Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL "PRODUKSI GAS HIDROGEN SEBAGAI BAHAN

BAKAR ALTERNATIF DENGAN SISTEM ELEKTROLISIS DAN


TERMOKIMIA"
Diposkan oleh Group 4 di 20.46 Label: Jurnal Individual
PRODUKSI GAS HIDROGEN SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF DENGAN
SISTEM ELEKTROLSIS DAN TERMOKIMIA: REVIEW

Henggar Wahyu Siswanti
1112096000038
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Email: henggarws@gmail.com

Abstrak
Hidrogen diperkirakan akan menjadi pemasok energi utama untuk pembangkit listrik sebagai sel
bahan bakar, sebagai bahan bakar mesin kendaraan, dan untuk penggunaan-penggunaan lainnya
di abad ke-21 karena ramah lingkungan dan kemudahannya dikonversi menjadi energi. Hidrogen
adalah salah satu energi alternatif yang ramah lingkungan untuk menggantikan bahan bakar fosil
tetapi produksi hidrogen sendiri dewasa ini masih menggunakan bahan bakar tersebut sebagai
bahan baku dan sumber energi pemrosesan. Sebagai pengganti bahan bakar fosil digunakan air
sebagai bahan baku utama dalam produksi hidrogen. Pembuatan hidrogen dapat dilakukan
melalui proses elektrolisis atau pun termokimia. Produksi hidrogen dengan proses termokimia
menggunakan siklus iodium-sulfur, menghasilkan efisiensi gas hidrogen lebih besar
dibandingkan dengan proses elektrolisis.
Kata Kunci: Hidrogen, Termokimia, Elektrolisis, Sel Bahan Bakar

Abstract
Hydrogen expected to be a major energy supplier for electricity generation as fuel cells, it can
be use for fuel engine vehicles, and for other uses in the 21st century because it is friendly
environment and can be converted into energy easily. Hydrogen is one of the alternative energy
that can replace fossil fuels, but production of hydrogen itself today still use the fuel as a source
of raw materials and energy processing. As a substitute for fossil fuels, water can be used as the
main raw material in the production of hydrogen. Manufacture of hydrogen can be done through
electrolysis or thermochemical processes. Hydrogen production by thermochemical process by
using iodine-sulfur cycle, producing hydrogen gas efficiency is greater than the electrolysis
process.
Keyword: Hydrogen, Thermochemical, Electrolysis, Fuel Cell


