motor Bensin Putaran Konstan
Torsi vs BHP
1.55
1.5
1.45
BHP (Kwh)
1.4
1.35
1.3
1.25
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
7.6 1.2733911
7.8 1.306901392
8.4 1.407432269
8.5 1.424187415
8.8 1.474452853
9 1.507963145
Torsi vs FC
1.1
1.08
1.06
1.04
FC (kg/h)
1.02
1
0.98
0.96
0.94
0.92
0.9
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
7.6 1.07568
7.8 1.067142857
8.4 1.034307692
8.5 0.974347826
8.8 0.927310345
9 0.927310345
162
Torsi vs SFC
0.9
0.8
0.7
SFC (kg/kWh)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
7.6 0.844736546
7.8 0.816544281
8.4 0.734889853
8.5 0.684142983
8.8 0.628918275
9 0.614942313
163
Torsi vs Ma act
18
16
14
Ma act (kg/hr)
12
10
8
6
4
2
0
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
7.6 13.3813
7.8 13.74798
8.4 14.10513
8.5 14.79359
8.8 15.4514
9 16.08232
164
Torsi vs Mth
40
35
30
Mth (kg/hr)
25
20
15
10
5
0
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
7.6 34.9696042
7.8 34.9696042
8.4 34.9696042
8.5 34.9696042
8.8 34.9696042
9 34.9696042
165
Torsi vs AFRact
20
18
16
14
12
AFRact
10
8
6
4
2
0
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
7.6 12.439854
7.8 12.882981
8.4 13.637267
8.5 15.183064
8.8 16.662595
9 17.342978
166
Torsi vs α
1.2
0.8
0.6
α
0.4
0.2
0
7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
Torsi (Nm) α
7.6 0.8261457
7.8 0.8555743
8.4 0.9056674
8.5 1.0083256
8.8 1.106583
9 1.1517681
167
Torsi vs MEP
175
170
165
MEP (kPa)
160
155
150
145
140
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
7.6 144.459007
7.8 148.26056
8.4 159.665218
8.5 161.565995
8.8 167.268324
9 171.069877
168
Torsi vs Qtot
13.5
13
Qtot (kW)
12.5
12
11.5
11
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
7.6 13.224924
7.8 13.119964
8.4 12.716273
8.5 11.979098
8.8 11.400796
9 11.400796
169
Torsi vs ηvol
50
45
40
35
30
ηvol (%)
25
20
15
10
5
0
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
7.6 38.265523
7.8 39.314087
8.4 40.335403
8.5 42.304127
8.8 44.18522
9 45.989435
170
Torsi vs ηth
14
12
10
ηth (%)
0
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
7.6 9.6287216
7.8 9.9611659
8.4 11.067962
8.5 11.888937
8.8 12.932893
9 13.226823
171
Torsi vs ηmek
13.5
13
ηmek (%)
12.5
12
11.5
11
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
7.6 11.40243348
7.8 11.49365294
8.4 11.85853082
8.5 12.58828656
8.8 13.22682283
9 13.22682283
172
Torsi vs Qpm
6
5.9
5.8
5.7
Qpm ( kW)
5.6
5.5
5.4
5.3
5.2
5.1
5
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
5.9 5.3989083
6.6 5.6601458
7.1 5.8343042
7.5 5.9213833
8 5.1812104
8.6 5.0505917
173
Torsi vs Qgb
6
4
Qgb (kW)
0
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
7.6 3.7839957
7.8 4.6683373
8.4 4.7465339
8.5 4.9112164
8.8 4.9275393
9 5.0703418
174
Torsi vs Qoth
3
2.5
2
Qoth (kW)
1.5
0.5
0
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
-0.5
Torsi (Nm)
7.6 2.768628731
7.8 1.484579583
8.4 0.728002624
8.5 -0.277689441
8.8 -0.182406095
9 -0.228100163
175
Torsi vs Hud
0.16
0.14
0.12
Hud (kj/kg)
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2
Torsi (Nm)
5.9 0.123275243
6.6 0.126653273
7.1 0.129943516
7.5 0.136285909
8 0.14234599
8.6 0.148158404
176
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil grafik pada pengujian mesin diesel (katup gas konstan dan
putaran konstan) dan mesin bensin (katup gas konsta dan putaran konstan)
diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Mesin Diesel :
a. Grafik BHP, FC, MEP, ηvol (putaran konstan), Qtot, ηth, Qgb (putaran
konstan), Qoth (putaran konstan), dan Hud (putaran konstan)
mengalami kenaikan.
b. Grafik SFC, Mth, AFRact, α, ηvol (katup gas konstan), ηmek, Qgb
(katup gas konstan), Qoth (katup gas konstan), dan Hud (katup gas
konstan) mengalami penurunan.
2. Mesin Bensin :
a. Grafik BHP, MEP, α, ηvol, ηth, ηmek, Qgb, dan Hud mengalami
kenaikan.
b. Grafik SFC, FC, Mth, Qtot, dan Qoth mengalami penurunan.
c. Grafik AFRact tidak mengalami perubahan.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://dokterotomotif1.blogspot.com/2014/05/sistem-starter.html
http://www.apexinnovations.co.in/pdf/PSP240.pdf
http://www.maritimeworld.web.id/2013/11/air-induction-system-pada-motor-
diesel.html
http://www.ortizaku.com/index.php/Otomotif/apa-itu-supercharger-apa-
kelebihannya
https://bacabrosur.blogspot.com/2018/02/jenis-jenis-supercharger-pada-
mobil.html
https://mesin.ulm.ac.id/assets/dist/bahan/Motor_Diesel_Full_compressed.pdf
https://www.academia.edu/9770650/Turbocharger
https://www.autoexpose.org/2017/04/komponen-utama-motor-diesel.html
https://www.slideshare.net/mobile/alenpepa14/laboratorium-motor-bakar-
motor-diesel-i-teknik-mesin-unhas
https://www.teknik-otomotif.com/2017/04/komponen-sistem-pengisian-dan-
fungsinya.html
178