Anda di halaman 1dari 23

EVALUASI OUTPUT TURBIN PADA SISTEM

BINARY-CYCLE PERTAMINA GEOTHERMAL


ENERGY AREA LAHENDONG

Kertas Kerja Wajib

Oleh :

Nama Mahasiswa : La Ode Ramlan


NIM :161410038
Program Studi : Teknik Produksi Minyak dan Gas
Konsentrasi : Panas Bumi
Diploma : III(Tiga)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL Akamigas PEM Akamigas

Cepu, Juni 2019


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah, inayah, dan karunia-Nya, Laporan Praktik
Kerja Lapangan di PT PGE Area Lahendong dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan


Program Studi Teknik Produksi Minyak dan Gas Diploma III yang
tercatat pada kurikulum PEM Akamigas tahun akademik
2018/2019.

Laporan ini dapat diselesaikan oleh penulis berkat


dorongan, dukungan, serta bantuan pemikiran dari berbagai pihak
yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Teristimewa
penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Drs. R.Y. Perry Burhan, M.Sc. selaku Direktur PEM
Akamigas.
2. Bapak Agus Wahyudi, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik
Produksi Minyak dan Gas.
3. Dodit Murdohardono, Ir., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Laporan ini.
4. Bapak Mukhamad Nasir selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan.
5. Segenap karyawan dan karyawati PT Pertamina Geothermal Energy Area
Lahendong
6. Bapak dan Ibu Dosen khususnya dari Prodi Teknik Produksi Minyak dan Gas
yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama mengikuti proses
pembelajaran di PEM Akamigas.
7. Orang tua dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan dorongan dan
do’a selama pembuatan Laporan ini.
8. Rekan-rekan seperjuangan khususnya dari Prodi Teknik Produksi Minyak dan
Gas.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi sempurnanya laporan ini.

Tomohon, April 2019


Penulis

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia banyak lapangan panas bumi yang memiliki jenis reservoir dua

fasa, baik vapor dominated maupun liquid dominated. Kebanyakan di lapangan panas

bumi Indonesia banyak yang menggunakan sistem pemisahan (separated cycle),

vapor langsung menuju turbin untuk membangkitkan generator, sedangkan air hasil

pemisahan (brine) akan diinjeksikan kembali menuju reservoir.

Untuk meningkatkan potensi listrik pada lapangan tersebut, salah satunya yaitu

dengan memanfaatkan brine hasil pemisahan di separator. Menurut data, brine

tersebut masih memiliki temperature yang cukup tinggi untuk membangkitkan

generator. Panas dari brine tersebut akan ditukar dengan fluida binary yang memiliki

temperature didih lebih kecil dibandingkan brine. Fluida binary tersebut akan

menggerakkan turbin yang terpisah dengan turbin sistem

utama.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengambil judul Kertas Kerja

Wajib (KKW) “Perencanaan Binary Cycle di Lapangan Tompasso, Pertamina

Geothermal Energy Lahendong”


1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan yang diharapkan penulis setelah menyelesaikan Kertas Kerja Wajib

yaitu :

1. Memenuhi persyaratan kurikulum PEM Akamigas Diploma III konsentrasi

panas bumi tahun ajaran 2017/2018.

2. Menerapkan ilmu yang dipelajari selama masa perkuliahan di Lapangan panas

bumi.

3. Mengetahui potensi brine hasil pemisahan di Lapangan Tompasso.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini penulis membatasi permasalahan

hanya pada potensi brine hasil pemisahan separator untuk dijadikan binary cycle di

Lapangan Tompasso.

1.4 Sistematika Penulisan

Penyusun Kertas Kerja Wajib ini mengacu pada pedoman penyusunan Kertas

Kerja Wajib, sistematika penulisan ini terdiri dari :

• BAB I, Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang dalam pemilihan judul, maksud dan tujuan, batasan
masalah dan sistematika penulisan.
• BAB II, Orientasi Umum

Terdiri dari sejarah singkat lapangan, letak geografis, dan tinjauan


fisiografi.

• BAB III, Tinjauan Pustaka

Terdiri dari Prinsip-prinsip termodinamika,binary cycle, fluida kerja binary,


dan effisiensi binary

• BAB IV, Perencanaan Binary Cycle di Lapangan Tompasso


Terdiri dari data lapangan, analisis brine dan perencanaan binary cycle.

