Anda di halaman 1dari 16

KEGIATAN BELAJAR VIII Jurusan

Teknik Kimia

Lembar Informasi VIII : Proses Alkilasi, Polimerisasi dan Isomerisasi

8.1 Pendahuluan
Terminologi alkilasi, apabila dipakai dalam pengertian yang tepat pada kimia
organik, akan berhubungan dengan penambahan suatu gugus radikal alkil ke dalam suatu
molekul. Kebanyakan reaksi-reaksi alkilasi dalam kimia organik mencakup reaksi antara
hidrokarbon olefin dengan hidrokarbon aromatik. Senyawa olefin-olefin tersebut akan
membentuk gugus alkil di dalam molekul aromatik.
Di dalam industri minyak bumi sejumlah reaksi-reaksi alkilasi ini berlangsung
secara komersil. Salah satu operasi dalam skala besar selama perang dunia adalah
pembuatan kumen atau isopropil benzena dengan katalis pada reaksi antara benzena dan
propilena. Produk ini merupakan komponen blending yang berharga untuk pembuatan
bensin pesawat terbang. Sejumlah reaksi alkilasi yang lain juga dilakukan lebih banyak
untuk membuat produk-produk dalam skala kecil seperti gasoline inhibitor, aditif minyak
pelumas dan deterjen sintetis. Referensi terhadap alkilasi di dalam industri minyak bumi
secara umum menyinggung tentang proses khusus dimana isobutana direaksikan dengan
olefin-olefin. Produk reaksi ini adalah suatu campuran yang terutama terdiri dari isomer
oktan yang disebut sebagai Alkilat. Produk alkilat ini adalah komponen pencampuran
(blending) penting yang mempunyai angka oktan tinggi, yang dipakai dalam pembuatan
bensin pesawat terbang. Tanpa menggunakan proses ini, maka pembuatan avgas dalam
skala besar selama Perang Dunia II sangat sulit dilakukan. Jadi tugas unit alkilasi adalah
memproduksi alkilat, yang dipakai sebagai komponen dasar untuk proses pencampuran
dalam pembuatan bensin pesawat terbang. Meskipun demikian alkilasi isobutana dengan
olefin secara teoritis lebih baik daripada polimerisasi, dalam arti mendaya-gunakan gas-gas
hasil perengkahan, karena alkilasi hanya mengkonsumsi satu molekul olefin yang berharga
untuk memproduksi suatu molekul gasoline. Butilena adalah olefin yang lebih disukai,
tetapi isobutilena dan propilena lebih baik karena dapat bereaksi semuanya membentuk
alkilat dari isobutana yang tersedia dalam kilang. Proses ini kadang-kadang dilengkapi
dengan polimerisasi pada suhu rendah dan space velocity yang tinggi untuk mengkonsumsi
lebih banyak propilena dan isobutilena. Hal ini juga akan menyebabkan isomerisasi butena-
1 menjadi butena-2..
Secara kimia reaksi alkilasi dapat dilakukan, baik secara termis maupun dengan
bantuan katalis. Reaksi termis memerlukan tekanan yang sangat tinggi (sekitar 200 – 300
kg/cm2) dan suhu relatif tinggi untuk konversi kebutuhan komersil. Proses alkilasi termis
yang komersil telah dibangun oleh Phillips Petroleum Co. Proses alkilasi termis ini tidak
diterima secara luas oleh industri minyak bumi karena :
● etilena adalah olefin yang paling sedikit tersedia dan
● prosesnya memerlukan tekanan yang lebih tinggi,
karena alasan tersebut proses alkilasi termis sudah ditinggalkan atau jarang dilakukan di
dalam industri minyak bumi modern.
Sebaliknya alkilasi katalis menawarkan kemungkinan-kemungkinan pelaksanaan reaksi
pada kondisi sedang dan dengan variasi olefin yang luas dibandingkan dengan alkilasi
termis. Suhu reaksi berkisar antara 30 – 105 oF dan tekanan 1 atm - 150 psig. Katalis yang
banyak digunakan secara komersil untuk proses alkilasi ini adalah aluminium khlorida
(AlCl3), asam sulfat (H2SO4) dan asam flluorida (HF). Keunggulan proses dengan katalis HF
dibandingkan dengan katalis-katalis yang lain adalah karena asam bekas dapat diregenerasi
secara ekonomis dan suhu reaksi dapat lebih tinggi dari pada proses asam sulfat.

