Anda di halaman 1dari 20

BOTTOM HOLE COMPLETION

Setelah pemboran telah mencapai formasi yang


merupakan terget terakhir dan pemboran telah selesai,
maka sumur perlu dipersiapkan untuk
diproduksikan. Persiapan atau penyempurnaan sumur
untuk diproduksikan ini disebut dengan komplesi sumur
atau well completion. Pada well completion, dilakukan
pemasangan alat-alat dan perforasi apabila diperlukan
dalam usahanya untuk mengalirkan hidrokarbon ke
permukaan. Tujuannya adalah untuk menyerap
hidrokarbon secara optimal. Komplesi sumur meliputi
bagian tahapan operasi produksi, yaitu :
Tahap pemasangan dan penyemenan pipa selubung
produksi (production casing)
Tahap perforasi dan/atau pemasangan pipa liner.
Tahap penimbaan (swabbing) sumur.
 
1. Jenis-jenis Well Completion
Well completion berdasarkan fungsi dan tujuannya
dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu formation
completion, tubing completion dan well head completion.

1.1. Formation Completion
Metode formation (down hole) completion dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu open hole
completion, perfarated casing completion dan sand
exclusion types.

1.1.1. Open Hole Completion


Metode ini merupakan metode yang sederhana dimana
casing dipasang hanya sampai puncak formasi produktif
sehingga formasi produktif tidak tertutup secara
mekanis. Dengan demikian aliran fluida reservoir dapat
langsung masuk ke dalam sumur tanpa
halangan. Metode ini hanya cocok digunakan pada
formasi yang kompak atau tidak mudah runtuh. Bila laju
produksi besar maka produksi dilakukan melalui casing
sedangkan untuk laju produksi kecil produksi dilakukan
melalui tubing.
Penggunaan metode open hole completion memiliki
beberapa keuntungan diantaranya adalah Fluida
mengalir ke lubang sumur dengan diameter penuh dan
tanpa hambatan, sehingga dengan cara ini umumnya
dapat diperoleh laju produksi yang lebih besar
dibandingkan dengan cara lain. Memperkecil
kemungkinan terjadinya kerusakan formasi (formation
damage). Interpretasi log yang dilakukan memberikan
hasil yang cukup baik, dan mudah ditambah kedalaman
bila diperlukan serta mudah ditambah secara liner
atau perforated completion.
Sedangkan kerugiannya adalah sukar dilakukan
pengontrolan terdapat produksi air atau gas, dan sukar
melakukan stimulasi pada interval produksi bila
diperlukan suatu selective stimulation. Harus sering
dibersihkan pada interval formasi produktifnya, terutama
bila formasinya kurang kompak, serta pemasangan
casing dilakukan dengan coba-coba sebelum pemboran
terhadap formasi produktif.  

1.1.2. Perforated Casing Completion


Dalam metode ini casing produksi dipasang sampai
dasar formasi produktif dan disemen. Selanjutnya
lubang diperforasi pada interval-interval yang diinginkan.
Dengan adanya casing maka formasi yang mudah
gugur dapat ditahan. Perforated casing completion
umumnya digunakan pada formasi-formasi dengan
faktor sementasi (m) sebesar 1,4.
Adapun keuntungan dalam penggunaan metode ini
adalah dapat mengontrol air dan gas berlebihan,
stimulasi dan treatment dapat dilakukan lebih selektif.
Kemudian akan mudah untuk menambah kedalaman
jika diperlukan. Casing produksi yang dipasang hingga
dasar formasi akan menghalangi masuknya pasir,
komplesi tambahan dapat dilakukan sesuai dengan
teknik pengontrolan pasir yang dikehendaki, serta dapat
disesuaikan dengan semua konfigurasi multiple
completion. Sedangkan kerugiannya adalah
memerlukan biaya perforasi yang besar, interpretasi log
kritis, dan kemungkinan terjadinya kerusakan formasi
lebih besar.