I. PENDAHULUAN
Kebutuhan terhadap energi telah beralih dari kebutuhan sekunder menjadi kebutuhan primer dan
selama ini pemasok energi utama bersumber dari energi fosil. Pada tahun 2030 juga diprediksikan
kebutuhan akan minyak bumi, batu bara, dan gas alam sebagai sumber energi akan meningkat sekitar
24%, 54%, dan 42% dibandingkan tahun 2007. Peningkatan kebutuhan akan energi ini secara langsung
akan mengakibatkan semakin meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi.
Walaupun sumber energi yang tersedia bisa mencukupi kebutuhan seperti yang disebutkan di atas,
masalah lingkungan menjadi kendala tersendiri dalam pengembangan energi untuk masa yang akan
datang. Penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan akan mengakibatkan banyaknya emisi gas
buang ke lingkungan yang akan memperparah pemanasan global. Oleh karena itu, diperlukan suatu
perubahan untuk memodifikasi bahan-bahan di luar bahan fosil untuk dijadikan sebagai sumber energi
alternatif. Salah satu bentuk energi alternatif untuk mengatasi permasalahan yang terjadi adalah gas
hidrogen.
Hidrogen adalah salah satu sumber energi sekunder yang bersih dan bisa diproduksi dari berbagai
macam bahan baku. Pengembangan fuel cell (sel bahan bakar) yang menggunakan hidrogen sebagai
bahan bakar telah menarik perhatian akhir-akhir ini sebagai energi yang ramah lingkungan. Hidrogen
adalah unsur yang paling sederhana dan paling umum yang ada di bumi. Hidrogen merupakan gas yang
tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, yang mempunyai kandungan energi per unit massa
terbesar dibanding bahan bakar yang lain. Hidrogen merupakan unsur yang biasanya terikat dengan
unsur lain dalam suatu senyawa seperti air (hidrogen berikatan dengan oksigen), gas metana (hidrogen
berikatan dengan karbon), dan senyawa organik yang lain. Dengan demikian, teknologi untuk
memproduksi hidrogen bisa bervariasi, tergantung dari bahan baku yang ada. Sebanyak 95% dari total
produksi hidrogen saat ini menggunakan bahan bakar fosil berupa natural gas reforming, catalytic
decomposition of natural gas, oksidasi parsial minyak bumi, gasifikasi batubara, dan steam coal-iron
gasification.
Gas hidrogen tidak dapat ditambang melainkan harus diproduksi. Di tahun 2008, muncul konsep
pembuatan blue energy yang menggunakan konsep pembuatan bahan bakar cair dari gas hidrogen dan
senyawa karbon (C, CO
2
, dll.). Gas hidrogen yang diperlukan diperoleh dari elektrolisis air
menggunakan listrik yang dibangkitkan dari sumber energi terbarukan atau dari energi nuklir, dan
senyawa karbonnya diambil dari udara, gas buang industri, dll. Konsep tersebut saat ini masih relatif
sulit untuk dilaksanakan dan belum layak secara ekonomi. Selain itu, menurut tinjauan termodinamis,
sistem ini secara neto tidak menghasilkan energi, tetapi memerlukan energi. Jadi, diperlukan energi dari
sumber lain. Dengan perkataan lain, sistem ini hanya memproduksi energi carrier (pembawa energi)
yang lebih fleksibel untuk digunakan. Air tidak dapat dibakar, kecuali air tersebut diuraikan menjadi
hidrogen dan oksigen, atau uap air pada suhu dan tekanan tinggi direaksikan dengan bahan yang
mengandung karbon untuk menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida. Hidrogen yang
diperolehnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Hidrogen dapat digunakan baik langsung sebagai bahan bakar untuk mesin (termasuk kendaraan
bermotor dan mobil) maupun sebagai bahan bakar untuk fuel cell (sel bahan bakar) penghasil listrik.
Sel bahan bakar adalah alat yang bekerja secara elektrokimia, menggunakan hidrogen dan oksigen
untuk menghasilkan listrik, air dan sejumlah panas, sehingga sama sekali tidak dihasilkan zat pencemar
lingkungan. Hidrogen diperkirakan akan menjadi pemasok energi utama untuk pembangkitan listrik
dengan sel bahan bakar, sebagai bahan bakar mesin kendaraan, dan untuk penggunaan-penggunaan
lainnya di abad ke-21 karena ramah lingkungan dan kemudahannya dikonversi menjadi energi (Iwasaki
dkk., 2006). Kendaraan dengan teknologi sel bahan bakar hidrogen mempunyai efisiensi 3 (tiga) kali
lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan bermesin menggunakan bahan bakar bensin.
Proses pembuatan gas hidrogen dapat dilakukan dengan cara elektrolisis dan termokimia. Untuk
keperluan komersial, hidrogen harus dibuat dari zat-zat yang mengandung atom hidrogen dalam
struktur molekulnya, seperti bahan bakar fosil, biomassa, alkohol, atau air. Semua metode pembuatan
hidrogen memerlukan energi yang berupa listrik, panas, atau cahaya. Elektrolisis air adalah penguraian
air (H
2
O) menjadi oksigen (O
2
) dan hidrogen (H
2
) dengan cara pengaliran arus listrik melalui katoda
dan anoda yang tercelup di dalam air. Hidrogen akan muncul di katoda, yaitu elektroda yang terhubung
ke arus negatif, dan oksigen di anoda, yaitu elektroda yang terhubung ke arus positip. Jumlah gas
hidrogen yang diperoleh sebanyak 2 kali gas oksigennya, dan jumlah keduanya proporsional dengan
energi listrik yang digunakan. Elektrolisis air murni berlangsung sangat lambat. Kecepatan elektrolisis
air menjadi hidrogen dan oksigen dapat ditingkatkan secara nyata dengan penambahan zat-zat elektrolit
yang berupa garam, asam, atau basa. Garam natrium dan lithium sering digunakan dalam proses
elektrolisis air karena harganya relatif murah dan mudah larut dalam air. Asam yang biasa digunakan
sebagai elektrolit adalah asam kuat misalnya H
2
SO
4
, sedangkan basanya adalah basa kuat seperti KOH
dan NaOH. Cara lain untuk memproduksi hidrogen dari air dapat dilakukan dengan menguraikan air
langsung menggunakan panas pada suhu sekitar 4.000 K (3.727C). Suhu penguraian air dengan panas
dapat diminimalkan dengan proses termokimia, yaitu proses penguraian air dengan panas
menggunakan bantuan zat kimia. Dalam proses ini, bahan baku yang diperlukan secara kontinyu
hanyalah air, karena bahan kimia yang digunakan dalam reaksi didaur ulang ke dalam proses.

