OLEH :
MEYLAND SHINTIA KALANGIT (1111419002)
NUR RISKI YANI ( 1111419010)
DWIKI FAHRUL S. DAUD (1111419033)
PENDAHULUAN
Sistem Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran duaatau lebih zat yang bersifat
nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal
dari suatu partikel. Contoh dari sistem koloid adalah tinta, yang terdiri dari
serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat
banyak sistem koloid yang lain, seperti mayonais, hairspray, jelly, dan lain-lain.
(Nabilah,2008).
Dimana Keadaan sistem koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan
suatu suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdifisi ini. Bahan itu
memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak merupakan cirri
dalam beberapa hal. Pada jumlah fase,larutan sejati hanya mempunyai satu fase,
sedangkan sistem koloid dan suspensi kasar mempunyai dua fase. Dalam
distribusi partikel larutan sejati bersifat homogen, sedangkan sistem koloid dan
suspensi kasar bersifat heterogen. Kemudian dalam penyaringan,larutan sejati
tidak dapat disaring, dan sistem koloid juga tidak dapat disaring, kecuali dengan
penyaring ultra, sedangkan suspensi kasar dapat disaring. Dan terakhir, dalam
kestabilan larutan sejati dengan sistem koloid mempunyai kestabilan yang stabil
(tidak memisah), sedangkan suspensi kasar memiliki kestabilan yang tidak stabil
(memisah) (Elaine,2006).
1.2 TujuanPraktikum
Adapuntujuanpraktikumini, untukmengetahuisisistemkoloiddanjenis-
1.2 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ataupun lebih dari zat yang memiliki sifat homogen Namaun memiliki ukuran
partikelnya yang tersebar cukup besar (1-1000 nm), sehingga sistem koloid
antara dua atau lebih zat partike yang berukuran zat koloid (fase terdispersi) yang
kita dapat menemukan campuran yang tergolong koloid, larutan, atau suspensi.
Secaraumumnya,suspensemengandungsebuahzattambahan yang
Larutankoloidiniadalahsuatusistemdispersi yang
sifatnyaterletakdiantarasuspensidanlarutansejati,
larutaninitidakbersifathomogenataupunheterogen.Sisteminisenantiasakeruhdantida
kterjadisebuahpengendapansebagaipenyaringanfase
terdispersitidakdapatdilakukan.
Koloid merupakan suatu sistem dispersi yang ukuran partikelnya lebih besar
dari larutan, tetapi lebih kecil dari suspensi (campuran kasar) bila partikel-partikel
Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat. Hal ini
larutannya. Komponen larutan terutama dari dua jenis, zat terlarut dan
pelarut. Pelarut melarutkan zat terlarut dan membentuk larutan yang
seragam.
Jadi, jumlah pelarut biasanya lebih tinggi dari jumlah zat terlarut.
Semua partikel dalam larutan memiliki ukuran molekul atau ion, sehingga
mereka tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Larutan dapat memiliki
warna jika pelarut atau zat terlarut dapat menyerap cahaya tampak. Namun,
larutan biasanya transparan. Pelarut dapat berada dalam keadaan cair, gas
(Retnowati, 2008:142)
Bila seberkas sinar dipusatkan pada suatu dispersi koloid yang diamati
sebuah partikel koloid sebagai partikel yang kecil yang memantulkan sinar dan
yang lebih kecil bergerak dibandingkan dengan kecepatan yang relatif tinggi, dan
dengan tidak henti-hentinya dari semua sisi pada saat yang sama. Maka, terjadilah
gerak berupa zig-zag yang secara acak, yang dikenal sebagai dengangerak Brown
(Retnowati, 2008:142).
2.2.3 Elektroforesis
elektrode positif atau elektrode yang negatifnya. Hal Ini membuktikan bahwa
listrik. Gerak partikel koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis (Retnowati,
2008:142).
2.2.4 Adsorpsi
Mengapaartikelkoloiddapatdikatakanbermuatanlistrik?
Haliniterjadidikarenakanpermukaanpartikel-
partikelkoloidterterusdapatmenariksebuahpartikel-
partikelyangbermuatanlistrikdisekitarnya.Prosesinidisebutdenganadsorpsi.Beberap
aprosesyangmenggunakansifatadsorpsiadalahpemutihangulatebu,pembuatanobatno
rit,danpenjernihanair(Retnowati,2008:142).
2.3 Jenis-jenisKoloid
Pada sistem koloid, fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa
zat padat, zat cair, atau gas. Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersi
2.3.1 Sol
koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa padatan dan fasa
(Retnowati, 2008:141).
2.3.2 Sol padat.
2.3.3 Emulsi
Koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa cairan dan fasa
(Retnowati, 2008:141).
Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdisfersi berupa cairan dan
(Retnowati, 2008:141).
2.3.7 Buih
koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa gas dan fasa
(Retnowati, 2008:141).
2.3.8 Buihpadat
Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa gas dan
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 WaktudanTempat
PraktikuminikamilaksanakandihalamanFakultasSendratasik,
3.2 AlatdanBahan
Padapraktikuminikamimenggunakanalatdanbahansebagaiberikut:
3.2.1 Alat
Adapunalat yang
kamigunakanpadapraktikuminisebagaimanapadatabelberikutini.
1. Gelasplastik Wadahuntukpencampuranemulsi
3. Sedotan Sebagaipengaduk
4. Botolplastik Wadahuntukpenyimpanansabuncair
5. Kamera/hp Sebagaidokumentasi
3.2.2 Bahan
adapadatabelsebagaiberikut.
1. Air Sebagaipendispersi
2. Minyakgoreng Percobaan sol
3. M-susu Percobaanemulsi
3.3 ProsedurKerja
Adapunlangkah-langkahmelakukanpraktikuminisebagaiberikut :
3. Tuangkan juga sedikit M-susu kewadah yang sudah berisi air disini kami
3.3.2 ProsesPembuatanEmulsi
1. Sediakanalatdanbahanyangakandiperlukandalampraktikum.
2. Tuangkanairkedalamgelasaquadenganukuran¼ukurangelasaqua
3. Kemudiantuangkanminyakkedalamwadahgelasaquayangsudahterisiair
4. Setelahituadukairdanminyakyangsudahtercampurkankedalamwadah Aqua
tersebut.
5. Kesimpulanyabahwaairdanminyakyang
telahdicampurkantidakdapatmenyatu.
3.3.3 ProsesPembuatanBuih
yangsudahterisi air
5. Jika air
dansabundeterjencairsudahtercampurtiuplahsabundeterjencairdengan air
tersebuthinggamenjadibuih/berbusa
Pada praktikum ini kami melakukan percobaan tentang sol yang dimana
kami melakukan percobaan bubuk M-susu dalam air, percobaan buih sabun
deterjen cair dengan air, dan percobaan emulsi minyak dengan air. Hasil
pengamatan yang kami lakukan sebagai mana pada tabel berikut ini.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Sol
Hal ini dapat terjadi karena partikel koloid mempunyai permukaan yang luas,
partikel koloid ( Terutama koloid sol ), baik partikel netral maupun partikel
bermuatan, mempunyai daya adbsorpsi yang baik terhadap partikel-partikel
Pada percobaan ini kami memakai M-susu dan air yang dimana air sebagai
pelarut, pertama tuangkan sedikit air kedalam wadah yang sudah di sediakan lalu
tuangkan juga sediki M-susu ke dalam wadah yang sudah berisi air lalu di aduk,
M-susu yang tercampur dengan air akan berwarnah kekuningan dan jika kita
mencampurkan M-susu dengan air, M-susu tidak larut dalam air, walaupun
campuran ini di aduk lambat laun M-susu akan memisah dan mengendap di atas
permukaan air, jadi campuran ini bersifat heterogen dan merupakan sistem dua
fase, campuran ini dapat dipisahkan dengan penyaringan, campuran seperti ini
dinamakan suspensi.
yang secara relatif mempunyai partikel besar yang akan saling tersebar dengan
4.2.2 Emulsi
Emulsiadalahsistemkoloiddarizatcairyangterdispersidalamzatcairdisebutemul
si.SyaratTerjadinyaemulsiadalahduajeniszatcairitutidaksalingmelarutkan.Emulsida
patdigolongkandalamduabagianyaituemulsiminyakdalamair(M/A)danemulsiairdal
amminyak(A/M).Padapercobaankeduainikamimemakaiminyakkelapadanair,perta
matuangkansedikitairkedalamwadahlalutuangkanjugasedikitminyakkelapakedala
mwadahyangsudahberisiairdapatkitasimpulkanbahwaairdanminyaktidakakanperna
hbersatuatautercampurkarenaadanyaperbedaanmassajenisminyaklebihkecildaripad
aair,sehinggaminyakselaluberadadiataspermukaanair.
EmulsiMerupakansistemduafaseYangsalahsatucairanyaterdispersidalamcairanyan
glaindalambentuktetesankecil(Anonim,1995).Emulsiadalahcampuranyangtidaksta
bildariduacairanyangtidaksalingcampursecaratermodinamikadengansuatuemulgat
oryangmengikatkeduajeniscairantersebut(Allen,2002).