Open dan Cased Hole Completion,


via DrillingFormulas.com

1.1.3. Sand Exclusion Type Completion


Metode ini digunakan untuk mencegah terproduksinya
pasir dari formasi produktif yang kurang kompak.
Metode yang umum digunakan untuk menanggulangi
masalah kepasiran adalah liner completion, gravel pack
completion dan sand consolidation.
Metode pertama adalah Liner
Completion biasa digunakan untuk formasi produktif
dengan faktor sementasi antara 1,4 sampai 1,7. Liner
completion dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan
cara pemasangannya, yaitu screen liner
completion dan perforated liner completion. 
Pada metode Screen Liner Completion, casing dipasang
sampai puncak dari lapisan atau zona produktif.
Kemudian liner dipasang pada formasi produktif
sehingga pasir yang ikut aliran produksi tertahan oleh
screen tersebut.. Dalam screen liner completion,
dijumpai beberapa macam jenis screen liner yang dapat
digunakan, yaitu slotted screen liner, wire wrapped
screen liner dan prepack screen liner. 
Sedangkan dalam metode Perforated Liner
Completion, casing dipasang di atas zona produktif,
kemudian zona produktif dibor dan dipasang casing
liner dan disemen. Selanjutnya liner diperforasi untuk
produksi. 
Metode kedua adalah metode Gravel Pack Completion.
Metode ini dilakukan bila screen liner masih tidak
mampu menahan terproduksinya pasir. Caranya adalah
dengan menginjeksikan sejumlah gravel dan fomasi
produktif disekeliling casingnya hingga fluida akan
tertahan oleh pasir yang membentuk barrier di belakang
gravel dan gravel ditahan oleh screen. Dari keadaan
lubang sumur ketika gravel pack ini dipasangkan,
pemasangannya dibagi menjadi eksternal dan internal.  
Gravel Pack, via petrowiki.org

External gravel pack, adalah jenis gravel pack yang


diterapkan pada kondisi open hole. Open hole (external)
gravel pack akan sesuai untuk diterapkan pada sumur
yang indeks produktivitasnya tidak mengalami
penurunan yang besar selama produksi.   
Internal gravel pack, adalah jenis gravel pack yang
diterapkan pada kondisi lubang bor dalam keadaan
tercasing dan terperforasi. Faktor utama yang harus
diperhatikan dalam cased hole gravel pack ini adalah
dilakukan pembersihan lubang perforasi dengan
menggunakan fluida komplesi sebelum gravel
dimasukkan ke dalam lubang sumur atau formasi, hal ini
dapat mencegah terjadinya sumbatan pada alur maupun
lubang perforasi. Metode cased hole (internal) gravel
pack dapat diterapkan pada dua situasi : 
Formasi dengan internal produksi yang panjang, dimana
penempatan pasir (sand) consolidation tidak dapat
diterapkan. 
Formasi yang berlapis-lapis, dimana produksi
diharapkan dapat dilakukan melalui satu rangkaian pipa
produksi.
Metode terakhir dari tipe komplesi Sand
Exclusion adalah Sand Consolidation, dimana masalah
kepasiran juga terjadi di dalam komplesi formasi yang
secara alamiah tidak terkonsolidasi. Dalam hal ini para
ahli mencoba untuk meningkatkan pengontrolan pasir
dengan melakukan konsolidasi batuan. Cara ini dikenal
dengan sand consolidation. Metode ini umumnya
dilakukan pada lapisan tipis berbutir relatif besar,
permeabilitas seragam (uniform) dan clean sand. Prinsip
dari metode ini adalah menginjeksikan bahan kimia ke
dalam lapisan pasir sehingga butiran pasir yang terlepas
menjadi tersemen. Bahan kimia yang umum digunakan
adalah epoxy resin, furun dan phenol formaldehyde.