II. PEMBAHASAN
Dalam penelitian yang dilakukan, digunakan air sebagai sumber bahan baku untuk memproduksi
hidrogen. Pembahasan mencakup proses pembuatan gas hidrogen dengan metode elektrolisis air dan
termokimia. Pada proses elektrolisis didasarkan atas penguraian zat elektrolit oleh arus listrik searah
yang akan mengalami perubahan-perubahan kimia. Proses elektrolisis ini dilakukan dengan
menggunakan reaktor elektrolisis, elektroda (katoda dan anoda), dan larutan elektrolit. Reaktor
merupakan tempat larutan elektrolit, sekaligus tempat berlangsungnya proses elektrolisis untuk
menghasilkan gas hidrogen (H
2
). Pengukuran gas dilakukan dengan melihat angka volume pada reaktor
setiap 10 menit selama 180 menit. Elektroda berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari adaptor
menuju larutan elektrolit, sehingga terjadi proses elektrolisis. Larutan elektrolit terbuat dari kristal
NaCl dilarutkan dengan aquadest.Perubahan kimia yang terjadi selama elektrolisis dapat dilihat sekitar
elektroda. Elektroda adalah suatu sistem dua fase yang terdiri dari sebuah penghantar elektrolit
(misalnya logam) dan sebuah penghantar ionik (larutan). Dalam percobaan, elektroda yang digunakan
adalah platina sebagai anoda dan stainless steel sebagai katoda. Elektrolit yang digunakan adalah NaCl.
Pada pelarutan NaCl dalam air, akan terjadi proses elektrolisis pada larutan berdasarkan reaksi berikut:
2NaCl
(aq)
+ 2H
2
O
(l)
2Na
+
+ 2OH
-

(aq)
+ H
2 (g)
+ Cl
2 (g)

Pada proses elektrolisis, elektroda dialiri arus listrik (DC) sehingga senyawa pada elektrolit terurai
membentuk ion-ion dan terjadi proses reduksi oksidasi sehingga menghasilkan gas. Proses elektrolisis
diperlukan arus listrik yang tinggi agar proses reaksi kimia menjadi efektif dan efisien. Apabila kedua
kutub elektroda (katoda dan anoda) diberi arus listrik, elektroda tersebut akan saling berhubungan
karena adanya larutan elektrolit sebagai penghantar listrik menyebabkan elektroda timbul gelembung
gas. Proses elektrolisis dinyatakan bahwa atom oksigen membentuk sebuah ion bermuatan negatif(OH
-
)
dan atom hidrogen membentuk sebuah ion bermuatan positif (H
+
). Pada kutub positif menyebabkan ion
H
+
tertarik ke kutub katoda yang bermuatan negatif sehingga ion H
+
menyatu pada katoda. Atom-atom
hidrogen akan membentuk gas hidrogen dalam bentuk gelembung gas pada katoda yang melayang ke
atas. Hal serupa terjadi pada ion OH
-
yang menyatu pada anoda kemudian membentuk gas oksigen
dalam bentuk gelembung gas.
Percobaan elektrolisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan variasi tegangan sebesar 2,1 volt, 6
volt dan 12 volt. Variasi tegangan pada proses elektrolisis berpengaruh pada kemampuan proses
elektrolisis dalam produksi gas hidrogen. Berdasarkan ketiga variasi tegangan yang digunakan produksi
gas hidrogen terbesar terjadi pada tegangan 12V yaitu sebanyak 98 mL, produksi gas hidrogen lebih
kecil terjadi pada tegangan 6V dan produksi gas hidrogen terkecil terjadi pada tegangan 2,1V. Suplai
tegangan yang semakin besar akan mempercepat terjadinya reaksi penguraian larutan sampel NaCl.
Reaksi penguraian yang semakin cepat akan semakin besar pembentukan gas hidrogen pada katoda.
Percobaan pembuatan hidrogen lainnya adalah dengan menggunakan proses termokimia. Kombinasi
dari beberapa reaksi kimia eksoterm dan endoterm membentuk suatu proses termokimia tertentu yang
dapat menurunkan temperatur proses penguraian air menjadi hidrogen dan oksigen. Pemecahan air
secara langsung membutuhkan temperatur proses 5000
o
C, sedangkan dengan proses termokimia
pemecahan air dapat berlangsung pada temperatur maksimum 850
o
C. Dalam proses ini, bahan baku
yang diperlukan secara kontinyu hanyalah air, karena bahan kimia yang digunakan dalam reaksi didaur
ulang ke dalam proses. Analisis yang digunakan adalah dengan siklus iodium-sulfur. Dari banyak jenis
proses termokimia untuk memproduksi hidrogen, proses iodine-sulfur (proses IS) merupakan proses
yang menjanjikan (Kasahara dkk., 2006). Proses ini terdiri atas 3 (tiga) reaksi, yaitu:
1. Reaksi Bunsen: I
2
+ SO
2
+ H
2
O 2 HI + H
2
SO
4
, reaksi ini berlangsung pada suhu 130C
2. Reaksi dekomposisi H
2
SO
4
menjadi H
2
O, SO
2
, dan O
2
: H
2
SO
4
H
2
O + SO
2
+ O
2