Suatuemulsiterdiridarifasedispers(faseinternalataudiscontinuouspase),mediumdisp
ers(faseeksternalataucontinuousphase)dankomponenketigayangdiketahuisebagaie
mulgator.Jikafaseminyakterdispersidalamfaseairdisebutemulsitipeminyakdalamair
(M/A).Sedangkanjikafaseairyangterdispersidalamfaseminyakdisebutemulsitipeair
dalamminyak(A/M).EmulsitipeA/Mtidaklarutdalamair,tidakdapatdicucidalamair,
mengabsosrsiair,Occhlusivedanberminyak.SedangkanemulsitipeM/Adapatlarutair,
dapatdicucidenganair,mengabsoprsiair,nonocclusifedantidakberminyak(Allen2002
).
4.2.3 Buih
Pada praktikum buihini ini kami melakukan pada air dengan sabun deterjen,
dan kami amati apa yang terjadi terhadap air yang di campurkan dengan sabun
dalam menjadikan air menjadi basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci
yang lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air
dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur “Amphiphilic” yang
berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau gugus
ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya
Sabun maupun deterjen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian,
akan membentuk emulsi bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas.
Namun ada pendapat keliru bahwa semakin melimpahnya busa air sabun akan
membuat cucian menjadi lebih bersih. Busa dengan luas permukaannya yang
besar memang bisa menyerap kotoran debu, tetapi dengan adanya surfaktan,
pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu adanya busa (Isni, 2008).
Terpengaruh oleh kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam
sulfonat.
Jika kita bandingkan dengan apa yang kami lakukan pada percobaan
praktikum buih ini kami mendapatkan bahwa. Buih adalah sistem koloid dari gas
yang telah terdispersi dalam zat c udara yaitu buih. Untuk menstabilkan buih
diperlukan zat pembuih. Dipercobaan terakhir ini kami memakai sabun deterjen
cair dan air pertama tuangkan sedikit air kedalam wadah lalu tuangkan juga
sedikit sabun cair kewadah yang sudah berisi air setelah itu di aduk, langkah
selanjutnya ditiup atau memberikan udara ke sabun yang sudah tercampur dengan
air menggunakan sedotan, yang terjadi yaitu adanya buih karena adanya gas
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Sol adalah sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi oleh zat
cair disebut sol, koloid jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari maupun industri.
Emulsi adalah sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat
cair disebut emulsi. Syarat Terjadinya emulsi adalah dua jenis zat cair itu
tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan dalam dua bagian yaitu
emulsi minyak dalam air ( M/A ) dan emulsi air dalam minyak ( A/M ).
Buih adalah sistem koloid dari gas yang telah terdispersi dalam zat c
udara yaitu buih. Untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.D., Alam, M.I., Shamim, M., Imam, F., Anwer, T., Siddiqui, M.R., dkk.,
2012. Design and Characterization of Nanostructure Topical Gel of
Betamethasone Dipropionate for Psoriasis.
Bolton, S. dan Bon, C., 2003. Pharmaceutical Statistics: Practical and Clinical
Applications , Revised and Expanded, 4 edition. ed. CRC Press, New
York.
Kubo, H., Fujii, K., Kawabe, T., Matsumoto, S., Kishida, H., dan Hosoe, K.,
2008. Food content of ubiquinol-10 and ubiquinone-10 in the Japanese
diet. Journal of Food Composition and Analysis, 21: 199–210.
Korać, R., Krajišnik, D., Savić, S., Pantelić, I., Jovančić, P., Cekić, N., dkk., 2014
.A new class of emulsion systems – Fast inverted o/w emulsions:
Formulation approach, physical stability and colloidal structure.
Colloids and Surfaces A: Physicochemical and
Engineering Aspects, 461: 267– 278.
Lee, J., Durst, W.R., Wrolstad, E.R. Determination of Total Monomeric
Anthocyanin Pigment Content of Fruits Juices, Beverages, Natural
Colorants, and Wines by pH Differential Methds : Collaborative Study.
Journal of AOAC International Vol.88, No.5, 2005.
Musa, K.H., Abdullah, A., Kuswandi, B., dan Hidayat, M.A., 2013. A novel high
throughput method based on the DPPH dry reagent array for
determination of antioxidant activity. Food Chemistry, 141: 4102–4106.
Patras, A., Brunton, N.P., Tiwari, B.K., dan Butler, F., 2009. Stability and
Degradation Kinetics of Bioactive Compounds and Colour in
StrawberryJam during Storage. Food and Bioprocess Technology, 4:
1245–1252.
Patel D.M. and Patel N.M. Gastroretentive drug delivery system of
carbamazepine: Formulation optimization using simplex lattice
design : A technical note, AAPS PharmSciTech. 2007; 8(1): 82–86.
Prajapati S. D. and Patel D.L. Floating matrix tablets of domperidone :
formulation and optimization using simplex lattice design. Thai J
. Pharm. Sci. 2009; 33:113-122.