8.2 Alkilasi Katalis


Proses alkilasi katalis asam sulfat telah dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1938
oleh Shell Oil Company. Proses alkilasi asam fluorida diperkenalkan oleh Phillips Petroleum
Company pada tahun 1942, sedangkan proses alkilasi aluminium khlorida dioperasikan oleh
Phillip selama Perang Dunia.

8.2.1 Alkilasi Asam Sulfat


Pada proses alkilasi asam sulfat, komponen gasolin dengan angka oktan tinggi
dibuat melalui reaksi isobutana dengan olefin. Butilena merupakan senyawa yang paling
umum dipakai, karena produk yang dihasilkan mempunyai kualitas tinggi dan dapat
diperoleh hanya dengan sedikit asam sulfat dibandingkan dengan olefin lainnya, jika
diproses pada kondisi operasi yang sama.
Di dalam industri minyak bumi, umpan isobutana dan butilena sebagian besar
berasal dari hasil perengkahan berkatalis. Isobutana sebagian kecil juga terdapat dalam
minyak mentah bersama-sama dengan normal butana.
Reaksi yang terjadi pada alkilasi dengan asam sulfat sebagai katalis adalah :
CH3 CH3 CH3 CH3
│ │ H2SO4 │ │
H3C─CH─CH3 + H2C═C─CH3 ────→ H3C─C─CH2─CH─CH3

CH 3
Isobutana Isobutilena 2,2,4 Trimetil Pentana

Umpan butana-butilena (BB) yang berasal dari berbagai operasi perengkahan adalah suatu
campuran isobutilena, butilena-1, butilena-2, isobutana dan normal butana dengan sedikit
butadiena. Semua olefin-olefin ini masuk ke dalam reaksi akan menghasilkan alkilat. Alkilat
tersebut esensinya merupakan campuran 2,2,4 trimetil pentana ; 2,2,3 trimetil pentana
dan 2,3,4 trimetil pentana.
Diagram alir sederhana proses alkilasi asam sulfat dapat dilihat pada Gambar 8.1.
Reactor C3 C4 Alkilat

Refrigerasi
Soda
Umpan BB Pencuci

Chiller

Asam Bekas Acid Separator


Asam
Segar Recycle Isobutana Alkilat
Soda Bekas Deisopropanizer Berat
Deiso Butanizer Debutanizer
Rerun
Coulum
Gambar 8.1 Diagram Alir Proses Alkilasi Asam Sulfat