3. Reaksi dekomposisi HI menjadi H
2
dan I
2
: 2 HI H
2
+ I
2

SO
2
yang diperoleh dari reaksi 2 dan I2 yang diperoleh dari reaksi 3 didaur ulang ke reaksi Bunsen.
Jadi dalam siklus ini, air diuraikan menjadi H
2
dan O
2
.
Proses produksi hidrogen dengan metode siklus iodium-sulfur dapat menjanjikan peningkatan efisiensi
termal hingga sekitar 75%. Lebih menguntungkan lagi, apabila proses produksi hidrogen ini digunakan
energi termal dari reaktor nuklir, karena proses termokimia tersebut dapat meningkatkan efisiensi
termal reaktor nuklir sampai sekitar 85%. Selain itu metode produksi hidrogen secara termokimia
adalah bersih dan ramah lingkungan. Sedangkan, dengan elektrolisis memiliki efisiensi sebesar 25%-
35%. Efisien yang rendah ini disebabkan oleh penggunaan energi listrik yang besar. Selain itu, pada
proses elektrolisis biaya produksi yang diperlukan cukup mahal, akibat penggunaan energi listrik yang
diperlukan dalam jumlah yang besar, dan diperlukan tegangan yang besar untuk dapat memperoleh
hidrogen dalam jumlah yang banyak.

III. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang diamati dari berbagai percobaan mengenai produksi hidrogen
menggunakan bahan baku air dengan proses elektrolisis air dan termokimia dengan analisis iodium-
sulfur disimpulkan bahwa proses termokimia dengan sistem siklus iodium-sulfur lebih efisien
dibandingkan dengan proses elektrolisis. Pada proses termokimia, efisiensi gas hidrogen yang
diperoleh adalah 75%-85% sedangkan pada proses elektrolisis, efisiensi hidrogen yang didapatkan
lebih rendah, yakni sebesar 25%-35%.

DAFTAR PUSTAKA
Andewi, N.M. Ayu Yasmitha dan Wahyono Hadi. Produksi Gas Hidrogen Melalui Proses Elektrolisis Air
Sebagai Sumber Energi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November
Mulyono, Panut. 2009. Prospek dan Potensi Hidrogen Sebagai Energi Terbarukan. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada
Pandiangan, Tumpal. 2006. Kajian Konsep Siklus Sulphur- Iodium Untuk Produksi Hidrogen Secara
Termokimia. Jakarta: Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN
Salimy, D.H. 2008. Analisis Termodinamika Proses Termokimia Produksi Hidrogen Siklus Iodine-Sulfur
Dengan Panas Nuklir Suhu Tinggi. Jakarta: Pusat Pengembangan Energi Nuklir, BATAN

Anda mungkin juga menyukai