1.2. Tubing Completion
Penentuan jenis tubing completion terutama didasarkan
atas jumlah tubing yang akan digunakan dimana hal ini
erat hubungannya dengan jumlah atau zone produktif
yang dimiliki serta produktivitas formasinya. Tubing
completion dapat dibedakan menjadi tiga jenis yang
didasarkan jumlah production string (pipa produksi)
yang digunakan dalam satu sumur. Jenis-jenis tersebut
adalah : single completion, comingle completion,
multiple completion.

1.2.1. Single Completion
Merupakan metode produksi yang hanya menggunakan
satu pipa produksi dimana sumurnya hanya memiliki
satu zone produktif. Berdasarkan kondisi reservoir dan
lapisan batuan produktifnya, single
completion dibedakan menjadi dua jenis, yaitu open
hole dan perforated completion. Open Hole
Completion merupakan cara komplesi yang dilakukan
bila formasinya cukup kompak. Sedangkan Perforated
Completion, yaitu cara komplesi yang dilakukan bila
formasinya kurang kompak dan bila diselingi lapisan-
palisan tipis dari air atau gas.

1.2.2. Commingle Completion
Metode jenis ini dilakukan pada sumur yang mempunyai
reservoir berlapis atau memilki lebih dari satu zone
lapisan produktif. Metode ini dapat diterapkan dengan
syarat tidak menimbulkan interflow antara lapisan
produktif. Macam-macam commingle completion dapat
digolongkan pada beberapa jenis sebagai berikut :
Single tubing dengan single packer, merupakan cara
produksi yang dipakai untuk sumur yang mempunyai
dua lapisan produktif, dimana dua lapisan produktif
tersebut dibatasi oleh packer. Fluida produksi dari
lapisan bawah diproduksikan melalui tubing, sedangkan
untuk lapisan di atasnya diproduksikan melalui annulus
antara tubing dan casing. Jenis komplesi ini diterapkan
untuk sumur yang produktivitasnya rendah. Keuntungan
metode ini terutama adalah biaya ringan karena hanya
menggunakan satu tubing. Sedangkan kerugiannya
hanya lapisan bawah yang dapat dilakukan
pengangkatan buatan bila nanti diperlukan, production
casing tidak terlindungi dari tekanan sumur dan fluida
korosif, endapan-endapan solid dari lapisan di atasnya
dapat merusak tubing string, dan diperlukan untuk
mematikan lapisan bawah bila akan dilakukan work
over (kerja ulang) pada lapisan tersebut.  
Single Tubing dengan Dual Packer dan Tubing. Pada
komplesi ini diinginkan untuk memproduksikan fluida
formasi bagian atas melalui dalam tubing dengan
bantuan croos over atau dengan regulator flow choke.
Sedangkan untuk fluida formasi dari bawah
diproduksikan malalui tubing itu juga, dan kemudian
melalui annulus tubing dan casing. Komplesi jenis ini
akan lebih murah jika dibandingkan dengan multiple
completion tapi cukup menimbulkan kesulitan bila terjadi
gangguan pada salah satu lapisan produktifnya harus
mematikan lapisan yang lain untuk melakukan kerja
ulang. Dalam hal perencanaan pamakaian tubing juga
mendasarkan pada cara single completion, hanya perlu
dipertimbangkan produktivitas lapisan secara
keseluruhan untuk mendapatkan kapasitas tubing yang
sesuai. Komplesi ini dapat dipasang
pada packer dibagian bawah untuk memisahkan aliaran
fluida masing-masing lapisan.