Secara garis besar unit alkilasi tersebut terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Bagian Reaktor dan Treating
2. Bagian Pendinginan
3. Bagian Fraksionasi
Umpan masuk reaktor adalah fraksi isobutana yang konsentrasinya tinggi dengan
kemurnian 85 – 90 % (berat), dan stok olefin yang biasanya campuran fraksi BB dari
berbagai hasil operasi perengkahan dan reforming. Kedua jenis umpan tersebut bila
diperlukan dipanaskan dengan larutan soda untuk memisahkan H 2S dan merkaptan yang
terdapat dalam umpan. Kadar soda dalam larutan dicuci. Pencucian soda (soda settler)
dijaga 5 – 6 oBe atau 2 % NaOH. Untuk menekan terjadinya reaksi samping, terutama
reaksi polimerisasi, maka dipakai umpan isobutana dalam jumlah yang besar, sekitar 4 – 5
kali jumlah olefin. Di dalam reaktor terjadi daur-ulang antara isobutana dan asam sulfat
jenuh dengan isobutana yang akan menaikkan nisbah isobutana/olefin di dalam reaktor
menjadi 400 – 500.
Jika menggunakan asam sulfat sebagai katalis, maka reaksi harus terjadi pada suhu rendah
untuk menekan reaksi berkelanjutan atau polimerisasi. Suhu reaktor biasanya dijaga sekitar
7 oC atau 45 oF, dimana suhu operasi beragam antara 0 – 20 oC atau 32 – 68 oF. Operasi
pada suhu di bawah 0 oC tidak menarik karena dapat menaikkan viskositas emulsi
campuran asam/hidrokarbon dan memberi kemungkinan terjadinya pembekuan asam
sehingga menyulitkan dalam operasinya. Sebaliknya suhu di atas 20 oC juga tidak menarik
karena sangat cenderung mempercepat reaksi polimerisasi yang akan menyebabkan
kenaikan konsumsi asam dan menurunkan yield alkilat. Tekanan operasi tidak begitu
berpengaruh terhadap efisiensi alkilasi. Tekanan sistem harus tinggi untuk menjaga
hidrokarbon berada dalam fasa cairan dan perbedaan hidraulik cukup untuk mengatur
fluida mengalir dalam sistem reaktor. Untuk maksud tersebut biasanya reaktor beroperasi
pada tekanan sekitar 7 kg/cm2.
Katalis asam sulfat dengan konsentrasi 98 % (berat) dimasukkan secara terus
menerus atau dengan cara injeksi asam dari belakang. Nisbah asam dan hidrokarbon di
dalam reaktor adalah 1 : 1. Penambahan asam segar ke dalam reaktor dilakukan apabila
konsentrasinya kurang dari 88 % (berat). Kualitas alkilat, yield alkilat dan umur katalis
asam merupakan fungsi daripada komposisi umpan masuk dan kondisi operasi dalam
reaktor.
Tabel 8.1 memperlihatkan beberapa data yield yang diperoleh apabila alkilasi isobutana
dilaksanakan dengan berbagai olefin yang berbeda. Yield tersebut secara luas dipengaruhi
oleh kondisi operasi, tetapi mudah terlihat bahwa perbedaan yang sangat besar dalam
yield alkilat terjadi karena menggunakan umpan olefin yang berbeda. Umur katalis
dipertimbangkan dipengaruhi oleh umpan olefin. Berbagai umur katalis yang dapat
diharapkan terlihat pada Tabel 8.1. Pengaruh umpan olefin terhadap kualitas alkilat
dapat dilihat pada Tabel 8.2. Harga-harga hanya diberikan untuk propilena, butilena dan
amilena saja, karena produk yang diperoleh dari alkilasi polimer butilena adalah sama
dengan yang diperoleh langsung dari butilena.

Tabel 8.1 Umur Katalis untuk Berbagai Umpan Olefin


Umur Asam (bbl alkilat/bbl asam)
Olefin Tinggi Rendah Rata-Rata
Butilena 30 10 18
Amilena 16 5 9
Propilena 9 5 7
Polimer Butilen selektif 22 10 16
Polimer Butilen tak selektif 15 1,5 6

Tabel 8.2 Kualitas Berbagai Alkilat


Umpan Kinerja Alkilat F-3 Kinerja Alkilat F-4
Olefin Rendah Tinggi Tipikal Rendah Tinggi Tipikal
Propilena 110,5 120,2 113,3 128,8 142,8 135,2
Butilena 115,8 128,8 122,2 136,3 158,4 146,6
Amilena 113,3 122,2 118,5 132,9 145,1 138,4

Proses lain yang juga merupakan modifikasi proses alkilasi asam sulfat adalah
alkilasi keluaran refrigerasi (Effluent Refrigeration Alkylation) dimana dijaga nisbah umpan
yang tinggi antara isobutana dan olefin-olefin seperti propilena, butilena dan amilena
untuk mendapatkan alkilat yang lebih banyak untuk digunakan sebagai komponen avgas
dan bahan bakar motor. Proses ini dikembangkan oleh Stratford Engineering Corp.
Keluaran reaktor dipakai sebagai refrigeran untuk mengendalikan suhu reaktor (45 – 50 oF)
dan pada waktu yang sama memisahkan isobutana sebagai daur ulang.

