Oleh :
1. Bapak Prof. Dr. Drs. R.Y. Perry Burhan, M.Sc. selaku Direktur PEM
Akamigas.
2. Bapak Agus Wahyudi, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik
Produksi Minyak dan Gas.
3. Dodit Murdohardono, Ir., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Laporan ini.
4. Bapak Mukhamad Nasir selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan.
5. Segenap karyawan dan karyawati PT Pertamina Geothermal Energy Area
Lahendong
6. Bapak dan Ibu Dosen khususnya dari Prodi Teknik Produksi Minyak dan Gas
yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama mengikuti proses
pembelajaran di PEM Akamigas.
7. Orang tua dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan dorongan dan
do’a selama pembuatan Laporan ini.
8. Rekan-rekan seperjuangan khususnya dari Prodi Teknik Produksi Minyak dan
Gas.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi sempurnanya laporan ini.
I. PENDAHULUAN
fasa, baik vapor dominated maupun liquid dominated. Kebanyakan di lapangan panas
vapor langsung menuju turbin untuk membangkitkan generator, sedangkan air hasil
Untuk meningkatkan potensi listrik pada lapangan tersebut, salah satunya yaitu
generator. Panas dari brine tersebut akan ditukar dengan fluida binary yang memiliki
temperature didih lebih kecil dibandingkan brine. Fluida binary tersebut akan
utama.
yaitu :
bumi.
hanya pada potensi brine hasil pemisahan separator untuk dijadikan binary cycle di
Lapangan Tompasso.
Penyusun Kertas Kerja Wajib ini mengacu pada pedoman penyusunan Kertas
• BAB I, Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang dalam pemilihan judul, maksud dan tujuan, batasan
masalah dan sistematika penulisan.
• BAB II, Orientasi Umum
• BAB V, Penutup
melalui Kontrak Operasi Bersama (KOB). WKP yang dikerjakan sendiri ada empat
Sebagai perusahaan yang berkerja di bidang panas bumi, PGE memiliki visi,
misi dan tata nilai demi menjadi perusahaan yang kompeten dalam skala nasional
maupun internasional. Adapun visi, misi dan tata nilai perusahaan yang dimiliki PGE
Secara Optimal yang Berwawasan Lingkungan dan Memberi Nilai Tambah Bagi
Stakholder.
Tata Nilai :- CLEAN
- COMPETITIVE
- CONFIDENT
- CUSTOMER
- COMMERCIAL
- CAPABLE
Kegiatan eksplorasi dimulai pada tahn 1971 oleh tim dari New Zealand dan
Indonesia yang menghasilkan peta geologi sementara dan usulan pemboran lanjut.
geologi, geokimia dan geofisika. Data geologi, geofisika dan geokimia yang diperoleh
dari kegiatan eksplorasi memberikan indikasi adanya sumber energy panas bumi
yaitu LH-1, LH-2 dan LH-3 dibor sampai kedalaman kurang dari 500 m di sekitar
Lahendong. Sumur dibor pada tahun 1980. Sumur direncanakan dibor hingga
kedalaman 500 m, tetapi karena terjadinya semburan liar maka pemboran dihentikan
pada kedalaman 327 m. Sumur LH-2 adalah sumur eksplorasi kedua yang dibor di
Lapangan Lahendong. Seperti halnya sumur LH-1, sumur LH-2 juga dibor di dekat
Danau Linau pada tahun 1982, sekitar 80 m dari sumur LH-1. Sumur ini dibor hanya
hingga kedalaman 228 m. Pada waktu pemboran terjadi hilang sirkulasi lumpur saat
pemboran mencapai kedalaman 205-228 m. Sumur LH-3 dibor pada tahun 1988,
tetapi laporan mengenai sumur ini tidak dapat ditemukan. Kegiatan eksplorasi di
Lapangan Lahendong dengan pemboran sumur dalam hingga kedalaman sekitar 2000
sebanyak 7 sumur yaitu LHD-01 sampai LHD- 07 sampai dengan tahun 1987. Sejak
tahun 1986 eksplorasi dan pengembangan lapangan ini dilakukan oleh Pertamina.
Lapangan ini masuk kedalam salah satu Wilayah Kerja Pengusahaan geothermal
yangmemiliki prospek panas bumi cukup baik di Indonesia. Sampai saat ini 51 sumur
Kontrak Jual Beli Uap (Steam Sales Contract) antara Pertamina dengan PLN untuk
12 Mei 1999 dimana Pertamina membangun di sisi hulu (steam field) untuk
sejak 21 Agustus 2001. PLTP ini terletak di arah barat daya dari lapangan (lokasi pad
LHD-04). Pada tanggal 2 Agustus 2004 telah dilakukan penandatanganan “Perjanjian
Jual Beli Uap Panas Bumi PLTP Unit II dan Unit III (2 x 20 MW)
geothermal untuk ekspansi PLTP di Lahendong (Unit II & III) dengan kapasitas 2 x
20 MW. Unit II dengan kapasitas 20 MW mulai beroperasi pada tahun 2007. PLTP
Unit II berada satu lokasi dengan Unit I. Sedangkan Unit III dengan kapasitas yang
sama (20 MW) beroperasi sejak pada tahun 2009 dan berlokasi di dekat pad LHD-05.