1.2.3. Multiple Completion
Multiple completion merupakan metode komplesi yang
digunakan untuk sumur yang mempunyai lapisan lebih
dari satu zone produktif. Dimana setiap lapisan produktif
tersebut diproduksikan sendiri-sendiri secara terpisah
sesuai dengan produktivitas masing-masing. Metode
komplesi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
sebagai berikut :
Two Packer-two Tubing Strings “paralel” Dual
Completion, Metode komplesi jenis ini, fluida dialirkan
melalui dua tubing yang terpisahkan oleh dua packer.
Dengan demikian masalah kepasiran dan artificial lift
dapat diselesaikan dengan baik, akan tetapi biaya
komplesinya menjadi mahal, dikarenakan setiap lapisan
mempunyai komplesi sendiri-sendiri.
Dual Well with Two Alternated Completion, Metode ini
didasarkan letak kedua lapisan produktif yang akan
diplilh untuk diselesaikan, maka dapat diproduksikan
melalui rangkaian tubing yang panjang atau yang
pendek.
Triple Completion-Three Zones, Two Paker or Three
Packer and Twoor Three Tubing Strings, Komplesi jenis
ini diselesaikan dengan dua atau tiga tubing dan dua
atau tiga packer. Dengan cara ini dapat menghasilkan
total produksi harian yang tinggi tiap lubang sumur dan
pada umumnya dapat memperbaiki ongkos yang telah
dikeluarkan. Tetapi komplesi ini sulit untuk dipasang dan
mudah dikenai problem komunikasi antar lapisan.
Multiple Packer Completion, Jenis komplesi ini
memisahkan aliran fluida dari masing-masing zona yang
dilakukan dengan memakai packer. Kelemahan metode
ini adalah artificial lift sulit diterapkan dan workover tidak
mudah dilakukan.
Multiple Tubingless Completion, Sistem komplesi ini
tidak memakai production tubing, tetapi menggunakan
casing berukuran kecil, biasanya berukuran 27/8”.
Metode ini sesuai untuk sumur-sumur yang mempunyai
masa produksi relatif panjang, adanya
masalah fracturing, acidizing, sand control dan masalah
lain yang memerlukan stimulasi atau treatment. Untuk
sumur yang menghasilkan fluida bersifat korosif, cara ini
tidak cocok karena casing produksi disemen secara
permanen. 
Multiple Zone Completion, via DrillingFormulas.com
1.3. Wellhead Completion
Wellhead atau kepala sumur adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menguraikan peralatan yang terpaut
pada bagian atas dari rangkaian pipa didalam suatu
sumur untuk menahan dan menopang rangkaian pipa,
menyekat daripada masing-masing casing dan tubing
serta untuk mengontrol produksi sumur. Komponen-
komponen utama dari wellhead terdiri dari casing head,
tubing head dan christmas tree.

1.3.1. Casing Head  
Casing head disebut juga sebagai landing base,
digunakan untuk menahan casing berikutnya yang lebih
kecil, memberikan suatu hubungan dengan annulus dan
sebagai landasan dari BOP. Casing head dapat dibagi
menjadi dua, yaitu lower casing head dan intermediate
casing head. 
Casing Head, via FMCTechnologies.com
Lower casing head, merupakan casing head paling
bawah yang berpaut dengan bagian atas surface casing
serta menyekat annulus antara rangkaian casing.
Intermediate Casing Head, disebut juga sebagai casing
head spool, yang berfungsi untuk menahan casing
berikutnya yang lebih kecil dan memberikan suatu
hubungan dengan annulus antara kedua casing.

1.3.2. Tubing Head
Tubing head ditempatkan diatas casing head dan
berfungsi untuk menggantungkan tubing string dan
memberikan suatu pack off antara tubing
string dan production string. Disamping itu juga
memberikan hubungan annulus
casing dan tubing melalui outlet samping.
Pemilihan tubing head untuk single completion maupun
untuk multiple completion didasarkan pada perencanaan
mangkuk tubingnya (tempat menggantungnya tubing
hanger). Fungsi utama dari tubing head adalah :
Sebagai penyokong (support) rangkaian tubing.  
Menutup ruang antara casing dan tubing.  
Cairan dan gas dapat dikontrol dengan adanya
connection diatas permukaan
Tubinh Head, via www.diytrade.com
Adapun bagian-bagian dari peralatan tubing head
adalah sebagai berikut :
Top flange, disini dilengkapi dengan locksrew yang
berfungsi untuk menahan tubing hanger pada
tempatnya dan memberikan tekanan pada tubing
hanger seal dan seal annulus.
Tubing hanger, fungsinya untuk
menggantung tubing dan memberikan penyekat
antara tubing dengan tubing head.
Outlet, merupakan saluran keluar yang jumlahnya bisa
satu atau dua buah.   
Lower flange, merupakan tempat untuk memasang bit
guide dan secondary seal.