8.2.2 Alkilasi Asam Fluorida


Alkilasi menggunakan asam fluorida sebagai katalis telah dijumpai dalam 2
kelompok operasi pengilangan minyak. Pemakaian pertama adalah dalam pembuatan
komponen dasar untuk deterjen sintetis. Komponen ini diperoleh dari alkilasi benzena
dengan olefin yang sesuai, seperti propilena tetramer, olefin yang diturunkan dari
perengkahan lilin, dan lain-lain. Alkilasi ini banyak dijumpai dalam bidang petrokimia.
Pemakaian kedua adalah dalam pembuatan komponen blending untuk avgas yang
berkualitas tinggi melalui alkilasi isobutana dengan propilena, butilena dan pentilena
(amilena).
Proses alkilasi asam fluorida untuk pembuatan komponen dasar avgas ini telah
dikembangkan oleh Phillips Petroleum Company dan oleh UOP Company. Operasi proses ini
sangat sama dengan proses alkilasi asam sulfat. Perbedaannya yang sangat penting adalah
terletak pada pengolahan asam bekas yang siap dan terus menerus dapat diregenerasi
sehingga konsumsi asam fluorida sangat sedikit. Regenerasi asam bekas ini dipengaruhi
oleh cara distilasi yang sederhana, dimana asam dapat dipisahkan dari campuran azeotrop
H2O-HF dan polimer yang terbentuk dalam proses alkilasi. Titik didih HF pada tekanan 1
atm adalah 19,4 oC dan berat jenisnya 0,988. Tanpa proses regenerasi, baik air maupun
polimer akan terakumulasi di dalam asam dan akan berpengaruh buruk terhadap yield
dan kualitas produk. Asam yang sudah diregenerasi didaur ulang ke dalam reaktor.
Pada alkilasi isobutana dengan butilena, proses alkilasi HF memproduksi suatu
alkilat yang mengandung 2,2,4 trimetil pentana yang prosentasenya lebih besar daripada
proses alkilasi asam sulfat.
Angka oktan alkilat yang dihasilkan sangat tergatung pada jenis olefin sebagai berikut :
i-C4H10 + i-C4H8 ───→ Iso oktana (ON = 92 – 94)
i-C4H10 + i-C5H10 ───→ Iso nonana (ON = 90 – 92)
i-C4H10 + i-C3H6 ───→ Iso heptana (ON = 89 – 91)

8.2.3 Alkilasi Asam Posfat


Alkilasi menggunakan katalis asam posfat dimaksudkan untuk memproduksi
isopropil benzena atau kumen dengan mereaksikan propilena dengan benzena. Katalis
asam posfat berbentuk padatan dapat mengandung campuran kieselguhr, tepung,
magnesia, alumina, seng khlorida, seng oksida dan lain-lain yang dikalsinasi pada suhu
180 – 250 oC. Nisbah benzena dan propilena dijaga pada 6/1 atau lebih besar, dan yield
yang diperoleh sekitar 96 % (v) kumen dan 4 % (v) adalah alkilat aromatik berat.

8.3 Alkilasi Termis


Alkilasi termis adalah alkilasi yang mengolah etilena yang diikuti oleh propilena,
butena dan isobutilena dengan bantuan panas. Kondisi operasi proses ini tinggi, suhu
sekitar 950 oF dan tekanan sekitar 3000 – 5000 psia. Umpan olefin yang diperkaya seperti
tersebut di atas dapat diproduksi dari proses dekomposisi hidrokarbon yang beroperasi
pada suhu 1200 – 1425 oF dan tekanan 1 atm. Kondisi demikian sangat memungkinkan
untuk pembentukan etilena. Etilena diserap di dalam isobutana untuk dimasukkan ke unit
alkilasi. Dapur alkilasi mengolah aliran daur ulang isobutana dan cairan yang terdiri dari
campuran etilena dan isobutana yang dimasukkan ke dalam dapur melalui zona
perendaman. Sedikit ter atau material yang mempunyai titik didih di atas gasolin dapat
dihasilkan karena konsentrasi etilennya rendah dalam zona reaksi. Diperlukan waktu 2 – 7
detik untuk mencapai suhu 950 oF, tergantung pada jumlah hidrokarbon yang diolah dan
jumlah isobutilena yang didaur ulang. Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 8.2.
Alkilasi khusus untuk membuat neoheksana telah dikembangkan oleh Phillips
petrleum Co. Alkilasi ini menggunakan etilena dan isobutana sebagai reaktan untuk
membuat neoheksana. Namun proses ini sudah tidak dipakai lagi semenjak Perang Dunia
II. Proses ini tidak terbatas hanya untuk membuat neoheksana saja.
Campuran etana dan propana direngkah pada suhu sekitar 1400 oF dan tekanan 6
– 8 psig untuk pembentukan propilena yang optimum. Gas-gas yang terbentuk dibebaskan
dari material yang lebih besar dari C2 melalui scrubber, lalu diikuti dengan kompresi dan
pendinginan. Etilena kemudian diserap oleh cairan isobutana pada suhu -30 oF, sedangkan
gas hidrogen dan metana dipisahkan dari sistem. Campuran etilena dan isobutana
dikompresi sampai menjadi 4000 – 5000 psig dan ditambahkan isobutana pada dapur
alkilasi melalui preheater pada suhu 950 oF. Nisbah isobutana dan etilena dijaga pada 9/1
atau lebih pada zona reaksi. Yield dikirim ke menara depropanizer berupa cairan pada
bagian bawah yang menghabiskan 70 % (berat) etana, propana dan isobutana yang
mengandung kira-kira 30 – 40 % neoheksana. Neoheksana dikarakterisasi sebagai bahan
campuran avgas dengan sifat-sifat yang sempurna dan sangat mudah menerima TEL.
Senyawa ini mempunyai RVP 9,5 psi ; titik didih 121 oF dan angka oktan 95.
H2 & CH4