• BAB V, Penutup

Terdiri dari simpulan dan saran dari pokok pembahas


II. ORIENTASI UMUM

2.1 Sejarah Singkat Pertamina Geothermal Energy

PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan perusahaan yang bergerak

di bidang panas bumi. Pada saat PT Pertamina Geothermal Energy mengelola 14

wilayah kerja pengusahaan, sembilan diantaranya dioperasikan sendiri oleh PT

Pertamina Geothermal Energy, lima wilayah kerja pengusahaan lainnya dikelola

melalui Kontrak Operasi Bersama (KOB). WKP yang dikerjakan sendiri ada empat

lapangan yang terdiri dari:

1. Lapangan Sibayak, di Sumatera Utara dengan kapasitas 12 Mw.

2. Lapangan Kamojang dengan kapasitas 200 Mw

3. Lapangan Lahendong, di Sulawesi utara dengan kapasitas 120 mW

4. Lapangan Ulu Bulu, di Lampung dengan kapasitas 55 Mw


Gambar 2.1 WKP PT Pertamina Geothermal Energy

Visi, Misi dan Tata Nilai Pertamina Geothermal Energy

Sebagai perusahaan yang berkerja di bidang panas bumi, PGE memiliki visi,

misi dan tata nilai demi menjadi perusahaan yang kompeten dalam skala nasional

maupun internasional. Adapun visi, misi dan tata nilai perusahaan yang dimiliki PGE

adalah sebagai berikut[2].

Visi : World Class Geothermal Energy Enterprise

Misi : Melakukan Usaha Pengembangan Energi Geothermal

Secara Optimal yang Berwawasan Lingkungan dan Memberi Nilai Tambah Bagi

Stakholder.
Tata Nilai :- CLEAN

- COMPETITIVE

- CONFIDENT

- CUSTOMER

- COMMERCIAL

- CAPABLE

Kegiatan eksplorasi dimulai pada tahn 1971 oleh tim dari New Zealand dan

Indonesia yang menghasilkan peta geologi sementara dan usulan pemboran lanjut.

Pada tahun 1976 Vulcanological Survey of Indonesia (VSI) melakukan survei

geologi, geokimia dan geofisika. Data geologi, geofisika dan geokimia yang diperoleh

dari kegiatan eksplorasi memberikan indikasi adanya sumber energy panas bumi

bertemperatur tinggi di daerah Lahendong. Sebagai tindak lanjut, tigasumur dangkal

yaitu LH-1, LH-2 dan LH-3 dibor sampai kedalaman kurang dari 500 m di sekitar

Danau Linau oleh Direktorat Vulkanologi.

Sumur LH-1 adalah sumur eksplorasi pertama yang dibor di Lapangan

Lahendong. Sumur dibor pada tahun 1980. Sumur direncanakan dibor hingga

kedalaman 500 m, tetapi karena terjadinya semburan liar maka pemboran dihentikan

pada kedalaman 327 m. Sumur LH-2 adalah sumur eksplorasi kedua yang dibor di

Lapangan Lahendong. Seperti halnya sumur LH-1, sumur LH-2 juga dibor di dekat

Danau Linau pada tahun 1982, sekitar 80 m dari sumur LH-1. Sumur ini dibor hanya

hingga kedalaman 228 m. Pada waktu pemboran terjadi hilang sirkulasi lumpur saat
pemboran mencapai kedalaman 205-228 m. Sumur LH-3 dibor pada tahun 1988,

tetapi laporan mengenai sumur ini tidak dapat ditemukan. Kegiatan eksplorasi di

Lapangan Lahendong dengan pemboran sumur dalam hingga kedalaman sekitar 2000

m dilakukan oleh Pertamina. Pertamina melakukan pemboran sumur eksplorasi dalam

sebanyak 7 sumur yaitu LHD-01 sampai LHD- 07 sampai dengan tahun 1987. Sejak

tahun 1986 eksplorasi dan pengembangan lapangan ini dilakukan oleh Pertamina.

Lapangan ini masuk kedalam salah satu Wilayah Kerja Pengusahaan geothermal

Pertamina melalui SK Menteri P & E No.560K/30/M.PE/1987 tanggal 16 Juli 1987.

Lapangan Panas Bumi Lahendong merupakan salah satu lapangan

yangmemiliki prospek panas bumi cukup baik di Indonesia. Sampai saat ini 51 sumur

telah dibor di Lapangan Lahendong yang tersebar di 14 Cluster. Terdapat 20 sumur

produksi, 10 sumur reinjeksi, 16 sumur monitoring, dan 5 sumur abandoned.

Dari sumur-sumur eksplorasi (LHD-01 sampai LHD-07) maupun sumur-sumur

pengembangan di Lapangan Lahendong telah menunjukkan bahwa reservoir di 7

Lapangan tersebut mempunyai temperatur tinggi yang sangat potensial bila

dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik.