1.3.3. Christmas-tree
Christmas-tree atau X-mas tree merupakan suatu
susunan dari katup-katup (valve) dan fitting yang
ditempatkan di atas tubing head untuk mengatur sarta
mengalirkan fluida dari sumur. Chistmas-tree dibuat dari
baja berkualitas tinggi, sehingga di samping mampu
menahan tekanan tinggi, juga mampu menahan aliran
air formasi yang bersifat korosif yang mengalir bersama-
sama minyak atau dapat menahan pengikisan yang
disebabkan oleh pasir yang terbawa oleh aliran fluida
formasi. Komponen-komponen yang terdapat di
christmas-tree adalah :
Mastre gate, berfungsi untuk menutup sumur bila
diperlukan dan untuk sumur tekanan tinggi, biasanya
dipasang dua buah.
Wing valve, digunakan untuk membuka dan menutup
dari aliran bercabang.
Manometer, berfungsi untuk mengukur
tekanan casing (Pc) dan tekanan tubing (Pt)
Choke, berfungsi untuk menahan sebagian aliran fluida
sehingga produksi fluida formasi diatur menurut
kebutuhan

X-mass tree, via SAPWELLSGLOBAL.com

Choke
Choke atau beam (jepitan) digunakan pada sumur-
sumur sembur alam (natural flow atau flowing well) dan
pada sumur gas lift, yaitu pada inlet gas injeksinya.
Fungsinya untuk mengontrol atau mengatur produksi
minyak dan gas dari sumur tersebut. Choke ini terbuat
dari besi baja berkualitas tinggi supaya dapat menahan
kikisan pasir serta fluida yang korosif. Ada dua macam
choke yang terkenal dalam industri minyak dan
gasbumi, yaitu positive choke dan adjustable choke.
Positive choke terbuat dari besi baja pejal, dimana pada
bagian dalamnya terdapat lubang dengan ukuran
tertentu (orifice), dimana minyak atau gas dapat
mengalir didalamnya. Karena aliran fluida
melalui choke ini, maka akan terjadi penurunan tekanan
yang besarnya tergantung pada besarnya
diameter orifice dari choke tersebut. Positive choke ini
hanya mempunyai satu ukuran orifice untuk
setiap choke (fixed orifice).   
Adjustable Choke, untuk mencegah penutupan sumur
sewaktu mengganti ukuran choke atau perubahan laju
produksi, maka lebih praktis memakai adjustable choke,
yaitu dengan memutar handweel yang akan menaik-
turunkan stem tip menjauhi/medekati removable seat,
dimana ini berarti memperbesar/memperkecil
ukuran orifice. Di sini fluida harus mengalir mengelilingi
stem tip terlebih dahulu, sehingga aliran akan lebih
bersifat turbulen, sehingga ini akan memperbesar
kemungkinan terjadinya sumbatan (plug)
pada orifice oleh pasir atau padatan-padatan lainnya.
Karena sifat dan konstruksinya ini, maka jenis choke ini
sangat sesuai pemakaiannya bila kita harus sering
mengubah-ubah laju produksi.
Seringkali, positive dan adjustable
choke mempunyai choke body yang sama,
sehingga choke dapat diganti
dari adjustable ke positive atau sebaliknya, tanpa
melepas choke body dari X-mas tree.