Umpan i C4 Segar

i C4

Gas + Etilen i C 4 & C2H4

Compressor Gasoline

Etana/Propana Pompa

Campuran Umpan
etana
propana
butana

Recycle i C 4 Dapur Alkilasi


Gasoline
Neoheksana

Gambar 8.2 Diagram Alir Alkilasi Termis

8.4 Proses Polimerisasi

8.4.1 Polimerisasi Termis


Meskipun tidak seefektif polimerisasi katalis, polimerisasi termis telah banyak
dipakai pada beberapa kilang minyak dan secara khusus dapat memberdayakan gas-gas
jenuh yang tak dapat dipolimerisasi langsung dengan katalis. Proses polimerisasi termis
terdiri dari perengkahan fasa uap senyawa propana dan butana diikuti dengan
memperpanjang waktu reaksi polimerisasi pada suhu 950 – 1100 oF, selanjutnya diikuti
dengan reaksi-reaksi dekomposisi, depolimerisasi dan sebagainya. Reaksi perengkahan
mula-mula sangat endotermis, tetapi reaksi pada zona polimerisasi adalah eksotermis.
Propana sangat jarang dipakai sebagai umpan karena harus dilakukan pada suhu
dan tekanan tinggi meskipun gas ini biasa terikut dalam aliran daur ulang. Data kecepatan
reaksi sangat langka, tetapi dapat dihitung berdasarkan Persamaan 20-12 Nelson sebagai
berikut :
K2 1 x
---- = ----- -----------
P tP a (1 – x)
Dimana :
K2 = tetapan kecepatan reaksi
t = waktu, menit
P = tekanan, psi
x = fraksi olefin yang bereaksi selama waktu t menit
a = fraksi olefin yang terkandung dalam umpan

Polimerisasi termis mengubah C4 dan gas-gas kilang yang lebih ringan menjadi produk-
produk cair hasil kondensasi. Proses ini dapat dipakai terutama untuk mengolah bensin
alam (natural gasoline) yang mengandung propena dan butena yang berlimpah ruah.
Olefin-olefin tersebut diperoleh dengan cara dekomposisi termis dan polimerisasi dengan
panas dan bertekanan. Umpan cair dengan tekanan 1200 – 2000 psig dipompakan ke
dalam dapur dan dipanaskan menjadi 975 – 1100 oF. Keluaran dari dapur didinginkan dan
distabilisasi, polimer gasolin dipisahkan dengan cara fraksionasi. Gas yang keluar dari
stabilizer dikembalikan ke pemisah uap untuk dipisahkan C 3 dan C4 sebagai daur ulang.
Diagram alir proses ini secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 8.3.
Poligasoline
Recycle Gas Ringan

Poligasoline
Berat

Umpan
Olefin Stabilizer Fractionator

Dapur Polimerisasi

Quench
Polimer Berat

Gambar 8.3 Diagram Alir Proses Polimerisasi Termis Proses Kellog


Umpan olefin sebelum masuk ke dapur polimerisasi biasanya dipersiapkan lebih dahulu
melalui pemurnian (feed preparation). Hal ini dilakukan mengingat gas-gas tersebut
mungkin mengandung sulfur atau asam sulfida, mempunyai tekanan rendah,
konsentrasinya kurang atau tidak stabil.