Kontrak Jual Beli Uap (Steam Sales Contract) antara Pertamina dengan PLN untuk

pembangunan PLTP Unit I dengan kapasitas 1 x 20 MW ditandatangani pada tanggal

12 Mei 1999 dimana Pertamina membangun di sisi hulu (steam field) untuk

penyediaan uap, sedangkan PLN membangun di sisi hilir untuk pembangkitannya

(PLTP). PLTP Unit I yang berkapasitas 20 MW (11.5 GWh/bulan) mulai beroperasi

sejak 21 Agustus 2001. PLTP ini terletak di arah barat daya dari lapangan (lokasi pad
LHD-04). Pada tanggal 2 Agustus 2004 telah dilakukan penandatanganan “Perjanjian

Jual Beli Uap Panas Bumi PLTP Unit II dan Unit III (2 x 20 MW)

Lahendong Sulawesi Utara” antara Pertamina dengan PLN untuk pengembangan

geothermal untuk ekspansi PLTP di Lahendong (Unit II & III) dengan kapasitas 2 x

20 MW. Unit II dengan kapasitas 20 MW mulai beroperasi pada tahun 2007. PLTP

Unit II berada satu lokasi dengan Unit I. Sedangkan Unit III dengan kapasitas yang

sama (20 MW) beroperasi sejak pada tahun 2009 dan berlokasi di dekat pad LHD-05.

Uap untuk mensuplai ke tiga Unit PLTP diperoleh dari sumur-sumur yang terdapat di

8 pad yang ada pada Lapangan ini (LHD-1, LHD-2, LHD-3, LHD-4, LHD-5, LHD-6,

LHD-7, LHD-13). Lalu pada tanggal 12 Juni 2012 terbit SK Men.ESDM No.

2067/MEM/2012 PGE Lahendong mendapat perluasan lahan yang terletak di dua

wilayah administratif yaitu kota Tomohon dan Kab. Minahasa. PT. PGE terbukti

mampu melaksanakan pengelolaan panas bumi dari sisi hulu hingga hilir dengan

beroperasinya PLTP Unit V dan VI pada tahun 2016, yang mana merupakan PLTP

pertama yang dimiliki dan 8 dioperasikan PT. PGE di Indonesia bagian timur. Skema

tata proyek yaitu pengelolaan secara menyeluruh dari steam field hingga PLTP dan

sistem transmisi 150 KV pada Unit V dan VI sebesar 2 x 20 MW[2].


2.2 Sruktur organisasi

Struktur organisasi PT. PGE Area Lahendong dibagi menjadi 6 bagian, yaitu:

General Manager, Manager Operation, Assistant Manager Laboratory, Assistant

Manager Production Tompaso, Assistant Manager Production Lahendong, Junior

Reservoir Engineer.

General
Manager

Manager
Operation

Assistant
Assistant Assistant Junior
Manager
Manager Manager Engineer
Production
Laboratory Production Reservoir
Tompaso

Analyst Senior
Analyst Fluid Production Supervisor
Planning Production

Shift Leader 1 Shift Leader 2 Shift Leader 3 Shift Leader 4

2.3 Letak geografis

Lapangan Panas Bumi Lahendong terletak ± 30 km di selatan kota Manado

provinsi Sulawesi Utara yang merupakan Lapangan Panas Bumi pertama yang berada

di Indonesia bagian timur.


Lapangan ini terletak di daerah vulkanik dengan kaldera yang sangat besar,

yaitu Kaldera Tondano dan Kaldera Pengolombian . Daerah ini juga berada di deretan

gunung berapi (G. Lengkoan, G. Kasuratan, G. Tampusu) dan sebuah danau kawah

yang dikenal dengan Danau Linau. Lapangan ini berada pada ketinggian 750 m

sampai 1000 m di atas permukaan laut.

Gambar 2.3 Peta Panas Bumi Sulawesi Utara


III. Tinjauan pustaka
Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan

menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panasbumi.

Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan

langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi

energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik. Apabila

fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa

uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal

ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap

akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah

yang kemudian dialirkan ke turbin.

Banyak sistem pembangkitan listrik dari fluida panas bumi yang telah

diterapkan di lapangan, diantaranya:

1. Direct Dry Steam

2. Separated Steam

3. Single Flash Steam

4. Double Flash Steam

5. Multi Flash Steam

6. Binary Cycle

7. Combined Cycle
Bab ini membahas beberapa metoda yang digunakan untuk menentukan

besarnya efisiensi thermal di masing-masing siklus yang dapat dibangkitkan oleh

turbin uap. Metoda yang sama digunakan untuk menentukan konsumsi uap apabila

kapasitas PLTP-nya telah diketahui/ditentukan.