2. Tahap Perforasi
Pembuatan lubang menembus casing dan semen
sehingga terjadi komunikasi antara formasi dengan
sumur yang mengakibatkan fluida formasi dapat
mengalir ke dalam sumur disebut dengan perforasi. Alat
untuk melakukan perforasi disebut dengan perforator.
Perforator dibedakan atas dua tipe yakni Bullet/Gun
perforator dan Shape charge/Jet perforator.

Gambaran proses perforasi, via Halliburton.com


a. Bullet / Gun perforator
Komponen utama dari bullet perforator meliputi fluida
seal disk, gun barrel, gun body, bullet, thread sell, shear
disk, powder centrifuge, contact-pin assembly, back
contact spring, dan electrick wire.
Fluida seal disk berfungsi menahan masuknya fluida
sumur ke dalam alat dimana dapat melemahkan
kekuatan membakar powder. Gun body terdiri dari
silinder besi panjang yang dilengkapi dengan suatu alat
kontrol untuk penembakan dimana barrel disekrupkan
dan juga untuk menempatkan sumbu (igniter)
dan propelant dengan shear disk didasarnya, untuk
memegang bullet ditempatnya sampai tekanan
maksimum tercapai karena terbakarnya powder.
Sedangkan Electric Wire merupakan kawat listrik yang
meneruskan arus untuk pengontrolan pembakaran
powder charge.
Prinsip kerja bullet perforator adalah susunan gun yang
sudah ditempatkan dengan interval tertentu diturunkan
kedalam sumur dengan menggunakan kawat (electric
wire-line cable) dimana kerja gun dikontrol dari
permukaan melalui wireline untuk melepaskan peluru
(penembakan) baik secara sendiri maupun serentak.
Karena arus listrik melalui wireline timbul pembakaran
pada propelant dalam centrifuge-tube sehingga terjadi
ledakan yang melontarkan bullet dengan kecepatan
tinggi.

b. Jet Perforator
Prinsip kerja jet perforator berbeda dengan gun
perforator, bukannya gaya powder yang
melepas bullet tetapi powder yang eksplosif diarahkan
oleh bentuk powder chargenya menjadi suatu arus yang
berkekuatan tinggi yang dapat menembus casing,
semen, dan formasi.

2.1.Kondisi Kerja Perforasi


2.1.1. Conventional Overbalance
Merupakan kondisi kerja di dalam sumur dimana
tekanan formasi dikontrol oleh fluida/lumpur komplesi
atau dengan kata lain bahwa tekanan hidrostatik lumpur
(Ph) lebih besar dibandingkan tekanan formasi (Pf),
sehingga memungkinkan dilakukan perforasi,
pemasangan tubing dan perlengkapan sumur lainnya.
Cara overbalance ini, umumnya digunakan pada :
 Komplesi multizona.
 Komplesi gravel-pack (cased-hole).
 Komplesi dengan menggunakan liner.
 Komplesi pada casing intermidiate.
Masalah/problem yang sering timbul dengan
teknik overbalance ini adalah :
Terjadinya kerusakan formasi (damage) yang lebih
besar, akibat reaksi antara lumpur komplesi dengan
mineral-mineral batuan formasi.
Penyumbatan oleh bullet/charge dan runtuhan batuan.
Sulit mengontrol terjadinya mud-loss dan atau kick.
Clean-up sukar dilakukan.
2.1.2. Underbalance
Merupakan kebalikan dari overbalance, dimana tekanan
hidrostatik lumpur komplesi lebih kecil dibandingkan
tekanan formasi. Cara ini sangat cocok digunakan untuk
formasi yang sensitif/reaktif dan umumnya lebih baik
dibandingkan overbalance, karena :
Dengan Ph < Pf, memungkinkan terjadinya aliran balik :
dari formasi ke sumur, sehingga hancuran hasil
perforasi (debris) dapat segera terangkat keluar dan
tidak menyumbat hasil perforasi.
Tidak memungkinkan terjadinya mud-
loss dan skin akibat reaksi antara lumpur dengan
mineral batuan.
Clean-up lebih cepat dan efektif.