8.4.2 Polimerisasi Katalis


Polimerisasi ini adalah proses sinambung dimana gas-gas olefin dikonversi dengan
katalis menjadi produk-produk cair hasil kondensasi. Proses polmerisasi katalis dapat dibagi
menjadi :
1 Polimerisasi tak selektif.
2. Polimerisasi selektif.
Polimerisasi tak Selektif adalah polimerisasi campuran propilena-propilena dan butilena-
butilena, sedangkan polimerisasi antara propilena-propilena saja atau antara butilena-
butilena saja disebut Polimerisasi Selektif.
Gasolin yang dihasilkan sebagai hasil reaksi adalah 2,2,4 trimetil pentana atau kodimer
yang mempunyai angka oktan tinggi. Kodimer bila dihidrogenasi dapat menjadi isooktan.
Katalis yang digunakan pada polimerisasi katalis adalah asam sulfat dan asam
posfat dalam berbagai bentuk. Demikian juga silika alumina, aluminium khlorida, boron
trifluorida dan bauksit aktif telah banyak digunakan sebagai katalis polimerisasi.

Polimerisasi tak Selektif


Polimerisasi tak selektif adalah suatu proses polimerisasi yang terjadi pada suhu
dan tekanan tinggi dengan umpan berupa campuran hidrokarbon C 3 dan C4 menggunakan
katalis asam posfat.
Ada tiga modifikasi penggunaan asam posfat sebagai katalis yang banyak dipakai, adalah :
1. Kuarsa yang dibasahi dengan larutan asam
2. Pelet yang diresapi asam (asam posfat padat) yang diisikan di dalam chamber
3. Katalis padat berbentuk pelet yang dimuat dalam tube yang dikelilingi oleh air pendingin
di dalam reaktor.
Reaktor polimerisasi ini dijaga pada suhu 190 – 230 oC dan tekanan sekitar 500
psia. Sebagai tambahan, tembaga piro posfat juga digunakan secara luas sebagai katalis
menghasilkan produk yang hampir sama dengan asam posfat dengan suhu reaksi yang
lebih rendah.

1. Polimerisasi UOP
Polimerisasi katalis proses UOP adalah proses polimerisasi tak selektif
menggunakan katalis asam posfat yang dijenuhkan di dalam kieselguhr dan berbentuk
pelet. Katalis ditempatkan di dalam tube, sedangkan air pendingin berada di dalam shell.
Diagram alir sederhana dari proses UOP ini dapat dilihat pada Gambar 8.4.
Proses polimerisasi UOP terdiri dari 3 seksi pengolahan yaitu :
a. Seksi pembersihan/pemurnian umpan.
Pada seksi ini kotoran yang terdapat dalam umpan dipisahkan dengan larutan so da dan
air karena merupakan racun bagi katalis. Kotoran utama yang harus dipisahkan adalah
senyawa-senyawa nitrogen asam ataupun basa, lalu senyawa-senyawa belerang dalam
bentuk gas/larutan H2S maupun merkaptan. Senyawa nitrogen yang bersifat asam
(HCN, HOCN dan sebagainya) bila dibiarkan dalam sistem akan berubah menjadi
amoniak dan kemudian amonium posfat yang akan merusak daya rangsang katalisator
(menurunkan aktifitas katalis) menurut reaksi berikut :
RCN + 2 H2O ───→ RCOOH + NH3
3 NH3 + H3PO4 ───→ (NH4)3PO4
Senyawa nitrogen asam ini dapat dihilangkan dengan larutan soda, sedangkan senyawa
nitrogen basa (NH3 dan amina-amina) dapat dihilangkan dengan mencucinya
menggunakan air.
Senyawa-senyawa sulfur (H 2S dan merkaptan-merkaptan) bila tidak dibuang akan
berubah menjadi senyawa-senyawa yang sulit dihilangkan dari polimer gasolin dan
akan menyebabkan turunnya angka oktan. Senyawa-senyawa sulfur ini bersifat asam
dan dapat dihilangkan dengan larutan soda.
b. Seksi reaktor.
Umpan hidrokarbon (campuran propilena/butilena) yang sudah dibersihkan dan
dipanaskan secukupnya direaksikan dalam reaktor. Tipe reaktor UOP ada 2
macam, yaitu tipe shell & tube heat exchanger dan chamber. Reaksi polimerisasi adalah
reaksi eksotermis sehingga diperlukan air untuk menyerap panas yang terjadi dan juga
berfungsi sebagai pengatur suhu reaktor yang dikendalikan oleh tekanan kukus (steam)
dari steam drum.
Variabel proses yang mempengaruhi reaksi di dalam reaktor adalah suhu sekitar 430 oF,
tekanan operasi 1000 – 1100 psig, kadar olefin di dalam umpan 35 – 45 % dan
kecepatan aliran olefin pada permukaan katalis (space velocity) dirancang 0,28 galon
umpan/jam per lb katalis.