A. Binary Cycle

Pengembangan dari binary cycle adalah dengan menggunakan dengan


recuperator yang merupakan tipe lain dari heat exchanger. Fungsi dari alat ini adalah
untuk meningkatkan temperature fluida kerja ketika akan memasuki veporizer . selain
itu, brine yang keluar dari vaporizer akan memiliki temperature yang lebih tinggi
di bandingkan tampa adanya recuperator.
Gambar diatas menunjukan diagram alir T-s dari pembangkit listrik system

binary cycle menggunakan recuperator. Brine dari sumur produksi (s1) di alirkan

menuju vaporizer dan digunakan sebagai pemanas untuk menguapkan fluida kerja

organic dan kelu ar menuju sumur injeksi (s2). Pada saat yang bersamaan, fluida kerja

organic (titik 2) memasuki vaporizer dan fasenya berubah akibat terjadinya

pertukaran panas fluida kerja dan bribe.

3.1 Heat exchanger dan Evaporator

Proses pertukaran panas tersebut dapat di tinjau secara termodinamika

menggunakan persamaan:

( - h ) = m (h - h )
mb h s 1 s2 wf 3 2
Dimana:

m b: laju alir massa dari brine

h s 1 dan h s 2: temperature brine yang masuk dan keluar

Evaporator

m wf : laju alir massa fluida kerja

h2 dan h3 : temperature fluida kerja yang masuk dan keluar

vaporizer

3.2 Turbin

Fluida kerja yang berfase uap (titik 3) di alirkan melalui turbin sehingga di

hasilkan daya turbin. Besarnya daya di hasilkan dapat di ketahui dengan persamaan:

Wt = mwf (h3 – h4)


Dimana:

Wt : daya turbin persatuan massa fluida yang mengalir melalui

turbin

mwf : laju alir massa fluida

h3 : temperature fluida kerja yang masuk turbin

h4 : temperature fluida kerja yang keluar dari turbin


3.3 Analisis Siklus Keseluruhan

Setelah setiap komponen dasar siklus binary dianalisis, kinerja siklus binary

keseluruhan dapat dianalisis dengan hukum pertama termodinamika efisiensi thermal,

yaitu sebagai berikut :

Dimana :

ηth = efisiensi thermal

Wnet = tenaga/daya bersih yang dihasilkan turbin

Qph/e = jumlah panas yang dipindahkan karena evaporator

3.4 Pemilihan Fluida Kerja

Fluida organic digunakan sebagai fluida kerja di binary cycle, pemilihan fluida

kerja yang tepat sangat penting sebagai efek utama dalam efisiensi power plant,

ukuran komponen power plant, desain expansi turbin, kestabilan turbin, safety,

permormance, ekonomis, dan dampak lingkungan. Karena temperature rendah dari

sumber panas, kehilangan komponen termodinamika yang muncul di heat exchanger

mempunyai dampak yang signifikan pada efisiensi siklus secara keseluruhan.

Ketidakefisien tergantung kepada property termodinamika dari fluida kerja. Ciri-ciri

umum dari semua fluida kerja yang digunakan dalam binary cycle adalah dengan titik
didihnya yang rendah. Fluida tersebut juga memiliki titik kritis temperature dan

tekanan rendah dibandingkan dengan air. Karena titik didih yang rendah, beberapa

fluida kerja organic dapat beroperasi pada kondisi superkritis di binary cycle

geothermal. Ini memungkinkan untuk kecocokan yang lebih baik antara temperature

dari kedua fluida di heat exchanger.

Tabel 3.1 Propertis dampak lingkungan dan kesehatan beberapa fluida kerja

Fluid Formula Tc Pc Mollar Toxicity Flammability


(C) (Bar)
Mass

(kg/kmol)

Propane C3H8 96.95 42.36 44.09 Low Very High

i-Butane i-C4H10 135.92 36.85 58.12 Low Very High

n-Butane C4H10 150.80 37.18 58.12 Low Very High

i-Pentane i-C5H12 187.80 34.09 72.15 Low Very High

n-Pentane C5H12 193.90 32.40 72.15 Low Very High

R-12 CCl2F2 112.00 41.14 120.9 non-toxic Non-flam.

R-114 C2Cl2F4 145.70 32.89 179.9 non-toxic Non-flam.