2.2.Teknik/Cara Perforasi
Berdasarkan cara menurunkan gun ke dalam sumur,
ada dua teknik perforasi, yaitu dengan wireline (wireline
conveyed perforation) dan dengan tubing (tubing
conveyed perforation).

2.2.1. Wireline Conveyed Perforation


Pada sistem ini gun diturunkan ke dalam sumur dengan
menggunakan wireline (kawat listrik).
Wireline conveyed perforation. Biasanya
menggunakan gun berdiameter besar. Kondisi kerja
perforasi dengan teknik ini adalah overbalance,
sehingga tidak terjadi aliran setelah perforasi dan
menara pemboran dengan blow out preventer (BOP)
masih tetap terpasang untuk penyelesaian sumur lebih
lanjut.
Wireline conveyed tubing gun. Gun berdiameter kecil
dimasukkan kedalam sumur melalui X-
mastree dan tubing string,
setelah tubing dan packer terpasang diatas interval
perforasi. Penyalaan gun dilakukan pada
kondisi underbalance dan untuk operasi ini, umumnya
tidak diperlukan menara pemboran tetapi cukup
dengan lubricator (alat kontrol tekanan) atau snubbing
unit.
2.2.2. Tubing Conveyed Perforator (TCP).
Gun berdiameter besar dipasang pada ujung
bawah tubing atau ujung tail-pipe yang diturunkan
kedalam sumur bersama-sama dengan tubing
string. Setelah pemasangan X-mastree dan packer,
perforasi dilakukan secara mekanik dengan
menjatuhkan bar atau go-devil melalui tubing yang akan
menghantam firing-head yang ditempatkan di bagian
atas perforator. Perforasi ini dapat dilakukan baik pada
kondisi overbalance maupun underbalance dan setelah
perforasi dilakukan, gun dibiarkan tetap tergantung atau
dijatuhkan ke dasar sumur (rathole).

3. Tahap Penimbaan (Swabbing)


Swabbing adalah pengisapan fluida sumur/fluida
komplesi setelah perforasi pada
kondisi overbalance dilakukan, sehingga fluida produksi
dari formasi dapat mengalir masuk kedalam sumur dan
kemudian diproduksikan ke permukaan. Ada 2 sistem
pengisapan fluida yang berbeda pada sumur sebelum
diproduksikan, yaitu :

1. Penurunan densitas cairan.


Dengan menginjeksikan lumpur yang mempunyai
densitas lebih kecil dari fluida yang berada di sumur,
sehingga densitas lumpur baru akan memperkecil
tekanan hidrostatik (Ph) fluida sumur, sehingga akan
terjadi aliran dari formasi menuju sumur produksi
selanjutnya ke permukaan.

2. Penurunan kolom cairan.


Seperti halnya penurunan densitas, untuk tujuan
menurunkan tekanan hidrostatik fluida dalam sumur
agar lebih kecil dari tekanan formasi, dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan pengisapan dan timba. 
Macam-macam swab-cup, via OilfieldSupply.com
Pengisapan, dengan memasukkan karet penghisap
(swabb-cup) yang berdiameter persis sama
dengan tubing untuk swabbing. Dengan cara
menari swab-cup keatas, maka tekanan dibawah swab-
cup menjadi kecil sehingga akan terjadi surge dari
bawah yang akan mengakibatkan aliran.
Timba, mekanisme dengan cara ini adalah timba
dimasukkan melalui tubing, dimana pada saat timba
diturunkan, katup pada ujung membuka dan bila ditarik
katup tersebut akan menutup. Dengan cara ini, maka
suatu saat tekanan formasiakan melebihi tekanan
hidrostatik kolom lumpur.

Anda mungkin juga menyukai