Propana
Butana
Pencucian Air

Pencucian Soda

Umpan
C3/C4
Polimer
Reactor Depropanizer
Debutanizer

Gambar 8.4 Diagram Alir Polimerisasi tak Selektif Proses UOP

c. Seksi pemisahan hasil-hasil reaksi.


Campuran hasil reaksi yang keluar dari dasar reaktor didinginkan dan tekanannya
diturunkan menjadi 300 psig sebelum masuk ke seksi pemisahan. Campuran hasil
reaksi pertama kali dimasukkan ke dalam menara depropanizer untuk memisahkan
propana dan gas-gas lain yang lebih ringan. Senyawa yang lebih berat dari propana
akan keluar dari dasar menara dan selanjutnya dikirim ke menara butanizer untuk
memisahkan fraksi butana yang lebih ringan. Fraksi yang lebih berat dari butana adalah
polimer gasolin dengan RVP 8 psi dan FBP 400 – 420 oF.

Polimerisasi Selektif
Polimerisasi selektif adalah proses polimerisasi yang menggunakan umpan hanya
fraksi C4 saja atau fraksi C3 saja yang berlangsung pada suhu yang lebih rendah
dibandingkan dengan polimerisasi tak selektif.

8.5 Proses Isomerisasi


Dewasa ini penggunaan proses isomerisasi dalam kilang minyak bumi dimaksudkan
untuk menyediakan tambahan umpan untuk alkilasi atau fraksi dengan angka oktan tinggi
untuk blending gasolin. Proses isomerisasi adalah proses dimana parafin rantai lurus
dikonversi menjadi senyawa-senyawa rantai cabang secara sinambung dengan
menggunakan katalis.Aluminium khlorida adalah katalis yang tidak dapat diregenerasi
dipakai dengan berbagai atau logam lain adalah katalis padat yang dapat diregenerasi
berada dalam unggun tetap. Kondisi operasi beragam tergantung pada prosesnya sendiri
dan umpan masuk, yaitu 100 – 950 oF dan tekanan 150 – 1000 psig.
Perkembangan proses isomerisasi dalam dunia industri berlangsung sangat lambat.
Hal ini disebabkan karena tingginya biaya penanganan katalis yang korosif dan biaya
pemisahan isomer-isomer hidrokarbon yang mengandung 5 atau lebih atom karbon.
Namun karena adanya peningkatan kebutuhan terhadap bahan bakar yang mempunyai
angka oktan tinggi, maka proses isomerisasi ini terus dikembangkan.
Macam-macam proses isomerisasi adalah :
1. Isomerisasi dengan katalis aluminium khlorida.
2. Isomerisasi dengan katalis logam mulia.

8.5.1 Isomerisasi dengan Katalis Aluminium Khlorida


Proses yang biasa dilakukan adalah isomerisasi butana menjadi isobutana, pentana
menjadi isopentana, nafta atau fraksi n-heksana menjadi isoheksana.
Pada proses-proses tersebut aluminium khlorida digunakan dalam beberapa cara yaitu :
a. Bersama dengan asam khlorida anhidrat membentuk slurry atau cairan kompleks.
b. Berada dalam butiran alumina atau bauksit.
c. Dilarutkan dalam PbCl3 cair.
Katalis aluminium khlorida adalah katalis yang tidak dapat diregenerasi, tetapi dapat
diperoleh kembali dalam sistem cairan. Salah satu proses isomerisasi dengan katalis
aluminium khlorida dapat dilihat pada Gambar 8.5.

Make-up HCl
Make-up H2
Recycle Gas
Vent

Acid Stripper

Umpan Separator Iso


Segar Parafin
Catalyst Recovery
AlCl3

Recycle n-Parafin Super Fractionator


Sludge

Gambar 8.5 Diagram Allir Proses Isomerisasi Aluminium Khlorida


Kondisi operasi 240 – 250 oF, tekanan 200 – 300 psig dan space velocity adalah 1
– 2 /jam. Waktu tinggal di dalam reaktor adalah 10 – 40 menit, sehingga dicapai konversi
50 % untuk butana, 55 – 60 % untuk pentana.