R134a CH2FCF3 101.00 40.59 102.0 Low Non-flam.

R254fa C3H3F5 154.00 36.51 134.0 Low Non-flam

Amonia NH3 133.65 116.27 17.03 toxic Lower


Banyak fluida yang dapat digunakan sebagai fluida kerja di binary cycle,

kecuali yang mempunyai titik kritis yang terlalu tinggi. Pilihan fluida kerja termasuk :

hydrocarbon (HCs), Perfluorocarbon (PCFs), chlorofluorocarbons (CFCs),

hydrofluorocarbons (HFCs), hydrofluoroolefins (HFOs),

hydrochlorofluorocarbons (HCFCs), alchohol, siloxanes, fluorinated, dan lain lain.

Berdasarkan referensi ciri ciri thermodinamika. Yang paling dapat dipraktekkan

antara lain hydrocarbons, hydrofluorocarbons, hydrochlorofluorocarbons,

perfluorocarbons, dan chlorofluorocarbons. Namun demikian, ketika fluida kerja

dipilih, beberapa factor seperti safety, health, dan lingkungan harus dipertimbangkan.

Karena efek yang sangat besar penipisan lapisan ozon.

Fluorocarbons telah dilarang untuk digunakan dalam aplikasi binary cycle.

IV. EVALUASI OUTPUT TURBIN PADA SISTEM BINARY-CYCLE

Pertamina geothermal energy (PGE) mengoperasikan pembangkit listrik

tenaga panas bumu (PLTP) Binary cycle dengan kapasitas 500 Kw.
Pembangunan dan pengoperasian PLTP ini merupakan penelitian bersama

yang di lakukan antara badan pengkajian dan penerapan teknologi (BPPT), kementri

riset, teknologi, dan pendidikan tinggi dengan pemerintah federal jerman melalui

GeoForschungsZentrum (GFZ) German research centre for Geosciences yang di

dukung PGE.

4.1 Data Lapangan

Sumur LHD5 memiliki produksi yang sangat rendah. Dengan menggunakan

siklus biner maka brine dari sumur LHD5 dapat di manfaatkan sebagai memanaskan

fluida N- pentan pada evaporator binary cycle.

N-pentane dari turbin akan di alirka ke kondeser yang bertujuan untuk

mengurangi suhu pada N-pentane tersebut sebelum di alirkan ke evaporator. Air

pendingin yang mendingikan N-pentane berasal dari dry cooler. Suhu N-pentane

yang keluar dari turbin sebesar 73°c.

Mulai

Input

Mb , Tin , Tout
Output

Mwf , Wt , Ƞthermal

Selesai

a. Heat exchanger dan Evaporator

NO Data Nilai Satuan


1 laju alir massa dari brine 60,7 kg/s
2 T brine yang masuk 169 °c
3 T brine ya ng keluar 3 °c
laju alir massa fluida
4
kerja 0 kg/m³
T fluida kerja yang
5
masuk 166 °c
6 T fluida kerja yang keluar 134 °c

60.7 ( 196-166 ) = Mwf (134-73)

182.1 = 32 Mwf

Mwf 32 = 182.1
182.1
Mwf = =5.690625 kg/m3
32

b. turbin

NO Data Nilai Satuan


1 daya turbin O Kw
2 laju alir massa fluida 311.12 kg/m³
3 T fluida kerja in turbin 134 °c
4 T fluida kerja out turbin 73 °c

Wt = 5.690625 ( 134 – 73)

Wt = 347.13 kw

Berdasarkan pada daya yang di hasilkan turbin di lapangan sebesar 380 kw.

Sedangkan berdasarkan perhitungan sebesar 347.13 kw sehingga tangkat

perbandingan error nya yaitu: 380 – 347.13 = 32.87 kw.

c. analisis siklus keseluruhan

347.13
Ƞth ¿
32
= 10.8479%

d. Perencanaan Binary Cycle


Gambar 4.1 memperlihatkan diagram skematik dari siklus binary cycle. Brine outlet

HE akan digunakan untuk sebagai sumber energy untuk memanaskan fluida kerja.

Sebagai fluida kerja digunakan n-Pentane yang mempunyai titik didih rendah. n-

Pentane dipanaskan di Evaporator dengan brine keluaran HE. Temperature brine

keluaran separator sebesar 166oC dan 10 barg nantinya akan memasuki evaporator

untuk menguapkan n-Pentane, temperature injeksi didesain sebesar 110oC untuk

mencegah terjadinya scaling yang berlebihan.

Gambar 4.1 Diagram Alir Binary Cycle

Anda mungkin juga menyukai