Uap untuk mensuplai ke tiga Unit PLTP diperoleh dari sumur-sumur yang terdapat di
8 pad yang ada pada Lapangan ini (LHD-1, LHD-2, LHD-3, LHD-4, LHD-5, LHD-6,
LHD-7, LHD-13). Lalu pada tanggal 12 Juni 2012 terbit SK Men.ESDM No.
wilayah administratif yaitu kota Tomohon dan Kab. Minahasa. PT. PGE terbukti
mampu melaksanakan pengelolaan panas bumi dari sisi hulu hingga hilir dengan
beroperasinya PLTP Unit V dan VI pada tahun 2016, yang mana merupakan PLTP
pertama yang dimiliki dan 8 dioperasikan PT. PGE di Indonesia bagian timur. Skema
tata proyek yaitu pengelolaan secara menyeluruh dari steam field hingga PLTP dan
Struktur organisasi PT. PGE Area Lahendong dibagi menjadi 6 bagian, yaitu:
Reservoir Engineer.
General
Manager
Manager
Operation
Assistant
Assistant Assistant Junior
Manager
Manager Manager Engineer
Production
Laboratory Production Reservoir
Tompaso
Analyst Senior
Analyst Fluid Production Supervisor
Planning Production
provinsi Sulawesi Utara yang merupakan Lapangan Panas Bumi pertama yang berada
yaitu Kaldera Tondano dan Kaldera Pengolombian . Daerah ini juga berada di deretan
gunung berapi (G. Lengkoan, G. Kasuratan, G. Tampusu) dan sebuah danau kawah
yang dikenal dengan Danau Linau. Lapangan ini berada pada ketinggian 750 m
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan
menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panasbumi.
Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan
langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi
energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik. Apabila
fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa
uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal
ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap
akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah
Banyak sistem pembangkitan listrik dari fluida panas bumi yang telah
2. Separated Steam
6. Binary Cycle
7. Combined Cycle
Bab ini membahas beberapa metoda yang digunakan untuk menentukan
turbin uap. Metoda yang sama digunakan untuk menentukan konsumsi uap apabila
A. Binary Cycle
binary cycle menggunakan recuperator. Brine dari sumur produksi (s1) di alirkan
menuju vaporizer dan digunakan sebagai pemanas untuk menguapkan fluida kerja
organic dan kelu ar menuju sumur injeksi (s2). Pada saat yang bersamaan, fluida kerja
menggunakan persamaan:
( - h ) = m (h - h )
mb h s 1 s2 wf 3 2
Dimana:
Evaporator
vaporizer
3.2 Turbin
Fluida kerja yang berfase uap (titik 3) di alirkan melalui turbin sehingga di
hasilkan daya turbin. Besarnya daya di hasilkan dapat di ketahui dengan persamaan:
turbin
Setelah setiap komponen dasar siklus binary dianalisis, kinerja siklus binary
Dimana :
Fluida organic digunakan sebagai fluida kerja di binary cycle, pemilihan fluida
kerja yang tepat sangat penting sebagai efek utama dalam efisiensi power plant,
ukuran komponen power plant, desain expansi turbin, kestabilan turbin, safety,
umum dari semua fluida kerja yang digunakan dalam binary cycle adalah dengan titik
didihnya yang rendah. Fluida tersebut juga memiliki titik kritis temperature dan
tekanan rendah dibandingkan dengan air. Karena titik didih yang rendah, beberapa
fluida kerja organic dapat beroperasi pada kondisi superkritis di binary cycle
geothermal. Ini memungkinkan untuk kecocokan yang lebih baik antara temperature
Tabel 3.1 Propertis dampak lingkungan dan kesehatan beberapa fluida kerja
(kg/kmol)
kecuali yang mempunyai titik kritis yang terlalu tinggi. Pilihan fluida kerja termasuk :
dipilih, beberapa factor seperti safety, health, dan lingkungan harus dipertimbangkan.
tenaga panas bumu (PLTP) Binary cycle dengan kapasitas 500 Kw.
Pembangunan dan pengoperasian PLTP ini merupakan penelitian bersama
yang di lakukan antara badan pengkajian dan penerapan teknologi (BPPT), kementri
riset, teknologi, dan pendidikan tinggi dengan pemerintah federal jerman melalui
dukung PGE.
siklus biner maka brine dari sumur LHD5 dapat di manfaatkan sebagai memanaskan
pendingin yang mendingikan N-pentane berasal dari dry cooler. Suhu N-pentane
Mulai
Input
Mb , Tin , Tout
Output
Mwf , Wt , Ƞthermal
Selesai
182.1 = 32 Mwf
Mwf 32 = 182.1
182.1
Mwf = =5.690625 kg/m3
32
b. turbin
Wt = 347.13 kw
Berdasarkan pada daya yang di hasilkan turbin di lapangan sebesar 380 kw.
347.13
Ƞth ¿
32
= 10.8479%
HE akan digunakan untuk sebagai sumber energy untuk memanaskan fluida kerja.
Sebagai fluida kerja digunakan n-Pentane yang mempunyai titik didih rendah. n-
keluaran separator sebesar 166oC dan 10 barg nantinya akan memasuki evaporator