8.5.2 Isomerisasi dengan Katalis Logam Mulia


Katalis yang digunakan adalah platina atau logam-logam lain berada dalam
unggun tetap dan dapat diregenerasi. Kondisi operasi bervariasi tergantung pada proses
dan umpan yang dipakai, yaitu suhu 100 – 900 oF dan tekanan 150 – 1000 psig. Proses ini
dikenal dengan nama Isomerisasi Penex. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar
8.6.

Produk
Isoparafin
Recycle H2 H2 Segar
C4<

Umpan Vent
Segar
Degasser

Heater
Separator
Reactor

Recycle Product

Gambar 8.6 Diagram Alir Proses Isomerisasi Logam Mulia


LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia

A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan singkat !

1. Buat suatu reaksi proses alkilasi dengan menggunakan katalis dari suatu kilang
minyak !
2. Buat suatu reaksi sederhana alkilasi termis !
3. Buatlah suatu diagram alir sederhana proses polimerisasi katalis dari kilang minyak !

B. Lengkapilah pernyataan di bawah ini dengan memberikan huruf dari


sekumpulan jawaban pada kolom sebelah kanan yang anda anggap paling
benar !

1…… Penambahan suatu gugus radikal alkil ke dalam A. Polimerisasi


suatu molekul
2…… Yang pertama kali mengembangkan proses katalis B. Platina
asam sulfat
3. …. Yang pertama kali mengembangkan proses katalis C. Alkilasi
asam fluorida
4…… Produk yang dihasilkan dari proses alkilasi asam D. Shell Oil
sulfat
5. …. Proses alkilasi yang dikembangkan oleh Kellog E. Polimerisasi
Termis
6……. Alkilasi yang mengubah etilen yang diikuti oleh F. Cascade
propilen, buten dan isobutene dengan bantuan Sulfuric Acid
panas.
7. ….. Proses pengubahan C4 dan gas-gas kilang yang G. 2,2,4 Iso
lebih ringan mejadi produk cair hasil kondensasi Butan
8…… Polimerisasi antara propilena-propilena saja H. Isomerisasi.
butilena-biutilena saja tanpa menggunakan katalis
9…… Proses dimana parafin rantai lurus dikonversikan I. Alkilasi
menjadi senyawa-senyawa rantai cabang Termis
10.. Katalis logam mulia yang sering dipergunakan pada J. Polimerisasi
…. proses isomerisasi Aktif
K. Philips

A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan singkat !

1. Apakah yang dimaksud dengan alkilasi, polimerisasi dan isomerisasi, jelaskan !


2. Untuk apa diperlukannya katalis pada proses alkilasi dan polimerisasi?
3. Apakah perbedaan isomerisasi dengan katalis Al 2O3 dan isomerisasi dengan katalis
logam mulia ?
4. Akibat apakah yang ditimbulkan oleh senyawa-senyawa pengotor terhadap aktifitas
katalis ?

B. Berilah tanda huruf B apabila pernyataan di bawah ini benar dan berilah
tanda huruf S bila salah !

1. Penambahan suatu gugus radikal alkil ke dalam suatu


molekul dinamakan alkilasi ………
2. Pada proses alkilasi termis tidak memerlukan tekanan
dalam memproduksi etilennya. ……….
3. Suhu reaktor yang diizinkan pada proses alkilasi katalis
dengan menggunakan asam sulfat adalah 70 oC
………
4. Reaktor pada proses alkilasi asam sulfat berbentuk
horizontal, sedangkan pada proses Kellog adalah vertikal.
………
5. Yang mengembangkan proses alkilasi aluminium khlorida
adalah Philips ………
6. Alkilasi menggunakan katalis asam posfat dimaksudkan
untuk memproduksi isopropil benzena. ………
7. Polimerisasi termis merupakan perengkahan fasa uap
dimana senyawa propena dan butena direaksikan secara
endotermis. ………
8. Polimerisasi termis adalah menubah C 4 dan gas-gas kilang
yang lebih ringan menjadi produk cair hasil kondensasi.
………
9. Pada proses polimerisasi UOP senyawa nitrogen yang
dihasilkan dapat diproses menghasilkan asam. ………
10. Sebelum dipergunakan sebagai katalis Aluminium Khlorida
dilarutkan terlebih dahulu dalam PbCl3 cair. ………

Anda mungkin juga menyukai